Anda di halaman 1dari 39

INDONESIAN LEGAL SYSTEM

“ SENGKETA MEREK
SWALLOW GLOBE vs

BOLA DUNIA”

Nama kelompok:

Amadea Eninette ( 2007110272 )

Cynthia Febrina ( 2007110212 )

Elvira Susanti ( 2007110349 )

Olivia ( 2007110664 )

Ryan Juniardi ( 2007110197 )

Stanley Kartawinata ( 2007110055 )


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan pasti menginginkan produk yang ditawarkan laku di pasaran.


Berbagai carapun dilakukan agar produk tersebut dapat menarik perhatian konsumen.
Salah satu caranya adalah membuat logo dan kemasan semenarik mungkin. Selain itu,
mereknya pun harus mudah diingat oleh konsumennya. Namun, permasalahannya
adalah bahwa setiap perusahaan belum tentu mampu untuk mewujudkan hal itu.
Sehingga banyak cara yang tidak sesuai dengan prosedur dan undang undang pun
tetap dilakukan.

Merek adalah suatu nama, simbol, tanda, desain atau gabungan di antaranya
untuk dipakai sebagai identitas suatu perorangan, organisasi atau perusahaan pada
barang dan jasa yang dimiliki untuk membedakan dengan produk jasa lainnya. Merek
yang kuat ditandai dengan dikenalnya suatu merek dalam masyarakat, asosiasi merek
yang tinggi pada suatu produk, persepsi positif dari pasar dan kesetiaan konsumen
terhadap merek yang tinggi.

Dengan adanya merek yang membuat produk yang satu beda dengan yang lian
diharapkan akan memudahkan konsumen dalam menentukan produk yang akan
dikonsumsinya berdasarkan berbagai pertimbangan serta menimbulkan kesetiaan
terhadap suatu merek (brand loyalty). Kesetiaan konsumen terhadap suatu merek atau
brand yaitu dari pengenalan, pilihan dan kepatuhan pada suatu merek.

Dalam makalah tentang merek ini, kami memilih kasus tentang sengketa merek
makanan agar-agar “Swallow Globe” dengan merek “Bola Dunia”, yang dimana merek
Bola Dunia memasarkan merek dan logo yang berbeda dari yang didaftarkan, namun
merek dan logo yang dipasarkan justru serupa dengan merek Swallow Globe.
Merek Swallow Globe didaftarkan oleh Effendy di Ditjen Merek HaKI Departemen
Kehakiman dan HAM RI, No. 361196 tanggal 31 Mei 1996 untuk melindungi barang
kelas 29, tepung (powder) agar-agar. Kemudian, merek Bola Dunia yang didaftarkan
oleh Soewardjono, bahwa produknya berupa “tepung agar-agar” dengan daftar No.
395619 tertanggal 2 Oktober 1997 dan dengan gambar burung walet (SWALLOW)
daftar No. 487928 tanggal 31 Agustus 2001.

Namun pada kenyataannya merek yang didaftarkan Soewardjono berbeda


dengan yang dipasarkan, yang dimana merek yang dipasarkan serupa dengan milik
Effendy, yang tentu saja membawa dampak negative yang besar terhadap merek
Swallow Globe.
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan
masalah yang tepat, adalah “ Bagaimana merek Swallow Brand mempertahankan
merek dagangnya?”

1.3 Tujuan

Tujuan dari analisis masalah ini adalah untuk mengetahui segala sesuatu
tentang merek mulai dari penelusuran masalah, pembahasan , analisis teori, sampai
tata cara persidangan dan putusan pengadilan, namun secara spesifik, tujuan analisis
masalah adalah:

1. Untuk mengetahui arti merek dan pelanggaran pelanggarannya melalui


contoh kasus

2. Untuk mengetahui isi undang undang yang berkaitan dengan merek serta
sanksi sanksinya
3. Untuk mengetahui latar belakang pengadilan dalam mengambil keputusan

