PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal jantung adalah sindroma yang umum muncul dengan tingkat kejadian dan
sebaran yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hampir 5 juta orang di AS mengalami
gagal jantung, dan hampir 500.000 kasus baru yang muncul tiap tahun. Penyakit ini
berkaitan dengan usia, 75% kasus mengenai orang dengan usia lebih dari 65 tahun. Tingkat
kejadian gagal jantung meningkat 1% pada usia dibawah 60 tahun dan hampir 10% pada
usia diatas 80 tahun.1
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan
penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung. Diperkirakan hampir lima
persen dari pasien yang dirawat di rumah sakit, 4,7% wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden
gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,3 3,7 perseribu penderita pertahun. Kejadian
gagal jantung akan semakin meningkat di masa depan karena semakin bertambahnya usia
harapan hidup dan berkembangnya terapi penanganan infark miokard mengakibatkan
perbaikan harapan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung.
Di Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0.4 2% dan meningkat pada usia yang
lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun. Seperdua dari pasien gagal jantung akan
meninggal dalam 4 tahun sejak diagnosis ditegakkan, dan pada keadaan gagal jantung
berat, lebih dari 50% akan meninggal dalam tahun pertama.1
Prevalensi gagal jantung di negara berkembang cukup tinggi dan makin meningkat.
Oleh karena itu gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang utama. Setengah dari
pasien yang terdiagnosis gagal jantung masih punya harapan hidup 5 tahun. Penelitian
Framingham menunjukkan mortalitas 5 tahun sebesar 62% pada pria dan 42% wanita.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan referat ini adalah sebagai salah satu tugas dalam menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior pada bagian Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Aceh Tamiang.
1
Selain itu dengan pembuatan referat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dokter muda khususnya penulis tentang gagal jantung.
BAB II
LAPORAN KASUS
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Posisi jantung terletak di antara kedua paru dan berada di tengah tengah dada,
bertumpu pada diafragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus.
Pada tepi kanan cranial jantung berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra,
1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal jantung berada pada tepi cranialis
pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung
berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri
caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.2,3
Selaput yang membungkus jantung disebut perikardium dimana terdiri antara
lapisan fibrosa dan serosa. Dalam cavum pericardium ini berisi 50 cc cairan yang berfungsi
sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara perikardium dan epikardium. Epikardium
adalah lapisan paling luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium
dimana lapisan ini adalah lapisan yang paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan
endokardium.2,3
ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-ventrikulorum). Atrium dan
ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu
penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler. Orifisium ini dapat terbuka atau
tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut katup
bikuspid (katup mitral) sedangkan katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.2,3
Katup trikuspid
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini
terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup
trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara
menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari
tiga daun katup.2,3
b. Katup pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan
melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis
kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal
trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka
bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga
memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.2,3
c.
Katup bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju
ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi
ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.2,3
d. Katup aorta
Katup aorta terdiri dari tiga daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini
akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir ke
seluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga
mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.2,3
7
Nodus sinoatrial (nodus SA) adalah suatu masa jaringan otot jantung khusus yang
terletak di dinding posterior atrium kanan tepat di bawah pembukaan vena cava
jantung.
Nodus atrioventrikular (nodus AV) berfungsi untuk menunda impuls seperatusan detik,
sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi kontraksi ventricular. Berkas AV
c.
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi
(diastole) jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung
mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh utama
yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui
ruang-ruang dan masuk ke arteri.2,3
Peristiwa mekanik dalam siklus jantung :
a.
besar dari tekanan ventrikel. Atrium secara pasif terus menerus menerima darah dari
vena (vena cava superior dan inferior, vena pulmonar). Darah mengalir dari atrium menuju
ventrikel melalui katup A-V yang terbuka. Tekanan ventrikular mulai meningkat saat
ventrikel mengembang untuk menerima darah yang masuk. Katup semilunar aorta dan
pulmonar menutup karena tekanan dalam pembuluh-pembuluh lebih besar daripada
tekanan dalam ventrikel. Sekitar 70% pengisian ventrikular berlangsung sebelum sistole
atrial.2,3
b. Akhir diastole ventricular
Nodus SA melepas impuls, atrium berkontraksi dan peningkatan tekanan dalam
atrium mendorong tambahan darah sebanyak 30% ke dalam ventrikel.2,3
c.
