Anda di halaman 1dari 15

22

BAB II
LANDASAN TEORI

A.
1.

Konsep Perilaku Terpuji


Pengertian Perilaku Terpuji
Imam Al-Ghazali menyebut perilaku ialah suatu sifat yang tertanam

dalam jiwa. Dari pada jiwa itu, timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa melakukan pertimbangan fikiran. Perilaku manusia, pada hakikatnya
adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah
semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati pihak luar.1
Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner
disebut teori S O - Ratau Stimulus Organisme Respon.

S. Notoatmojo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. (Jakarta : Rineka


Cipta,2003), hlm.114.

23

Sedangkan perilaku terpuji atau akhlakul karimah adalah perilaku,


perangai,

ataupun

adab

yang

didasarkan

pada

nilai-nilai

wahyu

sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Perilaku terpuji


sangat

banyak

manfaatnya

bagi

kehidupan

manusia,

baik

dalam

hubungannya dengan Tuhan maupun dengan manusia dan makhluk lainnya.


Perilaku terpuji terbukti efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan
serumit apa pun.2
Perilaku terpuji akan mengangkat manusia ke derajat yang tinggi dan
mulia. Perilaku yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga
akan membinasakan ummat manusia. Perilaku terpuji harus diterapkan
sedini mungkin dalam kehidupan sehari-hari.3
2.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Terpuji


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terpuji terbagi

menjadi dua, yaitu : 4


a.

Faktor Intern
Faktor intern merupakan dorongan untuk melakukan perilaku terpuji

yang berasal dari dalam diri sendiri (tiap individu bersangkutan). Diantaranya
yang termasuk faktor intern adalah :
1.
2.

Dorongan hati nurani


Mengharap Ridha Allah
2

Sudarsono, Munir. Ahlakul Karimah dalam Islam. (Jakarta :


Gramedia,2002), hlm. 21
3
http://dewandakwahbandung.com/buku-putih-kritik-evaluasi-dandekonstruksi/ diakses tanggal 2 April 2012
4
Ibid.,hlm.24.

24

b.

Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan dorongan untuk melakukan perilaku terpuji

yang berasal dari luar diri sendiri atau dorongan dari luar individu
bersangkutan.
Diantaranya yang termasuk faktor ekstern adalah :

3.

1. Karena bujukan atau ancaman dari manusia lain


2. Mengharap pujian, atau karena takut mendapat cela
3. Mengharapkan pahala dan surga
4. Mengharap pujian dan takut azab Tuhan
Upaya Membentuk Perilaku Terpuji
Agar perilaku terpuji dapat terbentuk, maka kita harus berupaya untuk

membentuknya. Upaya tersebut dapat melalui : 5


a. Ilmu
Banyak membaca buku agar bisa mengambil keteladanan dari
sahabat-sahabat nabi dan mengikuti kajian-kajian Islam. Kemudian,
berusaha mengelompokkan nilai-nilai iman yang sudah kita ketahui ke dalam
perilaku kita sehari-hari. Dalam pembelajaran, tentu PAI merupakan peran
penting dalam khasanah ilmu yang membentuk perilaku terpuji, terutama
pada usia sekolah dasar.

b. Latihan ibadah,

Sudarsono, Munir. (Ahlakul Karimah dalam Islam. Jakarta :


Gramedia,2002), hlm. 43

25

Dengan latihan ibadah yang terus menerus atau melalui pembiasaan


maka perilaku terpuji akan terbentuk dan melekat pada diri individu, dan
akhirnya akan menjadi terbiasa tanpa perlu berfikir terlalu lama apabila ingin
melakukan perilaku terpuji.
Mengurangi maksiat, membentuk lingkungan yang baik, melatih amal
atau kerja kita, bergaul dengan orang-orang saleh, meninggalkan lingkungan
yang buruk, dan mengambil hal positif dari lingkungan di sekitar kita.
Selain upaya di atas para ahli juga mengemukakan beberapa upaya
lain yang membentuk perilaku, yaitu :
1)

Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

2)
3)

mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu


Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
Evaluation (menimbang nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi

4)
5)

dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi


Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses

seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif
maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long
lasting). 6
4.

