(Semester 3)
IKATAN IONIK
Kelas : LNG Badak Bontang
Kelompok 2 :
1. Liesli Indah
NIM : 0907035126
NIM : 0907035124
3. Maryono
NIM : 0907035125
4. Edy Pandawa
NIM : 0907035110
IKATAN IONIK
Pada ikatan ionik, terjadi transfer elektron dari satu atom ke atom lainnya. Oleh karena
berpindahnya elektron, maka ada atom yang menerima elektron menjadi bermuatan negatif,
sedangkan atom yang melepaskan elektron akan bermuatan positif. Jika atom menerima elektron,
maka atom tersebut menjadi ion negatif atau dikenal dengan istilah anion. Sedangkan jika atom
melepaskan elektron, maka atom tersebut menjadi ion positif atau kation. Karena adanya
perbedaan muatan antar ion (ion positif dan ion negatif), maka ion positif dan negatif akan saling
tarik menarik oleh gaya elektrostatik. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari ikatan ionik.
Atom-atom yang digabungkan dengan ikatan ion saling bertukar elektron untuk
melengkapi jumlah elektron pada kulit terluarnya menjadi dua (duplet) atau delapan (oktet) agar
mencapai konfigurasi elektron seperti gas mulia.
Transfer Elektron dan Ikatan Ionik
1. Ikatan ini terjadi ketika ada perbedaan tendensi yang sangat besar dari atom untuk
melepas atau menangkap electron.
2. Perbedaan terjadi antara logam yang reaktif ( gol 1A ) dan non logam ( gol 7A dan 6A
keatas ).
3. Atom logam (IE rendah) kehilangan satu atau dua electron valensi, sementara atom non
logam (EA sangat negatif) menangkap electron.
4. Terjadi transfer elektron antara logam dan non logam membentuk ion dengan konfigurasi
gas mulia
5. Gaya elektrostatik antar ion positif dan negatif membentuk susunan padatan ionik dengan
senyawa yang terbentuk oleh ikatan ini. Ikatan ion biasanya terjadi antara atom-atom yang
mudah melepaskan elektron (logam-logam golongan utama) dengan atom-atom yang mudah
menerima
elektron
(terutama
golongan
VIA
den
VIIA).
Makin
besar
perbedaan
elektronegativitas antara atom-atom yang membentuk ikatan, maka ikatan yang terbentuk makin
bersifat ionik. Contoh: NaCl, CaCl2 , MgBr2, BaO , FeS dan sebagainya.
Proses Terbentuknya Ikatan Ionik
Dalam ikatan ion, elektron sama sekali ditransfer dari satu atom yang lain. Dalam
proses baik kehilangan atau memperoleh elektron bermuatan negatif, atom bereaksi
membentuk ion . Ion yang dikenakan malah tertarik satu sama lain dengan kekuatan
elektrostatik , yang merupakan dasar ikatan ion .
Proses terbentuknya ikatan ionik dicontohkan dengan pembentukan NaCl. Natirum (Na)
dengan konfigurasi elektron (2,8,1) akan lebih stabil jika melepaskan 1 elektron sehingga
konfigurasi elektron berubah menjadi (2,8). Sedangkan Klorin (Cl), yang mempunyai
konfigurasi (2,8,7), akan lebih stabil jika mendapatkan 1 elektron sehingga konfigurasinya
menjadi (2,8,8). Jadi agar keduanya menjadi lebih stabil, maka natrium menyumbang satu
elektron dan klorin akan kedapatan satu elektron dari natrium. Ketika natrium kehilangan
satu elektron, maka natrium menjadi lebih kecil. Sedangkan klorin akan menjadi lebih besar
karena ketambahan satu elektron. Oleh karena itu ukuran ion positif selalu lebih kecil
daripada ukuran sebelumnya, namun ion negatif akan cenderung lebih besar daripada ukuran
sebelumnya. Ketika pertukaran elektron terjadi, maka Na akan menjadi bermuatan positif
(Na+) dan Cl akan menjadi bermuatan negatif (Cl-). Kemudian terjadi gaya elektrostatik
antara Na+ dan Cl- sehingga membentuk ikatan ionik.
Perhatikan bahwa ketika natrium kehilangan satu elektron valensi itu semakin kecil
ukurannya, sedangkan kaporit tumbuh lebih besar ketika mendapatkan tambahan elektron
valensi . Ini adalah khas ukuran relatif dari ion untuk atom . ion positif cenderung lebih
kecil dari atom asalnya sementara ion negatif cenderung lebih besar daripada atom asalnya.
Setelah reaksi berlangsung, Na + dan Cl dibebankan - ion yang diselenggarakan bersama oleh
kekuatan elektrostatik , sehingga membentuk ikatan ion .