Sistole ventrikular
Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai berkontraksi. Tekanan dalam
ventrikel meningkat dengan cepat dan mendorong katup A-V untuk segera menutup.2,3
d. Ejeksi darah ventrikular ke dalam arteri
Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan saat kontraksi. Volume sistolik akhir
darah yang tersisa pada akhir sistole adalah sekitar 50 ml. Isi sekuncup (70 ml) adalah
perbedaan volume diastole akhir (120 ml) dan volume sistole akhir (50 ml).2,3
e.
Diastole ventrikular
Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel
menurun tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta dan trunkus pulmonarius, sehingga katup
semilunar menutup (bunyi jantung kedua). Adanya peningkatan tekanan aorta singkat
akibat penutupan katup semilunar aorta. Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam
periode relaksasi isovolumetrik karena katup masuk dan katup keluar menutup. Jika
tekanan dalam ventrikel menurun tajam dari 100 mmHg sampai mendekati nol, jauh di
bawah tekanan atrium, katup A-V membuka, dan siklus jantung dimulai kembali.2,3
10
saraf otonom. Frekuensi jantung dalam kurun waktu tertentu ditentukan melalui
keseimbangan impuls akselerator dan inhibitor dari saraf simpatis dan parasimpatis.2,3
Pusat refleks kardioakselerator adalah sekelompok neuron dalam medulla
oblongata. Efek impuls neuron ini adalah untuk meningkatkan frekuensi jantung. Impuls
ini menjalar melalui serabut simpatis dalam saraf jantung menuju jantung. Ujung serabut
saraf mensekresi nerepineprin, yang meningkatkan frekuensi pengeluaran impuls dari
nodus S-A, mengurangi waktu hantaran melalui nodus A-V dan sistem Purkinje, dan
meningkatkan eksitabilitas keseluruhan jantung.2,3
Pusat
refleks
kardioinhibitor
juga
terdapat
dalam
medulla
oblongata.
Efek impuls dari neuron ini adalah untuk mengurangi frekuensi jantung. Impuls ini
menjalar melalui serabut parasimpatis dalam saraf vagus. Ujung serabut saraf mensekresi
asetilkolin, yang mengurangi frekuensi pengeluaran impuls dari nodus SA dan
memperpanjang waktu hantaran melalui nodus V-A.2,3
b. Impuls aferen (sensorik)
Impuls eferen yang menuju pusat kendali jantung berasal dari reseptor, yang
terletak di berbagai bagian dalam sistem kardiovaskular.
Prereseptor dalam arteri karotis dan aorta sensitif terhadap perubahan tekanan
darah. Dimana peningkatan tekanan darah akan mengakibatkan suatu refleks
yang memperlambat frekuensi jantung. Sedangkan penurunan tekanan darah
11
c.
seperti reseptor untuk nyeri, panas, dingin, dan sentuhan, atau oleh input emosional dari
sistem saraf pusat.2,3
Fungsi jantung normal bergantung pada keseimbangan elektrolit seperti kalsium,
kalium, dan natrium yang mempengaruhi frekuensi jantung jika kadarnya meningkat atau
berkurang.2,3
fisiologis,
peregangan
serabut-serabut
miokardium
selama
diastole
akan
Kontraktilitas
Kontraktilitas menunjukkan perubahan-perubahan dalam kekuatan kontraksi atau
keadaan inotropik yang terjadi bukan karena perubahan-perubahan dalam panjang serabut.
Pemberian obat-obat inotropik positif seperti katekolamin atau digoksin, akan
meningkatkan kontraktilitas, sedangkan hipoksia dan asidosis akan menekan kontraktilitas.
Pada gagal jantung terjadi depresi dari kontraktilitas miokardium.2,3
b.
mengejeksikan darah sewaktu sistolik. Menurut Hukum Laplace, ada tiga variabel yang
mempengaruhi tegangan dinding yaitu ukuran atau radius intraventrikel, tekanan sistolik
ventrikel dan tebal dinding. Vasokonstriksi arteri yang meningkatkan tahanan terhadap
ejeksi ventrikel dapat meningkatkan tekanan sistolik ventrikel, sedangkan retensi cairan
dapat meningkatkan radius intraventrikel. Pemberian vasodilator dan hipertrofi ventrikel
sebagai konsekuensi lain dari gagal jantung dapat mengurangi beban akhir.
