Anda di halaman 1dari 16

TUGAS RMK

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

ETIKA DALAM DUNIA BISNIS

Oleh:

KELOMPOK 5
Anak Agung Dwipayani
Ida Ayu Gayatri
Luh Putu Emi Novitasari
Ni Nyoman Sri Rahayu D.
I.A. Gede Sutha Megasari
A.A. Ayu Ratih Radityastuti

(1391661002)
(1391661005)
(1391661006)
(1391661007)
(1391661009)
(1391661023)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
1

ETIKA DALAM DUNIA BISNIS


Berbicara mengenai etika dunia usaha atau etika dalam praktik bisnis, tidak terlepas
dari perilaku pelaku dunia bisnis itu sendiri, yaitu pelaku ekonomi dan bisnis, pemerintah dan
masyarakat dalam dunia usaha. Saat ini dunia bisnis sudah sangat berkembang di Indonesia
dan menyebabkan terjadinya persaingan bisnis. Bahkan dunia bisnis tidak lagi mengenal
adanya batas antara negara, karena adanya teknologi yang mendukung berjalannya proses
bisnis itu sendiri. Berkembangnya bisnis ini, semakin menuntut tentang praktik bisnis yang
baik dan etis. Meskipun demikian, tidak sedikit pelaku bisnis melakukan dan menghalalkan
berbagai cara agar berhasil dalam menjalankan bisnisnya meskipun yang mereka lakukan
memiliki tidak etis. Perkembangan teknologi yang cepat itu juga berpengaruh pada masalah
etika bisnis yang tidak hanya menjadi bahan pembicaraan di negara-negara sedang
berkembang seperti Indonesia, tetapi juga di negara-negara maju.
PENGERTIAN ETIKA BISNIS
Etika diartikan sebagai penyelidikan terhadap alam dan ranah moralitas dimana istilah
moralitas dimaksudkan untuk merujuk pada penghakiman akan standar dan aturan tata laku
moral. Etika juga bisa disebut sebagai studi filosofi perilaku manusia dengan penekanan pada
penentuan apa yang dianggap salah dan benar. Dari definisi itu kita bisa mengembangkan
sebuah konsep etika bisnis. Tentu sebagian dari kita akan setuju bila standar etika yang tinggi
membutuhkan individu yang punya prinsip moral yang kokoh dalam melaksanakannya.
Namun, beberapa aspek khusus harus dipertimbangkan saat menerapkan prinsip etika ke
dalam bisnis: (1) untuk bisa bertahan, sebuah bisnis harus mendapatkan keuntungan. Jika
keuntungan dicapai melalui perbuatan yang kurang terpuji, keberlangsungan perusahaan bisa
terancam. Banyak perusahaan terkenal telah mencoreng reputasi mereka sendiri dengan
skandal dan kebohongan, serta (2) sebuah bisnis harus dapat menciptakan keseimbangan
antara ambisi untuk mendapatkan laba dan kebutuhan serta tuntutan masyarakat sekitarnya.
Memelihara keseimbangan seperti ini sering membutuhkan kompromi atau bahkan barter.
Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis dalam
menjalankan good business dan tidak melakukan monkey business atau dirty business. Etika
bisnis mengajak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang etis agar
bisnis itu pantas dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya dimensi etis dalam
dunia bisnis. Hal ini sekaligus menghalau citra buruk dunia bisnis sebagai kegiatan yang
2

