Anda di halaman 1dari 9

MILIARIA PROFUNDA

Dikie Mustofadijaya, S.ked


Bagian Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung
Rumah Sakit Umum Daerah R Syamsudin., SH Sukabumi
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara tropis sehingga memungkingkankan terjadinya
biang keringat atau miliaria karena cuacah yang panas sangat berpengaruh terhadap
kejadian miliaria. Miliaria merupakan suatu penyakit akibat penyumbatan saluran
keringat, biasanya terjadi pada bayi dan anak-anak akan tetapi tidak menutup
kemungkinan dewasa juga mempunyai kecenderungan untuk menderita miliaria
sekitar 40%.1 Didalam kondisi tropis yang ektrim dan kronis, jumlah dari orang
dewasa yang terkena miliaria terbukti meningkat dari 70% menjadi 90% dan lebih
dari 40% pada kondisi panas yang sedang.2
Terdapat tiga jenis dari miliaria yaitu miliaria kristalina, miliaria rubra, dan
miliaria profunda.3 Pada bahasan penulis akan membatasi mengenai miliaria profunda
yaitu kelainan kulit yang ditandai dengan papul putih keras tanpa disertai gatal. 3
Kejadian miliaria profunda sangat jarang kecuali didaerah yang tropis. 3 Pada
penelitian lain menjelasakan miliaria profunda biasanya terjadi sangat singkat dan
menghilang sangat cepat dalam waktu beberapa jam, tidak cukup tampak terlihat dan
laporan kasus yang sangat jarang.4
Miliaria Profunda
Definisi
Miliaria profunda adalah bentuk kelain kulit akibat retensi keringat, biasanya
terjadi pada daerah tropis, ditandai dengan papula putih, keras, berukuran 1-3 mm dan
tidak gatal juga tidak terdapat eritema, biasanya timbul setelah miliria rubra.
Predikleksinya terdapat di badan dan ekstrimitas.3,5-6 Miliaria rubra biasanya terjadi

pada orang yang tidak terbiasa pada daerah yang tropis, biasanya terlihat papul
eritema atau papul vesikuler ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih.3,5-6
Epidemiologi
Umumnya, miliaria terdapat pada bayi juga anak-anak. Namun, seiring dengan
pertumbuhan anak, kemungkinannya berkurang sehingga hanya sekitar 40% dewasa
yang mempunyai kecenderungan untuk terkena miliaria. Hal ini tampaknya
mencerminkan peningkatan kekuatan stuktur dari saluran ekrin berdasarkan umur,
sehingga disamping perkembangan dari penutupan pori dan anhidrosis, ruptur saluran
gagal terjadi dan tidak terdapat bentuk vesikel dari miliaria. Di dalam kondisi tropis
yang ekstrim dan kronik, jumlah dari orang dewasa yang kemungkinan terkena
miliaria terbukti meningkat dari 70% menjadi 90%, dan lebih dari 40% pada kondisi
panas yang sedang.1 Pada penelitian menjelasakan miliaria profunda biasanya terjadi
sangat singkat dan menghilang sangat cepat dalam waktu beberapa jam, tidak cukup
tampak terlihat dan laporan kasus yang sangat jarang.4
Faktor Predisposisi
Tidak ada predisposisi berdasarkan jenis kelamin ataupun ras dan kondisi ini
didapatkan pada semua umur. Paparan panas dalam jangka waktu lama, lingkungan
yang lembab, seperti terdapat pada daerah tropis dan pekerjaan yang berhubungan
dengan hal itu, memungkinkan untuk terkena miliaria. 3 Miliaria bisa kambuh
berulang-ulang, terutama ketika suhu udara sedang panas.7
Etiologi
Etilogi dari miliria profunda pada umumnya yaitu: 3,5-6
1. Immaturitas dari saluran ekrin : Neonatus mempunyai saluran ekrin yang immatur
yang memudahkan terjadinya ruptur ketika keringat keluar. Ruptur ini
mengakibatkan terjadinya miliaria.
2. Kurangnya penyesuaian diri terhadap iklim : Miliaria biasanya terjadi pada
individu yang pindah dari iklim tidak tetap ke iklim tropis. Kondisi ini biasanya