13
3.2 Definisi
Gagal jantung atau Heart failure adalah Sindrom klinis yang terjadi pada pasien
karena didapatkan suatu kelainan struktur atau fungsi jantung, sehingga menimbulkan
gejala klinis (dispnea, kelelahan, edema & lainnya) yang mengakibatkan pasien sering
rawat inap, kualitas hidup yang buruk, dan harapan hidup pendek. 4
Gagal jantung adalah Suatu sindroma klinis kompleks, yang didasari oleh
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh tubuh secara adekuat,
akibat adanya gangguan struktural dan fungsional jantung
Pasien dengan HF harus memiliki kriteria :
1. Sindroma dari HF : Sesak nafas yang spesifik saat istirahat atau saat beraktifitas
dan atau rasa lemah, tidak bertenaga
2. Tanda tanda HF: Retensi air seperti: kongesti paru, edema tungkai
3. Objektif: Ditemukannya abnormalitas struktur dan fungsional jantung
Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan fungsi diastolik atau sistolik,
gangguan irama jantung, atau ketidaksesuaian preload dan afterload. Keadaan ini dapat
menyebabkan kematian pada pasien.1,4
14
2. Kelainan miokardial
a. Primer
b. Sekunder
3. Gangguan irama jantung
a. Ventrikular standstill
b. Ventrikular fibrilasi
c. Takhikardi atau bradikardi
d. Gangguan konduksi
3.3.2
Klasifikasi
kiri serta vena-vena di belakangnya (vena pulmonalis), menyebabkan pasien sesak napas
dan orthopnea. Gagal jantung kanan terjadi bila terdapat kelainan yang melemahkan
ventikel kanan seperti pada hipertensi pulmonal primer/ sekunder, tromboemboli paru
kronik sehingga terjadi kongesti pada vena-vena sistemik yang menyebabkan oedem
perifer, hepatomegali dan distensi vena jugularis.4
3.3.2.4 Gagal jantung akut dan kronik
Gagal jantung akut terjadi bila pasien yang secara awal sehat secara
keseluruhannya, lalu mendadak mengalami penurunan curah jantung, terjadi penurunan
tekanan darah tanpa disertai edema perifer. Contohnya terjadi robekan daun katup secara
tiba-tiba akibat endokarditis, trauma atau infark miokard luas. Gagal jantung akut biasanya
adalah sistolik. Gagal jantung kronik secara khas diamati pada pasien dengan
kardiomiopati dilatasi atau kelainan multivalvuler yanhg berkembang secara lambat.
Kongesti perifer sangat mencolok, tapi tekanan darah kadang masih terpelihara dengan
baik.4
3.4 Patofisiologi
Pompa yang tidak adekuat dari jantung merupakan dasar terjadinya gagal jantung.
Pompa yang lemah tidak dapat memenuhi keperluan terus-menerus dari tubuh akan
oksigen dan zat nutrisi. Sebagai reaksi dari hal tersebut , awalnya dinding jantung
merentang untuk menahan lebih banyak darah karena hal ini, maka otot jantung menebal
untuk memompa lebih kuat. Sementara itu ginjal menyebabkan tubuh menahan cairan dan
sodium. Ini menambah jumlah darah yang beredar melalui jantung dan pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan kenaikkan yang progresif pada tekanan pengisian sistemik rata-rata
dimana tekanan atrium kanan meningkat sampai akhirnya jantung mengalami peregangan
yang berlebihan atau menjadi sangat edema sehingga tidak mampu memompa darah yang
sedang sekalipun. Tubuh kemudian mencoba untuk berkompensasi dengan melepaskan
hormon yang membuat jantung bekerja lebih keras. Dengan berlalunya waktu, mekanisme
17
pengganti ini gagal dan gejala-gejala gagal jantung mulai timbul. Seperti gelang karet yang
direntang berlebihan, maka kemampuan jantung untuk merentang dan mengerut kembali
akan berkurang. Otot jantung menjadi terentang secara berlebihan dan tidak dapat
memompa darah secara efisien.1,3
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaankeadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir, atau menurunkan kontraktilitas
miokardium.1,3
Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta dan
cacat septum ventrikel, sedangkan stenosis aorta dan hipertensi sistemik akan
meningkatkan beban akhir. Kontraktilitas miokardium dapat menurun karena infark
miokardium dan kardiomiopati. 3
Selain dari ketiga mekanisme fisiologis tersebut, ada faktor-faktor fisiologis lain
yang dapat juga mengakibatkan jantung gagal bekerja sebagai pompa, seperti stenosis
katup atrioventrikularis dapat mengganggu pengisian ventrikel, perikarditis konstriktif
dan tamponade jantung dapat mengganggu pengisian ventrikel dan ejeksi ventrikel,
sehingga menyebabkan gagal jantung. Diperkirakan bahwa abnormalitas penghantaran
kalsium di dalam sarkomer atau dalam sintesisnya atau fungsi dari protein kontraktil
merupakan penyebab gangguan kontraktilitas miokardium yang dapat mengakibatkan
gagal jantung.3
Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada 3 mekanisme primer terjadi yaitu:
meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal akibat aktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon kompensatorik
ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme ini mungkin
memadai untuk mempertahankan curah jantung pada awal perjalanan gagal jantung.
