Kardiomiopati Peripartum 1
Kardiomiopati Peripartum 1
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap: Ny. JBS
Umur: 34 tahun
Status Perkawinan: Kawin
Alamat: kav. Sei Lekop
Jenis Kelamin: Perempuan
Suku Bangsa: Batak
Agama: Islam
Tanggal Masuk RS: 16/12/2015
Tanggal Keluar RS: 21/12/2015
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Os datang dengan rujukan Charis Medical dengan keluhan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang melalui Instalasi Gawat Darurat RS. Embung Fatimah
G2P1A0 dengan keluarnya lender-lendir dan darah, pasien mengatakan
merasakan sesak semenjak 1 bulan terakhir dan juga pasien mengatakan
pernah di USG oleh dr. G SpOG dan dinyatakan posisi bayinya dengan
posisi letak lintang. Sebelum pasien masuk ke IGD RS Embung Fatimah
pasien mengatakan sudah akan di operasi oleh dr. R SpOG dan sudah di
bius, tetapi pasien merasa sesak kemudian di rujuk ke RS Embung fatimah
IV.
HPHT
: 18 Maret 2015
TTP
: 25 Desember 2015
UK
: 36-37 minggu
BJ
: 3400 gr
DJJ
: (+)
RIWAYAT OBSTETRI
GPA
G2P1A0
V.
:
:
Tidak ada
Tidak pernah
Pemeriksaan antenatal
3 kali di Sp.OG
Makanan
Biasa
Obat-obatan
STATUS PRAESENS
Status generalis
Status vitalis
VI.
Tekanan darah
: 140/110 mmHg
Nadi
: 95 x/mnt
Pernapasan
: 32 x/mnt
Suhu
: 36,7OC
STATUS REGIONAL
Kepala
Leher
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Ekstremitas
VII.
STATUS OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar :
TFU
: 33 cm
Situs anak
: Memanjang
Punggung
: Kiri
Bagian terendah
: Kepala
Perlimaan
: 5/5
His
: (-)
DJJ
: 150 x/mnt
Janin kesan
: Tunggal
Gerakan janin
TBJ
Pemeriksaan Dalam Vagina
: 36 x 90 = 3240 gram
: 1 cm, pres. Kep, floating, ketuban
utuh
VIII.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CTG
HASIL LAB
NST Reaktif
Darah Lengkap :
HB
Lekosit
Hematokrit
Trombosit
8.8
:
26
36 50 %
329
Urin Rutin :
Proteinuri
NEGATIF
BJ
1,003 1,030
1,015
4.5 7.0
PH
IX.
++
DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 gravid 40 minggu 4 hari belum inpartu + Preeklamsia Berat + Susp. CHF
NYHA IV
XI.
RESUME
Ibu masuk rumah sakit rujukan RSIA Pertiwi dengan D/ : G1P0A0 gravid
40 minggu 4 hari + PEB + Susp. NYHA. Ibu mengeluh sesak sesak sejak usia
kehamilan 6 bulan dan memberat sejak 3 hari terakhir. Sesak tidak terus menerus,
dipengaruhi oleh aktivitas. Ibu merasa lebih nyaman pada posisi duduk. Nyeri
dada (-). Riwayat sesak sebelumnya (-). Riwayat berobat ke dokter penyakit
jantung (-). Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-). Nyeri perut
tembus ke belakang (-). Riwayat pelepasan lendir darah (-), riwayat pelepasan air
ketuban (-). Riwayat ANC 4x di Sp.OG, suntik TT 2 kali. Riwayat tekanan
darah tinggi (-), baru diketahui sejak masuk RS. Riwayat penyakit gula (-), riw.
penyakit asma (+) sejak kecil.
