Anda di halaman 1dari 16

KENDALI FASA THYRISTOR DAN TRIAC

TANPA TEGANGAN EKSTERNAL


UNTUK PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA
Oleh: Drs. S u n o m o, M.T.
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
FT UNY
ABSTRAK
Penggunaan IC TCA 785 dan trafo pulsa dari Siemens sebagai
kendali fasa thyristor dan triac dalam praktikum Elektronika Daya di
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro UNY selain mahal, juga sulit
diperbaiki jika terjadi kerusakan pada trafo pulsanya Penelitian ini
bertujuan merancang untai sistem kendali fasa thyristor (SCR)/Triac
tanpa trafo penurun tegangan dan tanpa tegangan apa pun dari luar
(eksternal), serta dibangun dari komponen elektronika yang murah
dan mudah diperoleh di pasaran sabagai alternatifnya, mangacu pada
keterbatasan hasil penelitian Haryanto (2005) maupun Herlambang
Sigit (2007) yang menggunakan IC 555 dan kopling optis MOC 3021.
Modul dari penelitian dengan metode eksperimen ini
digunakan untuk memicu dua thyristor/SCR dalam hubungan
antiparalel, SCR dalam untai sistem penyearah jembatan berkendali
setengah dan triac pada tegangan jaringan 45 volt bolak balik seperti
halnya pada untai TCA 785 yang digunakan dalam praktikum
Elektronika Daya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul yang dibuat ini
mampu: melakukan kendali fasa gelombang tegangan satu fasa
dengan sudut picu 0o-180o dan 180o-360o pada TRIAC, dengan hasil
picu 9o untuk pengaturan picu sudut 0o , 0o-180o dan 180o-360o pada
SCR dalam hubungan antiparalel, dengan hasil picu 9o untuk
pengaturan picu sudut 0o, 0o-180o pada SCR dalam hubungan
jembatan berkendali setengah, dengan hasil picu 0o untuk pengaturan
picu sudut 0o
Kata kunci: Kendali fasa, thyristor (SCR), triac

PENDAHULUAN
Penelitian ini berangkat dari keinginan untuk memperbaiki kinerja sistem pemicu
optis untuk kendali fasa thyrsitor (SCR) dan Triac yang dibangun dari pasangan
IC 555-MOC 3021 hasil penelitian Haryanto (2005) maupun Herlambang Sigit
(2007), serta modul TCA 785 produksi VEDC malang (2000) yang saat ini

digunakan di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY, juga dari Philips


semiconductors (tth.) yang menggunakan gabungan IC TDA1023-NE555. Dari
segi ekonomi, modul hasil penelitian ini dibuat dari komponen elektronik yang
banyak tersedia di Yogyakarta dan murah dibandingkan IC TCA 785 dan TDA
1023. Dari segi kepraktisan, memiliki keunggulan dalam pengoperasiannya,
karena tidak membutuhkan hubungan
transformator catu,

ke catu daya searah dan tanpa

tetapi langsung dihubung ke tegangan

jaringan sesuai

dengan nilai yang disediakan untuk praktikum kendali elektronis dengan modul
TCA, yakni 45Vrms, sementara modul TCA

buatan VEDC Malang masih

membutuhkan koneksi ke tegangan 15 volt searah. Dengan performa yang telah


dikemukakan, modul praktikum ini dapat disebut tanpa tegangan eksternal, yakni
pasang (hubungkan masukan ke tegangan jaringan dan keluaran ke SCR/
TRIAC) dan langsung dioperasikan melalui potensiometer untuk mengendalikan
sudut fasa penyalaan SCR/TRIAC (plug and play). Kemungkinan bagi
perkembangan penelitian ini adalah penggunaannya dalam sistem tiga fasa.
Karena sistem pengaturan sudut fasa seperti halnya pada IC TCA 785 dari
Siemens semiconductor (Jerman), maka untuk mengatur sudut picu kendali tiga
fasa, cukup dilakukan melalui sebuah potensiometer saja.
Hasil penelitian Haryanto (2005) menunjukkan bahwa; tanpa adanya untai
kompensasi di sistem penyinkron jaringan pada pemicu IC 555. Pengendalian
daya beban melalui SCR untuk pengaturan pemicuan sudut 0o, diperoleh sudut
terkecil 13,5o , sementara pada TCA 785, dapat diperoleh sudut terkecil 0o.
Herlambang Sigit (2007) memperbaikinya dengan mendorong sinkronisasi pada
kedudukan sebelum gelombang penyinkron mencapai 0o sehingga hasil
pemicuan sudut nol bisa benar-benar didekati. Jika ada pergeseran pemicuan