Namun, dengan berlanjutnya gagal jantung kompensasi menjadi kurang efektif. Sekresi
neurohormonal sebagai respon terhadap gagal jantung antara lain1,5 :
1. Norepinephrine menyebabkan vasokontriksi, meningkatkan denyut jantung, dan
toksisitas miosit
2. Angiotensin II menyebabkan vasokontriksi, stimulasi aldosteron, dan mengaktifkan
saraf simpatis
3. Aldosteron menyebabkan retensi air dan sodium
4. Endothelin menyebabkan vasokontriksi dan toksisitas miosit
18
dan
meningkatkan LAP (Left Atrium Pressure), sehingga tekanan kapiler dan vena paruparu juga akan meningkat. Jika tekanan hidrostatik di kapiler paru-paru melebihi tekanan
onkotik vaskular, maka akan terjadi transudasi cairan ke interstitial dan bila cairan tersebut
merembes ke dalam alveoli, terjadilah edema paru-paru. Peningkatan tekanan vena paru
yang kronis dapat meningkatkan tekanan arteri paru yang disebut dengan hipertensi
pulmoner, yang mana hipertensi pulmoner akan meningkatkan tahanan terhadap ejeksi
ventrikel kanan. Bila proses yang terjadi pada jantung kiri juga terjadi pada jantung kanan,
akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan edema.
19
20
Dispnea, atau perasaan sulit bernafas adalah manifestasi yang paling umum dari
gagal jantung. Dispnea disebabkan oleh peningkatan kerja pernafasan akibat
kongesti vaskular paru-paru yang mengurangi kelenturan paru-paru. Meningkatnya
tahanan aliran udara juga menimbulkan dispnea. Dispnea saat beraktivitas
ortopnea.
Asma kardial adalah mengi akibat bronkospasme dan terjadi pada waktu malam
vena.
Distensi atrium atau vena pulmonalis dapat menyebabkan kompresi esophagus dan
disfagia atau kesulitan menelan.
Klasifikasi fungsional dari The New York Heart Association ( NYHA ) umum
dipakai untuk menyatakan hubungan antara awitan gejala dan derajat latihan fisik, yang
mana klasifikasinya sebagai berikut5 :
1. Kelas I : tidak terbatas, aktivitas fisik sehari-hari tidak menyebabkan lelah, sesak
nafas atau palpitasi
2. Kelas II : sedikit terbatas pada altifitas fisik, aktivitas fisik sehari-hari
3.
STAGE
Stage A: At high risk for HF but
EXAMPLES
HTN, CAD, DM, cardiotoxins,
FHx of CM
or symptoms of HF
Stage B: Structural heart disease but
without symptoms of HF
Stage C: Structural heart disease with
asymptomatic
valvular disease
Known structural heart disease, SOB and
specialized interventions
3.6 Diagnosa
Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala dan penilaian
klinis, didukung oleh pemeriksaan penunjang seperti EKG, foto toraks, biomarker, dan
ekokardiografi Doppler. Pasien segera diklasifikasikan apakah disfungsi sistolik atau
disfungsi diastolik dan karakteristik forward or backward, left or right heart failure.1
3.6.1
Pemeriksaan Penunjang
Dalam membantu penegakan diagnosis gagal jantung dapat dilakukan pemeriksaan
berikut ini1:
1. EKG
EKG sangat penting dalam menentukan irama jantung, tetapi EKG tidak
dapat digunakan untuk mengukur anatomi LVH tetapi hanya merefleksikan
perubahan elektrik (atrial dan ventrikular aritmia) sebagai faktor sekunder dalam
mengamati
perubahan
anatomi.