Bentuk-bentuk Perilaku Terpuji

S. Notoatmojo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. (Jakarta : Rineka


Cipta,2003), hlm.122.

26

Bentuk-bentuk perilaku tepuji dapat dibedakan menjadi dua, antara


lain : 7
a.

Perilaku Terpuji Terhadap Allah SWT


Perilaku terpuji terhadap Allah SWT diantaranya adalah sebagai

berikut :
1.

Taubat
Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada

Pencipta adalah Taubat.Taubat secara bahasa berarti kembali pada


kebenaran.Secara istilah adalah meninggalkan sifat dan kelakuan yang tidak
baik,salah atau dosa dengan penuh penyesalan dan berniat serta berusaha
untuk tidak mengulangi kesalahan yang serupa.
Menurut Ibnu Katsir, taubat adalah Tobat adalah menjauhkan diri dari
perbuatan dosa dan menyesali atas dosa yang pernah dilakukan pada masa
lalu serta yakin tidak akan melakukan kesalahan yang sama pada masa
mendatang.Menurut A.Jurjani, tobat adalah kembali pada Allah dengan
melepaskan segala keterikatan hati dari perbuatan dosa dan melaksanakan
segala kewajiban kepada Tuhan. Menurut Hamka tobat adalah kembali ke
jalan yang benar setelah menempuh jalan yang sangat sesat dan tidak tentu
ujungnya. Dengan kata lain,taubat mengandung arti kembali kepada
sikap,perbuatan atau pendirian yang baik dan benar serta menyesali
7

http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/03/07/pengertian-akhlaqmacam-macam-akhlaq-terpuji-dan-penerapan-akhlaq-dalam-kehidupan-seharihari/

27

perbuatan dosa yang sudah terlanjur dikerjakan serta berjanji tidak akan
mengulangi dosa yang pernah dilakukan.
2.

Tawakkal
Tawakal adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam

menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan.


b.

Perilaku Terpuji Terhadap Sesama Manusia


Perilaku terpuji terhadap sesama manusia sangat banyak macamnya.

Berikut adalah beberapa macamperilaku terpuji terhadap sesama manusia :


1.

Husnuzzan
Husnuzzan adalah berprasangka baik atau disebut juga positive

thinking.Lawan dari kata ini adalah suuzzan yang artinya berprasangka


buruk ataup negative thinking.
2.

Adil
Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya.Adil juga berarti

tidak berat sebelah,tidak memihak.Dengan demikian berbuat adil adalah


memerlukan hak dan kewajiban secara seimbang tidak memihak dan tidak
merugikan pihak manapun.Sebagai contoh seseorang yang adil akan
melaksanakan tugas sesuai fungsi dan kedudukannya,menghukum orang
yang bersalah melakukan tindak pidana,membarikan hak orang lain sesuai
dengan haknya tanpa mengurngi sedikitpun.
3.

Kerjasama/ Tolong menolong

28

Kerjasama/tolong menolong merupakan sikap yang menggambarkan


bahwa manusia saling membutuhkan dan merupakan makhluk sosial.
4.

Gigih
Gigih merupakan sikap mental yang menggambarkan kesungguhan

dan keuletan dalam mencapai tujuan. Gigih atau kerja keras serta optimis
termasuk diantara akhlak mulia yakni percaya akan hasil positif dalam
segala usaha.
5.

Rela berkorban
Rela berkorban artinya rela mengorbankan apa yang kita miliki demi

sesuatu atau demi seseorang.Semua ini apabila dengan maksud atau


dilandasi niat dan tujuan yang baik.
6.

Tata krama
Tata karma terhadap sesama makhluk Allah SWT

ini sangat

dianjurkan kepada makhluk Allah karena ini adalah salah satu anjuran Allah
kepada kaumnya.
7.

