IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
tahun
Jenis kelamin :
Alamat
Pekerjaan
Tanggal masuk RS
ANAMNESA
Keluhan utama
: Telinga sebelah kiri sakit dan keluar cairan agak kental berwarna
putih.
Keluhan Tambahan
: baik
Kesadaran
: komposmentis
1
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
Suhu
: 36,50C
RR
Status lokalis
Tabel 3.1. Pemeriksaan telinga
No. Pemeriksaan Telinga Telinga kanan
Telinga kiri
1. Daun telinga
Bentuk dan ukuran dalam batasBentuk dan ukuran dalam batas
normal,
2.
nyeri
tragusnormal,
nyeri
tragus
(-),
3.
Membran timpani
otorrhoe (-)
Retraksi (-),
bulging
otorrhoe (+)
(-),Retraksi (-),
bulging
cone
(-),
of
(-),
N
N
Bentuk (N), mukosa hiperemiBentuk
(-)
hiperemi (-)
Mukosa hiperemi (-), sekretMukosa hiperemi (-), sekret
(N),
mukosa
(-)
(-)
Deviasi (-), benda asing (-),Deviasi (-), benda asing(-),
perdarahan (-)
perdarahan (-)
2
(-),
detritus(-),edema
(-),
detritus(-),
membran (-)
membran (-)
Hiperemi (-), edema (-), reflekHiperemi (-), edema (-), reflek
Faring
Leher :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : Hb : 15,4 mg/dL Trombosit : 226.000 Leukosit
: 9.010 Ht : 49,4%
DIAGNOSIS KERJA
Otitis media supuratif kronis telinga kiri tipe aman fase aktif
DIAGNOSIS BANDING
-
Barotrauma
PENATALAKSANAAN
Beri obat pencuci telinga H2O2 3% 3-5 hari setelah sekret berkurang pasien diberi antibiotik
tetes telinga dan antibiotika oral golongan penisilin atau eritromisin.
3
EDUKASI
ANATOMI
tulang temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura petroskuama.
Dasar kavum timpani
Dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari bulbus
jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari kavum timpani
sinus sigmoid.
Dinding anterior
Dinding anterior bawah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari lempeng
tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada saat memasuki tulang tengkorak
dan sebelum berbelok ke anterior. Dinding ini ditembus oleh saraf timpani
karotis superior dan inferior yang membawa serabut-serabut saraf simpatis ke
pleksus timpanikus dan oleh satu atau lebih cabang timpani dari arteri karotis
interna. Dinding anterior ini terutama berperan sebagai muara tuba eustachius.
Kavum timpani terdiri dari tulang-tulang pendengaran (Malleus, Inkus, Stapes) dan
otot. Otot-otot pada kavum timpani terdiri dari : otot tensor timpani ( muskulus tensor
timpani) dan otot stapedius ( muskulus stapedius).
Ossicula Auditus
a. Malleus
Adalah pendengaran terbesar dan terdiri dari caput, collum dan processus longum/
manubrium, sebuah processus anterior dan processus lateralis.
b. Incus
Mempunyai corpus yang besar dan 2 crus yaitu crus longum, yang berjalan ke
bawah di belakang dan sejajar dengan manubrium mallei; dan crus breve,
menonjol ke belakang dan dilekatkan pada dinding posterior cavum timpani oleh
sebuah ligamentum.
c. Stapes
Mempunyai caput, collum, 2 lengan dan sebuah basis.
Terdapat dua otot di telinga tengah yaitu :
- Tensor timpani yang berfungsi mengurangi getaran berlebihan dari membran
timpani dan tulang pendengaran untuk mencegah kerusakan pada telinga tengah
- Otot stapedius berfungsi untuk mengurangi getaran berlebihan pada tulang
pendengaran terutama stapes
(Berman S, 2006)
sekitar 35 mm,
dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau
menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan
menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
(Djaafar ZA , 2007 ; Dugdale AE , 2004).
Struktur telinga tengah dan dalam. Labirin tulang merupakan salah satu tulang
terkeras dalam tubuh dan terdiri dari vestibulum, kanalis semirkularis dan koklea.
Gambar 1.4. Anatomi Telinga Dalam
Labyrinthus Osseus
Terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Vestibulum
Merupakan bagian tengah labyrinthus osseus, terletak posterior terhadap cochlea dan
anterior terhadap canalis semisirkularis. Di dalam vestibulum terdapat sacculus dan
utriculus labyrintus membranaceus.
