S . FA R M , A P T, M . S I
DIARE
DEFINISI
» Diare Greek and Latin: dia, through (melalui), and rheein, to flow or run (mengalir)
» Diare evakuasi yang terlalu cepat karena tinja yang terlalu cair
» Menurut ilmuwan berat cairan berlebihan, dengan 200 g per hari melewati batas
atas berat air tinja normal untuk orang dewasa yang sehat.
» Sebagian besar kasus diare disebabkan oleh gangguan air usus dan transportasi
elektrolit.
» Diare frekuensi dan likuiditas Buang Air Besar (BAB) yang abnormal
» Diare BAB dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya, tinja berbentuk
encer atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang
meningkat
PATOFISIOLOGI
» Diare adalah kondisi ketidakseimbangan absorpsi dan sekresi air & elektrolit.
» Terdapat 4 mekanisme yang mengganggu keseimbangan air dan dan elektrolit yang
mengakibatkan terjadinya diare, yaitu :
1. Peningkatan tekanan osmotik di dalam usus (mengakibatkan retensi air di dalam lumen)
2. Sekresi elektrolit dan air yang berlebihan ke dalam lumen usus
3. Eksudasi protein dan cairan dari mukosa
4. Perubahan motilitas usus yang mengakibatkan waktu transit lebih cepat (penurunan
penyerapan cairan).
» Faktor-faktor tersebut dapat terjadi dalam waktu yang bersamaan peningkatan volume dan
berat tinja disertai dengan peningkatan kadar air
Klasifikasi Diare
a. Diare sekretori
Terjadi ketika senyawa yang strukturnya mirip meningkatkan sekresi atau menurunkan absorpsi air
dan elektrolit dalam jumlah besar
b. Diare Osmotik
Disebabkan oleh absorpsi zat-zat yang mempertahankan cairan intestinal
c. Diare Eksudatif
Disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pencernaan yang mengeluarkan mukus, protein atau
darah ke dalam saluran pencernaan
Motilitas usus dapat berubah dengan pengurangan waktu kontak di usus halus, pengosongan usus
besar yang prematur dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan
Klasifikasi Diare
» Diare Akut
Hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
» Diare Kronis
Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
ETIOLOGI
» Infeksi virus ( rotavirus adenovirus )
» Bakteri ( Shigella, Salmonella, E.coli, Vibrio )
» Parasit ( protozoa, E. Histolytica, Balantidium coli )
» Cacing perut ( Ascariasis, Tichuris, Stongyloides dan jamur Candida )
» Malabsorbsi : karbohidrat ( intoleransi laktosa), lemak atau protein
» Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
» Immunodefisiensi
» Psikologis, rasa takut dan cemas
» Hygiene dan sanitasi
GEJALA
Terapi
Tujuan Terapi :
1. Mencegah pengeluaran air berlebihan, elektrolit, dan
gangguan asam basa
2. Menyembuhkan gejala
3. Mengatasi penyebab diare
TERAPI NON-FARMAKOLOGI
Pemberian edukasi sebagai langkah pencegahan, meliputi :
»Higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.
»Mengkonsumsi makanan yang sehat.
»Menghindari makanan yang merangsang peristaltik usus,
seperti makanan padat, pedas, produk susu dan makanan
berserat
Akibat Diare
Apa
terapinya
ORAL REHYDRATION SOLUTION (ORS)
» Selama diare, kemampuan
usus kecil mengabsorbsi
glukosa berkurang.