Ridho/ Ikhlas
Ridho menurut bahasa artinya rela,sedangkan menurut istilah ridha

artinya menerima dengan senang hati segala sesuatu yang diberikan Allah
SWT.Yakni berupa ketentuan yang telah ditetapkan baik berupa nikmat
maupun saat terkena musibah.Orang yang mempunyai sifat tidak mudah
bimbang,tidak mudah menyesal ataupan menggerutu atas kehidupan yang
diberikan olaeh Allah,tidak iri hati atas kelebihan orang lain,sebab dia

29

berkeyakinan bahwa semua berasal dari Allah SWT,manusia hanya


berusaha.Ridho bukan ebrarti menyerah tanpa usaha namanya putus
asa.Dan sikap putus asa tidak dibenarkan dalam agama islam.
8.

Sabar
Sabar adalah tahan terdapat setiap penderitaan atau yang tidak

disenangi dengan sikap ridho dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada


Allah SWT.
9.

Bijaksana
Bijaksana adalah suatu sikap dan perbuatan seseorang yang

dilakukan dengan cara hati-hati dan penuh kearifan terhadap suatu


permasalahan yang terjadi,baik itu terjadi pada dirinya sendiri ataupun pada
orang lain.
10.

Qanaah
Qonaah adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan

menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan atau kekurangan..


B.

Konsep Kebiasaan
Kebiasaan adalah barang apa yang telah biasa dilakukan. Theresia

mengatakan kebiasaan adalah suatu perilaku yang merupakan kebiasaan


yang akhirnya menjadi otomatis dan tidak membutuhkan pemikiran si
pelaku, sehingga si pelaku dapat memikirkan hal-hal lain yang lebih menarik
ketika ia sedang berperilaku yang merupakan kebiasaan tersebut. Istilah
belajar menunjukkan pada kegiatan dan peranan peserta didik yang

30

menerima pelajaran atau belajar yang artinya suatu kegiatan yang bertujuan
untuk

memperoleh

pengetahuan

atau

ketrampilan

mengenai

suatu

pekerjaan yang dapat dicapai melalui proses berpikir atau dengan cara
melakukan praktek. 8
Apabila suatu kegiatan atau sikap, baik yang bersifat fisik maupun
mental, telah mendarah daging pada diri seseorang, maka dikatakan bahwa
kegiatan atau sikap itu telah menjadi kebiasaan. Terbentuknya suatu
kebiasaan tidak dapat terjadi dalam waktu singkat, tetapi pembentukan itu
adalah proses perkembangan yang memakan waktu relatif lama. Dalam
penelitian ini, kebiasaan yang dimaksudkan adalah kebiasaan perilaku
terpuji. Jika perilaku terpuji dilakukan dengan terus menerus maka tanpa
berfikir siswa akan terbiasa melakukan perilaku terpuji di manapun dan
kapanpun mereka berada.

C.
1.

Model Bermain Peran


Pengertian Model Bermain Peran
Menurut Mulyasa terdapat empat

asumsi

yang

mendasari

pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan prilaku dan nilai sosial,

http://unicahyadotcom.wordpress.com/2011/09/17/metode-pembiasaan-dalam-pendidikanagama-islam/diakses tanggal 12 Februari 2012

31

yang kedudukannya sejajar dengan model model mengajar lainnya. Ke


empat asumsi tersebut sebagai berikut : 9
Secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar
berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi
disini pada saat ini . Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik
dimungkinkan menciptakan analogi mengenai situasi kehidupan nyata.
Terhadap analogi yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik
dapat menampilkan respon emosional sambil belajar dari respons orang lain.
Bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk
mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin
pada orang lain. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang
bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan
kegiatan utama dan integral dari pembelajaran.
Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat
diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses
kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa
saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang di perankan.
Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang
lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu,
model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang terlalu
mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain
9

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. (Bandung:


Remaja Rosdakarya,2004),hlm 141.

32

peran dapat mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan
masalah sambil menyimak secara seksama. Bagaimana orang lain berbicara
mengenai masalah yang sedang dihadapi.
Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang
tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan sistem keyakinan dapat
diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan,
denagan demikian para peserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang
sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu
dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit
untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya. Terdapat tiga hal yang
menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model
pembelajaran, yakni : (1) kualitas pemeranan (2) analisis dalam diskusi (3)
pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan
dengan situasi kehidupan nyata.
Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk
membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dalam dunia sosial dan
memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain
peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peranperan yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain.
Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku
manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk : 10

10

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. (Bandung:


Remaja Rosdakarya,2004),hlm. 145.

