Anda di halaman 1dari 13

STRATIGRAFI INDONESIA

TEORI TEKTONIK LEMPENG DAN KLASIFIKASI CEKUNGAN


SEDIMEN

Oleh
Sidik Muhamad
270110120023

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015

PENGENALAN KONSEP TEORI TEKTONIK LEMPENG


Sinopsis Teori Tektonik Lempeng

Tektonik lempeng merupakan teori yang menggambarkan bahwa lapisan


terluar bumi (litosfer) tersusun atas bagian-bagian tertentu yang disebut lempeng.
Tidak sampai disana, teori ini pun menjelaskan bahwa lempeng tersebut bergerak
secara relatif terhadap satu sama lain nya seperti luncuran balok-balok es pada danau
dimusim salju.
Pada gambar diatas diperlihatkan irisan penampang beberapa lapisan bumi
terluar berdasarkan konsep teori tektoik lempeng. Seharusnya penampang melintang
tersebut berbentuk kurva mengikuti bentuk bumi sebenarnya, akan tetapi untuk
memudahkan interpretasi maka penggambaran irisan melintang ini dibentuk lurus.

Pada teori tektonik lempeng terdapat susunan tertentu pada lapisan bumi
terluar yang menjadi awal pemikiran teori ini. Perhatikan garis di bawah continental
craton (benua yang stabil), garis tersebut merupakan batas akhir dari bagian yang
disebut sebagai lempeng. Secara teknis, bagian atas dari garis batas tersebut disebut
litosfer (kulit terluar bumi) yang bersifat rigid dan brittle sedangkan bagian bawah
dari garis tersebut disebut astenosfer (interior dalam bumi) yang bersifat plastis dan
panas.
Hal penting lain dalam teori tektonik lempeng adalah arus konveksi di bawah
astesnosfer. Sebagaimana telah diketahui bahwa sifat fisik dari astenosfer bersifat
plastis (mobile) sehingga memungkin arus konveksi ini terjadi. Arus ini membawa
panas dari dalam bumi menuju permukaan bumi. Pergerakan pada arus ini rata-rata
mampu menggerakan litosfer 10 cm per tahun. Saat arus konveksi ini mencapai
bagian bawah litosfer maka arus ini melepaskan panasnya melalui batas divergen
pada yang terdapat di permukaan bumi. Pada saat bebatuan bersifat plastis yang
terbawa oleh arus konveksi ini mencapai bagian dasar litosfer, maka bebatuan ini
berjalan kearah samping mengikuti garis batas antara litosfer dan astenosfer yang
pada akhirnya akan sampai pada zona subduksi. Pada zona subduksi inilah bebatuan
yang telah terbawa hingga batas tadi menunjam kembali kebawah. Pergerakan dari
bebatuan plastis pada astenosfer inilah yang secara teori tektonik lempeng
bersinggungan dengan litosfer sehingga menggerakan lempeng.

Lempeng
Secara sederhana, lapisan permukaan bumi terdiri dari lempeng dan batasbatas lempeng (zona kontak dan interaksi antar lempeng). Sebagaimana gambar
penampang melintang lapisan dekat permukaan bumi, disana terdapat tujuh lempeng.
Dari gambar tadi dengan menggunakan pola berfikir tektonik lempeng, maka
lempeng itu terdiri dari dua hal, benua dan cekungan samudera. Lempeng bisa saja
terdiri hanya dari benua saja, atau hanya cekungan samudera saja, atau bisa juga satu
lempeng terdiri dari kombinasi benua dan cekungan samudera. Dari gambar diatas
bisa dilihat bahwa disebut satu lempeng pada saat memiliki batas lempeng. Oleh
karena itu agak susah (walaupun mungkin) saat satu lempeng hanya terdiri dari benua
saja, karena saat benua tadi memiliki batas lempengnya maka akan ada suatu
mekanisme yang mempengaruhi benua tersebut untuk membentuk sebuah cekungan
samudera.
Batas Lempeng
Pada gambar di atas telah digambarkan batas lempeng, secara umum terdapat
tiga batas lempeng: divergent, konvergen, transform. Pada batas-batas inilah
lempeng saling berinteraksi.
Pada penampang melintang terdapat dua batas divergent, di bagian kanan
continental craton dan di sebelah kiri continental craton. Area batas divergent di