berubah setelah individu tinggal di kondisi panas dan lembab selama beberapa
bulan.
3. Kondisi panas dan lembab : Iklim tropis, perawatan neonatus di inkubator, dan
demam mungkin dapat menyebabkan miliaria.
4. Latihan : Beberapa stimulus untuk berkeringat dapat menyebabkan miliaria.
5. Bakteri : Staphylococci berhubungan dengan miliaria.
Patogenesis
Patogensisi dari miliaria belum diketahui secara pasti, namum terdapat dua pendapat,
yaitu hiperhidrosis dan perubahan kualitatif, disebabkan karena terdapat ruptur
keratin setinggi atau dibawah dermalepidermal junction menyebabkan sumbatan
pada duktus sehingga terbentuk papul.3,5-6

Gambar 1. Patogenesis Miliaria Profunda

Gambaran Klinis
Bentuk ini agak jarang kecuali pada daerah tropis.3 Miliaria profunda biasanya timbul
setelah miliaria rubra dengan ciri-ciri tidak gatal, berwarna seperti kulit, lebih dalam,
dan papul yang putih berukuran 1 3 mm. 3,6 Gejala biasanya asimptomatik kurang

dari 1 jam setelah kepanasan yang berlebihan, dan terfokus pada tubuh dan
ekstremitas.3 Selain wajah, aksila, tangan, dan kaki, dan kemungkinan merupakan
kompensasi dari hiperhidrosis, semua kelenjar keringat tidak berfungsi. Oklusi
terdapat pada bagian atas dermis.6

Gambar 2. Lesi Papular pada Miliaria Profunda

Predileksi
Tempat predileksi dari miliaria profunda bisa terjadi pada wajah, aksila, ekstrimitas,
dan tubuh.3,6,8
Pemeriksaan
Miliaria mempunyai banyak perbedaan secara klinis, oleh karena itu, beberapa tes
laboratorium cukup diperlukan.
Pemeriksaan Histopatologi
Pada miliaria profunda, terlihat sumbatan pada daerah taut dermoepidermal dan
pecahnya saluran keringat pada dermis bagian atas dan juga adanya edema
intraseluler periduktal pada epidermis (spongiosis) serta infiltrat radang kronis.8
Pemeriksaan Patologi Klinik
Pada pemeriksaan ini, tidak didapatkan hasil pemeriksaan yang abnormal.8

Gambar 3. Gambaran Skematis Patologi Miliaria Profunda

Diagnosis Banding

Miliaria rubra
Merupakan kelainan kulit akibat retensi keringat, yang ditandai dengan
adanya papula eritema atau papula vesicular ekstrafolikular yang sangat gatal
dan pedih.3,9,10 Biasanya terjadi pada orang yang tidak biasa pada daerah
tropis.3 Miliaria rubra terjadi penyumbatan saluran kelanjar keringat pada
epidermis yaitu pada stratum spinosum sehingga keringat keluar dan masuk
ke dalam epidermis bagian bawah.3,11 Tempat yang paling sering terkena
adalah fossae antrecubital dan popliteal, batang tubuh, area inframammari,
abdomen, dan region inguinal. Tempat tersebut sering menjadi tersumbatnya
karena penguapan uap keringat yang terhalang.6

Gambar 3. Miliaria Rubra

Prurigo
Prurigo adalah erupsi papular kronik dan rekurens. Gambaran klinisnya mirip
dengan miliaria yaitu papul berbentuk kubah dengan vesikel pada puncak
papulnya atau papul berkrusta, kadang disertai dengan lepuh. Prurigo lebih
mudah diraba dari pada dilihat dan disertai dengan gatal. Predileksi nya di
bagian ektremitas bagian ekstensor simetris, dapat meluas ke bokong dan
perut.2-3

Gambar 4. Prurigo

Folikulitis
Radang pada folikel rambut, dengan lesi pustul folikular kecil berbentuk
kubah, biasanya lesi banyak meskipun lesi tunggal sering terjadi masingmasing lesi saling terpisah diantara kulit normal tanpa adanya kecenderungan
unutk gabungan, biasanya disertai nyeri, suhu butuh meningkat. Predileksi
biasanya terdapat di kepala pada anak, jengggot ketiak ekstremitas, dan
bokong.3,5

