Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar ekonomi di
program studi IPS. Adapun hasil belajar dimaknai sebagai pengukuran mengenai apa
yang sebenarnya telah dipelajari selama mengenyam pendidikan di sekolah dan sebagai
laporan apakah yang siswa harapkan selama masa studi mereka sama dengan yang ia
peroleh (Aamodt, 2007). Hasil belajar berupa hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses
belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Hasil belajar siswa mewakili prestasi siswa di
berbagai komponen penilaian (Byrne, Flood, & Willis, 2002). Hasil belajar memberikan
perubahan kualitas pada diri siswa sebagai hasil dari pengalaman belajar (Watson,
2002).
Konsep hasil belajar akhir-akhir ini menjadi fokus dalam pendidikan dan
dalam konteks pembentukan kualifikasi diri pada siswa. Hasil belajar terus menjadi
sorotan di dunia pendidikan dikarenakan manfaat dari hasil belajar itu sendiri. Manfaat
langsung dari hasil belajar adalah untuk akreditasi siswa dalam belajar di luar kelas dan
dalam kehidupan nyata (Maher, 2004). Hasil belajar mengungkapkan apakah orang
dengan kualifikasi tertentu mampu mengetahui, memahami dan melakukan tindakan
sesuai dengan kualifikasi yang dimilikinya. Konsep kualifikasi adalah hubungan antara
pengetahuan yang dikembangkan selama pendidikan dan tuntutan dari dunia kerja
(Bergan, 2007).
Pemerintah dan para guru terus berupaya untuk meningkatkan kualitas hasil
belajar siswa agar siswa nantinya mampu untuk bersaing dalam masyarakat. Akan
tetapi, masih banyak siswa yang tidak mampu mencapai kriteria yang telah ditetapkan
sebagai standar hasil belajar yang harus dicapai siswa. Fenomena ini tentu saja
mengakibatkan kesenjangan dalam pencapaian hasil belajar.
Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hambatan dan masalah dalam proses
belajar siswa, baik dalam proses di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu, guru

selaku pendidik diharapkan untuk selalu dapat memberikan dorongan/motivasi kepada


siswanya yang kurang bersemangat dalam belajar dan memberikan solusi terhadap
permasalahan belajar yang dihadapi siswanya (Syah, 2002:23).
Rendahnya hasil belajar menjadi masalah pendidikan secara lokal maupun
nasional. Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada
bidang studi ekonomi yang masih rendah di program studi IPS. Permasalahan mengenai
rendahnya hasil belajar siswa juga didukung oleh data empiris yang menggambarkan
rendahnya hasil belajar ekonomi yang dinyatakan dalam rata-rata nilai Ujian Nasional
(UN) pada program studi IPS tahun 2014/2015 di SMA Negeri 1 Sukomoro berikut ini:
Tabel 1.1
Daftar Nilai Rata-Rata Ujian Nasional dan Ujian Sekolah
Tahun Pelajaran 2014/2015
Provinsi
Kabupaten/Kota
Sekolah
Alamat

: Jawa Timur
Program Studi : IPS
: Kabupaten Magetan
Sub Rayon
: 02
: SMA Negeri 1 Sukomoro
: Ds. Kedungguwo, Sukomoro,
Magetan

Bidang Studi
Rata-rata Nilai Ujian Nasional
Bahasa Indonesia
7,06
Bahasa Inggris
7.12
Matematika
6,68
Ekonomi
6,09
Sosiologi
7,32
Geografi
6,57
Sumber: http://sman1sukomoro.sch.id/wp-content/uploads/2014/05/ips2.jpg
Dari tabel di atas diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai Ujian Nasional bidang
studi Ekonomi yang paling rendah yaitu sebesar 6,09 dibanding dengan bidang studi
lainnya yang di Ujian Nasionalkan pada program studi IPS di SMA Negeri 1 Sukomoro.
Kondisi ini tentu tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena jika dibiarkan secara
terus menerus, maka dikhawatirkan akan menimbulkan dampak buruk terhadap lulusan
SMA yang notabennya nanti akan melanjutkan pendidikannya ke sekolah yang lebih
tinggi atau masuk ke dunia kerja. Lulusan ini akan dianggap tidak memiliki kualifikasi
atau kompetensi yang diharapkan. Sebagaimana hasil belajar berguna bagi siswa dan

