PENDAHULUAN
Femur merupakan tulang terpanjang pada tubuh manusia. Hal ini
menyebabkan perkembangan yang sesuai pada bagian proksimal dan distal sehingga
memungkinkan koordinasi aktivitas musculoskeletal pada panggul dan lutut.
Perkembangan pada femur proksimal khususnya pada epifisis dan fisis adalah sangat
kompleks di antara regiom pertumbuhan skeletal apendikular.1
Osifikasi sekunder biasanya dimulai pada kaput femur yaitu pada usia 4-5
bulan post natal (rentang usia 2-10 bulan). Proses ini dimulai dari bagian sentral yang
menyebar secara sentrifugal, bahkan penyesuaian bentuk hemisfer dari permukaan
artikular pada anak berusia 6-8 tahun dan membentuk sebuah lempeng subkondral
yang berlainan yang mengikuti kontur dari fisis kaput femur. Pusat osifikasi
tergantung pada suplai vascular, dan penurunan aliran darah secara permanen dan
sementara, yang mungkin terjadi pada fraktur leher femur ,berakibat pada
kemampuan osifikasi kaput femur untuk meneruskan proses maturasi normal dan
transformasi kondro oseus.1
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan
sendi, tulang rawan epifisis yang bersifat total maupun parsial. Fraktur juga
melibatkan jaringan otot, saraf, dan pembuluh darah di sekitarnya. Secara klinis,
dibagi menjadi fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit
sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen
tulang tidak berhubungan dengan dunia luar atau kulit di lokasi fraktur masih intak.
Pembagian fraktur terbuka berdasarkan Gustillo dan Anderson dibagi menjadi derajat
I, II, IIIA, IIIB, dan IIIC .2-5 pembagian fraktur menurut Tscherne dibagi menjadi
derajat 0, 1, 2, dan 3.6 Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan kekuatan tulang
lebih besar dari tenaga tulang. Penyebab tersering dari fraktur adalah kecelakaan lalu
lintas (70/%), jatuh (11%), kena tembakan (8%), dan lain-lain.7
Fraktur batang femur yang biasanya disebabkan oleh trauma tumpul adalah
jenis cedera yang sering ditangani oleh bedah ortopedi. Dalam beberapa penelitian
disebutkan bahwa
suprakondilar berkisar 1,6% pada semua fraktur pada anak. Rasio antara anak lakilaki dan perempuan adalah 2:1, rasio ini mungkin akan mengalami perubahan jika
semakin banyak anak perempuan yang terlibat dalam olahraga seperti sepak bola.
Insiden ini terdistribusi pada anak-anak usia muda dan pada remaja muda. Tingkat
terjadinya fraktur batang femur tiap tahun adalah 19/100.000 anak-anak.6,8
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. FRAKTUR
1. Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang
umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh kerusakan
jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan
persarafan, fraktur dapat disebabkan oleh trauma dan non trauma (fraktur patologis),
ataupun akibat tekanan yang terus menerus misalnya sering terjadi benturan pada
ekstremitas bawah yang menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula, ataupun fraktur
pada femur.9
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan
trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang
dan terjadi fraktur pada daerah tekanan misalnya benturan langsung pada
ekstremitas. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih
jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan
fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.10
2. Etiologi
Etiologi fraktur yang dimaksud adalah peristiwa yang dapat menyebabkan
terjadinya fraktur diantaranya peristiwa trauma(kekerasan) dan peristiwa patologis.
a) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya
kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan
patah tepat di tempat terjadinya benturan. Patah tulang demikian sering
bersifat terbuka, dengan garis patah melintang atau miring.
b) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam hantaran vektor kekerasan. Contoh patah tulang karena kekerasan tidak
langsung adalah bila seorang jatuh dari ketinggian dengan tumit kaki terlebih dahulu.
Yang patah selain tulang tumit, terjadi pula patah tulang pada tibia dan kemungkinan
pula patah tulang paha dan tulang belakang. Demikian pula bila jatuh dengan telapak
tangan sebagai penyangga, dapat menyebabkan patah pada pergelangan tangan dan
tulang lengan bawah.
c) Kekerasan akibat tarikan otot
Kekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah tulang. Patah
tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi. Contohnya patah tulang akibat
tarikan otot adalah patah tulang patella dan olekranom, karena otot triseps dan biseps
mendadak berkontraksi.7,12
3. Klasifikasi
Klasifikasi Fraktur secara umum
Berdasarkan Penyebab:
a. Non Trauma: Fraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan
patologis didalam tulang, ini bisa karena kelainan metabolik atau infeksi.
b. Trauma: Trauma dapat dibagi menjadi dua yaitu langsung dan tidak langsung.