(jika masih ada) hanya mungkin disebabkan oleh waktu on minimal bagi SCR
dan TRIAC-nya. Masalahnya di sini, Herlambang Sigit masih menggunakan trafo
penurun tegangan dari 220 volt untuk mentenagai sistem pemicunya sehingga
tidak efisien dan boros biaya jika sistem digunakan untuk modul praktikum yang
menggunakan tegangan sumber bolak balik 45 volt.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah eksperimen laboratorium. melalui pembuatan tiga unit
disebut modul eksperimen,

yang pengamatan kinerjanya

didukung dengan beberapa peralatan bantu dan instrumen ukur.

6k8

22k

BC547B

+11,5 V

103

6k8

3k3

22k

BC557B
2SC1507

3k3

LM311

Anoda/MT2

5k6
+

1k5

MOC3021
1

15k

BC547B

6k8

Gate

BC 547B
3k3

1k

3k3

18k
8k2

+11,5V

BC557B

LED

5k6

3k3

1k5

Anoda/MT2

LM311

5k

12V

BC557B

MOC3021
1

BC547B

BC547B

2
4

100 uF

1k5

15k

4
1
6

A
3k9

1k

Katoda/MT1

1N4148
BC 557B

120k

10k

Gate

22k

1k

pengatur sudut picu

Katoda/MT1

Gambar 1. Untai yang didesain dan diteliti

1k5

BC 547B

1k

6V8

Picu TRIAC
saklar

4k7

0,22uF

8k2

2k2

1000 uF 50V

1N4148

1N4148

4V7

1N4007

1N4148
BC557B

6k8

103

6V8

4k7

3k3

8
5

1N4007

sumber bolak-balik

1000 uF 50V

3k3

4
1
6

masukan 45 volt

+11,5 V
2k2 1k

6k8

8
5

1N4007

Untai (circuit)

eksperimen yang

eksperimen dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar 2 menyatakan bentuk


fisiknya.Tegangan sumber uji berupa transformator penurun tegangan 220 volt
bolak-balik

ke 45 volt bolak-balik, sesuai dengan kondisi praktikum dan

tegangan operasional modul praktikum buatan VEDC Malang. Beban uji berupa

Gambar 2. Untai yang yang sudah dirakit dan dalam proses pengujian kinerja

Trafo penurun
tegangan bolak-balik
220V/45V 3A

Modul pemicu tanpa


tegangan eksternal

Modul SCR/Triac
dan beban lampu
60W

Kamera digital

Osiloskop analog

(Nikon coolpix L19)

Kikusui 5520
30MHz
gigasampling/detik

Gambar 3 Diagram blok pengamatan

lampu pijar 60 watt 220 volt. Instrumen ukur pokok adalah Osiloskop analog
Kikusui dua kanal model 5520, 30MHz (osiloskop digital dua kanal

merk

Tektronik TDS 212; 1 Gs/s yang memiliki kinerja jauh lebih bagus dan digunakan
dalam penelitian Herlambang Sigit saat ini dalam kondisi rusak), pengambilan
gambar dilakukan dengan kamera digital 8,1 megapixel Nikon tipe coolpix 19.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Kendali Jurusan Pendidikan Teknik
Elektro

Fakulats

teknik

Universitas

Negeri

pengamatannya diilustrasikan di Gambar 3.


topik praktikum

Yogyakarta.

Diagram

blok

Proses pengujian mengacu pada

elektronika daya, yakni: melakukan kendali fasa gelombang

tegangan satu fasa dengan sudut picu 0o-180o dan 180o-360o pada TRIAC,
dengan sudut picu 0o-180o dan 180o-360o pada SCR dalam hubungan antiparalel
dan dengan sudut picu 0o-180o pada SCR dalam hubungan jembatan berkendali
setengah.