guru untuk mencapai tujuan pendidikan dan tujuan pembangunan nasional (McInerney,
2012).
Berdasarkan teori belajar di buku Introduction To Psychology yang ditulis oleh C.T
Morgan (1966) belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal
siswa. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah gaya
belajar siswa (Potter & Johnston, 2006; Eom et al., 2006), self efficacy, motivasi belajar
siswa (Hussey & Smith, 2010), kemampuan kognitif siswa dan keahlian siswa (Kraiger,
Ford, & Salas, 1993). Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik
adalah Sistem pembelajaran, strategi pengajaran, kurikulum, model pembelajaran
(Potter & Johnston, 2006), pengalaman mengajar guru, kurikulum, guru dan materi,
motivasi guru dalam mendidik serta penggunaan model pembelajaran, interaksi selama
proses pembelajaran (Hussey & Smith, 2010; Eom et al., 2006), teknologi mengajar dan
metode mengajar (Young, Klemz, & Murphy, 2015), perkembangan kurikulum dan
kemampuan pedagogik guru (Maher, 2004), pendekatan mengajar dan perbedaan jenis
kelamin (Byrne et al., 2002).
Pembelajaran tradisional masih umum ditemukan dalam proses belajar mengajar di
sekolah menengah atas (SMA) , guru hanya sesekali menggunakan media pembelajaran
dan sangat jarang menggunakan model pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran
sebenarnya lebih membantu dan mempermudah guru dalam mengajar serta memberikan
pembelaran yang menarik bagi siswa. Karena dengan penggunaan model pembelajaran
guru tidak lagi dijadikan inti atau pusat pembelajaran (teacher center learning)
melainkan guru hanya sebagai fasilitator pembelajaran dan siswa yang akan menjadi
pusat dan yang lebih aktif dalam proses pembelajaran. Saat ini, masih banyak guru yang
belum menyadari akan mmanfaat dari penggunaan model pembelajaran, berbagai alasan
diberikan guru tidak menggunakan model pembelajaran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Simanungkalit (2014) alasan guru tidak
menggunakan model pembelajaran karena fasilitas atau infrastruktur sekolah yang
tidakk mendukung, waktu yang tersita banyak karena penerapan model pembelajaran,
guru belum yakin dengan kemampuan yang dimiliki siswanya apabila siswa yang
dijadikan pusat pembelajaran (student centered learning) yang ada nanti siswa hanya
bermain-main dan tidak terkondisikan. Seharusnya guru mnyadari, meskipun proses

pembelajaran siswa yang lebih aktif (Student center learning), guru harus tetap berperan
dalam keberhasilan penggunaan model pembelajaran. Guru tetap sebagi pengontrol
jalannya proses pembelajaran, memberikan clue-clue kepada siswa dan mnyediakan
informasi yang tidak mampu siswa peroleh. Jadi, guru diharapkan memiliki kompetensi
dan pengetahuan-pengetahuan luas mengenai model-model pembelajaran serta kaya
informasi mengenai materi dan masalah dalam pelajaran.
Dalam dunia akademis, ada banyak teori, teknik, pendekatan yang diciptakan oleh
para cendekiawan model pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
kegiatan belajar mengajar. Namun, tidak semua sesuai untuk para pendidik dan peserta
didik. Untuk itu diberi kesempatan bagi para pendidik untuk menggali, mencoba dan
kemudian memilih setiap metode pembelajaran yang cocok dengan filsafat dan gaya
mengajar pendidik (Saiful & Puteh, 2011). Begitu banyak model pembelajaran di dunia
pendidikan, namun ada 4 model pembelajaran yang disarankan di dalam kurikulum
2013 untuk digunakan pada pelajaran ekonomi diantaranya adalah Inquiry Based
Learning, Discovery Based Learning, Project Based Learning, Problem Based
Learning (http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/2011).
Dari empat model yang disarankan tersebut, model pembelajaran problem based
learning yang paling cocok digunakan untuk sebagian besar materi di pelajaran
ekonomi, dikarenakan materi dipelajaran ekonomi lebih banyak di hadapkan dengan
berbagai masalah yang harus dipecahkan. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Maxwell, Nan L., Yolanda Bellisimo & John Mergendoller (2001) yang
berjudul Problem-Based Learning: Modifying the Medical School Model for Teaching
High School Economics. Penelitian ini membenarkan bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning sangat cocok digunakan dalam pelajaran ekonomi SMA. Pada
awalnya Problem Based Learning banyak digunakan pada model pembelajaran di dunia
medis. Kemudian berkembang digunakan pada pelajaran IPA seperti Fisika,
Matematika, Fisika dan Biologi. Akan tetapi Problem Based Learning dapat juga
digunakan sebagai model pembelajaran pada pelajaran IPS seperti pelajaran Ekonomi.
Nilai lebih pada model pembelajaran ini dibandinkan dengan yang lain yakni model
pembelajaran ini melatih kemampuan, pengetahuan dan keterampilan siswa dalam
memecahkan masalah, dan memperkuat ingatan siswa mengenai pemecahan masalah