sebelah kir continental craton disebut Back Arc Margin Basin. Back Arc Margin
Basin terbentuk karena arus konveksi minor yang terbentuk di atas dekat zona
subduksi. Pada zona batas divergent selalu terbentuk lantai samudera baru yang
bersifat basaltis. Lantai samudera inilah yang disebut sebagai kerak samudera, atau
disebut juga ophiolite suite.
Pada gambar di atas terdapat juga tiga batas konvergen, salah satu dari batsa
konvergen itu menghasilkan zona subduksi. Pada kasus tumbukan benua-benua maka
zona subduksi tidak terlihat dipermukaan, akan tetapi dapat direkam melalui survey
geofisika ke bawah permukaan litosfer. Zona subduksi merupakan penghasil batuan
beku terbanyak, karena pada zona subduksi akan terbentuk zona-zona vulkanisme
yang secara langsung akan menghasilkan produk berupa batuan beku. Benua dapat
terbentuk pada zona subduksi (volcanic arc) sebagai small proto-continent dan
microcontinent. Pada akhirnya benua-benua kecil ini akan membesar dengan adanya
mekanisme tumbukan dan penyatuan dari hasil retakan pada benua besar yang lain
pada batas lempeng konvergen.
Pada gambar diatas hanya terdapat satu batas lempeng transform. Pada batas
ini, dua lempeng hanya bergeser atau saling berinteraksi pada arah horizontal, tetapi
menimbulkan patahan yang dalam sehingga memicu naiknya magma basaltis untuk
keluar melalui patahan tadi. Oleh karena itu hampir kebanyakan batas lempeng
transform terbentuk pada kerak samudera, tetapi ada juga yang terdapat di kerak
benua seperti pada sesar San Andreas, California dan Mexico.

Tumbukan Lempeng
Esensi dari teori tektonik lempeng (cekungan samudera dengan atau tanpa
benua) adalah bergeraknya lempeng pada permukaan bumi melalui interaksi yang
terjadi pada batas lempeng tertentu. Ketiga batas lempeng tadi akan bergerak secara
bersamaan. Untuk lebih memahami mekanisme dari teori tektonik lempeng yang
menghasilkan benua dan cekungan samudera, maka teori Wilson Cycle menjelaskan
secara jelas tahapan-tahapan kejadian dan keterbentukan hal-hal tadi.

SKEMA PENGKLASIFIKASIAN CEKUNGAN SEDIMEN


Pengertian Skema Pengklasifikasian
Secara ideal, klasifikasi adalah teori tentang asas atau dasar dari tuntutan
alami dalam mengkompilasi parameter-parameter tertentu untuk menghindari adanya
campur aduk makna (Gould, 1989). Pada pembahasan kali ini untuk skema
pengklasifikasian untuk cekungan sedimen harus menghasilkan dua hal: mengetahui
cara keterbentukan macam-macam cekungan dan jenis-jenisnya pada fakta di
lapangan.

Pada akhir-akhir ini banyak berkembang sistem pengklasifikasian cekungan


dengan menggunakan berbagai parameter penentu. Orang yang sangat memberi
pengaruh pada munculnya beragam sistem pengklasifikasian adalah Dickinson, dia
membuat klasifikasi tentang cekungan sedimen dengan menitikberatkan pada hal-hal
berikut:
1. Posisi cekungan pada stratum litosfer
2. Jarak cekungan dari batas lempeng
3. Tipe dari batas lempeng yang dekat dengannya

Evolusi dari sistem pengklasifikasian cekungan dijelaskan melalui perubahan


setting lempeng dan jenis interaksi dari batasnya. Dickinson (1974) menyimpulkan 5
tipe klasifikasi umum dari sebuah cekungan:
1.
2.
3.
4.
5.

Oceanic basins
Rifted continental margins
Arc-trench systems
Suture belts
Intracontinental

10

11

12

Disamping klasifikasi dalam tujuan ilmiah, ada juga klasifikasi cekungan


sedimen untuk tujuan industri. Skema pengklasifikasian cekungan sedimen untuk
tujuan industri ini dikemukakan oleh Halbouty et al. (1970) dan selanjutnya
dikembangkan oleh Fischer (1975) dan Klemme (1980). Skema pengklasifikasian
oleh Klemme menghasilkan depalan klasifikasi umum cekungan sedimen
berdasarkan

tujuan

industri.

Klasifikasi

Klemme

didasari

pada

susunan

karakteristiknya, seperti:
1. Kelurusan
2. Asimetri
3. Geometri penampang melintang
Karakteristik ini sangat berhubungan dengan tektonik setting tempat cekungan
sedimen tersebut berada. Tujuan dari pengklasifikasi yang berbasis industri ini adalah
untuk mendapatkan informasi tentang cekungan baru yang potensial akan kandungan
hidrokarbon. Klasifikasi ini mengkategorikan cekungan kedalam tiga faktor kritis,
yaitu:
1. Tektonik pembentuk cekungan
2. Sekuen pengendapan pengisi cekungan
3. Tektonik cekungan termodifikasi

13

DAFTAR PUSTAKA
Allen, Phillip. A and Alen, Jhon.R. 2005. Basin Analysis Principle and Apllication.
Black Well Publishing: Victoria, Australia.
Perfit, Michael.R. 2000. Plate Tectonics and Volcanism. Academia Press: United State
of America
http://csmres.jmu.edu/geollab/vageol/vahist/plates.html

Anda mungkin juga menyukai