2. Canalis semisirkularis
Ketiga canalis semisirkularis superior, posterior dan lateral bermuara ke bagian
posterior vestibulum. Didalam canalis terdapat ductus semisirkularis.
3. Cochlea
Berbentuk seperti rumah siput dan bermuara ke dalam bagian anterior vestibulum.
Umumnya terdiri dari 1 pilar sentral, modiolus cochlea dan modiolus ini dikelilingi
tabung tulang yang sempit sebanyak 2 putaran. Modiolus mempunyai basis yang
lebar, terletak pada dasar meatus acusticus internus.
Labyrinthus Membranaceus
Terletak didalam labyrinthus osseus dan berisi endolympha dan dikelilingi oleh
perilympha. Labyrinthus ini terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat didalam
vestibulum osseus; 3 ductus semisirkularis, yang teletak didalam canalis semisirkularis
osseus; dan ductus cochlearis, yang terletak didalam cochlea.
1. Utriculus
Adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada dan dihubungkan tidak
langsung dengan sacculus dn ductus endolymphaticus oleh ductus utriculosaccularis.
2. Sacculus
Berbentuk bulat dan berhubungan dengan uticulus. Ductus endolymphaticus setelah
bergabung dengan ductus utriculosaccularis akan berakhir didalam kantung buntu
kecil yaitu saccus endolymphaticus.
3. Ductus Semisirkularis
Diameternya lebih kecil dari canalisnya. Ketiganya tersusun tegak lurus satu dengan
lainnya.
4. Ductus Cochlearis
Berbentuk segitiga pada potongan melintang dan berhubungan dengan sacculus
melalui ductus reunions.
Persarafan Telinga Dalam
Serabut saraf dari nervus koklearis berjalan sepanjang meatus akustikus internus
bersama serabut saraf dari nervus vestibularis membentuk nervus vestibulokoklearis (CN
VIII). Pada ujung medial dari meatus akustikus internus, CN VIII menembus lempengan
tulang tipis bersama CN VII (nervus facialis) dan pembuluh darah menuju dorsal dan
ventral coclear nuclei di batang otak. Sebagian besar serabut saraf dari kedua nuclei naik
menuju inferior colliculus secara kontralateral, dan sebagian lainnya secara ipsilateral.
Selanjutnya, dari inferior colliculus, saraf-saraf pendengaran berjalan menuju medial
geniculate body dan akhirnya menuju korteks auditorius di lobus temporalis.
10
11
6.
7.
8.
9.
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas.
Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya
daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga
tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.
Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis
media kronis.
Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding
yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi
terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini
belum terbukti kemungkinannya.
Gangguan fungsi tuba eustachius
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi
apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada
telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba
eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan
tekanan negatif menjadi normal (Kumar S, 1996).
Infeksi telinga berulang
Faktor risiko :
1. Usia
Pada anak-anak lebih mudah terserang OMSK oleh karena posisi anatomi tuba
eustachius yang masih horizontal, tuba lebih pendek dan lebih dekat jaraknya dengan
nasofaring dibandingkan dengan orang dewasa, kurang higiene, gizi kurang
(Bethesda, 2015).
2. Otitis media akut yang tidak sembuh secara sempurna
III. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain disebabkan, kondisi sosial,
ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, higiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan
melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom,
tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang
tersedia. Otitis media kronis merupakan penyakit THT yang paling banyak di negara
sedang berkembang. Di negara maju seperti Inggris sekitar 0, 9% dan di Israel hanya 0,
0039%. Di negara berkembang dan negara maju prevalensi OMSK berkisar antara 146%, dengan prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di Eskimo (12-46%), sedangkan
prevalensi terendah terdapat pada populasi di Amerika dan Inggeris kurang dari 1%
(Lasminingrum L, 2000).
Menurut survei yang dilakukan pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996
ditemukan insidens Otitis Media Supuratif Kronik (atau yang oleh awam sebagai
congek) sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk
Indonesia diperkirakan terdapat 6, 6 juta penderita OMSK. Di Indonesia menurut Survei
Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996 prevalensi
OMSK adalah 3, 1%-5, 20% populasi. Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah
12
adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK. Prevalensi
OMSK di RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 1989 sebesar 15, 21%. Di RS
Hasan Sadikin Bandung dilaporkan prevalensi OMSK selama periode 1988 1990
sebesar 15,7% dan pada tahun 1991 dilaporkan prevelensi OMSK sebesar 10,96%.
Prevalensi penderita OMSK di RS Dr Sardjito Yogyakarta pada tahun 1997 sebesar 8, 2%
(Paparella MM, 2001).