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan analisis masalah, maka terdapat dua manfaat penelitian


secara garis besar, yaitu:

1. Menambah wawasan dalam bidang ilmu hukum dengan spesialisasi merek

2. Memberikan pengertian tentang merek khususnya pelanggaran pelanggaran


undang-undang beserta sanksinya, sehingga dapat meminimalisir adanya
pelanggaran undang undang.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang dari masalah yang akan diangkat,
yaitu kasus sengketa antara merek dagang Swallow Brand dengan Bola Dunia,
kemudian masalahnya, tujuan peneltian, manfaat penelitian serta sistematika
penulisan. Di dalam penulisan analisis masalah ini ingin menggambarkan bahwa
merek memiki pengaruh yang besar bagi sebuah perusahaan. Merek diatur
dalam undang undang, dan jika ada yang melanggar maka pihak yang
melanggar itu akan dikenakan sanksi sesuai dengan pasal pasal yang berkaitan.

BAB II : KERANGKA TEORITIS

Bab ini berisi tentang definisi serta kerangka kerangka teori yang relevan dengan
kasus yang dianalisis oleh kelompok kami. Selain itu akan dihubungkan dengan
pasal pasal tentang merek yang berhubungan dengan kasus yang diangkat.
Teori yang digunakan adalah teori tentang merek dan pasal- pasalnya.

BAB III : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan segala pembahasa semua hal yang berhubungan dengan hasil
analisis yang dilakukan. Selain itu juga akan melakukan pencarian data dari
berbagai sumber seperti internet dan undang undang.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini kami akan mengambil kesimpulan dari hasil analisis kelompok dan
kesimpulan akan sesuai dengan tujuan dari analisis masalah ini serta dilengkapi
dengan saran saran sehingga saran dapat digunakan di waktu yang akan
datang.

BAB V : DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN


Bab ini berisikan tentang sumber sumber dari pembuatan makalah analisis ini
serta lampiran lampiran yang berupa gambar dan table sebagai penjelas dari
penjelesan masalah ini.
BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Definisi merek

Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda
dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Merek merupakan salah
satu kunci pertimbangan dalam keputusan bisnis. Merek adalah modal intelektual yang
memiliki nilai ekonomi yang dapat ditingkatkan nilainya dalam produk dan teknologi.
Merek adalah asset bisnis dan usaha. Merek sangat erat dengan busines image,
goodwil dan reputasi. Merek dagang adalah : merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau
badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. Merek jasa
adalah : merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan
jasa-jasa sejenis lainnya.
Kotler menambahkan bahwa suatu merek adalah suatu simbol yang komplek
yang menjelaskan enam tingkatan pengertian, yaitu:

• Atribut produk
Merek memberikan ingatan pada atribut - atribut tertentu dari suatu produk,
misalnya jika kita mendengar merek Nutrisari, tentunya kita teringat akan
minuman rasa jeruk.

• Manfaat

Atribut - atribut produk yang dapat diingat melalui merek harus dapat
diterjemahkan dalam bentuk manfaat baik secara fungsional dan manfaat secara
emosional, misalnya atribut kekuatan kemasan produk menterjemahkan manfaat
secara fungsional dan atribut harga produk menterjemahkan manfaat secara
emosional yang berhubungan dengan harga diri dan status.

• Nilai
Merek mencerminkan nilai yang dimiliki oleh produsen sebuah produk, misalnya
merek Sony mencerminkan produsen elektronik yang memiliki teknologi yang
canggih dan modern.

• Budaya
Merek mempresentasikan suatu budaya tertentu, misalnya Mercedes
mempresentasikan budaya Jerman yang teratur, efisien, dan berkualitas tinggi.

• Kepribadian

Merek dapat diproyeksikan pada suatu kepribadian tertentu, misalnya Isuzu


Panther yang diasosikan dengan kepribadian binatang panther yang kuat (mesin
kuat dan tahan lama).