Hasil
pemeriksaan
EKG
tidak
spesifik
3. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan perubahan yang khas pada
kimia darah, seperti adanya hiponatremia, sedangkan kadar kalium dapat normal
atau menurun sekunder terhadap terapi diuretik. Hiperkalemia dapat terjadi pada
tahap lanjut dari gagal jantung karena gangguan ginjal. Kadar nitrogen urea darah
(BUN) dan kreatinin dapat meningkat sekunder terhadap perubahan laju filtrasi
glomerulus. Urin menjadi lebih pekat dengan berat jenis yang tinggi dan kadar
natriumnya
mengakibatkan
24
3.7 Komplikasi
Komplikasi gagal jantung meliputi5:
1. Cachexia jantung
Jika pasien gagal jantung dengan kelebihan berat badan, kondisi mereka cenderung
lebih parah. Indikator penting dari kondisi memburuk adalah terjadinya cachexia
jantung, yang ditandai dengan
jantung.
Takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel adalah aritmia serius yang dapat
terjadi pada pasien ketika fungsi jantung secara signifikan terganggu.
4. Depresi
Studi menunjukkan bahwa depresi mungkin memiliki efek biologis yang
merugikan pada sistem kekebalan tubuh dan saraf, pembekuan darah, tekanan
darah, pembuluh darah, dan irama jantung. Orang yang depresi mungkin gagal
untuk mengikuti petunjuk medis dan tidak dapat menjaga diri mereka sendiri.
5. Angina dan serangan jantung
25
jantung, pasien
dengan gagal jantung memiliki risiko lanjutan untuk angina dan serangan jantung.
6. Kongesti paru
7. Cardiac arrest
8. Sudden death.
26
3.8 Penatalaksanaan
Tindakan dan pengobatan pada gagal jantung secara umum ditujukan pada lima
aspek yaitu mengurangi beban kerja, memperkuat kontraktilitas miokard, mengurangi
kelebihan cairan dan garam, melakukan tindakan terhadap penyebab, faktor pencetus dan
penyakit yang mendasari.5 Dasar pengobatan dekompensasi kordis dapat dibagi menjadi :
3.8.1
Non medikamentosa
Umumnya semua penderita gagal jantung dianjurkan untuk membatasi aktivitas
sesuai beratnya keluhan. Dalam pengobatan non medikamentosa yang ditekankan adalah
istirahat, dimana kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus dikurangi benar benar
dengan tirah baring mengingat konsumsi oksigen yang relatif meningkat. Sering tampak
gejala gejala jantung jauh berkurang hanya dengan istirahat saja. Diet umumnya berupa
makanan lunak dengan rendah garam. Jumlah kalori sesuai dengan kebutuhan. Penderita
dengan gizi kurang diberi makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Cairan diberikan
sebanyak 80 100 ml/kgbb/hari dengan maksimal 1500 ml/hari. 5 Program penatalaksanaan
non medikamentosa ini dapat berupa:
Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, bagaimana upaya jika timbul
keluhan
Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, edukasi aktivitas sosial, serta
rehabilitasi
Edukasi pola diet, control asupan garam, air, dan kebiasaan alkohol
Monitor berat badan, berhati-hati dengan kenaikan berat badan tiba-tiba
Mengurangi berat badan pada pasien obesitas
Berhenti merokok
Perlu perhatian khusus jika akan melakukan perjalanan jauh dengan pesawat,
3.8.2
Medikamentosa
Tujuan utama pengobatan gagal jantung adalah mengurangi gejala akibat
bendungan sirkulasi, memperbaiki kapasitas kerja dan kualitas hidup serta memperpanjang
harapan hidup. Untuk itu, pendekatan awal adalah memperbaiki berbagai gangguan yang
mampu untuk menghilangkan beban kardiovaskular yang berlebihan, seperti mengobati
27
hipertensi, mengobati anemia, mengurangi berat badan atau memperbaiki stenosis aorta.
