Anda di halaman 1dari 2

Mimpi Anak Desa kuliah di Jawa

Banyak orang desa beranggapan bahwa kuliah di pulau jawa hanyalah


sebuah mimpi, tetapi bagi saya mimpi kuliah di perguruan tinggi ternama yang
ada di tanah jawa adalah sebuah motivasi belajar untuk menggapai cita-cita.
Semuanya berawal di awal tahun 2013 ketika saya sudah menginjak semester 2
kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Sijunjung, Sumatera Barat. Pada waktu itu saya
bermimpi untuk bisa menlanjutkan kuliah di FTTM ITB, keinginan ini muncul
setelah seorang guru kimia dan kepala sekolah menceritakan kebutuhan daerahku
akan insinyur pertambangan. Benar, tempat kelahiranku Sijunjung merupakan
daerah yang kaya akan minyak dan mineral, batubara, dan semen. Oleh karena itu
saya benar-benar yakin untuk masuk FTTM ITB.
Mimpi kuliah di pulau jawa terus memotivasi saya untuk terus giat belajar.
Tinggal di desa kecil yang terletak jauh dari pusat kota tidak menyurutkan niat
dan tekad saya untuk tetap kuliah di perguruan tinggi ternama. Namun mimpi
kuliah di ITB berangsur luntur dan mulai mulai meliritik perguruan tinggi lain.
Ketika itu sudah mulai memasuki semester terakhir masa pendidikanku di SMA
Negeri 1 Sijunjung. Meskipun semester sebelumnya berhasil meraih juara umum
di sekolah, akan tetapi saya mulai melihat peluang untuk lulus di ITB kecil. Selain
kemampuan dan kompetensi diri yang masih kurang, faktor sekolah pun
mengurungkan niat untuk berkuliah di Ganesha Bandung tersebut. Alumni
sekolahku yang belum banyak melanjutkan kuliah ke jawa merupakan faktor
utama yang menyulitkanku untuk dapat kuliah di perguruan tinggi ternama.
Pemilihan teliti memang saya lakukan dalam menentukan pilihan
perguruan tinggi untuk pendaftaran SNMPTN. Langkah pertama yang saya
lakukan yaitu mencari setiap informasi yang ada dengan segala cara dan upaya.
Konsultasi dengan guru merupakan salah satu pilihan tepat yang bisa dilakukan,
dalam hal ini tidak hanya guru BK selaku pembimbing siswa tetapi juga guru
lainya bahkan kepala sekolahpun terbuka bagi siswa untuk konsultasi dalam
pemilihan jurusan dan perguruan tinggi. Selain guru, konsultasi dengan para
alumni juga saya lakukan. Banyak hal yang saya tanyakan, tidak hanya berkaitan
dengan pemilihan jurusan tetapi juga kehidupan kampus, biaya hidup, sampai
makanan dan budaya masyarakat sekitar. Konsultasi ini saya lakukan kontiniu
setiap minggu dan bahkan diakhir pendaftaran bisa setiap hari. Begitulah budaya
yang terjadi di SMA Negeri 1 Sijunjung tiap tahunnya.
Membaca buku dan mencari informasi di internet dan media lainnya juga
salah satu cara yang saya tempuh dalam menentukan perguruan tinggi. Upaya ini
dilakukan karena keterbatasan sekolah, guru, dan alumni yang belum mengetahui
secara detail tentang perguruan tinggi. Namun alasan ini mungkin hanya
objektivitas pribadi karena sekolahku belum yang terbaik dan masih belum bisa
bersaing dengan SMA lain di Sumatera Barat meskipun menjadi sekolah favorit di
Sijunjung. Informasi-informasi yang didapatkan justru lebih update dan detail

karena sumbernya lansung didapatkan dari web resmi perguruan tinggi. Akreditasi
jurusan dan perguruan tinggi juga merupakan informasi penting yang terus saya
gali, informasi ini bisa dicari pada halaman resmi BAN PT sebagai badan
akreditasi kementrian pendidikan. Setelah informasi penting tentang jurusan,
kurikulum, akreditasi dan akademik lainnya beberapa informasi perlu diperhatikan
seperti letak kampus, kos, pasar, jarak ke pusat kota, bandara, dan transpotasi
umum sampai makanan dan budaya masyarakat sekitar.
Akhirnya ketika menjelang pendaftaran SNMPTN saya menetapkan
pilihan di Teknik Industri ITS. Tekadku sudah bulat untuk melanjutkan kuliah di
kampus perjuangan tersebut. Namun Sebelum fiksasi pilihan, saya meminta restu
dari orang tua tentang pilihan tersebut, namun orang tua dan keluarga tetap
berharap saya masuk Fakultas Kedokeran Unand. Masih ingat dalam ingatanku
ketika memberi pemahaman kepada orang tua yang bersikukuh untuk melanjutkan
ke kedokteran. kira-kira seperti ini, Ayah dan Ibu tersayang, saya memilih Teknik
Industri tersebut sudah dengan keyakinan dan tekad yang bulat. Saya sudah
pertimbangkan untuk kuliah di Teknik atau kedokteran. Saya sadar setelah
berpikir, ketika masuk kedokteran akan menempuh pendidikan empat tahun
minimal plus dua tahun Co-As serta empat sampai lima tahun lagi untuk spesialis.
Artinya saya butuh 11 tahun untuk mencapai predikat dokter spesialis, namun
kalau kuliah di Teknik cukup pendidikan sarjana selama empat tahun dan saya
punya waktu tujuh tahun untuk bisa mencapai tingkat manajer di sebuah
perusahaan. Begitulah analogi yang saya kemukakan kepada orang tua dan
dengan segala pertimbangan beliau menyetujui dan merestui untuk melanjutkan
kuliah di jurusan Teknik Industri ITS.

Anda mungkin juga menyukai