2.2 Daya pembeda


Daya pembeda memiliki kemampuan untuk digunakan sebagai tanda yang dapat
membedakan hasil perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain.

Tanda yang secara inheren memiliki daya pembeda (Inherently distinctiveness)


dan dapat segera memperoleh perlindungan yaitu tanda yang dibentuk dari kata
temuan (invented words) yang bagus sekali didaftarkan sebagai merek mencakup
tanda yang bersifat:

a. Fanciful

Merek yang dibentuk dari kata khayalan (fanciful), bahkan kata-kata yang tidak
ada dalam kamus paling baik untuk dijadikan merek karena tidak saja baru,
tetapi juga secara substansi jelas berbeda dengan kata yang digunakan pada
umumnya. Contohnya, Blackberry untuk merek telepon seluler (handphone),
Google untuk mesin pencarian di internet, Dagadu Yogyakarta.

b. Arbitrary

Merek yang berubah-ubah (arbitrary) menampilkan merek yang sama bekali


tidak terkait dengan produk, contohnya, Apple untuk komputer, Jaguar untuk
mobil.

c. Suggestive

Merek yang bermaksud memberikan kesan (suggestive) dikaitkan dengan


imajinasi konsumen untuk menerjemahkan informasi yang disampaikan melalui
merek dan kebutuhan pesaing untuk menggunkan kata yang sama, contohnya,
Facebook untuk jejaring pertemanan di internet

Tanda dianggap tidak memiliki daya pembeda apabila tanda tersebut terlalu
sederhana seperti satu tanda garis atau satu tanda titik, ataupun terlalu rumit sehingga
tidak jelas. Salah satu contoh Merek seperti ini adalah tanda tengkorak di atas dua
tulang yang bersilang, yang secara umum telah diketahui sebagai tanda bahaya. Tanda
seperti itu adalah tanda yang bersifat umum dan telah menjadi milik umum. Oleh karena
itu, tanda itu tidak dapat digunakan sebagai Merek.
Merek tersebut berkaitan atau hanya menyebutkan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya, contohnya Merek Kopi atau gambar kopi untuk jenis
barang kopi atau untuk produk kopi. Merek yang secara umum telah diketahui sebagai
tanda yang bersifat umum dan telah menjadi milik umum (public domain) biasanya
disebut generic, sehingga sama sekali tidak dapat memiliki daya pembeda (incapable
of becoming distinctive), tidak dapat dilindungi meskipun telah digunakan dalam
upayanya membangun secondary meaning. Sementara dalam contoh merek kopi yang
merupakan deskripsi dari produknya yaitu kopi, hal ini disebut descriptive.
Merek yang menggambarkan produknya (descriptive) sebenarnya masih dapat
menjadi merek dengan membangun secondary meaning (makna lain) melalui
penggunaan. Dengan demikian, secara teoritis, lebih bersifat deskriptif suatu
terminologi yang digunakan sebagai merek, maka harus lebih tinggi upayanya untuk
membangun secondary meaning. Secondary meaning dilakukan oleh sebuah merek
yang bersifat deskriftif atau merek yang memiliki daya pembeda yang lemah, namun
dapat didaftarkan setelah membuktikan melalui penggunaan di pasar yang artinya
membangun persepsi konsumen.

2.3 Manfaat merek

Pemakaian merek mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi


yang dihasilkan oleh seseorang atau beberapa orang yang secara bersama-
sama atau badan hokum dengan hasil produksi orang lain atau badan hokum
lainnya.
2. Sebagai alat promosi
3. Sebagai jaminan atas mutu barangnya
4. Menunjukkan asal barang /jasa dihasilkan

Merek juga berguna bagi :


• Konsumen: memudahkan konsumen dalam mencari barang (sesuai dengan
selera, mutu/kualitas, harga yang diinginkan)
• Produsen: barang lebih mudah untuk dikenali, apabila kualitas barang baik
maka harga dapat lebih mahal sehingga produsen diuntungkan,
mendapatkan fee dari licensee
• Negara/bangsa: perdagangan berkembang, investasi, untuk barang
berkualitas baik dapat menaikkan prestige, ekspor meningkat

