Anda di halaman 1dari 3

SEPUCUK SURAT UNTUK CALON ISTRIKU

Rusdi
Teriring salam rindu sebening embun subuh, juga doa setulus bias
purnama untukmu. semoga engkau selalu dalam dekap cintaNYA dalam
menjalani keseharian hidup dan kehidupan ini. Melangkah lewat
beningnya tuntunan ilahi, hingga suatu saat nanti, kita bertemu dalam
ruang pernikahan yang suci.
Semoga engkau sedang berbasah dzikir pada Sang Maha Kekasih,
Bermunajat penuh cinta agar hatimu selalu terhindar dari terkaman
pilu dan haru.
Atau,,, mungkin kau tengah bertilawah atas ayat-ayat cintaNYA yang
senantianya menjadi salju bagi kemuraman kalbu. Menjadi penuntun jalan
terindah dalam menapaki kehidupan ini. Ya. Semoga demikian adanya.
bahwa sudah sejak lama aku mencarimu di keramaian hidup ini.
Aku mencarimu dengan keyakinan bahwa tulang rusuk kiriku
memang patah dan menjelma menjadi engkau. Aku juga percaya
terhadap sunnatullah,,, bahwa Ada malam, ada siang. Ada kaya, ada
miskin. Ada baik, ada buruk. Ada aku, pasti juga ada engkau. Meski
sampai saat ini aku belum tahu siapakah engkau sebenarnya, wahai
perempuan yang akan mendampingiku nanti dalam meniti cinta dan
menerima amanah berupa anak-anak kelak.
Aku yakin engkau ada, meski saat ini belum bersamaku. Aku percaya
kau tengah menungguku juga dengan harap-harap cemas. Sambil terus
mengurai barisan doa, demi pertemuan kita nanti. Tidak apa-apa calon
istriku, Bersabarlah seperti aku juga selalu bersabar dalam mencarimu.
Sebab, aku mencarimu dengan berbekal keyakinan dan doa.
Aku selalu merindukanmu calon istriku,,, bahkan hampir di setiap
sujudku, selalu kuminta agar segera dipertemukan denganmu. Aku tidak
tahu, dimana kita akan bertemu, dan bagaimana caranya kita taaruf. Aku
juga tidak bisa membayangkan bagaimana perasaanku saat melihatmu
suatu saat nanti. Atau jangan-jangan sebenarnya kita sudah pernah
bertemu entah dimana, tapi kita belum tahu bahwa sebenarnya kita
ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi sepasang suami istri, kelak.

Beberapa kali, dalam pencarianku padamu, aku sempat tersesat dan


akhirnya harus kembali pulang dengan setumpuk rasa pedih.
Sebelumnya, aku memang sempat bertemu dengan seseorang yang aku
kira itu kamu. Tapi ternyata bukan. Karena aku malah mendapatkan kado
cantik berupa pengkhianatan dan sebungkus rasa sakit. Akhirnya aku
sadar, bahwa dia bukan potongan tulang rusukku. Dia bukan kamu, calon
istriku,,, bukan. Tapi tak apa-apa, karena aku yakin, bahwa dengan
letupan getir yang menyemai dalam setiap jengkal pencarianku padamu,
merupakan anugerah terindah dari sang Maha Kekasih,, agar kelak, Saat
kita sudah menyatu dalam ikatan pernikahan, aku sudah paham,
bagaimana
seharusnya
aku
menyayangimu,
memperhatikanmu,
menghargai
perasaanmu,
sekaligus
juga
menjagamu
dari
ketidaknyamanan hidup.
Oh iya,,, jika suatu saat kelak kita bersama, tolong terima aku apa
adanya ya? Karena aku orang miskin, hina dan penuh kekurangan. Aku tak
mungkin bisa memberikan apa-apa padamu selain sebongkah hati.. ya,,,
hanya sepotong hati yang berselimut kesetiaan dan ketulusan. Sepotong
hati yang akan aku berikan padamu, insya allah akan aku jaga dari segala
sifat-sifat yang kelak bisa membuatmu terluka. Sebab aku tak mau kau
terluka olehku wahai calon istriku karena luka itu sakit. Luka itu Pedih
dan sungguh sangat perih
Aku pernah mengalami luka semacam itu, calon istriku,,, sekitar dua
bulan yang lalu. Aku dikhianati oleh seseorang. Pengkhianatan ini bukan
yang pertama dilakukannya. Tapi untuk ketiga kalinya. Awalnya aku masih
berusaha untuk bersabar, dan menerimanya dengan ikhlas. Aku
menganggap ini semacam ujian kecil untuk sebuah hubungan yang indah.
Aku memahami keberadaanku yang tidak bisa menjadi malaikat baginya.
Tidak bisa selalu ada saat dia membutuhkan aku. Untuk itulah, aku
menganggapnya ini sebagai sebuah kesalahan biasa yang harus
kumaafkan. Bukankah Allah juga Maha Pemaaf? saat itu, aku juga tetap
mengira bahwa dia adalah kamu, perempuan yang dikirim Allah untuk
mendampingi hidupku. Tetapi, ternyata aku salah. aku tersadar saat
dengan sebuah kejujuran yang begitu harum ia berkabar padaku tentang
hatinya, bahwa namaku sudah dihapus dari berandanya, dan diganti
dengan nama lain. maka akupun hanya bisa terdiam. Sedikit tercengang
untuk kemudian pelan-pelan beringsut pada sebuah jurang yang bernama
luka.

Lalu aku sakit, calon istriku sakit yang nyaris tak bisa aku ceritakan
pada siapapun, juga padamu. Biarlah nanti, setelah kita sudah resmi
menjadi suami istri,,, semua akan aku kisahkan padamu, agar kau paham
betapa
mencarimu
tidaklah
semudah
mencari
sepotong
roti.
Mendapatkanmu, ternyata harus kutebus dulu dengan sergapan rasa
sakit.
Untuk itulah,, aku selalu berdoa, semoga aku diselamatkan dari sikap
yang bisa menyakitimu calon istriku Sebisanya, aku tak akan
membiarkan kau kecewa terhadap sikapku. Ya. Sebisa mungkin. Karena
engkau adalah amanah dari Allah yang harus aku pertanggungjawabkan
kelak dihadapanNYA. Kau adalah orang yang harus aku muliakan. Harus
aku jaga dari apapun yang bisa membuatmu merasa tidak nyaman.
Sudah dulu ya, calon istriku kapan-kapan aku disambung lagi,,,
harapanku, semoga surat ini sampi ke hatimu, menjelma bisikan halus
yang pada akhirnya menjadi semacam petunjuk bagimu untuk
mengenalku.
Percayalah calon istriku,,, jika nanti, hatimu mulai berdebar
memahami surat ini, berarti aku sudah melangkah menuju hatimu.

Anda mungkin juga menyukai