Berdasarkan Hubungan dengan dunia luar:
a
Transversal
Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang
atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya mudah dikontrol
dengan pembidaian gips.
b.
Spiral
Adalah garis fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi
ekstremitas. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak.
c.
Oblik
Adalah garis fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis
patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
d. Segmental
Adalah dua garis fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang
retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai
darah.
e.
Kominuta
Fraktur Impaksi
Adalah garis fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang
berada diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.10,11
kompresi.
Biomekanik lempeng pertumbuhan : tulang rawan lempeng epifisis
Fraktur diafisis femur sering ditemukan pada anak-anak dan harus dianggap
sebagai suatu fraktur yang dapat menimbulkan perdarahan dan syok. Fraktur terjadi
karena suatu trauma hebat dan lokalisasi yang paling sering adalah pada 1/3 tengah
diafisis femur.
Klasifikasi fraktur femur bagian dalam : Subtrokanterik, adduksi, abduksi,
klasik. Posisi fraktur terjadi karena tarikan dan lokalisasi fraktur. Pada fraktur 1/3
proksimal, fragmen proksimal tertarik dalam posisi fleksi karena tarikan muskulus
iliopsoas, abduksi oleh muskulus gluteus medius dan minimus serta rotasi eksterna
oleh otot rotator pendek dan gluteus maksimus. Pada fraktur 1/3 media fragmen
proksimal tertarik dalam posisi fleksi dan rotasi namun posisi abduksi lebih kurang.
Fraktur 1/3 distal dimana fragmen bagian proksimal tertarik dalam posisi adduksi
dan fragmen distal tertarik miring oleh gastrocnemius. Fraktur dapat bersifat oblik,
transversal dan jarang bersifat komunitif..
Gambaran klinis, penderita biasanya datang dengan gejala trauma hebat
disertai pembengkakan pada daerah tungkai atas dan tidak dapat menggerakkan
tungkai. Terdapat deformitas, pemendekan anggota gerak dan krepitasi. Pemeriksaan
penunjang berupa foto rontgen
fraktur.Pola fraktur harus diperhatikan sebab hal itu akan memandu dalam
pengobatan.6,7
3. Diagnosis
Pada diagnosis harus ditulis diagnosis fraktur yang didasarkan pada jenis tulang
yang patah (femur, tibia, dan sebagainya), lokalisasinya (proksimal, tengah, distal
dan sebagainya), pola garis fraktur (simpel seperti transversal,oblik, kominutif, dan
sebagainya) dan integritas kulit daerah tulang yang mengalami fraktur (tertutup atau
terbuka ).
Untuk mencapai diagnosis dapat diketahui pada riwayat keluhan penderita dengan
deskripsi yang jelas, mencakup biomekanisme trauma, lokasi dan derajat nyeri serta
kondisi penderita sebelum kecelakaan seperti penyakit hipertensi dan sebagainya.
Pemeriksaan fisik pada penderita fraktur selalu dimulai dengan look, kemudian feel
dan terakhir movement. Kesalahan diagnosis jarang terjadi karena deformitas yang
hebat dan jelas pada pertengahan tulang panjang.
Pada inspeksi (look) bagian lesi terlihat asimetri dari bentuk maupun posture,
kebiruan, atau kerusakan kulit akibat trauma maupun edema (swelling) yang
terlokalisir dan berakhir menjadi diffuse.
Pada palpasi (feel) terasa nyeri tekan (tenderness) yang terlokalisir pada daerah
fraktur, gerakan abnomal, krepitasi, dan deformitas.pemeriksaan gangguan
sensibilitas dan temperatur bagian distal lesi serta nadi harus diperiksa.
Pemeriksaan gerakan (movement) dapat secara pasif dan aktif pada sendi terdekat
dari fraktur harus dikerjakan dengan teliti. Pemeriksaan sendi dilakukan untuk
mengetahui apakah terjadi perluasan fraktur ke sendi tersebut.Umumnya suspek
fraktur dapat dibuat hanya dari riwayat dan pemeriksaan fisik.10
Pada pemeriksaan tambahan dilakukan pemeriksaan Radiologi, Untuk setiap
penderita yang diperkirakan fraktur, pemeriksaan radiologis yang diminta hanya sebagai
konfirmasi / diagnosis, rencana terapi pada tindakan pertama yang dilakukan terhadap
penderita serta perkiraan prognosisnya. Oleh karena itu pada permintaan X-ray proyeksi
dan daerah / arah yang diminta harus jelas. Kadangkala proyeksi khusus seperti proyeksi
oblik diperlukan atau sisi sehat guna perbandingan terutama pada anak-anak atau
proyeksi stress guna menentukan adanya lesi pada ligamen sebagai stabilitas sendi.
