Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN INSTALASI GAWAT DARURAT

DISUSUN OLEH
ANDIKA MANDALA PUTRA
GAMAR ASSAGAF
GUNAWAN
I GEDE KADE SUSANA PUTRA
KARTIKA
LIA WAHYUNI MAKMUN

PROGRAM STUDI S1
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
STIFA PELITA MAS
PALU
2015
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis
professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen
menyelenggarakan

pelayanan

kedokteran,

asuhan

perawatan

yang

berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan yang diderita oleh pasien.


Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang


menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Sedangkan
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral
dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan
penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat
pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dalam mengutamakan penyembuhan
dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan
dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu bentuk upaya yang diselenggarakan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan rumah sakit berfungsi untuk
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang dilakukan
dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan
penyakit, dan pemulihan kesehatan, yang bermutu dan terjangkau dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Intalasi Gawat Daurat (IGD) rumah sakit adalah salah satu bagian di
rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit
dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Kementerian
Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan mengenai Standar Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah Sakit yang tertuang dalam Kepmenkes RI No.
856/Menkes/SK/IX/2009 untuk mengatur standarisasi pelayanan gawat darurat di
rumah sakit. Guna meningkatkan kualitas IGD di Indonesia perlu komitmen
Pemerintah Daerah untuk membantu Pemerintah Pusat dengan ikut memberikan
sosialisasi kepada masyarakat bahwa dalam penanganan kegawatdaruratan dan
life saving tidak ditarik uang muka dan penanganan gawat darurat harus dilakukan
5 (lima) menit setelah pasien sampai di IGD.
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat

IGD rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan asuhan


medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan darurat,
bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Pelayanan pasien gawat
darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat, tepat
dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Salah satu indikator mutu
pelayanan adalah waktu tanggap (respons time) (Depkes RI. 2006)
Prosedur pelayanan di suatu rumah sakit, pasien yang akan berobat akan diterima
oleh petugas kesehatan setempat baik yang berobat di rawat inap, rawat jalan
(poliklinik) maupun di IGD untuk yang penyakit darurat/emergency dalam suatu
prosedur pelayanan rumah sakit. Prosedur ini merupakan kunci awal pelayanan
petugas kesehatan rumah sakit dalam melayani pasien secara baik atau tidaknya,
dilihat dari sikap yang ramah, sopan, tertib, dan penuh tanggung jawab (Depkes
RI, 2006).
Latar belakang pentingnya diatur standar IGD karena pasien yang masuk ke IGD
rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat untuk itu perlu
adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan
gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat.
Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan sarana, prasarana,
sumberdaya manusia dan manajemen IGD Rumah Sakit sesuai dengan standar.
Disisi lain, desentralisasi dan otonomi telah memberikan peluang daerah untuk
mengembangkan daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya serta
siap mengambil alih tanggung jawab yang selama ini dilakukan oleh pusat. Untuk
itu daerah harus dapat menyusun perencanaan di bidang kesehatan khususnya
pelayanan gawat darurat yang baik dan terarah agar mutu pelayanan kesehatan
tidak menurun, sebaliknya meningkat dengan pesat. Oleh karenanya Depkes perlu
membuat standar yang baku dalam pelayanan gawat darurat yang dapat menjadi
acuan bagi daerah dalam mengembangkan pelayanan gawat darurat khususnya di
Instalasi Gawat Darurat RS.
Prinsip umum pelayanan IGD di rumah sakit adalah : Depkes RI (2010)

1. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang


memiliki kemampuan : melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat
darurat dan melakukan resusitasi dan stabilitasi (life saving).
2. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat
memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam
seminggu.
3. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di rumah sakit
diseragamkan menjadi Instalasi Gawat Darurat (IGD).
4. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus
gawat darurat.
5. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima ) menit setelah
sampai di IGD.
6. Organisasi IGD didasarkan pada organisasi multidisiplin, multiprofesi dan
terintegrasi struktur organisasi fungsional (unsur pimpinan dan unsur
pelaksana)
7. Setiap Rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan gawat
daruratnya minimal sesuai dengan klasifikasi.
Mutu Pelayanan Instalasi Gawat Darurat
Kemampuan suatu rumah sakit secara keseluruhan dalam hal mutu dan
kesiapan untuk melayani pasien tercermin dari kemampuan IGD. Standarisasi
IGD untuk mencapai mutu pelayanan saat ini menjadi salah satu komponen
penilaian penting dalam akreditasi suatu rumah sakit.

Klasifikasi pelayanan instalasi gawat darurat terdiri dari:

1. Pelayanan instalasi gawat darurat level IV sebagai standar minimal untuk


Rumah Sakit kelas A
2. Pelayanan instalasi gawat darurat level III sebagai standar minimal untuk
rumah sakit kelas B
3. Pelayanan instalasi gawat darurat level II sebagai standar minimal untuk
Rumah sakit kelas C
4. Pelayanan instalasi gawat darurat level I sebagai standar minimal untuk
Rumah sakit kelas D
Tujuan pelayanan instalasi gawat darurat
1.
2.
3.
4.
5.

Mencegah kematian dan kecacatan yang mungkin terjadi pada penderita.


Menanggulangi fase emergency.
Menerima rujukan penderita khususnya dengan masalah psikiatri.
Penanggulangan korban bencana (Disaster).
Pengembangan dan menyebarluaskan ilmu kedokteran kegawatdaruratan.

Kemampuan pelayanan instalasi gawat darurat


Memberikan pelayanan kesehatan selama 24 jam terus menerus yang meliputi :
1.
2.
3.
4.

Pelayanan gawat darurat psikiatri dan umum.


Rawat jalan di luar jam kerja.
Rujukan untuk ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli.
Pelayanan untuk siaga bencana ( Disaster).

Tim kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Dokter umum bersertifikat ACLS/ATLS/GELS.


Perawat bersertifikat PPGD/BTCLS.
Driver Ambulance.
Petugas Farmasi.
Petugas Radiologi.
Petugas Laboratorium.
Petugas Administrasi ( Pendaftaran dan Pembayaran )

Fasilitas pendukung instalasi gawat darurat


1.
2.
3.
4.
5.

Pemeriksaan Penunjang On Call (Laborat, Radiologi).


Farmasi satu atap dengan IGD.
Pembayaran dan Pendaftaran satu atap dengan IGD.
Ruang tunggu Keluarga.
Dekat dengan Masjid.

Pelayanan instalasi gawat darurat bisa dibiayai dengan :


1.
2.
3.
4.

ASKES PNS
BPJS
Umum
Jamkesmas / Jamkesda

Anda mungkin juga menyukai