Pemeriksaan fisis TD 160/110 mmHg, nadi 100 x/mnt, pernapasan 32
x/mnt, suhu 36,7OC. Pada pemeriksaan obstetrik didapatkan : TFU 33 cm, situs
anak memanjang, punggung kiri, bagian terendah kepala, perlimaan 5/5, his tidak
ada, DJJ 150 x/mnt, janin kesan tunggal, gerakan janin (+) dirasakan ibu, TBJ
33x90=2970 gr, pemeriksaan dalam tidak dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium : darah rutin, tes fungsi hati dan tes fungsi
ginjal dalam batas normal. Kadar asam urat sedikit meningkat (6,7 mg/dL)serta
kadar albumin serum menurun (2,9 gr/dL). Proteinuri didapatkan +4. Berdasarkan
pemeriksaan USG obstetri didapatkan gravid tunggal hidup, letak kepala,
punggung kiri, plasenta di korpus anterior, cairan amnion cukup (AFI=7,3 cm),
biometri janin ~ uk 40 minggu dan hasil KTG : NST reaktif.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang telah dilakukan maka pasien ini didiagnosis dengan G1P0A0 gravid 40
minggu 4 hari belum inpartu + Preeklamsia Berat + Susp. CHF NYHA IV. Setelah
melakukan penanganan awal, maka dilaporkan ke konsulen jaga. Konsulen jaga
mengadviskan penanganan sesuai protap PEB, konsul bagian Kardiologi dan
rencana terminasi kehamilan bila ada jawaban konsul kardiologi.
Bagian kardiologi mendiagnosis pasien ini dengan CHF NYHA IV e.c.
Susp Peripartum Cardiomiopati dan di berikan terapi : Lasix 2 amp/ 12 jam/ iv
(jika TDS 100 mmHg & tidak ada kontra indikasi). BerdasarkanGoldmans
Cardiac Risk Index maka pasien ini termasuk dlm criteria Low Risk. Usul Bagian
Kardiologi : Ekokardiografi postpartum (bila kondisi pasien memungkinkan).
Setelah dillaporkan ke konsulen jaga maka diadviskan untuk dilakukan cito SC.
Setelah dilakukan informed consent untuk tidak hamil lagi dan menerima
kontrasepsi Kontap karena kehamilan berikutnya akan meningkatkan mortalitas
ibu tetapi pasien menolak untuk dilakukan tubektomi, pasien memilih kontrasepsi
injeksi hormonal 12 minggu.
Pada perawatan selanjutnya keadaan pasien membaik. Hasil pemeriksaan
Ekokardiografi, kesan : MR ringan & LVH. Pada post-op hari ke-5 pasien
dipulangkan dan dianjurkan untuk melakukan kontrol di Bagian Kardiologi untuk
penanganan penyakit jantung selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Kardiomiopati peripartum (PPCM) adalah bentuk kegagalan jantung
yang terjadi pada wanita hamil terutama dalam beberapa bulan terakhir kehamilan
atau puerperium dini. Demakis dkk pada tahun 1971, pertama kali mendefinisikan
PPCM dengan tiga kriteria diagnostik yaitu :
Perkembangan
gagal
waktu
satu
bulan
Left
ventricular
end-diastolic
tubuh(1,3,4)
INSIDENS
Insiden PPCM bervariasi di
jantung dalam
seluruh
tinggiyang
tahun
1849 oleh
di
tahun
Afrika
Selatan
diagnostik dan
pola pelaporan
yang
lingkungan,kriteria
telah menyebabkan
insidens. Secara
laporan
keseluruhan,
tingginya
terbaru dari
angka
berbagai
multiparitas,
kehamilan mutipel,
ras
kulit
dilaporkan
hitam,
adalah
obesitas,
usia tua,
malnutrisi
rendah. PPCM telah dilaporkan sebagian besar pada wanita lebih dari 30 tahun,
tetapi dapat terjadi pada berbagai kelompok umur. Meskipun PPCM telah
dilaporkan pada primigravida, ditemukan terjadi lebih sering dengan multiparitas.