Ikatan antara 11 Na dengan 17 Cl
Konfigurasi elektronnya :
11 Na = 2, 8, 1
17 Cl = 2, 8, 7
Na e
(2,8,1)
Cl e
(2,8,7)
(2,8)
(2,8,8)
**
( Na ) * Cl *
*
**
Cl
Cl
Supaya mencapai oktet, maka Na harus melepaskan 1 elektron menjadi kation Na+
Na
Na e
(2,8,1)
(2,8)
O 2e
(2,6)
O 2
(2,8)
O 2e
Na e
(x2)
O 2
(x1)
+
2Na + O
2 Na+ + O 2
Na2O
Energi Kisi
Misalkan ada suatu reaksi antara unsur logam yang reaktif (Li) dan mudah melepas elektron
dengan gas halogen (F) yang cenderung menarik elektron:
Li(g) Li+(g) + e- IE1 = 520 kJ
F(g) + e- F-(g)
EA = -328 kJ
Reaksi total:
Li(g) + F(g) Li+(g) + F-(g)
IE1 + EA = 192 kJ
Energi total yang dibutuhkan reaksi ini bahkan lebih besar karena kita harus
mengkonversi Li dan F kedalam bentuk gas.
5
Akan tetapi eksperimen menunjukkan enthalpi pembentukan padatan LiF (H 0f) = -617
kJ
H0 = -755 kJ
Energi kisi adalah perubahan enthalpi yang menyertai ion-ion gas yang bergabung
membentuk padatan ionik:
Li+(g) + F-(g) LiF(s)
H0kisi LiF
= energi kisi
= -1050 kJ
Karena energi = gaya x jarak, maka rumusan diatas dapat juga ditulis:
Didalam padatan ionik, A dapat berupa kation dan B anion dengan memperhitungkan
jarak = jari-jari kation + jari-jari anion
Pengaruh dari ukuran ion, semakin besar ukuran/jari-jari maka energi kisi akan semakin
kecil. Dalam satu golongan makin kebawah ukuran makin besar dan energi kisi makin
kecil
Pengaruh dari muatan ion dengan semakin besar muatan ion (Na + < Mg2+) maka energi
kisi akan semakin besar.
senyawa ion memiliki titik lebur tinggi. Daya tarik elektrostatik (ikatan ionik) antara
kation dan anion kuat. Dibutuhkan banyak energi untuk mengatasi daya tarik ini untuk
memungkinkan ion untuk bergerak lebih bebas dan bentuk cairan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik leleh senyawa ion adalah:
Muatan ion.
Secara umum, semakin besar biaya, semakin besar daya tarik elektrostatik, semakin
kuat ikatan ion, semakin tinggi titik lebur.
Tabel di bawah ini membandingkan titik leleh dan biaya untuk klorida ion natrium
dan magnesium oksida.
Senyawa ion
Melting Point (o C)
Mengisi kation
Mengisi anion
NaCl
801
-1
MgO
2800
-2
MgO memiliki titik lebur yang lebih tinggi dari NaCl karena 2 elektron ditransfer dari
magnesium untuk oksigen untuk membentuk MgO sementara hanya 1 elektron
dipindahkan dari natrium klor untuk membentuk NaCl.
Ukuran ion.
Ion yang lebih kecil dapat bersama dengan ion yang lebih besar sehingga daya tarik
elektrostatik lebih besar, ikatan ion yang kuat, titik leleh lebih tinggi.
Titik lebur Grup IA (alkali) fluorida logam dibandingkan dengan jari-jari ion kation
dalam tabel di bawah.
Senyawa ion
Melting Point (o C)
NaF
992
99
KF
857
136
8
RBF
775
148
Jari-jari kation menurun Kelompok I dari Na + K +, penurunan titik leleh dari fluorida.
2. Daya konduksi
Agar zat untuk melakukan listrik itu harus berisi partikel bergerak yang mampu membawa
muatan.
Ion Padat
Ion Cair
Larutan Air
Mobilitas Ion
sangat miskin
baik
baik
Konduktivitas listrik
sangat miskin
baik
baik
Senyawa ion padat tidak menghantarkan listrik karena ion (partikel bermuatan) terkunci
ke dalam kisi kaku atau array. Ion tidak dapat bergerak keluar dari kisi, sehingga tidak
dapat melakukan padat listrik.
Ketika cair, ion yang bebas bergerak keluar dari struktur kisi.
Kation (ion positif) bergerak menuju elektroda negatif (katoda)
M + + e -----> M
Anion (ion negatif) bergerak menuju elektroda positif (anoda)
X - X + e ----->
Ketika padat ionik dilarutkan dalam air untuk membentuk larutan, ion-ion yang
dilepaskan dari struktur kisi dan bebas bergerak sehingga solusi melakukan listrik sama
seperti cair (cairan) senyawa ion.
3. Kerapuhan
Padatan ion yang rapuh. Ketika tegangan diterapkan pada kisi ionik, lapisan
sedikit pergeseran. Lapisan ini diatur sedemikian rupa sehingga masing-masing kation
9
dikelilingi oleh anion dalam kisi. Jika lapisan pergeseran maka ion muatan yang sama
akan dibawa lebih dekat bersama-sama. Ion dari biaya yang sama akan saling tolak,
sehingga struktur kisi terurai menjadi potongan-potongan yang lebih kecil.
10