Selain itu merek juga memiliki manfaat perlindungannya, yaitu:

1. Merek dapat menghasilkan income bagi perusahaan melalui lisensi,


penjualan, komersialisasi dari merek yang dilindungi.
2. Merek dapat meningkatkan nilai atau jaminan dimata investor dan institusi
keuangan.
3. Dalam penjualan atau merger asset merek dapat meningkatkan nilai
perusahaan secara signifikan.
4. Merek meningkatkan performance dan competitiveness/daya saing.
5. Dengan pendaftaran merek membantu perlindungan dan penegakan haknya

• Jenis – jenis merek

1. Merek perusahaan

Manufacturer brand atau merek perusahaan adalah merek yang dimiliki oleh
suatu perusahaan yang memproduksi produk atau jasa. Contohnya seperti
soffel, capilanos, ultraflu, so klin, philips, tessa, benq, faster, nintendo wii, vit,
vitacharm, vitacimin, dan lain-lain.

2. Merek pribadi

Merek pribadi adalah merek yang dimiliki oleh distributor atau pedagang dari
produk atau jasa seperti zyrex ubud yang menjual laptop cloud everex,
hipermarket giant yang menjual kapas merek giant, carrefour yang menjual
produk elektrinik dengan merek bluesky, supermarket hero yang menjual gula
dengan merek hero, dan lain sebagainya.

3. Merek Dagang

Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang


atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan barang barang sejenis lainnya.

4. Merek jasa

Merek yang digunakan pada jasa yang diperdangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama sama atau oleh badan hukum untuk
membedakan dengan jasa jasa sejenis lainnya

5. Merek kolektif

Merek yang digunakan pada barang dan atau jasa dengan karakteristik yang
sama, yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang atau
badan hukum secara bersama sama untuk membedakan dengan barang dan
atau jasa sejenis lainnya.

Ada juga produk generik yang merupakan produk barang atau jasa yang
dipasarkan tanpa menggunakan merek atau identitas yang membedakan dengan
produk lain baik dari produsen maupun pedagang. Contoh seperti sayur-mayur,
minyak goreng curah, abu gosok, buah-buahan, gula pasir curah, bunga, tanaman,
dan lain sebagainya. Di Indonesia ketentuan tersebut diatur dalam Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek (selanjutnya disebut UUM). Dalam Pasal 1
Angka 1 menentukan: “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-
huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau
jasa”. Jadi ada beberapa unsur dalam pengertian merek yaitu:

1. tanda
2. memiliki daya pembeda
3. digunakan untuk perdagangan barang atau jasa.

2.5 Hak atas merek

Hak eksklusif yang diberikan negara kepada pemilik merek terdaftar dalam daftar
umum merek untuk jangka waktu tertentu untuk menggunakan sendiri merek tersebut
atau memberikan izin kepada orang lain untuk menggunakannya.
2.6 Strategi merek

Produsen, distributor atau pedagang pengecer dapat melakukan strategi merek


sebagai berikut di bawah ini :

1. Individual Branding / Merek Individu

Individual branding adalah memberi merek berbeda pada produk baru seperti
pada deterjen surf dan rinso dari unilever untuk membidik segmen pasar yang
berbeda seperti halnya pada wings yang memproduksi deterjen merek so klin
dan daia untuk segmen pasar yang beda.

2. Family Branding / Merek Keluarga

Family branding adalah memberi merek yang sama pada beberapa produk
dengan alasan mendompleng merek yang sudah ada dan dikenal mesyarakat.
Contoh famili branding yakni seperti merek gery yang merupakan grup dari
garudafood yang mengeluarkan banyak produk berbeda dengan merek utama
gery seperti gery saluut, gery soes, gery toya toya, dan lain sebagainya. Contoh
lain misalnya yaitu seperti motor suzuki yang mengeluarkan varian motor suzuki
smash, suzuki sky wave, suzuki spin, suzuki thunder, suzuki arashi, suzuki
shodun ,suzuki satria, dan lain-lain.