Di Amerika Serikat sebagian besar penderita adalah dari golongan Afrika
Amerika, meskipun, golongan Asia (Korea, Jepang, Cina dan India), dan hispanik
juga pernah dilaporkan. Kehamilan kembar tampaknya mempunyai risiko lebih
tinggi terkena PPCM. (1,4-6)
Preeklamsia dan hipertensi telah dikaitkan dengan sejumlah besar kasus
PPCM. Banyak penulis bahkan melaporkan sebagai bentuk gagal jantung
hipertensi. Namun, preeklamsia sendiri jarang menyebabkan gagal jantung pada
wanita sehat. Tidak adanya perubahan vaskular dan hilangnya hipertensi dan
preeklamsia sebelum timbulnya gagal jantung menunjukkan hanya hipertensi
yang mungkin terkait dan memperburuk PPCM, dan bukan merupakan penyebab.
(1,3,4,6)
ETIOLOGI
Penyebab
pasti PPCM
tidak
diketahui.
Beberapa
hipotesis penyebab
abnormal
terhadap
perubahan
fisiologis
pada
Miokarditis
Miokarditis didefinisikan sebagai infiltrasi inflamasi perivaskular limfosit dan
makrofag yang menyebabkan nekrosis miosit dengan atau tanpa fibrosis.
EMB dipandu Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada daerah kontras yang
lebih tinggi dapat meningkatkan bukti terjadinyamiokarditis akut pada tahap awal
penyakit. Eosinofil
dikenal
kardiotoksik
Sitokin inflamasi
Silwa dkk, dalam sebuah studi yang besar, menemukan konsentrasi tinggi sitokin
inflamasi seperti faktor nekrosis tumor (TNF ), protein C-reaktif (CRP),
Interleukin-6 (IL-6) dan Fas/Apo-1 (sebuah penanda apoptosis) pada pasien
PPCM. Kadar CRP berkorelasi terbalik dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF)
dalam studi mereka. Konsentrasi TNF yang tinggi dapat menyebabkan
remodeling
ventrikel lebih
lanjutmelalui
reseptor
jantung
spesifik, yang
bahwa
apoptosis
miokard
sitokin
ini
mengetahui peran
Infeksi Virus
Infeksi virus juga terlibat sebagai penyebab miokarditis. Penurunan kekebalan
selama kehamilan dapat menyebabkan infeksi virus. Bultmann dkk, menemukan
materi genomik virus dalam spesimen biopsi pasien PPCM. Polymerase chain
reaction (PCR) dan ekstraksi bahan genom dari EMB dipandu kontras
MRI sangat membantu dalammendeteksi genom virus. Pada saat yang sama, ada
beberapa laporantidak menunjukkan adanya prevalensi infeksi virus pada pasien
PPCM, dan berpendapat bahwa kardiomiopati virus tidak perlu dimasukkan dalam
kriteria penyebab PPCM. Pentingnya dilakukan
d.
Faktor autoimun
Telah dihipotesiskan bahwa sel-sel janin dari haplotype ayah masuk ke dalam
sirkulasi
ibu berkaitan
dengan
dan
mungkin tetap beredar untuk waktu yang lama tanpa penolakan. Sel-sel
tersebut dianggap sebagai antigen asing setelah normalisasi kekebalan ibu pasca
persalinan dan dapat memicu respon imun. Autoantibodi dapat dibentuk terhadap
plasenta, rahim atau janin pada ibu hamil. Autoantibodi ini mungkin silang
bereaksi dengan miokardium dan dapat menyebabkan kardiomiopati. (1-5)
e.
f.
Defisiensi Selenium
Cenac dkk, menemukan konsentrasi selenium yang rendah pada pasien PPCM,
yang mungkin hanya suatu kebetulan daripada menjadipenyebab. Levander
menyatakan bahwa defisiensi selenium menyebabkan peningkatan kerentanan
terhadap infeksi virus, yang pada gilirannya menyebabkan kardiomiopati.(1,2)
g.
