Laporan 2
Laporan 2
Oleh:
KELAS B
KELOMPOK 3
CINDRA ALIMRAN
D1B113 005
nutrisi
yang
mendukung
kehidupan
jaringan.
Media
tumbuh
yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang diproduksi oleh sel secara endogen
menentukan arah perkembangan suatu kultur.
Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan
parenkim dapat mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan
berkembang menjadi jaringan adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada
lokasi yang tidak semestinya. Proses ini dikenal dengan peristiwa dediferensiasi.
Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan aktivitas pembelahan, pembesaran sel,
dan perkembangan jaringan.
ZPT merupakan senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit
dapat mendukung, menghambat dan dapat mengubah proses fisiologi tumbuhan.
Menurut Imelda Jeanette Lawalata (2011) perlakuan kombinasi ZPT yang terdiri
dari auksin, fulvic acid dan sitokinin. Auksin yang digunakan yaitu NAA (0; 2,5; 5,0
mgl-1), fulvic acid (0; 1,0 mgl-1) dan sitokinin (BA 5 mgl-1; Novelgro 5 mgl-1; air
kelapa 20%)
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui komponen
penyusun dengan fungsinya masing-masing dalam media kultur jaringan serta dapat
mempraktekan cara membuat larutan stok yang akan dipergunakan dalam membuat
media kultur jaringan sesuai komposisi medium yang diinginkan.
Kegunaan dari praktikum ini praktikan dapat memahami komponen penyusun
dengan fungsinya masing-masing dalam media kultur jaringan serta dapat
mempraktekan cara membuat larutan stok yang akan dipergunakan dalam membuat
media kultur jaringan sesuai komposisi medium yang diinginkan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
17. Pengamatan pada 2 hari yaitu satu kali pengamatan pertama pada saat praktikum
dan kedua harinya setelah praktikum.
Media
Fungsi
Gambar
PDA
Digunakan sebagai
mengisolasi
atau
cendawan/fungi
media untuk
perbanyakan
MS
4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum preparasi media kultur jaringan yang ada maka dapat
dibahas bahwa Media Murashige & Skoog (media MS) merupakan perbaikan
komposisi media Skoog, terutama kebutuhan garam anorganik yang mendukung
pertumbuhan optimum pada kultur jaringan tembakau. Media MS mengandung 40
mM N dalam bentuk NO3 dan 29 m MN dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini,
lima kali lebih.
Media Murashige & Skoog (media MS) merupakan media digunakan
hampir pada semua macam tanaman terutama herbaceous. Media ini memiliki
konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi, terutama kebutuhan garam anorganik
yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur jaringan tembakau dan senyawa
N dalam bentuk NO3- dan NH4+. Senyawa-senyawa di dalam media MS dapat terjadi
pengendapan persenyawaan, ini terlihat jelas pada media cair. Kebanyakan dari
persenyawaan yang mengendap adalah fosfat dan besi, kemudian dalam jumlah yang
lebih sedikit adalah Ca, K, N, Zn dan Mn. Senyawa paling sedikit adalah senyawa
yang mengandung unsur C, Mg, H, Si, Mo, S, Ca dan Co. Setelah tujuh hari
dibiarkan, maka kira-kira 50% dari Fe dan 13% dari PO4+, mengendap.
Pengendapan unsur-unsur tersebut mungkin tidak penting, karena unsurunsur tersebut masih tersedia bagi jaringan tanaman dan pengaruh pengendapannya
belum diketahui. Untuk mengatasi pengendapan Fe, konsentrasi Fe dikurangi sampai
1/3 dengan EDTA yang tetap.
Menurut Bagus (2010) yang menyatakan bahwa banyak media, seperti media
alami, media sintetik, tetapi prosedur dengan bahan alami diambil dari contoh
pembuatan PDA (Potato Dextrose Agar) yang digunakan untuk isolasi dan kultur
jamur. Media PDA adalaha media yang dibuat dan digunakan sebagai media bakteri
dan jamur yang memiliki komposisi utama yaitu kentang sebanyak 250gr, agar-agar
bening sebanyak 20gr dan dextrose sebanyak 20gr, serta ada penambahan 500ml
aquades.
Menurut George & Sherrington (1984) yang menyatakan bahwa 4/5 bagian
dari potensial osmotik dalam media White disebabkan oleh gula, sedangkan dalam
media MS hanya 1/2 dari potensial osmotiknya disebabkan adanya gula.
Keuntungan dari pemakaian agar adalah :
1. Agar membeku pada temperatur 45o C dan mencair pada temperatur 100o C,
sehingga dalam kisaran temperatur kultur, agar akan berada dalam keadaan beku
yang stabil.
2. Tidak dicerna oleh enzim yang dihasilkan oleh jaringan tanaman.
3. Tidak bereaksi dengan persenyawaan-persenyawaan penyusun media.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat diperoleh
kesimpulan bahwa :
1. Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur
jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media.
2. Media MS adalah media yang digunakan untuk perbanyakan hampir semua
tanaman hortikultura. Stok-stok yang digunakan yaitu stok A, B, C, D, E, F dan
hormon zat pengatur tumbuh.
3. Media PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan salah satu media yang baik di
gunakan
untuk
membiakkan
suatu
mikroorganisme,
baik
itu
berupa
DAFTAR PUSTAKA
Diny Dinarti, Urip Sayekti, dan Yayu Alitalia. 2010. Kultur Jaringan Kantong Semar
(Nepenthes mirabilis. J. Hort. Indonesia. 1(2). 59-60.
Ika Mariska. 2010. Perkembangan Penelitian Kultur In Vitro pada Tanaman Industri,
Pangan, dan Hortikultura. Buletin Agrobio. 5.(2). 46-77.
Nursyamsi. 2010. Teknik Kultur Jaringan sebagai Alternative Perbanyakan Tanaman
untuk Mendukung Rehabilitasi Lahan. Balai Penelitian Kehutanan. Makassar.
Nisak, K. et al. 2012. Pengaruh Kombinasi Konsentrasi ZPT NAA dan BAP pada
Kultur Jaringan Tembakau Nicotiana tabacum var. Prakcak 95. Jurnal Sains
dan Seni Pomits. 1(1). 1-2.
Nursetiadi Eka. 2008. Kajian Macam Media dan Konsentrasi BAP terhadap
Multiplikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) Secara Invitro.
Sebuah Skripsi pada Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret: Tidak
diterbitkan.
S. Tuhuteru, M. L., Hehanusa, S.H.T., dan Raharjo. 2012. Pertumbuhan dan
Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Media Kultur In Vitro
dengan beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Agrologia. 1(1). 1-2.
Shintiavira, H. et al. 2012. Studi Pengaruh Substitusi Hara Makro dan Mikro Media
MS dengan Pupuk Majemuk dalam Kultur In Vitro Krisan. J.Hord. 21(4).
334-335.
Sholeh Avivi dan Ikrarwati. 2008. Mikropropagasi Pisang Abaca (Musa textillis Nee)
Melalui Teknik Kultur Jaringan. Ilmu Pertanian. 11(2). 28.