Gagal jantung yang tetap bergejala walaupun penyakit yang mendasarinya telah diobati,
memerlukan pembatasan aktivitas fisik, pembatasan asupan garam dan obat .5
Pengobatan dengan cara medikamentosa masih digunakan diuretik oral maupun
parenteral yang masih merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung sampai edema
atau asites hilang (tercapai euvolemik).5
Digitalis semula merupakan obat yang selalu diberikan pada klien gagal jantung,
tetapi ternyata efektivitas diuretik pada gagal jantung sama dengan digitalis, terutama pada
klien dengan edema sebagai gejala utama gagal jantung, sehingga pada strategi pengobatan
gagal jantung pilihan pertama adalah pemberian diuretic.5
Diuretic yang digunakan adalah grup II, Loop diuretic yaitu furosemid. Furosemid
menghambat reabsorpsi Na, Cl, pada ascending limbloop of Henle, sedikit efek pada
tubulus proksimalis.2
ACE-inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) dosis kecil dapat dimulai
setelah euvolemik sampai dosis optimal. Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat
dimulai setelah diuretik dan ACE-inhibitor tersebut diberikan. Digitalis diberikan bila ada
aritmia supraventikuler (fibrilasi atrium atau SVT lainnya) atau bila ketiga obat diatas
belum memberikan hasil yang memuaskan. Intoksikasi digitalis sangat mudah terjadi
apabila fungsi ginjal menurun atau kadar kalium rendah.2
Aldosteron antagonis dipakai untuk memperkuat efek diuretik atau pada pasien
dengan hipokalemia, dan ada beberapa studi yang menunjukkan penurunan mortalitas
dengan pemberian jenis obat ini.2
3.8.3
Operatif
Penatalaksanaan dari dekompensasi kordis pada dasarnya diberikan hanya untuk
menunggu saat terbaik untuk melakukan tindakan bedah pada penderita yang potentially
curable.5 Pemakaian alat dan tindakan bedah antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Kelas NYHA I
Kelas NYHA II
Kelas NYHA III
Kelas NYHA IV
jantung dan organ sistem lain terutama penyakit metabolik. Pasien dengan gagal jantung
akut memiliki prognosis yang sangat buruk.
3.9.2 Pencegahan
Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi hal yang diutamakan, terutama pada
kelompok dengan risiko tinggi. 4
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal jantung adalah sindroma yang umum muncul dengan tingkat kejadian dan
sebaran yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hampir 500.000 kasus baru yang
muncul tiap tahun. Penyakit ini berkaitan dengan usia, 75% kasus mengenai orang dengan
usia lebih dari 65 tahun. Tingkat kejadian gagal jantung meningkat 1% pada usia dibawah
60 tahun dan hampir 10% pada usia diatas 80 tahun.
Congestive heart failure adalah ketidakmampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan pada saat istirahat atau kerja ringan. Klasifikasi gagal jantung dapat
dibedakan menjadi gagal jantung sistolik dan diastolik, gagal jantung high output dan low
output, gagal jantung kanan dan kiri, serta gagal jantung akut dan kronik.
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan
yang meningkatkan beban awal, beban akhir, atau menurunkan kontraktilitas miokardium.
Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada 3 mekanisme primer terjadi yaitu:
meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal akibat aktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon kompensatorik
ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme ini mungkin
memadai untuk mempertahankan curah jantung pada awal perjalanan gagal jantung.
Namun, dengan berlanjutnya gagal jantung kompensasi menjadi kurang efektif.
Gambaran klinis gagal jantung secara umum yaitu dispnea, orthopnea, asma kardial,
paroksismal nokturnal dispnoe, batuk non produktif, hemoptisis, dan disfagia. Gagal
jantung pada sisi kanan jantung menimbulkan tanda dan gejala bendungan vena sistemik.
Gagal jantung ke depan pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfusi
ke organ-organ, karena darah dialihkan dari organ-organ non vital demi mempertahankan
perfusi ke jantung dan otak, maka manifestasi paling dini dari gagal jantung kiri adalah
berkurangnya perfusi organ-organ seperti kulit dan otot rangka.
31
32
DAFTAR PUSTAKA
A,
Lorraine
M.
Patofisiologi
Konsep
Klinis
Proses-proses
33