Faktor lain
Beberapa faktor
Hormon
klasifikasi
mencerminkan beratnya
NYHA
mungkin
tidak
secara
akurat
kehamilan lanjut.(1,2)
Tanda
Tekanan darah mungkin normal, tinggi atau rendah. Takikardia, irama
Gallop, vena leher membesar dan edema pedis biasanya ditemukan. Secara
klinis, jantung bisa normal atau mungkin ada regurgitasi mitral danatau trikuspid
dengan krepitasi paru dan hepatomegali. Pasien bahkan mungkin datang
dengan kejang yang berhubungan dengan edema serebridan herniasi serebelum.(1,2)
PEMERIKSAAN
Setiap pasien harus memiliki elektrokardiogram (EKG), foto thorax (CXR), dan
Doppler echocardiografi untuk diagnosis.(1-5)
1.
EKG
Foto thoraks
Mungkin ada bukti kardiomegali, LVH, edema paru, kongesti vena paru dan efusi
pleura bilateral pada foto thoraks, atau mungkin normal.
3.
Ekokardiografi Doppler
Ekokardiografi Doppler adalah alat diagnostik yang paling penting untuk menilai
keparahan dan prognosis pasien PPCM. Gambaran umumekokardiografi meliputi
peningkatan left ventricular end diastolic diameter (LVEDD), penurunan left
ventricular fractional (LVFS) dan LVEF. Dilatasi dari semua ruang jantung,
regurgitasi mitral, trikuspid, paru dan aorta, pergerakan abnormal difus dinding
dan
efusi
dilaporkan. Murmur
regurgitasi
dari
ekokardiografi untuk
digunakan
mendiagnosa
untuk menentukan
pasien
Sensitivitas
memberikan hasil positif yang lebih baik. EMB dipandu kontras MRI dapat
memberikan
hasil
yang
lebih
positif.
risiko
prosedural, dan oleh karena itu hanya dipertimbangkan jika pasien tidak membaik
setelah dua minggu manajemen konvensional atau ada kecurigaan klinis
kuat adanyamiokarditis.
5.
Kateterisasi jantung
Kateterisasi
jantung
digunakan
kiri,melakukan EMB
dan
untuk
angiografi
evaluasi
fungsi
ventrikel
koroner. Kateterisai
akan
6.
mendeteksi
infeksi
oleh
mikroorganisme. Kultur
darah untuk
radiasi
dan
digantikan
dengan
ekokardiografi.
miokardium.
Estimasi enzim jantung
Enzim
koroner
ditemukan
dalam
batas
banyakkesamaan gejala
sulit karena
emboli cairan
ketuban) memiliki manifestasi yang sama. Presentasi paling umum PPCM adalah
dalam periode
postpartum ketika
evaluasi laboratorium
Tromboemboli
Thrombus sering
pasien
akibat tromboemboli 30
mengarah
Aritmia
Aritmia seperti sinus takikardia, takikardi atrium dan ventrikel, fibrilasidan flutter
atrium, denyut ventrikel prematur, atrium dan ventrikel ekstra
Parkinson-White Syndrome dapat terjadi
pada PPCM.Dapat
terjadi
cardioverter
Kegagalan organ
Gagal hati
akut dan
pula
terjadi
bakteremia
untuk masa
25%), partus
lahir
rendah,
prematur (11
- 6%). Gagal
tinggi (10%).
PENATALAKSANAAN (1-7)
Penanganan medis
PPCM
mirip penanganan
pada
penyakit gagal
vasodilator
dan
antikoagulan. Kehamilan
dan
menyusui
harus
TINDAKAN NON-FARMAKOLOGIS
Bed rest total selama 6 - 12 bulan, seperti yang telah dianjurkan sebelumnya,
terkait dengan kejadian rendah kardiomegali, tetapi hasil yang sama dapat dicapai
tanpa
istirahat
di
tempat
tidur
berkepanjangan. Bed
rest
selanjutnya meningkatkan
risiko
emboli
paru.
Setelah
MANAJEMEN FARMAKOLOGI
Digoksin
Digoksin
dan
menyusui
(dosis
serum
harus
dimonitor,
sitokin
terutama bila
Diuretik
Diuretik aman pada kehamilan dan menyusui. Diuretik diindikasikan untuk
mengurangi preload dan mengurangi gejala. Namun, harus hati-hatiterhadap
dehidrasi iatrogenik yang menyebabkan hipoperfusi rahim danmengakibatkan
gawat janin. Loop diuretik biasa digunakan di rumah sakit, tapi thiazides dapat
digunakan pada kasus-kasus
ringan. Dapat
terjadi
alkalosis
dengan menghilangkanbikarbonat.