kotor, licik, dan tipu muslihat. Kegiatan bisnis mempunyai implikasi etis dan oleh karenanya
membawa serta tanggung jawab etis bagi pelakunya.
Berbisnis dengan etika adalah menerapkan aturan umum mengenai etika pada
perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban,
prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan
bahwa berlaku tidak jujur adalah tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis yang
tidak berlaku jujur dengan pegawainya, pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun
pesaing dan masyarakat, maka ia dikatakan tidak etis dan tidak bermoral. Intinya adalah
bagaimana kita mengontrol diri kita sendiri untuk dapat menjalani bisnis dengan baik dengan
cara peka dan toleransi. Dengan kata lain, etika bisnis ada untuk mengontrol bisnis agar tidak
tamak.
Pelanggaran etika dapat terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk
meraih keuntungan, masih banyak perusahaan yang melakukan berbagai pelanggaran moral.
Praktik curang ini bukan hanya merugikan perusahaan lain, melainkan juga masyarakat dan
negara. Praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) tumbuh subur di banyak perusahaan.
Etika bisnis paling gampang diterapkan di perusahaan sendiri. Pemimpin perusahaan
memulai langkah ini karena mereka menjadi panutan bagi karyawannya. Selain itu, etika
bisnis harus dilaksanakan secara transparan. Pemimpin perusahaan seyogyanya bisa
memisahkan perusahaan dengan milik sendiri. Dalam operasinya, perusahaan mengikuti
aturan berdagang yang diatur oleh tata cara undang-undang. Etika bisnis tidak akan dilanggar
jika ada aturan dan sanksi. Kalau semua tingkah laku salah dibiarkan, maka lama kelamaan
akan menjadi kebiasaan. Norma yang salah ini akan menjadi budaya. Oleh karena itu, bila
ada yang melanggar aturan diberikan sanksi untuk memberi pelajaran kepada yang
bersangkutan. Ada tiga sasaran dan ruang lingkup pokok etika bisnis:
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi, dan masalah
yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis
pertama-tama bertujuan untuk menghimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan
bisnis secara baik dan etis.
2. Menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh, atau karyawan dan
masyarakatluas pemilik aset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktik bisnis siapapun juga.
Pada tingkat ini, etika bisnis berfungsi menggugah masyarakat bertindak menuntut

para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik demi terjaminnya hak dan kepentingan
masyarakat tersebut.
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis lebih bersifat makro atau
lebih tepat disebut etika ekonomi. Dalam lingkup makro semacam ini, etika bisnis
bicara soal monopoli, oligopoli, kolusi, dan praktik semacamnya yang akan sangat
mempengaruhi, tidak saja sehat tidaknya suatu ekonomi, melainkan juga baik
tidaknya praktik bisnis dalam sebuah negara.
ETIKA PERGAULAN BISNIS
Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul
dari dalam perusahaan itu sendiri. Bisnis selalu berhubungan dengan masalah-masalah etis
dalam melakukan kegiatan sehari-hari dan dapat dipandang sebagai etika pergaulan bisnis.
Seperti halnya manusia pribadi juga memiliki etika pergaulan antar manusia, pergaulan bisnis
dengan masyarakat umum juga memiliki etika pergaulan, yaitu etika pergaulan bisnis yang
meliputi beberapa hal:
Hubungan Antara Bisnis Dengan Langganan/Konsumen
Merupakan hubungan yang paling banyak dilakukan, oleh karena, itu bisnis haruslah
menjaga etika pergaulannya secara baik, misalnya:
1. Kemasan yang berbeda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau
mengadakan perbandingan harga terhadap produknya.
2. Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi didalamnya,
sehingga produsen perlu memberikan penjelasan tentang isi serta kandungan atau zatzat yang terdapat didalam produk itu.
3. Pemberian layanan, terutama garansi, merupakan tindakan yang sangat etis bagi suatu
bisnis. Sangatlah tidak etis suatu bisnis yang menjual produknya yang ternyata jelek
(busuk) atau tak layak dipakai tetap saja tidak mau mengganti produknya tersebut
kepada pembelinya.
Hubungan Dengan Karyawan
Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering
kali harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya yang meliputi: Penarikan
(recruitment), Latihan (training), Promosi atau kenaikan pangkat, Transfer, demosi
4

(penurunan pangkat) maupun lay-off atau pemecatan/PHK. Didalam menarik tenaga kerja
haruslah dijaga adanya penerimaan yang jujur sesuai dengan hasil seleksi yang telah
dijalankan. Sering kali terjadi hasil seleksi tidak diperhatikan akan tetapi yang diterima
adalah peserta atau calon yang berasal dari anggota keluarga sendiri.
Disamping itu, tidak jarang seorang manajer yang mencoba menaikan pangkat para
karyawan dari generasi muda yang dianggapnya sangat potensial dalam rangka membawa
organisasi menjadi lebih dinamis, tetapi hal tersebut mendapat protes keras dari karyawan
dari generasi tua. Masalah lain lagi dan yang paling rawan adalah masalah pengeluaran
karyawan atau dropout. Masalah DO atau PHK ini perlu mendapatkan perhatian ekstra dari
para manajer karena hal ini menyangkut masalah tidak saja etik akan tetapi juga masalah
kemanusian. Karyawan yang di PHKkan tentu saja akan kehilangan mata pencahariannya
yang menjadi tumpuan hidup dia bersama keluarganya.
Hubungan Antar Bisnis
Merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahan yang lain. Hal
ini bisa terjadi dalam hubungan antara perusahaan dengan saingannya, dengan penyalurnya,
dengan grosirnya, dengan pengecernya, agen tunggalnya maupun distributornya. Dalam
kegiatan sehari-hari tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan kepentingan
antar kedunya. Tidak jarang dalam hubungan tersebut dituntut adanya etika pergaulan bisnis
yang baik. Sebagai contoh, sebuah penerbit yang ingin menyalurkan buku-buku terbitannya
kepada para grosir yang bersedia membeli secara kontan dalam jumlah besar dan kontinyu
dengan memperoleh potongan rabat yang sama dengan penyalur. Rencana ini menjadi kandas
karena mendapat protes keras dari para penyalur-penyalurnya yang memandang tindakan
penerbit tersebut akan sangat merugikan para penyalur sedangkan omset dari para penyalur
sendiri dalam beberapa tahun tidak meningkat. Contoh lain adalah adanya perebutan tenaga
kerja ahli atau manajer profesional oleh para pengusaha, persaingan harga yang saling
menjatuhkan dan sebagainya.
Hubungan Dengan Investor
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah go
publik harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada para
insvestor atau calon investornya. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para
investor untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Dalam hal ini perlu mandapat
5