Bahkan pemeriksaan yang lebih canggih seperti MRI, CT-scan
reduction internal fixatie (ORIF) maupun open reduction external fixatie (OREF).
Metode penanganan fraktur dengan internal fiksasi harus dipilih atau disesuaikan
dengan jenis frakturnya. Bentuk-bentuk internal fiksasi antara lain plate and screw,
intramedullary nail, oblique transfixion screws, circumferential wire. 12
Tatalaksana Fraktur Femur pada Anak
Prinsip-prinsip pengobatan pada anak-anak adalah sama dengan pada orang dewasa
tetapi harus ditekankan bahwa dalam pengobatan pada anak, tatalaksana metode
terbuka jarang diperlukan. Pilihan metode tertutup sangat tergantung pada usia dan
berat anak. Saat anak-anak yang lebih tua (dan lebih besar), penyembuhan dan
pengobatan fraktur membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga lebih mungkin
mengakibatkan masalah terkait dengan rawat inap panjang dan risiko lebih besar
malunion (poolman, Kocher et al. 2006). Akibatnya telah ada kecenderungan
mengobati fraktur batang femoralis pada anak-anak yang lebih tua atau pola fraktur
yang tidak stabil adalah dengan operasi.6
Sejak awal abad 18, traksi dipakai untuk tatalaksana dari faktur femur. Indikasi
untuk skin traksi atau skeletal traksi meliputi : 1). Fraktur femur unstable pada anak
kurang dari 6 tahun dengan shortening lebih dari 3 cm; 2). Fraktur femur yang gagal
ditatalaksana dengan spika pada anak kurang dari 6 tahun; 3) fraktur femur pada
anak umur 6 sampai 11 tahun tanpa fraktur multiple, cedera kepala, atau cedera
vaskuler dan jaringan lunak yag parah dan bisa menjalani imobilisasi.21
Tatalaksana fraktur femur pada anak umur 6-11 tahun masih kontroversi. Untuk
yang stabil dengan fraktur displaced minimal pemasangan spika segera biasanya
merupakan prosedur dengan hasil memuaskan. Bagaimanapun juga pada anak yang
lebih besar dengan fraktur komunikan tidak stabil, traksi diikuti oleh pemasangan
spika mungkin bermanfaat.
Pemasangan skin traksi atau traksi Buck biasa memakai beban 10% dari berat
badan
pasien dengan
menyebabkan kerusakan pada jaringan kulit. Pada kasus yang membuthkan beban
lebih dari 5 kg sebaiknya digunakan traksi tulang, Lamanya traksi bergantung pada
10
umur dan berat badan anak. Dan waktu yang dibutuhkan untuk fraktur menyatu
sekitar 7 sampai 21 hari setelah pemasangan traksi. 21,22
Beberapa Prinsip pengobatan konservatif atau tanpa operasi yakni
-
11
b. Reduction
Adalah usaha dan tindakan manipulasi frakmen-fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin untuk dikembalikan keposisi anatomi normal. Tindakan ini
dapat dilakukan secara elektif di rumah sakit.
c. Retention
Sebagaimana aturan umum ketika melakukan reduction harus melewati sendi
di atas fraktur dan sendi di bawah fraktur.
d. Rehabilitation
12
b)
3.
c)
d)
13
Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel
dasar yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada kondroblas membentuk
tulang rawan. Matriks interseluler dan perlekanan polisakarida oleh garamgaram, kalsium membentuk tulang rawan imatur yang disebut woven bone,
dimana garis fraktur mengecil dan sekitar 4 minggu setelah trauma, fraktur
akan menyatu.
Fase Konsolidasi
berlanjutnya aktifitas osteoklastik dan osteoblastik, tulang rawan imatur
(woven bone) bertransformasi menjadi tulang lamellar. Woven bone akan
membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah menjadi tulang
yang matang. Proses ini lambat dan mungkin membuthkan waktu beberapa
bulan untuk cukup kuat menopang beban yang normal.