Modul lengkap untuk memenuhi seluruh proses pengujian tertuang pada Gambar
4 (tampak depan) dan Gambar 5 (tampak belakang).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian disajikan dalam gambar foto-foto gelombang listrik seperti
diilustrasikan dari Gambar 6a sampai dengan Gambar 20. Sebagai pembanding,
diberikan pula hasil kinerja sistem pemicu dengan IC TCA 785. Jika dicermati,
perbedaannya memang hanya terjadi pada pemicuan sudut nol karena
konsekuensi penggunaan diac optokopler. Hasil pemicuan pada pemicuan sudut

180o dimunculkan untuk membuktikan bahwa pengaturan sudut picunya bekerja


baik, artinya tidak ada sudut picu tersisa yang tidak bisa dijangkau oleh sistem
pengatur picunya

Gambar 4. Modul Lengkap hasil penelitian tampak depan

Gambar 5. Modul Lengkap hasil penelitian tampak belakang

1.Kendali fasa pada TRIAC

(a)

(b)

Gambar 6. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 0o


(a),oleh modul sistem hasil penelitian, (b) oleh modul TCA 785

(a)
(b)
Gambar 7. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 45o
(a),oleh modul sistem hasil penelitian, (b) oleh modul TCA 785

(a)
(b)
Gambar 8. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 90o
(a),oleh modul sistem hasil penelitian, (b) oleh modul TCA 785

(a)
(b)
Gambar 9. Tegangan beban hasil pengendalian daya melalui Triac pada
sudut picu 135o (a),oleh modul sistem hasil penelitian, (b) oleh modul TCA 785

Gambar 10. Tegangan beban hasil pengendalian daya melalui Triac pada
sudut picu 180o oleh modul sistem hasil penelitian,

2.Pada SCR dalam hubungan antiparalel

(a)
(b)
Gambar 11. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 0o
(a),oleh modul sistem hasil penelitian, (b) oleh modul TCA 785

(a)
(b)
Gambar 12. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 45o
(a),oleh modul sistem hasil penelitian, (b) oleh modul TCA 785

(a)
(b)
Gambar 13. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 90o
(a),oleh modul sistem hasil penelitian, (b) oleh modul TCA 785

(a)
(b)
Gambar 14. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 135o
(a),oleh modul sistem hasil penelitian, (b) oleh modul TCA 785

Gambar 15. Tegangan beban hasil pengendalian daya melalui SCR dalam
hubungan ant paralel sudut picu 180o oleh modul sistem hasil penelitian,

3. Pada SCR dalam hubungan jembatan berkendali setengah

(a)
(b)
Gambar 16. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 0o
(a),oleh modul sistem hasil penelitian, (b) oleh modul TCA 785

(a)
(b)
Gambar 17. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 45o
(a),oleh modul sistem hasil penelitian, (b) oleh modul TCA 785

10

(a)
(b)
Gambar 18. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 90o
(a),oleh modul sistem hasil penelitian, (b) oleh modul TCA 785

(a)
(b)
Gambar 19. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 135o
(a),oleh modul sistem hasil penelitian, (b) oleh modul TCA 785

Gambar 20. Tegangan beban hasil pengendalian daya Pada SCR dalam
hubungan jembatan berkendali setengah oleh modul sistem hasil penelitian,

11

Pembahasan
Dari hasil penelitian diperoleh fakta konsekuensi penggunaan diac optokopler,
pada pemicuan sudut 0o untuk ketiga gambar (Gambar 6a, dan 11a) diperoleh
tundaan sebesar 9o yang bisa dihitung dari:

0,1divisi
x180 0
2divisi

90

Divisi yang dimaksud di sini adalah garis-garis skala pada layar osiloskop, yang
tampak bahwa

setengah siklus gelombang tegangan bolak-balik (setengah

periode = 180o) terskala selebar dua divisi.


Mekanisme terjadinya penundaan sudut picu pada 0o akibat penggunaan
kopling optis karena energi picu bagi SCR/Triac-nya menggunakan jaringan PLN
(main voltage). Karena SCR/Triac merupakan diode empat lapis(PNPN) dan
menurut Savant, Roden, dan Carpenter (1987:149) maupun

