Anda di halaman 1dari 3

Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Media Layanan

Informasi Tempat Umum


Berbicara tentang penggunanan bahasa, tidak akan terlepas dari bahasa, pemakai
dan pemakaiannya. Bahasa apa yang akan dipilih tentu akan berkaitan dengan siapa
yang berbicara, kepada siapa berbicara, apa yang dibicarakan, di mana berbicara.
Seperti dikatakan oleh Hudson (1980) ragam bahasa itu bergantung pada who, what,
when, where, why. Dengan demikian, dalam situasi formal tentulah ragam formal yang
dipilih, sedangkan dalam situasi nonformal tentu pula ragam nonformal yang
digunakan. Untuk pemilihan ragam nonformal tidaklah perlu dipermasalahkan.
Penggunaan bahasa Indonesia yang bercampur kode dengan bahasa gaul, prokem, slang,
ataupun bahasa daerah selagi tidak tidak dipakai dalam situasi formal tidaklah perlu
dirisaukan. Namun, yang menjadi kerisauan kalau ragam formal bahasa Indonesia
(baku) itu digunakan tidak sebagaimana mestinya.
Variasi atau ragam formal itu digunakan, antara lain, dalam pidato kenegaraan,
rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku pelajaran, karya ilmiah
(Nababan, 1984). Sesuai dengan laju perkembangan dunia yang global, bahasa
Indonesia ragam baku juga harus digunakan pada layanan umum dan layanan niaga. Hal
ini disebabkan layanan umum dan layanan niaga merupakan salah satu informasi
penting yang disebarkan oleh masyarakat.
Dalam menghadapi era globalisasi diperlukan suatu rumusan ketentuan
mengenai penggunaan bahasa Indonesia. Hal ini mengingat bahwa masalah kebahasaan
di Indonesia sangat rumit. Di Indonesia terdapat lebih dari 728 bahasa daerah. Bahasabahasa daerah itu hidup dan berkembang serta dipergunakan dengan setia oleh
penuturnya. Selain itu, di Indonesia terdapat bahasa asing. Walaupun kedudukan
dan fungsi bahasa daerah dan bahasa asing itu sudah diatur penggunaannya, tetap saja
pemakaian bahasa daerah dan bahasa asing (Inggris) dipergunakan semaunya oleh
pemakainya.
Kita ambil saja kesalahan pengunaan bahasa Indonesia sehari hari pada kalangan
remaja umumnya menggunakan bahasa yang salah atau menyimpang. Dan sedikit sekali
orang yang menggunakan bahasa indonesia yang baku atau benar. Kesalahan ini di
sebabkan oleh beberapa faktor diantara nya lingkungan, budaya (kebiasaan), pendidikan
yang salah, mungkin juga masuknya budaya asing dan mencampurnya dengan bahasa
indonesia agar terihat menjadi mudah bagi yang menciptakan nya. Lingkungan sangat
mempengaruhi penggunaan bahasa sehari hari kita, di lingkungan sekolah, lingkungan
keluarga, lingkungan bermain, dan forum forum lain nya, banyak sekali pengucapan
pengucapan yang salah dan menjadi kebiasaan di kalangan remaja. Seperti bahasabahasa yang digunakan pada layanan umum yang sudah salah kaprah, sehingga itu tetap
dianggap biasa dan tetap digunakan. Biasanya saya sebagai anak remaja juga merasakan
bagaimana penggunaan bahasa yang salah ini sudah menjadi kebiasaan di dalam
Kehidupan kita sehari hari. Misalnya dengan mencampurkan bahasa inggris dengan
bahasa indonesia dan dicampurkan lagi dengan bahasa betawi, contoh gua lagi OTW
nih, kamu dimana ?. Menurut mereka, bila orang asing saja melakukan hal ini, berarti
hal ini sudah mendunia dan keren jika dilakukan. Bisa dikatakan ini adalah faktor
psikologi. Ada juga karena bahasa campur lebih mudah diucapkan dan lebih familiar.
Tidak perlu belajar khusus untuk bisa berbahasa campur gaul ini. Faktor psikologilah

yang paling mempengaruhi pencampuran bahasa asing dengan bahasa Indonesia. Tidak
hanya dalam pemakaian dalam pengucapan tapi juga dalam media layanan-layanan
umum seperti pada spanduk, baliho, nama warung atau toko sering didapati bahasa
indonesia yang menyimpang atau tidak sesuai dengan EYD. Seperti pada spanduk
berikut

Dalam satu contoh gambar diatas, spanduk tertulis JUWAL MATERIYAL apabila
kita berpedoman pada EYD bahasa Indonesia jelas ini sudah salah kaprah, seharusnya
tertulis JUAL MATERIAL pada tulisan tersebut seharusnya tidak ada imbuhan W
dan Y.

Berbeda lagi dengan nama warung diatas yang sebenarnya hanya TAHU
SUMEDANG tetapi untuk menarik pelanggan ditulis dengan TAHOO
SUMEDANG Penggunaan kosakata nonbaku dalam warung ini memiliki tujuan
tertentu. Kosakata, seperti banget, dapet, cuma, seiprit, nelpon dalam papan iklan dan
spanduk bertujuan membentuk pengingat dalam benak konsumen. Dengan demikian,
penggunaan kosakata asing dan nonbaku pada papan iklan dan spanduk itu lebih
komunikatif. Hal inilah yang dimaksudkan oleh para responden.
Kenyataan ini lah yang menyudutkan penggunaan bahasa Indonesia. Kalau
bahasa Indonesia tidak segera diatur penggunaannya, bahasa Indonesia tidak akan
mampu menunjukkan eksistensinya, baik di negara sendiri (nasional) maupun
internasional.
Hal itu mengimplisitkan bahwa bahasa pada media layanan umum sebaiknya
menggunakan bahasa baku. Penggunaan kosakata bahasa nonbaku atau bahasa asing
dalam iklan sebaiknya dikurangi atau bahkan diubah dalam bahasa Indonesia.
Kosakata bahasa daerah dan bahasa asing dapat saja digunakan jika memang sangat
diperlukan jika tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia dengan catatan
penulisannya harus sesuai dengan kaidah Ejaan yang Disempurnakan. Apabila tetap
menggunakan bahasa yang salah dan tidak baku dikhawatirkan kemurnian bahasa

Indonesia lama-kelamaan akan semakin memudar dan masyarakat menjadi terbiasa


menggunakannya sehingga tidak mengetahui bahwa itu slah dan akan menjadi contoh
yang lain, sehingga penggunakaan bahasa non baku akan menjadi menyebar dan
mengancam eksistensi dari bahasa Indonesia sendiri.

Anda mungkin juga menyukai