Fase remodelling
Ketika union telah lengkap, tulang baru membentuk bagian yang menyerupai
bulbus yang menyelimuti tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Perlahanlahan terjadi reabsorpsi secara perlahan-lahan secara osteoklasik dan tetap
terjadi proses osteblastik pda tulang dan kalus ekserna secara perlahan-lahan
menghilang. Kalus intermediet menjadi tulang yang kompak dan berisi
system Harvesian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk
membentuk sumsum. Proses ini terjadi selama beberapa periode waktu
bahkan tahun. Khususnya pada anak-anak tulang akan menyatu seperti
bentuk normal.6,7
14
6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada fraktur femur tertutup pada anak adalah :
1.
2.
3.
4.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama
: An RM
Umur
: 10 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
Agama
: Kristen Protestan
Pekerjaan
: Pelajar
No. CM
: 00.45.44.56
MRS
: 8 Juli 2015
B. PRIMERY SURVEY
A : clear
15
M:
P:
L:
7 jam SMRS
E:
lapangan sekolah
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
: T
: 110/60 mmHg
: 86 x/menit
: 22x/menit
SB
: 36,5oC (Axilla)
Status Generalis :
Kepala : Conj an (-), pupil isokor, 3 mm, RC +/+ normal.
Leher : Trakea letak tengah, pembesaran KGB Thoraks :
Paru
16
ins
: simetris kiri=kanan
Palp : stem fremitus kiri = kanan
Auskultasi : suara pernapasan vesikuler
Perkusi : sonor kiri=kanan
Jantung :
Tidak ada bunyi tambahan
Abdomen
Kanan
63cm
33cm
Kiri
60cm
30cm
Resume
Pasien laki-laki umur 10 tahun MRS dengan bengkak dan nyeri pada paha
kiri akibat terjatuh dialami oleh penderita 3 jam SMRS. Awalnya penderita sedang
berlari kemudian penderita terpeleset, sehingga terjatuh dengan posisi kaki kiri
membentur batu. Penderita masih dapat berdiri namun sulit berjalan.
Riwayat
17
E. PENATALAKSANAAN
-
IVFD RL 7 gtt/menit
Ketorolac 3 x amp iv
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Rontgen femur sinistra (AP-Lateral)
18
Hasil
18400
Satuan
/mm3
nilai rujukan
4.000-10.000
Eritrosit
4,67
106/ uL
4.25-5.40
Hemoglobin
12,1
g/ dL
12.8 16.8
Hematokrit
36,9
35 47
Trombosit
331
103/ ul
150 450
19
108
mg/dL
70-125
Creatinin Darah
0,5
mg/dL
0,6-1,1
Ureum Darah
20
mg/dL
20-40
Natrium
138
meq/L
135-153
Kalium
4,30
meq/L
3.50-5.30
Chlorida
105
meq/L
98.0-109.0
G. DIAGNOSIS
Fraktur transversal komplit os femur sinistra 1/3 tengah tertutup displaced
FOLLOW UP
8/9/2015
S : Nyeri di paha kiri
O: Vital sign :
: 100/60 mmHg
: 86 x/menit
: 20x/menit
SB
: 36,5oC (Axilla)
9/9/2015
20
: 110/60 mmHg
: 80 x/menit
: 20x/menit
SB
: 36,8oC (Axilla)
10/09/2015
S : Nyeri di paha kiri
O: Vital sign : T
: 110/50 mmHg
N
: 82 x/menit
: 20x/menit
SB
: 36,5oC (Axilla)
21
11/09/2015
S : Nyeri di paha kiri
O: Vital sign : T
: 110/50 mmHg
N
: 82 x/menit
: 20x/menit
SB
: 36,5oC (Axilla)
12/09/2015-13/09/2015
S : Nyeri di paha kiri
22
O: Vital sign : T
: 110/50 mmHg
N
: 82 x/menit
: 20x/menit
SB
: 36,5oC (Axilla)
13/9/2015
S : Nyeri di paha kiri
O: Vital sign : T
: 110/50 mmHg
N
: 82 x/menit
: 20x/menit
SB
: 36,5oC (Axilla)
23
: 110/50 mmHg
N
: 82 x/menit
: 20x/menit
SB
: 36,5oC (Axilla)
15/9/2015
Pasien dan keluarga menolak perawatan lebih lanjut
24
BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosis ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemerikan penunjang. Pada anamnesis perlu diketahui ada riwayat trauma atau
tidak. Bila tidak, berarti fraktur patologis. Trauma harus terperinci kapan terjadinya,
di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, arah trauma, dan posisi pasien atau
ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Perlu diteliti kembali trauma di
tempat lain secara sistematik dari kepala, leher, dada, perut, dan keempat
ekstremitas. Pada anamnesis diperoleh penderita berusia 10 tahun MRS dengan
bengkak dan nyeri di tungkai atas kiri akibat terjatuh dialami penderita sejak 3 jam
SMRS. Awalnya penderita sedang berlari kemudian penderita terpeleset, sehingga
terjatuh dengan posisi kaki kiri membentur batu. Penderita masih dapat berdiri
namun sulit berjalan.