2.7 Proses pendaftaran merek

Prosedur Permohonan Pendaftaran Merek berdasarkan Undang-Undang Merek


No. 15 Tahun 2001 :

1. Permohonan pendaftaran Merek diajukan dengan cara mengisi formulir


yang telah disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik
rangkap 4 (empat).

2. Pemohon wajib melampirkan:


• surat pernyataan di atas kertas bermeterai cukup yang ditanda tangani
oleh pemohon (bukan kuasanya), yang menyatakan bahwa merek
yang dimohonkan adalah miliknya;
• surat kuasa khusus, apabila permohonan pendaftaran diajukan melalui
kuasa;
• salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang
dilegalisasi oleh notaris, apabila pemohon badan hukum;
• 24 (dua puluh empat) lembar etiket merek (4 lembar dilekatkan pada
formulir) yang dicetak diatas kertas;
• fotokopi kartu tanda penduduk pemohon;
• bukti prioritas asli dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia,
apabila permohonan dilakukan dengan hak prioritas; dan
• bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp. 450.000,- (empat
ratus lima puluh ribu rupiah).

Setelah mengajukan persyaratan untuk permohonan merek, akan dilakukan


pemeriksaan substantif yang dilakukan paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal
penerimaan berkas persyaratan permohonan merek. Pemeriksaan ini selesai paling
lama sembilan bulan. Hasil dari pemeriksaan ini ada dua, yaitu

• Permohonan diterima;
• Permohonan tidak diterima/ditolak

Permohonan merek tidak dapat diterima apabila melanggar beberapa pasal -


pasal sebagai berikut :
• Dalam pasal 4 UUM menyatakan bahwa: “Merek tidak dapat didaftar atas dasar
Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang beriktikad tidak baik”. Pemohon
yang beriktikad baik adalah Pemohon yang mendaftarkan mereknya secara
layak dan jujur tanpa ada niat apa pun untuk membonceng, meniru, atau
menjiplak ketenaran Merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang
berakibat kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi persaingan
curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen. Contohnya, Merek Dagang A
yang sudah dikenal masyarakat secara umum sejak bertahun-tahun, ditiru
demikian rupa sehingga memiliki persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan Merek Dagang A tersebut. Dalam contoh itu sudah
terjadi itikad tidak baik dari peniru karena setidak-tidaknya patut diketahui unsur
kesengajaannya dalam meniru Merek Dagang yang sudah dikenal tersebut.
• Selanjutnya Pasal 5 UUM menyatakan bahwa: “Merek tidak dapat didaftar
apabila Merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini:
a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;
b. tidak memiliki daya pembeda;
c. telah menjadi milik umum; atau
d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya”.

• Pasal 6 UUM menetapkan alasan relatif penolakan pendaftaran merek, yaitu:


(1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek
tersebut:

a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan


Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang
dan/atau jasa yang sejenis. Yang dimaksud dengan persamaan pada
pokoknya adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur
yang menonjol antara Merek yang satu dan Merek yang lain, yang
dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai bentuk,
cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur
ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek
tersebut.
b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa
sejenis. Penolakan Permohonan yang mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhan dengan Merek terkenal untuk barang
dan/atau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan
pengetahuan umum masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang
usaha yang bersangkutan. Di samping itu, diperhatikan pula reputasi
Merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-
besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh
pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek tersebut di beberapa
negara. Apabila hal-hal di atas belum dianggap cukup, Pengadilan
Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk
melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal
atau tidaknya Merek yang menjadi dasar penolakan.
c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
indikasi-geografis yang sudah dikenal.