IV. KLASIFIKASI
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:
1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.
Penyakit tubotimpani ditandai oleh proses peradangan yang terjadi terbatas pada
mukosa saja tidak mengenai tulang, serta adanya perforasi sentral atau pars tensa.
Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih
sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang
mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Perforasi tipe bahaya
letaknya marginal atau di atik. Sebagian besar komplikasi berbahaya timbul pada
OMSK tipe bahaya (Djaafar, 2012).
Kolesteatom
Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih,
terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat dibagi atas 2
tipe yaitu kolesteatom kongenital dan kolesteatom didapat.
a. Kolesteatom kongenital yang terbentuk pada massa embrionik dan ditemukan
pada telinga dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi. Lokasi
kolesteatom biasanya di kavum timpani, daerah petrosus mastoid atau di
cerebellopontin angle. Dapat menyebabkan fasialis parese, tuli saraf berat
unilateral, dan gangguan keseimbangan.
b. Kolesteatom didapat/akuisital yang terbentuk setelah anak lahir, jenis ini terbagi
atas dua :
- Kolesteatoma akuisital primer (Primary acquired cholesteatoma) yang
terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatomaa
timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida
karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba (Teori
invaginasi).
- Kolesteatoma akuisital sekunder (Secondary acquired cholesteatoma)
terbentuk setelah adanya perforasi membran timpani. Kolesteatom terbentuk
sebagai akibat masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir
perforasi membran timpani ke telinga tengah (Teori migrasi) atau terjadi
akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang
berlangsung lama (Teori metaplasi) (Djaafar, 2012).
Pada teori implantasi, kolesteatom terjadi akibat implantasi epitel kulit secara
iatrogenik ke dalam telinga tengah sewaktu operasi, setelah blust injury, pemasangan
pipa ventilasi atau setelah miringotomi.
13
14
V. PATOGENESIS
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif
kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan,
disebut otitis media subakut.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh
pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk (Djaafar, 2012).
Patogenesis OMSK belum diketahui secara lengkap, tatapi dalam hal ini merupakan
stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk
diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA dapat
terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah missal perforasi kering. Beberapa
penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis.
Suatu teori tentang patogenesis dikemukan dalam buku modern yang umumnya
telah diterima sebagai fakta. Hipotesis ini menyatakan bahwa terjadinya otitis media
nekrotikans, terutama pada masa anak-anak, menimbulkan perforasi yang besar pada
gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu, gendang telinga tetap berlubang, atau
sembuh dengan membran yang atrofi yang kemudian dapat kolaps kedalam telinga
tengah, memberi gambaran otitis atelektasis.
Hipotesis ini mengabaikan beberapa kenyataan yang menimbulkan keraguan atas
kebenarannya, antara lain :
1. Hampir seluruh kasus otitis media akut sembuh dengan perbaikan lengkap
membran timpani. Pembentukan jaringan parut jarang terjadi, biasanya ditandai oleh
penebalan dan bukannya atrofi.
2. Otitis media nekrotikans sangat jarang ditemukan sejak digunakannya antibiotik.
Penulis (DFA) hanya menemukan kurang dari selusin kasus dalam 25 tahun terakhir.
Dipihak lain, kejadian penyakit telinga kronis tidak berkurang dalam periode tersebut.
3. pasien dengan penyakit telinga kronis tidak mempunyai riwayat otitis akut pada
permulaannya, melainkan lebih sering berlangsung tanpa gejala dan bertambah secara
bertahap, sampai diperlukan pertolongan beberapa tahun kemudian setelah pasien
menyadari adanya masalah. Anak-anak tidak dibawa berobat sampai terjadi gangguan
pendengaran yang ditemukan pada pemeriksaan berkala disekolah atau merasa terganggu
karena sekret yang selalu keluar dari telinga.
Patologi
Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada
menetap. Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada
keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses
peradangan yang menetap atau kekambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan
jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
Secara umum gambaran yang ditemukan adalah :
1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral. Ukurannya dapat
bervariasi mulai kurang dari 20% luas membrana timpani sampai seluruh membrana dan
terkenanya bagian-bagian dari anulus. Dalam proses penyembuhannya dapat terjadi
penumbuhan epitel skuamosa kedalam ketelinga tengah. Pertumbuhan kedalam ini dapat
menutupi tempat perforasi saja atau dapat mengisi seluruh rongga telinga tengah.
15
16
17
otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder.
Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal
abses atau trombosis sinus lateralis.
Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo
seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin
oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang
mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena
perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah
terangsang oleh perbedaan suhu.
(Soepardi, E.A., Iskandar, N., 2008)
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :
Adanya Abses atau fistel retroaurikular
Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.
Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)
Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom
2. Pemeriksaan Klinik
Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tulikonduktif. Tapi
dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan
letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran
suara ditelinga tengah.
Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan intensitas
pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang ekivalen dengan
skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964
dan ANSI 1969.
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran
Normal : -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
Tuli total : lebih dari 90 dB.
Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea.
Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta
penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan
bisa ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan
pendengaran.
Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian pendengaran dengan
menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur dengan masking adalah
dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli campur.
19
Pemeriksaan Radiologi.
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai diagnostiknya
terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemerikasaan radiologi
biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan
pneumatisasi leb ih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi
tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom
Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah:
1. Proyeksi Schuller
2. Proyeksi Mayer atau Owen
3. Proyeksi 4. Proyeksi Chause III
Bakteriologi
Walapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari mulainya infeksi akut,
bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang ditemukan
pada otitis media supuratif akut.
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,
Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus
pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada
OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.
Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus parasanal,
adenoid atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah pneumokokus,
streptokokus, atau hemofilius influenza. Tetapi pada OMSK keadaan ini agak berbeda.
Karena adanya perforasi membran timpani, infeksi lebih sering berasal dari luar yang
masuk melalui perforasi tadi.
Bakteri penyebab OMSK dapat berupa:
1. Bakteri spesifik
Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari 1%
menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru yang
lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media tuberkulosa dapat
terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang tidak dipateurisasi.
Mycobacterium tuberkulosa pada OMSK (Munzel 1978, Jeang dan Fletcher, 1983).
2. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob.
Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa, stafilokokus
aureus dan Proteus sp. Para penulis mendapat presentase yang berbeda terhadap jenis
kuman OMSK.
Pseudomonas aeruginosa termasuk kuman gram negatif, aerob dan jumlah kecil sering
dijumpai sebagai flora saprofit normal pada kulit dan usus. Perubahan sifat saprofit
menjadi patogen pada OMSK terjadi karena faktor-faktor predisposisi yaitu serangan
otitis media akut sebelumnya, adanya perforasi membran timpani, efusi kronis telinga
tengah, abnormalitas struktur epitel telinga tengah, disfungsi tuba auditiva.
20
Stafilokokus aureus termasuk golongan gram positif, aerob dan hidup saprofit pada
kulit normal manusia . Perubahan sifat saprofit menjadi apatogen terjadi pada kondisi
kuman mampu memproduksi toksin dan enzim sehingga mempermudah terjadinya
invasi lokal.
Proteus sp. Termasuk kuman gram negatif, aerob, normal terdapat dalam saluran nafas
atas, masuk kavum timpani diperkirakan sebagai kuman sekunder sewaktu terjadi otitis
media akut, baru mampu menyebabkan infeksi bila pertahanan auris media lemah.
(Soepardi, E.A., Iskandar, N., 2008)
VIII. TATALAKSANA
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang. Sekret
yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan tersebut disebabkan oleh
satu atau beberapa keadaan :
1. Adanya perforasi mebran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal
3. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid
4. Gizi dan higiene yang kurang
Penyebab penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor
penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak
harus dilakukan operasi, tetapi obat -obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi
sebelum operasi. Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, di
mana pengobatan dapat dibagi atas:
a. Konservatif
b. Operasi (Djaafar, 2012)
OMSK tipe aman
Dapat dilakukan prinsip pengobatan secara konservati atau medikamentosa. Bila sekret
keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga berupa larutan H2O2 3%
selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan
obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Obat tetes telinga
jangan diberikan terus menerus, karena hampir sebagian obat yang dijual dipasaran
bersifat ototoksik, sehingga jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau 2
minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika golongan
ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum hasil tes
resistensi diterima. Pada infeksi yang resisten terhadap ampisilim, dapat diberikan
ampisilin asam klavulanat. Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah
diobservasi selama 2 bulan, maka sebaiknya dilakukan mringoplasti atau timpanolasti.
Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki
membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan
pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran (Djaafar, 2012).
21
22
23
Berman
S.
2006. Otitis
DAFTAR PUSTAKA
Media In Developing Countries.
Pediatrics.
Diakses
Services
United
States.
Diakses
melalui
2014.
Brain
&
Nervous
System
Health
Center.
diakses
melalui
24