Boylestad,

Nashelsky (1992:831) strukturnya setara dengan dua buah transistor dwikutub


(bipolar), sedangkan transistor merupakan peranti elektronk yang dikendalikan
dengan arus listrik, maka jelas bahwa saat tegangan jaringan listrik PLN berada
berada di titik nol, tidak akan ada arus listrik. Logika ini dapat dimengerti, arus
listrik tercipta karena adanya perbedaan tegangan. Air mengalir karena adanya
perbedaan tinggi tempat, di samping itu, optokopler- diac juga membutuhkan
tegangan kerja untuk bisa menghantar (breakdown) .
Dari argumentasi di atas, dalam pemicuan SCR/Triac pada sudut nol,
terpotongnya titik nol beberapa derajat tidak memengaruhi kinerja sistem secara
sinifikan, hal ini dikemukakan oleh tim ahli dari Littelfuse.Inc. ( 2004) bahwa
dalam untai gelombang penuh, sudut picu 150o akan memberikan daya listrik

12

sebesar 97% dari energi penuhnya ke beban, sedangkan sudut picu sebesar 30o
hanya memberikan 3% dari energi penuhnya, dari sini tidaklah bermanfaat untuk
memberikan pengaturan sudut picu kurang dari 30o atau lebih besar dari 150o.
Dibandingkan dengan hasil penelitian Herlambang Sigit, hasil pemicuan sudut
sudut 0o dari penelitian ini bisa lebih kecil.
Tabel 1 Perbandingan tundaan sudut picu pada pemicuan 0o
hasil penelitian Herlambang Sigit dan S u n o m o.

Penelitian Herlambang Sigit

Penelitian S u n o m o

Pemicuan TRIAC

27o

Pemicuan
TRIAC

9o

Pemicuan SCR
dalam antiparalel

18o

Pemicuan SCR
dalam
antiparalel

9o

Pemicuan SCR
pada penyearah
jembatan

9o

Pemicuan SCR
pada penyearah
jembatan

0o

Kesimpulan
Dari temuan penelitian dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
Kendali fasa thyristor (SCR) dan TRIAC tanpa tegangan eksternal mampu:
1. melakukan kendali fasa gelombang tegangan satu fasa dengan sudut
picu 0o-180o dan 180o-360o pada TRIAC, dengan hasil picu 9o untuk
pemicuan sudut 0o akibat penggunaan kopling optik.
2. melakukan kendali fasa gelombang tegangan satu fasa dengan sudut
picu

0o-180o dan 180o-360o pada SCR dalam hubungan antiparalel,

13

dengan hasil picu 9o untuk pemicuan sudut 0o akibat penggunaan kopling


optik.
3. melakukan kendali fasa gelombang tegangan satu fasa dengan sudut
picu 0o-180o pada SCR dalam hubungan jembatan berkendali setengah,
dengan hasil picu 0o untuk pemicuan sudut 0o (ketertinggalan tidak
terbaca).
Untuk memperkecil selisih sudut picu nyata dengan titik nol lintasan jaringan
listrik pada pemicuan sudut 0o , kopling optik dapat diganti dengan kopling trafo ,
tetapi dengan resiko, jika keluaran trafo pemicu sampai terhubung dengan anoda
karena kekurangcermatan perakit, maka sistem pemicu akan rusak terkena
tegangan bolak-balik yang seharusnya hanya dihubungkan ke ujung anoda,
katoda dan bebannya.

DAFTAR PUSTAKA
Boylestad Robert, Louis Nashelsky, 1992, Electronic Devices and
Circuits Theory 5ed. Prentice Hall, Inc., Upper Saddle River, NJ.
Haryanto, Sunomo. 2005, Modifikasi Sistem Pemicu pada kendali Daya
Tiga Fasa Buatan VEDC Malang,(penelitian dosen muda 2004-2005),
Ditjen Dikti; Jakarta.
Herlambang Sigit, 2007, Perbaikan Kinerja Sistem Optis IC 555MOC 3021 Sebagai Pengendali Daya Listrik. (Penelitian Dosen
Muda 2006-2007), Ditjen Dikti; Jakarta.
Philips Semiconductors, tth, Chapter 6: Power Control with Tyiristors andTriacs,
http://www.st.com/stonline/product/literature/an/3575.pdf,
[16 Maret 2008].
Siemens Semiconductor Group, tth, TCA 785, Phase Control IC
http://www.ti.ac.th/~maolee/TCA785.pdf, [16 Maret 2008].
VEDC Malang, 2000, Sistem kendali Daya 3 Fasa Gelombang Penuh (Modul).

14

15

16

Anda mungkin juga menyukai