perhatian yang serius karena dewasa ini di Indonesia sedang mengalami lonjakan kegiatan
pasar modal. Banyak permintaan dari para pengusaha yang ingin menjadi emiten yang akan
menjual sahamnya kepada masyarakat. Dipihak lain masyarakat sendiri juga sangat
berkeinginan untuk menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun suratsurat berharga yang lain yang diemisi oleh perusahaan di pasar modal. Oleh karena itu,
masyarakat calon pemodal yang ingin membeli saham haruslah diberi informasi secara
lengkap dan benar terhadap prospek perusahan yang go public tersebut. Jangan sampai terjadi
adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi terhadap hal ini.
Hubungan Dengan Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan, terutama jawatan pajak, pada
umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini merupakan
hubungan yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan yang berupa neraca dan
laporan Rugi dan Laba. Laporan keuangan tersebut haruslah disusun secara baik dan benar
sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah negatif, misalnya penggelapan pajak.
Pelaksanaan tangungjawab sosial suatu bisnis merupakan penerapan kepedulian bisnis
terhadap lingkungan, baik lingkungan alam, teknologi, ekonomi, sosial, budaya, perintah
maupun masyarakat internasional. Bisnis yang menerapkan tanggung jawab sosial itu
merupakan bisnis yang menjalankan etika bisnis, sedangkan bisnis yang tidak melaksanakan
tanggung jawab sosial itu merupakan penerapan yang tidak etis.
Penerapan etika bisnis ini merupakan penerapan dari konsep Stake Holder sebagai
pengganti dari konsep lama yaitu konsep Stock Holder. Pengusaha yang menerapkan
konsep Stock Holder berusaha untuk mementingkan kepentingan para pemengang saham
(Stockholder) saja, di mana para pemegang saham tentu saja akan mementingkan
kepentinganya yaitu penghasilan yang tinggi baginya yaitu yang berupa deviden atau
pembagian laba serta harga saham dipasar bursa. Dengan memperoleh deviden yang tinggi
maka penghasilan mereka akan tinggi, sedangkan dengan naiknya nilai atau kurs saham akan
merupakan kenaikan kekayaan yang dimilikinya yaitu sahamnya itu dapat dijual dengan
harga yang lebih tinggi. Pemenuhan kepentingan ataupun tuntutan dari para pemengan saham
itu sering kali mengabaikan kepentingan-kepentingan pihak-pihak yang lain yang juga
terlibat dalam kegiatan bisnis. Pihak lain yang terkait dalam kegiatan bisnis tidak hanya para
pemegang saham saja akan tetapi masih banyak lagi seperti pekerja atau karyawan,
konsumen, kreditur, lembaga-lembaga keuangan dan pemerintah.
6

PERKEMBANGAN DALAM ETIKA BISNIS


Berikut perkembangan etika bisnis menurut Bertens (2000):
1. Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki
bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan
membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2. Masa Peralihan: Tahun 1960-an
Ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS),
revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment
(kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya
manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan
nama Business and Society. Topik yang paling sering dibahas adalah corporate social
responsibility.
3. Etika Bisnis Lahir di AS: Tahun 1970-an
Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar
bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang
sedang meliputi dunia bisnis di AS.
4. Etika Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an
Di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun
kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah
bisnis yang disebut European Business Ethics Network (EBEN).
5. Etika Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an
Tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh
dunia. Telah didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics
(ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.
Dalam upaya untuk menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain yaitu:
1. Pengendalian diri
Pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka
masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk
apapun.