Spironolactone,
di rumah
sakit
dan
dengan
kematian
pada
manajemen
pasien
standar.
gagal
Namun,
spironolactone mungkin tidak aman pada kehamilan dan sebaiknya dihindari pada
periode antepartum.
Vasodilator
Vasodilator
sangat
penting
dankeberhasilan
pengobatan gagal
II
(ARB) sekarang
(ACEdianggap
sebagai
manajemen utama dan telah terbukti menurunkan angka kematian pasien gagal
jantung secara signifikan. ACE-I dan ARB dikontraindikasikan pada kehamilan
karena teratogenisitas, tapi harusdipertimbangkan setelah melahirkan, dan bahkan
dapat diberikan padakehamilan lanjut ketika obat lainnya tidak efektif. ACE-I
diekskresikanmelalui ASI sehingga ASI harus dihentikan pada pasien yang
peran
sebuah
potensial
dalam
pengelolaan
sensitizer
PPCM.
kalsium
peningkatan Pulmonary
dan selanjutnya
Capillary
Wedge
kurangnya
Beta blocker
Beta bloker tidak dikontraindikasikan pada kehamilan, tetapi penggunaannya
dikaitkan dengan berat badan lahir rendah. Beta blockers dengan sifat
tambahan blok alpha (seperti carvedilol) juga mengurangi afterload. Carvedilol
telah digunakan dengan aman pada kehamilan dan PPCM. Beta blockers dan
ACE-I mungkin mempunyaiperan tambahan dalam penekanan respon imun, dan
juga mencegah remodeling ventrikel dan mengurangi ukuran ventrikel. Obat
dapatdikurangi secara bertahap selam 6 - 12 bulan bila secara klinis fungsi
ventrikel dan ekokardiografi kembali normal. Jika ada bukti disfungsi jantung
terus-menerus yang terkait dengan hipertensi atau diabetes, obat harus dilanjutkan
untuk waktu yang lama.
Agen antiaritmia
Agen
antiaritmia kadang
mungkin
diperlukan
untuk
Terapi antikoagulan
Terapi antikoagulan diberikan pada pasien dengan LVEF <35% dan pasien
terbaring di tempat tidur dengan atrial fibrilasi, trombus,obesitas dan riwayat
tromboemboli. Keadaan hiperkoagulasi yang biasa terjadi pada kehamilan dan
stasis darah karena disfungsi ventrikel membuat pasien PPCM lebih rentan
terhadap pembentukan trombus dan komplikasinya. Situasi ini dapat bertahan
selama enam minggu masa nifas, sehingga diperlukan penggunaan heparin dalam
antepartum dan heparin atau warfarin dalam periode postpartum. Warfarin
merupakan
kontraindikasi
pada
teratogenik,
Terapi imunosupresif
Terapi imunosupresif dengan azathioprine dan prednisolon telah diteliti pada
pasien PPCM dengan miocarditis-positif. Melvin dkk,pertama mencatat perbaikan
dramatis dalam tiga pasien dengan terapi imunosupresif. Dalam studi lain, 9 dari
10 pasien menunjukkan perbaikan PCWP dan Left Ventricular Stroke Work
Index (LVSWI)dengan
terapi
prednisolon.
dapat
dipertimbangkan bila
Terapi imunoglobulin
hasil biopsi
terbukti
bukti-bukti
meningkatnya
Interferon
Interferon telah digunakan bila hasil biopsi membuktikan miokarditis virus.
Interferon
hanya
memperbaiki parameter
echocardiografi,
namun
tidak
Immunomodulasi
Pentoxifylline, agen imunomodulasi dikenal untuk mengurangi produksi TNFa,
CRP dan Fas/Apo-1, telah terbukti dalam penelitian dapat memperbaiki kelas
NYHA, LVEF dan hasil akhir pengobatan pada pasien PPCM bila dikombinasikan
dengan pengobatan konvensional. Namun, dibutuhkan lebih banyak bukti sebelum
pentoxifylline dapat direkomendasikan.