33

1.

Menggali perasaannya,

2.

Memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengamh terhadap


sikap, nilai dan persepsinya,

3.

Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan


masalah, dan

4.

Mendalami mata pelajaran dengan berbagai cara.


Dengan demikian, pada siswa terjun ke masyarakat kelak ia dapat

menempatkan diri dalam suatu situasi di mana begitu banyak peran terjadi.
Seperti dalam lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja dan lainlain.
2.

Prosedur Pelaksanaan Metode Bermain Peran


Menurut Shaftel mengemukakan sembilan tahap bermain peran yang

dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran : (1) menghangatkan suasana


dan memotivasi peserta didik, (2) memilih partisipan/ peran (3) menyusun
tahap-tahap peran (4) menyiapkan pengamat (5) pemeranan (6) diskusi dan
evaluasi (7) pemeranan ulang (8) diskusi dan evaluasi tahap dua (9)
membagi pengalaman dan kesimpulan. Kesembilan tahap tersebut dijelaskan
sebagai berikut.11
Menghangatkan suasana kelompok, termasuk mengantarkan peserta
didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari.. Masalah dapat di
angkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat merasakan masalah itu hadir
dihadapkan mereka. Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi
11

Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. (Bandung:


Remaja Rosdakarya),hlm. 147.

34

peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting
dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan.
Memilih peran dalam pembelajaran. Tahap ini peserta didik dan guru
mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka,
bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan,
kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk
menjadi pemeran.
Menyusun tahap-tahap baru, pada tahap-tahap ini para pemeran
menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan. Dalam hal ini,
tidak perlu ada dialog khusus karena para peserta didik dituntut untuk
bertindak dan berbicara secara spontan.
Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara
matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta
didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif
mendiskusikannya.
Tahap pemeran, pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi
secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Mereka berusaha
memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya. Adakalanya para
peserta didik keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari telah
memakan waktu yang terlalu lama. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan
bermain perlu dihentikan.
Diskusi dan evaluasi pembelajaran, diskusi akan mudah dimulai jika
pemeran dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran, baik secara
emosional maupun secara intelektual.

35

Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi


mengenai alternatif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang
dituntut. Perubahan ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam
upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran akan mempengaruhi
peran lainnya.
Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada tahap ini
sama seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil
pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin sudah
lebih jelas.
Membagi pengalaman dan pengambilan kesimpulan, tahap ini tidak
harus menghasilkan generalisasi secara langsung karena tujuan utama
bermain peran ialah membantu para peserta didik untuk memperoleh
pengalaman berharga dalam hidupnya melalui kegiatan interaksional dengan
temannya. Pada tahap akhir para peserta didik saling mengemukakan
pengalaman hidupnya dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan
sebagainya. Semua pengalaman peserta didik dapat diungkap atau muncul
secara spontan.
3.
Kelebihan dan Kekurangan Model Bermain Peran
Seperti model pembelajaran yang lain, model Bermain Peran (Role
Playing) juga memiliki kelebihan dan kekurangan.12
a)
Kelebihan model bermain peran

12

Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. (Bandung:


Remaja Rosdakarya),hlm.153.

36

1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
Disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan dan sulit
untuk dilupakan.
2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi
dinamis dan penuh antusias.
3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa
serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial
yang tinggi.
4. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan
dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya
dengan penghayatan siswa sendiri
5. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa,
dan dapat menumbuhkan/membuka kesempatan bagi lapangan
b)

kerja
Kekurangan model bermain peran :
1. Bermain peran memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru
maupun siswa. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu
untuk memerankan suatu adegan tertentu.
4. Apabila pelaksanaan bermain peran mengalami kegagalan, bukan
saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti
tujuan pengajaran tidak tercapai dan waktu menjadi sia-sia.
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui model ini

Anda mungkin juga menyukai