2. Pengembangan tanggung jawab sosial.


Pelaku bisnis ini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya
dalam bentuk "uang" saja, dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan melalu
cara yang lebih kompleks lagi. Jadi, dalam keadaan apapun para pelaku bisnis harus
mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap
masyarakat sekitar di lingkungan usaha mereka.
3. Mempertahankan jati diri
Memperthahankan jati diri disini bukan berarti di dalam etika bisnis tidak perduli
akan perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus
dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak
kehilangan budaya sendiri yang dimiliki.
4. Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi
persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat
jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah,
sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread
effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan
perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
5. Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan"
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang,
tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan
ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat
sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan
dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh
keuntungan besar.
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan
terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk
permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan
nama bangsa dan negara.
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai
contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan "katabelece"
8

dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan
memaksa diri untuk mengadakan kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak
yang terkait.
Secara garis besar ke tujuh faktor tersebut lah yang paling berpengaruh terhadap
penerapan etika di dalam dunia bisnis. Dan dalam penerapannya yang lebih sering banyak
diterapkan oleh para pelaku dalam dunia bisnis untuk tetap mempertahankan eksistensinya
dalam dunia bisnis itu sendiri.
MASALAH-MASALAH ETIKA BISNIS
Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori, antara lain:
1. Suap (Bribery)
Adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima, atau meminta sesuatu
yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam
melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang
dengan membeli pengaruh. Pembelian itu dapat dilakukan baik dengan
membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun pembayaran kembali setelah
transaksi terlaksana. Suap kadang-kadang tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau
penggunaan callgirls dapat dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap, tetapi
pemberian hadiah tidak selalu dapat disebut sebagai suap, tergantung dari maksud dan
respon yang diharapkan oleh pemberi hadiah.
2. Paksaan (Coercion)
Adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan menggunakan jabatan
atau ancaman. Paksaan dapat berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan,
pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu.
3. Penipuan (Deception)
Adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan
atau melakukan kebohongan.
4. Pencurian (Theft)
Adalah tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil properti
milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa properti
fisik atau konseptual.

5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination)


Adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang
disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan
untuk memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang
beralasan antara mereka yang disukai dan tidak.
Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para pelaku
bisnis. Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk
mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang
mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau
operasi perusahaan. Muslich (1998: 31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis
sebagai berikut.
1. Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara
moral atas keputusan yang diambil.
2. Prinsip Kejujuran, dimana bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak
berlandaskan kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis
(misal kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran
dalam hubungan kerja dan lain-lain).
3. Prinsip Keadilan, dimana bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat
perlakuan yang sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh
dirugikan haknya.
4. Prinsip Saling Menguntungkan, dimana agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
5. Prinsip Integritas Moral, dimana prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis
dimana para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga
nama baik perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.
MEMBUMIKAN ETIKA BISNIS DI PERUSAHAAN
Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah, baik
-buruk. Dalam kerangka konsep etika bisnis terdapat pengertian tentang etika perusahaan,
etika kerja dan etika perorangan, yang menyangkut hubungan-hubungan sosial antara
perusahaan, karyawan dan lingkungannya. Etika perusahaan menyangkut hubungan
perusahaan dan karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya (misalnya dengan
10

perusahaan lain atau masyarakat setempat), etika kerja terkait antara perusahaan dengan
karyawannya, dan etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan.
Perilaku etis yang telah berkembang dalam perusahaan menimbulkan situasi saling
percaya antara perusahaan dan stakeholders, yang memungkinkan perusahaan meningkatkan
keuntungan jangka panjang. Perilaku etis akan mencegah pelanggan, pegawai dan pemasok
bertindak oportunis, serta tumbuhnya saling percaya.
Kebijakan perusahaan untuk memberikan perhatian serius pada etika perusahaan akan
memberikan citra bahwa manajemen mendukung perilaku etis dalam perusahaan. Kebijakan
perusahaan biasanya secara formal didokumentasikan dalam bentuk Kode Etik (Code of
Conduct). Di tengah iklim keterbukaan dan globalisasi yang membawa keragaman budaya,
code of conduct memiliki peran yang semakin penting, sebagai buffer dalam interaksi intensif
beragam ras,pemikiran, pendidikan dan agama
Terdapat tiga faktor utama yang memungkinkan terciptanya iklim etika dalam
perusahaan. Pertama, terciptanya budaya perusahaan secara baik. Kedua, terbangunnya suatu
kondisi organisasi berdasarkan saling percaya (trust-based organization). Dan ketiga,
terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai (employee relationship management).
MANFAAT PERUSAHAAN MENERAPKAN ETIKA DALAM BISNIS
Etika bisnis di butuhkan karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan
memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (valuecreation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari
perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh
budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yangdilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan selalu
menguntungkan perusahaan untuk jangka menengah maupun jangka panjang karena:
1. Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi baik
intern perusahaanmaupun dengan eksternal.
2. Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
3. Akan dapat melindungi kebebasan berniaga.
4. Akan meningkatkan keunggulan bersaing.
Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan balasan dari
konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan
11

pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan dapat menurunkan nilai
penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilainilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi
pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya
diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. Karyawan yang berkualitas adalah
aset yang paling berharga bagi perusahaan oleh karena itu semaksimal mungkin harus tetap
dipertahankan.

12

KASUS
1. KASUS ETIKA BISNIS INDOMIE DI TAIWAN
Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku bisnis
terutama menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan
luas kepada pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam
pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang
mengikuti mekanisme pasar.
Dalam persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam memperoleh
keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan melanggar peraturan yang
berlaku. Apalagi persaingan yang akan dibahas adalah persaingan produk impor dari
Indonesia yang ada di Taiwan. Karena harga yang lebih murah serta kualitas yang tidak kalah
dari produk-produk lainnya.
Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena disebut
mengandung bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik dari peredaran. Zat
yang terkandung dalam Indomie adalah methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam
benzoat). Kedua zat tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan
pada Jumat (08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis
produk Indomie dari peredaran. Di Hongkong, dua supermarket terkenal juga untuk
sementara waktu tidak memasarkan produk dari Indomie.
Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan segera
memanggil Kepala BPOM Kustantinah. "Kita akan mengundang BPOM untuk menjelaskan
masalah terkait produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa hari Kamis ini," kata Ketua Komisi
IX DPR, Ribka Tjiptaning, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010). Komisi
IX DPR akan meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi pihak
negara luar yang mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang terkandung di
dalam produk Indomie.
A Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat yang
terkandung di dalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam
benzoat) adalah bahan pengawet yang membuat produk tidak cepat membusuk dan tahan
lama. Zat berbahaya ini umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk
produk

kosmetik

sendiri

pemakaian

nipagin

ini

dibatasi

maksimal

0,15%.

Ketua BPOM Kustantinah juga membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia
13

dalam kasus Indomie ini. Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung
nipagin, yang juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar
kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas wajar dan aman untuk dikonsumsi, lanjut
Kustantinah.
Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di konsumsi yaitu 250
mg per kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan lain
kecuali daging, ikan dan unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan
muntah-muntah dan sangat berisiko terkena penyakit kanker. Menurut Kustantinah, Indonesia
yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision, produk Indomie sudah mengacu
kepada persyaratan Internasional tentang regulasi mutu, gizi dan kemanan produk pangan.
Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codec. Produk Indomie yang dipasarkan di
Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia. Dan karena standar di antara kedua
negara berbeda maka timbulah kasus Indomie ini.
ANALISIS KASUS
Indofood merupakan salah satu perusahaan global asal indonesia yang produkproduknya banyak di ekspor ke negara-negara lain. Salah satunya adalah produk mi instan
Indomie. Di Taiwan sendiri, persaingan bisnis mi instant sangatlah ketat, disamping produkproduk mi instant dari negara lain, produk mi instant asal Taiwan pun banyak membanjiri
pasar dalam negeri Taiwan.
Harga yang ditwarkan oleh Indomie sekitar Rp1500, tidak jauh berbeda dari harga
indomie di Indonesia, sedangkan mi instan asal Taiwan dijual dengan harga mencapai Rp
5000 per bungkusnya. Disamping harga yang murah, indomie juga memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan produk mi instan asal Taiwan, yaitu memiliki berbagai
varian rasa yang ditawarkan kepada konsumen. Dan juga banyak TKI/W asal Indonesia yang
menjadi konsumen favorit dari produk Indomie selain karena harganya yang murah juga
mereka sudah familiar dengan produk Indomie.
Tentu saja hal itu menjadi batu sandungan bagi produk mi instan asal Taiwan, produk
mereka menjadi kurang diminati karena harganya yang mahal. Sehingga disinyalir pihak
perindustrian Taiwan mengklain telah melakukan penelitian terhadap produk Indomie, dan
menyatakan bahwa produk tersebut tidak layak konsumsi karena mengandung beberapa
bahan kimia yang dapat membahayakan bagi kesehatan.