Gambar 5. Folikulitis

Penatalaksaan
Nonmedikamentosa
Menghindari banyak berkeringat, menghindari panas dan kelembapan yang
berlebihan, mengusahakan meregulasi suhu yang baik dengan menggunakan pakain
yang tipis dan menyerap keringat, mandi mengunakan air dingin dan memakai
sabun.12
Medikamentosa
topikal
Dapat diberikan lotio kalamin dengan atau tanpa mentol 0,25%, dapat pula resorsin
3% dalam alkohol.3

Progosis
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanamtionam

: bonam
: bonam
: bonam

Kesimpulan
Miliaria profunda adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, biasanya
terjadi pada daerah tropis, ditandai dengan papula putih, keras, berukuran 1-3 mm dan
tidak gatal juga tidak terdapat eritema, biasanya timbul setelah miliria rubra. Miliaria
profunda biasanya terjadi sangat singkat dan menghilang sangat cepat dalam waktu
beberapa jam.1-7
Patogenesis belum diketahui pasti, terdapat dua pendapat yaitu perubahan
kualitatif dan banyak keringan penyebabkan adanya sumbatan keratin pada muara
kelenjar keringat juga karena kadar garam yang tinggi spongiosis pada muara kelenjar
keringat miliaria profunda terjadi Tempat predileksi dari miliaria profunda bisa terjadi
pada wajah, aksila, ekstrimitas, dan tubuh. Diagnosis bandingnya adalah miliaria
rubra, prurigo, dan folikulitis.3-10
Penatalaksanan terbagi menjadi dua yaitu nonmedikamentosa dengan
memberikan edukasi kepada pasien, dan medikamentosa yaitu pemberian obat topikal
yaitu lotio kalamin dengan atau tanpa mentol 0,25% atau dengan memberikan
resorsin 3% dalam alkohol.11-12 Progonosis pada umumnya baik.

Daftar Pustaka
1.

Moschella, Samuel L., Hurley, Harry J., The Eccrine Sweat Glands. Dalam :
Dermatology. Volume 2. Edisi ke3. Philadelphia : W.B. Saunders Company ;
1992. p. 1526-29.

2.

Siregar RS. Miliaria. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Ke-2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Universitas Indonesia. EGC; 2005: hlm.
501.

3.

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, Editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.


Edisi ke-6. Cetakan 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. Hlm. 276-7.

4.

Al-Hilo MM, Al-Saedy, Alwan AI. Atypical Presentation of Miliaria in Iraqi


Patients Attending Al-Kindy Teaching Hospital in Baghdad: A Clininical
Descriptive Study. AJDV. 2012,1(3): hlm. 416. [Diunduh pada tanggal 14
November 2014]. Tersedia dari : www.sapub.org.

5.

Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA. Et al. Fitzpatricks


Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw-Hill, 2008.
hlm. 182930.

6.

James WD Berger TG, Eston DM. Andrews diseases of the skin, Edisi ke-10.
Canada: WB Saunders Company, 2006. hlm. 24.

7.

Sekartini R. Miliaria, Mengenal, dan Mencegahnya. IDAI. [Diunduh pada


tanggal 17 November 2014]. Tersedia dari : http://idai.or.id/publicarticles/seputar-kesehatan-anak/miliaria-mengenal-dan-mencegahnya.html.

8.

Amiruddin, Muh Dali, Miliaria pada Anak. In : Ilmu Penyakit Kulit. Makassar :
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK Unhas. 2003. p.404-8.

9.

Shimizu H. dalam Shimizus Texbook of Dermatology. Japan: Deparment of


Dermatology Hokkaido University; 2006. Chapter 19, disorder of The Skin
Appendages; hlm. 3156.

10.

Allevato MA. Miliaria. Act Terap Dermatol. 2004, 27: hlm. 292 [Diunduh pada
tanggal
17
November
2014].
Tersedia
dari
:
www.atdermae.com/pdfs/atd_27_04_07.pdf

11.

Daili ESS, Menaldi ES, Wismu IM. Penyakit Kulit Yang Umum di Indonesia.
Jakarta: PT Medical Multimedia Indonesia; 2005: hlm 103.

12.

Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Toruan T, Alam TN, Editor. Panduan
Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Jakarta: Perdoski, 2011.
hlm. 26-7.

Anda mungkin juga menyukai