sebelumnya tidak ada dan pasien tidak diururt sebelum di bawa ke rumah sakit.
Disebutkan dalam beberapa kepustakaan bahwa fraktur batang femur biasanya
disebabkan oleh trauma tumpul adalah jenis cedera yang sering ditangani oleh bedah
ortopedi Kebanyakan terjadi pada laki-laki dengan rasio laki-laki:perempuan = 2:1.
Maka hal ini adalah sesuai. 6,8
Pemeriksaan fisik terdiri atas status generalis, status lokalis, dan status
distalis. Pada status lokalis dinilai:13
a. Inspeksi (Look)
1. Kulit (warna dan tekstur), jaringan lunak, tulang, sendi, apakah terdapat luka atau
tidak.
2. Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, translasi, dan
pemendekan
b. Palpasi (Feel)
1. Nyeri tekan dan lokalisasi, apakah nyeri setempat atau nyeri alih
2. Krepitasi
3. Pengukuran panjang anggota gerak
c. Move, untuk mencari:
25
fisik, dan pemeriksaan radiologis didiagnosis sebagai fraktur femur dextra 1/3 tengah
tertutup.14
Penanganan fraktur terdiri atas penanganan preoperatif, dan pascaoperatif.
Preoperatif berupa pertolongan pertama (bantuan hidup dasar) yang dikenal dengan
singkatan ABC. Proses ini dikenal dengan singkatan ABC. ABC pada trauma
meliputi A untuk airway atau jalan napas yaitu pembebasan jalan napas; B
untuk breathing atau pernapasan yaitu dengan pemberian O2, memperhatikan adakah
tanda-tanda hemothoraks, pneumothoraks, flail chest; C untuk circulation atau
sirkulasi/fungsi
jantung
untuk
mencegah
atau
menangani
syok;
untuk disability yaitu evaluasi status neurologik secara cepat dengan metode AVPU
(Alert,
Vocal
stimuli,
Pain
stimuli,
Unresponsive);
dan
26
tulang
merupakan
proses
27
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Oglen. JA.2000. Skeletal Injury in The Child Second Edition. New York: W.B
Saunders Company. Pg 857-72
1. AAPC. Fracture classification in ICD-10-CM. 2013.
2. Medline Plus. Dislocation. US National Library of Medicine. 2013.
3. Joint Pain Expert. Joint-pain-expert.org. [Online].; 2010 [cited 2015 May 9.
2002;43(11):566-9
2. Apleys System of Orthopaedics and fractures, 9th edition. 2010.
3. Rasjad C. Trauma. Dalam: Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar:
Bintang Lamumpatue; 2000. h.343-536.
4. Sela Y, et al. pediatric femoral shaft fractures : treatment strategies according
to age -13 year of experience in one medical center. Journal of orthopaedic
surgery and research. 2013 p1-6
5. Delahay JN, Sauer S. Skeletal Trauma. In: Wiesel S, Delahay JN, editor.
Essentials of orthopedic surgery. 3rd ed..Washington: Springer; 2007. p.4083.
6. McRae E. The diagnosis of fractures and principles of treatment. In: McRae
E, Esser R, editor. Practical fracture treatment. 4th ed. Churchil Livingstone.
p.25-54.
7. Okoro OI, Ohadugha OC. The anatomic pattern of fractures and dislocations
among accident victims in Owerri,Nigeria. Nigerian J of Surg Res 2006;8:546.
8. Skinner H, Smith W, Shank J, Diao E, Lowenberg D. Musculoskeletal
Trauma Surgery. In: Skinner H, editor. Current diagnosis and treatment in
orthopedics. 3rd ed. New York: McGraw-Hill; 2003. p.76-150.
9. Buckley R, Panaro CDA. General Principles of Fracture Care [online]. 2007 Jul
19 [cited 2008 Oct 12]; Available from: URL:
http://www.emedicine.com/orthoped/topic636.htm
29
30