14

Hal tersebut sontak dibantah oleh pihak PT. Indofood selaku produsen Indomie.
Mereka menyatakan bahwa produk mereka telah lolos uji laboratorium dengan hasil yang
dapat dipertanggungjawabkan dan menyatakan bahwa produk indomie telah diterima dengan
baik oleh konsumen Indonesia selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Dengan melalui tahaptahap serangkaian tes baik itu badan kesehatan nasional maupun internasional yang sudah
memiliki standarisasi tersendiri terhadap penggunaan bahan kimia dalam makanan, indomie
dinyatakan lulus uji kelayakan untuk dikonsumsi.
Dari fakta tersebut, disinyalir penarikan produk Indomie dari pasar dalam negeri
Taiwan disinyalir karena persaingan bisnis semata, yang mereka anggap merugikan produsen
lokal. Dari kasus indomie di Taiwan dapat terlihat adanya kasus yang merugikan pihak
perindustrian Taiwan yang produknya kalah bersaing dengan produk dari negara lain, salah
satunya adalah Indomie yang berasal dari Indonesia. Taiwan berusaha menghentikan
pergerakan produk Indomie di Taiwan, tetapi dengan cara yang berdampak buruk bagi
perdagangan Global.
2. KASUS ETIS BISNIS ANTARA TELKOMSEL DENGAN XL
Salah satu contoh problem etika bisnis yang marak pada tahun kemarin adalah perang
provider celullar antara XL dan Telkomsel. Berkali-kali kita melihat iklan-iklan kartu XL dan
kartu AS/Simpati (Telkomsel) saling menjatuhkan dengan cara saling memurahkan tarif
sendiri. Kini perang 2 kartu yang sudah ternama ini kian meruncing dan langsung tak
tanggung-tanggung menyindir satu sama lain secara vulgar. Bintang iklan yang jadi
kontroversi itu adalah SULE, pelawak yang sekarang sedang naik daun. Awalnya Sule adalah
bintang iklan XL. Dengan kurun waktu yang tidak lama TELKOMSEL dengan meluncurkan
iklan kartu AS. Kartu AS meluncurkan iklan baru dengan bintang sule. Dalam iklan tersebut,
sule menyatakan kepada pers bahwa dia sudah tobat. Sule sekarang memakai kartu AS yang
katanya murahnya dari awal dan jujur. Perang iklan antar operator sebenarnya sudah lama
terjadi. Namun pada perang iklan tersebut, tergolong parah. Biasanya, tidak ada bintang iklan
yang pindah ke produk kompetitor selama jangka waktu kurang dari 6 bulan. Namun pada
kasus ini, saat penayangan iklan XL masih diputar di Televisi, sudah ada iklan lain yang
menjatuhkan iklan lain dengan menggunakan bintang iklan yang sama.

ANALISIS KASUS
15

Dalam kasus ini, kedua provider telah melanggar peraturan dan prinsip dalam per
Undang-undangan. Dimana dalam salah satu prinsip etika yang diatur di dalam EPI, terdapat
sebuah prinsip bahwa Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung
maupun tidak langsung. Pelanggaran yang dilakukan kedua provider ini tentu akan
membawa dampak yang buruk bagi perkembangan ekonomi, bukan hanya pada ekonomi
tetapi juga bagaimana pendapat masyarakat yang melihat dan menilai kedua provider ini
secara moral dan melanggar hukum dengan saling bersaing dengan cara yang tidak sehat.
Kedua kompetitor ini harusnya professional dalam menjalankan bisnis, bukan hanya untuk
mencari keuntungan dari segi ekonomi, tetapi harus juga menjaga etika dan moralnya
dimasyarakat yang menjadi konsumen kedua perusahaan tersebut serta harus mematuhi
peraturan-peraturan yang dibuat.
Sumber kasus:
http://mochamad-erlan.blogspot.com/2013/05/kasus-etika-bisnis-antara-telkomsel-dan.html
http://pelangianggita.blogspot.com/2012/01/contoh-pelanggaran-kasuskode-etik.html
http://hizkiayufioctaviani.blogspot.com/2013/10/contoh-kasuspelanggaran-etika-bisnis_15.html

16

Anda mungkin juga menyukai