Anda di halaman 1dari 3

Fenomena Diantara Gedung-Gedung Kota Surabaya

Aku hanya ingin berbagi sebait puisi untuk kedua manusia jompo yang ku temui di
jalan, siang hari lalu.

Serupa pohon tua terlupa


Daun-daun menggugurkan diri dengan senang
Ranting menunggu jawaban sepanjang musim
Tentang apa usia

Serupa pohon tua terlupa


Yang dilupakan hujan sepanjang tahun
Kukekalkan hidup kembali dari kematian yang
menunggu
Mengembalikan waktu tampa kau tau
Sedang kemarau merapatkan diri tampa ku minta
Sebab, tuhan seperti menyenangkan ku untuk
Kembali mati saja...

Serupa pohon tua terlupakan


Ditanah yang gersang dan tak bersahabat
Tanah yang tak menawarkan apaun kecuali kuburan
Yang akan menengelamkan dan tak teringat

Ku ingin kisahkan dalam tulisan ini


Tentang dua orang tua yang terlupakan
Dibalik megah dan tingginya gedung-gedung di kota surabaya
Tampak dua orang tua berjalan tampa tujuan yang pasti

Aku yang duduk di dalam taxi


Dengan kursi empuk dan hembusan agin dari AC
Terasa begitu nyaman dan damai
Dari kejauhan terlihat dua orang tua berjalan tamap arah tujuan
Yang jelas...

Mereka tampak lesu dan lelah


Dibawah terik matahari yang begitu panas
Hingga mencapai 30 0 c.. mereka berjalan dengan berpegangan tangan
Dengan sesekali istirahat dan menegadahkan tangannnya
Meminta belas kaisihan dari orang-orang
Yang berpakian bersih, rapi dan bau parpum yang tersebar

Mereka sepertinya tak kenal dan sudah tak rasakan


Panasnya kota surabaya sabagai aikon panasnya pulao jawa
Dan juga sebagai kota metropolitan kedua setelah ibu kota jakarta

Sesaat kemuadian hatiku terbisik tuk menghampiri


Kedua orang tua itu.... akaupuan turun dari taxi yang penuh dengan rasa nyaman dan
lagu-lagu melankolis yang disenandungkan Tomi J pisa
Aku berjalan dibawah terik matahari yang menyengat
Hingga terasa baju yang kupai basah oleh keringat yang bercucuran
Muka ku yang tersa segar berganti
Berminyak dan terasa kusut akibat polusi udara yang sangat tinggi
Telinga ku teras bising karena laju kendaraan yang begitu banyak.

10 menitpun berlalu hingga aku sampai didepan dua orang tua itu
Saat sampai aku teras begitu kaku dan nragu tuk menyapa
Aku bertanya-tanya dari mana?
Akau harus memulai teguran ? apakah aku harus bertanya
Maaf nek atau ke, atauakah apa kabar... rasa-rasanya
Aku seperti patung yang tak mamapu keluarkan sepatah katapun

Tapi aku coba memberanikan diri


Dengan menyapa mengucapkan salam....Assalamualaikum wr Wb..
Mereka pun berbalik dan serentak menjawab.... Waalikum salam wr Wb..
Setelah itupun mereka menawarkan seyum...

Akupun lega... ku balas seyumnya dengan sapaan


Maaf nek.. ke ... kalau boleh saya tau siapa nama nek dan kakek..
Dengan trersendat-sedat dan suara yang tidak begitu jelas karna bisingnya kendaraan
mereka menjawab.. saya pak hendi dan saya buk handi

Kami hanya orang tua yang terlupakan saat tua


Kami hanyalah samapah bagi anak-anak kami
Kami hanya orang tua yang tak punya arti dan makna
Kami hanya orang tua tak memiliki harga
Kami hanya orang tua yang hanya bisa merepotkan anak-anak kami
Kami adalah orang tua yang mencari sesuap nasi diantara samapah-sampah bungan
orang-orang berpendidikan.

Tapi meski kami seperti ini kami mesti hidup


Dan bersyukur atas nikmat yang diberikan hari ini
Anakda ingatlah “ masa tua lebih menyeramkan dari kematian tapi mesti begitu
engaku harus tetap seyum bersyukur atas nikmat hari ini, karan disana masaih banyak
orang-oarang kaya yang ingin hidup lama tapi Allah azzawajlaah mengirimkan
melaikan pencabut nyawa lebih dulu ketimbang kita”

Saat itu aku terpaku dan terasa dadaku sesak


Napasku terasa terhenti
Darah ku tersa mendidih
Dalam jiwaku menangis ternyata
Aku yang selalu mengeluh tentang pemaknaan hidup
Dan menjalani hidup ini ternya ada oarang yang tak memiliki
Apapun kecuali baju yang menempel dib adannya
Mereka tak pernah berhjenti bersyukur

Jiwaku menangis dan berkata


Hai ... hunaepi apakah kamu tidak melihat bagai mana kehidupan orang tua yang
tersisihkan dan terbuang dari gemerlapnya harta anak-anaknya..
Merteka tak pernah menegeluh dan tak pernah berputus asa. Tuk menjalni hidup ini...
hunaepi.. janganlah kau melihat siapa diatas mu... karan selam itu kau akan terus
menjadi orang terpuruk... tapi cobalah lihat dibawah mu sungguh kamu lebih
merasakan nikmat ketimbang mereka... tapi apakah kamu sudah pernah mersyukur
atas nikmat mu yang kamu rasakan hari ini

Anda mungkin juga menyukai