» Glukosa secara aktif
membawa Na, air dan
elektrolit
TERAPI FARMAKOLOGI
»Terapi kausal
»Terapi simptomatis
» Kelompok obat : Antimotilitas, Adsorben,
Senyawa Antisekresi, Antibiotik, Enzim dan
Mikroflora usus
KONSTIPASI
DEFINISI
»Kesulitan mengeluarkan feses
»Frekuensi buang air besar cukup bervariasi seminggu dua
kali atau kurang atau 3 hari tidak BAB
»Ketegangan saat defekasi dan kurang 1x BAB perhari
»Konstipasi kronik merasakan simptom kurang lebih 3 bulan
DEFINISI
»Konstipasi: kesulitan defekasi, yang terdiri dari:
»Penurunan frekuensi BAB (< 3x seminggu)
»Kesulitan memulai defekasi
»Defekasi dengan feses yang keras atau sedikit, atau
»Perasaan tidak puas setelah defekasi
PATOFISIOLOGI
4 tahapan defekasi :
1. Rangsangan refleks penyekat rektoanal
2. Relaksasi otot sfingter internal
3. Relaksasi otot sfingter eksternal dan otot dalam region pelvik
4. Peningkatan intra abdomen
Gangguan dari salah satu mekanisme diatas konstipasi
PATOFISIOLOGI
Secara patofisiologi konstipasi terjadi karena kelainan pada
transit dalam kolon atau pada fungsi anorektal sebagai
akibat dr gangguan motilitas primer, penggunaan obat2an
tertentu atau berkaitan dgn sejumlah besar penyakit
sistemik yg mempengaruhi traktus gastrointestinal
ETIOLOGI
» Diet kurang serat
» Obat2an (opioid, antikolinergik)
» Gangguan hormonal
» Gangguan neurogenik
» Penyakit: - Irritable Bowel Syndrom,
- Divertikulosis
GEJALA
» Penurunan fekuensi BAB
» Sulit mengeluarkan feses
» Feses yang keras
» Kembung
» Kram
» BAB yang menyakitkan
TERAPI
Tujuan Terapi :
Meredakan gejala
TERAPI NON FARMAKOLOGI
»Mengkonsumsi banyak serat
»Merubah gaya hidup
»Olah raga teratur
TERAPI FARMAKOLOGI
Klasifikasi berdasarkan mekanisme kerja :
1. Bulk Forming Laxative (Pembentuk Massa)
2. Stool Surfactant Agents (Softeners)
3. Osmotic Laxative
4. Stimulant Laxative
5. Chloride channel activator (Aktivator kanal Cl)
6. Opioid Receptor Antagonist (Antagonis reseptor opioid)
7. Serotonin 5-HT4-Receptor Agonist (Agonis reseptor Serotonin 5-HT4)
8. Guanylate Cyclase C Agonists (Agonis guanilat siklase )
KLASIFIKASI
(berdasarkan lama aksi)
Pencahar yang menghasilkan feses yang cair dalam waktu 1- 6 jam
(pencahar garam, minyak jarak).
Pencahar yang menghasilkan feses yang lunak atau semi-cair dalam waktu
6 - 12 jam (difenilmetan dan antrakuinon)
Turunan Anthraquinone
Aloe, senna dan cascara adalah jenis turunan anthraquinone alami
Sulit diserap dan setelah mengalami hidrolisis di usus besar dapat memicu pergerakan usus dalam 6-
12 jam setelah diberikan oral dan dalam 2 jam setelah diberikan rektal
Stimulant Laxative (Katartik)
Turunan Difenilmetan
Bisacodyl tersedia dalam bentuk tablet dan suppositoria. Untuk mengatasi konstipasi kronik dan akut.
Biasa digunakan bersamaan dengan PEG untuk pengosongan usus
Memicu pergerakan usus dalam 6-10 jam ketika diberikan oral dan 30-60 min ketika diberikan rektal
Lebih aman untuk pemakaian jangka panjang
Bisacodyl termasuk kategori C
Dosis Oral: 5-10 mg, dan dapat diberikan 20 mg jika diperlukan
Dosis Rektal: sebagai suppo atau enema sebanyak 10 mg
ES: diare, gangguan elektrolit, mual, vertigo
Chloride Channel Activator
(Aktivator kanal Cl)
Lubiprostone
Merupakan turunan asam prostanoat yang digunakan untuk mengatasi konstipasi kronik dan
sindrom iritasi usus
MK: menstimulasi kanal klorida tipe 2 di usus halus
Peningkatan sekresi cairan kaya klorida dapat menstimulasi motilitas usus dan memendekkan
waktu transit
Kategori: C
Dosis oral : 24 mcg 2 kali sehari
ES: diare, mual, distensi abdomen
Opioid Receptor Antagonist
(Antagonis reseptor opioid)
Terdiri dari Methylnaltrexone dan alvimopan
Merupakan selektif antagonis reseptor opioid. Namun tidak melintasi sawar darah otak sehingga
tidak memiliki efek analgesik
Terapi dengan opioid dapat menyebabkan konstipasi dengan menurunkan motilitas intestinal
yang menyebabkan lamanya waktu transit dan meningkatan absorpsi air feses
Dosis Methylnaltrexone adalah 0.15mg/kg setiap 2 hari
Dosis alvimopan 12 mg secara oral dalam 5 jam sebelum operasi dan 2 kali sehari setelah
operasi hingga fungsi usus membaik namun tidak lebih dari 7 hari
Serotonin 5-HT4-Receptor Agonist
(Agonis reseptor Serotonin 5-HT4)
Terdiri dari Tegaserod, cisapride dan prucalopride
Tegaserod dan cisapride sudah ditarik dari pasar karena memiliki efek samping kardiotoksisitas
Prucalopride hanya beredar di eropa, dan digunakan untuk mengatasi konstipasi kronik. Masih
dibutuhkan studi selanjutnya terhadap aktivitas dan efek sampingnya
Guanylate Cyclase C Agonists
(Agonis guanilat siklase )
Linaclotide
Masih dalam tahap uji klinik
Merupakan asam amino yang berikatan dengan reseptor guanilat siklase pada permukaan
luminal usus enterosit, mengaktifkan kanal konduksi kista fibrosis transmembran dan
menstimulasi sekresi cairan intestinal
digunakan untuk konstipasi kronik