yang ia lakukan karena permasalahan yang diambil untuk dipecahkan oleh siswa adalah
masalah ekonomi yang sering terjadi dan dialami oleh siswa.
Problem Based Learning merupakan teori belajar konstruktivisme yang
diperkenalkan oleh John Dewey. Menurutnya sekolah harus menjadi tempat untuk
memcahkan masalah di kehidupan nyata dengan menyediakan penyokong filosofis
untuk Problem Based Learning (Dewey, 1916: 396-426). Problem Based Learning
adalah metode belajar di mana siswa perlu menyelesaikan masalah-masalah yang
mereka tidak pelajari

secara formal sebelumnya dan mengkhendaki siswa untuk

berpikir kritis, model pembelajaran ini lebih efektif jika siswa bekerja dalam kelompokkelompok kecil dan pendidik berperan sebagai fasilitator dan bukannya hanya
menjadi guru (Saiful & Puteh, 2011). Problem Based Learning membantu siswa
mengembangkan pikiran mereka dan kemampuan memecahkan masalah, dan
menjadikan siswa-siswa mandiri sehingga berpengaruh positif dalam hasil belajar siswa
(Arends, 2012). Pandangan ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan Bilgin, Erdal

& Mustafa (2009) dimana Problem Based Learning

mempengaruhi secara signifikan terhadap hasil belajar siswa.


Hal lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah tingkat Self Efficacy siswa.
Banyak kajian mendukung pengaruh positif langsung antara Self Efficacy dan prestasi
akademik, karena mekanisme melalui Self Efficacy dapat mempengaruhi hasil akademik
siswa (Zimmerman, 2000; Choi, 2005; Klassen& Usher, 2010; Diseth, 2011). Self
Efficacy adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan
tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu (Bandura, 1977).
Untuk menentukan lebih jauh Self Efficacy, Bandura menunjukkan bahwa elemen inti
dari konsep Self Efficacy terdiri dari tiga dimensi terukur yaitu Magnitude, Generality,
dan Strength.
Para ahli pendidikan menggeser minat kajian mereka dalam memandang self
efficacy dalam proses kognitif dan pemrosesan informasi pada fungsi manusia.
Pergeseran ini merupakan revolusi kognitif yang dipengaruhi oleh kemajuan
teknologi pembelajaran dan kehadiran komputer, yang melayaninya sebagai metafora
gerakan signatura dan model/bentuk akal/intelegensi (Schunk, 2001).

Dalam publikasi Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive


Theory, Bandura mengembangkan pandangan human functioning. Dia menyerasikan
peran sentral kognitif, seolah mengalami sendiri (vicarious), pengaturan diri, dan proses
reflektif diri dalam adaptasi dan perubahan manusia. Orang dipandang sebagai sosok
sistem pengorganisasi diri, proaktif, reflektif diri, dan pengaturan diri daripada sebagai
organisme reaktif yang dibentuk dan dilindungi oleh kekuatan lingkungan atau didorong
oleh impuls-impuls paling dalam yang tersembunyi. Bandura menggunakan istilah selfefficacy mengacu pada keyakinan (beliefs) tentang kemampuan seseorang untuk
mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan untuk pencapaian hasil. Dengan kata
lain, selfefficacy adalah keyakinan penilaian diri berkenaan dengan kompetensi
siswanya untuk sukses dalam tugas-tugasnya. Di samping itu, keyakinan efficacy juga
mempengaruhi cara atas pilihan tindakan seseorang, seberapa banyak upaya yang
mereka lakukan, seberapa lama mereka akan tekun dalam menghadapi rintangan dan
kegagalan, seberapa kuat ketahanan mereka menghadapi kemalangan, seberapa jernih
pikiran mereka merupakan rintangan diri atau bantuan diri, seberapa banyak tekanan
dan kegundahan pengalaman mereka dalam meniru (copying) tuntunan lingkungan, dan
seberapa tinggi tingkat pemenuhan yang mereka wujudkan. Menurut teori kognitif
sosial Bandura, keyakinan self-efficacy mempengaruhi pilihan orang dalam membuat
dan menjalankan tindakan yang mereka kejar. Individu cenderung berkonsentrasi dalam
tugas-tugas yang mereka rasakan mampu dan percaya dapat menyelesaikannya serta
menghindari tugas-tugas yang tidak dapat mereka kerjakan. Keyakinan efficacy juga
membantu menentukan sejauh mana usaha yang akan dikerahkan orang dalam suatu
aktivitas, seberapa lama mereka akan gigih ketika menghadapi rintangan, dan seberapa
ulet mereka akan menghadapi situasi yang tidak cocok (Bandura, 1997)
Self Efficacy sangat penting bagi aturan akademis karena ini dapat memprediksi
bagaimana pendekatan dalam belajar siswa di kelas (Klassen& Usher, 2010). Self
Efficacy juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dengan meningkatkan motivasi
belajar siswa. Pandangan ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Los, Ryan
E.B (2014) dimana Self efficacy memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil belajar
siswa.

Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan tingkat Self Efficacy
yang mempengaruhi hasil belajar siswa akan lebih kuat atau rendah pengaruhnya
tergantung kepada bagaimana peranan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Dimana peranan guru yang diharapkan antara lain mampu membimbing siswa dengan
menyediakan suasana kebebasan intelektual, menyediakan dorongan, eksplorasi,
formulasi, generalisasi siswa, menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau
informasi, mampu mengatur lingkungan atau kondisi kelas sebaik mungkin dan
memberikan dukungan atas interaksi.
Berdasarakan masalah dalam latar belakang maka perlu dilakukan penelitian
dengan judul: Pengaruh Problem Based Learning Dan Self Efficacy Dimoderasi
Peranan Guru Terhadap Hasil Belajar Ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran ekonomi
di SMA Negeri 1 Sukomoro.
2. Bagaimana pengaruh

penggunaan model pembelajaran Problem Based

Learning terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran ekonomi di
SMA Negeri 1 Sukomoro.
3. Bagaimana pengaruh tingkat Self Efficacy terhadap hasil belajar siswa kelas XI
pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Sukomoro.
4. Apakah peranan guru yang berfungsi sebagai variabel moderator berpengaruh
pada hubungan Problem Based Learning dan Self Efficacy terhadap hasil belajar
siswa kelas XI pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Sukomoro.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian pada penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran
ekonomi di SMA Negeri 1 Sukomoro.

2. Untuk mengetahui pengaruh Problem Based Learning terhadap hasil belajar


siswa kelas XI pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Sukomoro.
3. Untuk mengetahui Self Efficacy terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata
pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Sukomoro.
4. Untuk mengetahui pengaruh peranan guru yang berfungsi sebagai variabel
moderator pada hubungan Problem Based Learning dan Self Efficacy terhadap
hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1
Sukomoro.

1.4 Kegunaan Penelitian


Kegunaan dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan
pengembangan

ilmu

pengetahuan,

serta

memberikan

sumbangan

pemikiran dan pengetahuan mengenai pengaruh model pembelajaran


Problem Based Learning dan Self Efficacy yang dimoderasi peranan guru
terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran ekonomi di SMA
Negeri 1 Sukomoro.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan
pengembangan

illmu

pengetahuan,

serta

memberikan

sumbangan

pemikiran dan pengetahuan mengenai hubungan Problem Based Learning


dengan Self Efficacy yang dimoderasi oleh peranan guru terhadap hasil
belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1
Sukomoro.
2. Kegunaan Praktis
a. Diharapkan dapat mempermudah siswa dalam belajar ekonomi.
b. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran & pengetahuan
kepada para pendidik di SMA khususnya bidang studi Ekonomi dan pihakpihak lainnya mengenai model pembelajaran Problem Based Learning,
Self Efficacy, yang dimoderasi peranan guru terhadap hasil belajar siswa

serta mengetahui hubungan Problem Based Learning dengan Self Efficacy


yang dimoderasi peranan guru.
c. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan
baru dan referensi bagi mahasiswa ataupun pihak lain yang ingin
melakukan penelitian sejenis.

Anda mungkin juga menyukai