C.
MANAJEMEN OPERASI
Transplantasi jantung hanya diperuntukkan bagi mereka yang resisten
terhadap semua manajemen medis, tetapi tingkat penolakan lebih besar karena
tingginya titer antibodi yang beredar. Pasien dengan usia muda, kerusakan endorgan minimal dan PPCM onset dini memiliki hasil yang lebih menguntungkan.
D.
MANAJEMEN OBSTETRIK
PPCM selama periode antepartum memerlukan pemantauan janin dan
ibu yang intensif. Suatu pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter
kebidanan, ahli jantung, anestesi dan perinatologist mungkin diperlukan untuk
memberikan perawatan yang optimal kepada pasien PPCM.Analgesia regional
akan mengurangi stres jantung akibat nyeri persalinan, sedangkan aplikasi forsep
outlet atau alat vakum dapat meminimalkan stres jantung pada kala 2 persalinan.
Operasi caesar meningkatkan risiko kehilangan darah, endometriosis dan emboli
paru,
dan
paling
baik
dilakukan
untuk
indikasi
obstetri
serta
Unit
Perawatan
Intensif
(ICU)
untuk
deteksi
dini
dan
Barier/ kondom
Kurang ideal karena angka kegagalan cukup tinggi 12 %
IUD
Pemakaian harus hati-hati karena adanya resiko infeksi dan reflex vagal yang
dapat menimbulkan bradikardia pada saat pemasangan. Selain itu pada pasien
yang memakai antikoagulan ada resiko perdarahan menstruasi yang banyak
1.
2.
LVFS 30%
Meskipun
sebagian
besar
pemulihan
terjadi
dalam
bulan
setelah
melahirkan,
penyakit
keterlambatan
dalam penangan medis awal memiliki prognosis buruk. LVEF (<45%) pada dua
bulan
setelah
diagnosis
juga
memiliki
prognosis
buruk.Akhir-
akhir ini, kadar antibodi anti-klamidia, TNF dan IgG kelas 3 yangtinggi telah
dikaitkan dengan prognosis buruk. Dibandingkan dengan postpartum, terjadinya
PPCM antepartum dikaitkan dengan prognosis buruk.(1)
Mortalitas
Angka kematian hingga sekitar 50% dan sekitar setengahnyameninggal
dalam bulan pertama sejak munculnya gejala dan mayoritas dalam tiga bulan
pertama
dari
periode
postpartum.
serta
gagal
baik
tentang
Penyebab
jantung
tertinggi
patofisiologi,
pendekatan
multimodal dan strategi manajemen invasif dan intensif dapat menurunkan tingkat
mortalitas.(1,10)
RISIKO KEKAMBUHAN DALAM KEHAMILAN BERIKUTNYA
Kebanyakan laporan menggambarkan kekambuhan PPCM pada kehamilan
berikutnya. Belum jelas
apakah
ini
disebabkan
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Lok SI et all. Peripartum cardiomyopathy: the need for a national database. Neth
Heart J (2011) 19:126133. Available at : www.springerlink.com
5.
6.
7.
Vol
79,
No.3.
California,
2011.
Available
at : www.aana.com/aanajournalonline.aspx
8.
9.
Fett JD, Christine LG, Carrway RD and Murphy JG. Five-Year Prospective
Study of the Incidence and Prognosis of Peripartum Cardiomyopathy at a Single
Institution. Mayo Clinis Proc. December 2005;80(12):1602-1606. Available
at :www.mayoclinicproceedings.com
10.
11.
Elkayam
Characteristics
et
all.
and
Pregnancy-Associated
a
Comparison
Cardiomyopathy
Between
Early
:
and
Clinical
Late
Presentation.Circulation.
at : http://www.circulationaha.org
2005;111:2050-2055. Available