(3) Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek
tersebut:
a. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama
badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis
dari yang berhak. Yang dimaksud dengan nama badan hukum adalah
nama badan hukum yang digunakan sebagai Merek dan terdaftar
dalam Daftar Umum Merek.
b. merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama,
bendera, lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga
nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari
pihak yang berwenang. Yang dimaksud dengan lembaga nasional
termasuk organisasi masyarakat ataupun organisasi sosial politik.
c. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi
yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas
persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

Selain itu, merek tidak dapat didaftarkan jika bertentangan dengan undang-
undang yang berlaku, contohnya merek yang bergambar daun ganja. Merek yang
bertentangan dengan moralitas agama, contoh merek menyerupai nama Allah dan
Rasul-Nya. Merek yang bertentangan dengan kesusilaan, contohnya merek yang
berupa kata-kata sumpah serapah. Merek yang bertentangan dengan ketertiban umum,
contoh merek yang mengandung unsur rasis.

Ada hal-hal yang menyebabkan suatu permohonan merek harus ditolak DIRJEN
HKI, yaitu :

• Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan


merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang
dan/atau jasa yang sejenis.
• Mempunyai prsamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan.atau jasa.
• Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan.atau jasa
yang tidaksejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
• Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
indikasi geografis yang sudah dikenal.
• Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan
hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang
berhak.
• Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera,
atau lambing atau symbol, atau emblem suatu Negara atau lembaga
nasional maupun internasional, kecuali persetujuan tertulis dari pihak
yang berwenang.
• Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi
yang digunakan oleh Negara atau lembaga pemerintahan, kecuali atas
persetujuan tertuis dari pihak yang berwenang.

Setelah pemeriksaan substantif permohonan merek disetujui oleh Ditjen HKI


untuk didaftar, permohonan tersebut segera diumumkan paling lama 10 hari sejak
persetujuan. Pengumuman berlangsung selama tiga bulan di:

• Berita Resmi Merek yang diterbitkan secara berkala oleh Ditjen HKI;
• Sarana khusus yang dengan mudah dan jelas dapat dilihat oleh masyarakat
yang disediakan oleh Ditjen HKI.

Jangka waktu pengumuman tersebut dapat digunakan untuk pengajuan keberatan


secara tertulis kepada Ditjen HKI bagi pihak yang berkeberatan.

Penolakan permohonan diberitahukan secara tertulis kepada pemohon atau kuasanya


disertai alasannya. Pemohon atau kuasanya dapat menyampaikan keberatan atau
tanggapan disertai alasannya paling lambat tiga puluh hari sejak tanggal penerimaan
surat pemberitahuan penolakan.
2.8 Perpanjang Jangka waktu merek

Merek yang telah terdaftar memiliki perlindungan hukum untuk jangka waktu 10
tahun dan berlaku surut sejak tanggal penerimaan permohonan merek bersangkutan.
Atas permohan pemilik merek, jangka waktu perlindungan merek terddaftar dapat
diperpanjang setiap kali untuk jangka waktu yang sama.

Permohonan perpanjangan pendaftaran merek dapat diajukan secara tertulis


oleh pemilik merek atau kuasanya secepat-cepatnya 12 (dua belas) bulan sebelum
berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi merek terdaftar tersebut sampai dengan
hari terakhir masa berlakunya perlindungan hukum terhadap pendaftaran tersebut.

Permohonan perpanjangan akan disetujui;

• Bila merek yang masih digunakan pada barang / jasa sebagaimana yang
disebut pada merek tersebut
• Barang atau jasa dari merek tersebut masih diproduksi dan
diperdagangkan

Namun, permohonan perpanjangan dapat pula ditolak, apabila:

• Permohonan perpanjangan diajukan kurang dari 12 bulan dari masa


berakhirnya perlindungan hukum merek tersebut
• Mempunyai persamaan pada pokok atau merek terkenal milik orang lain.

2.9 Lisensi merek

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik merek terdaftar kepada pihak lain
untuk menggunakan merek tersebut dalam jangka waktu dan syarat tertentu. Lisensi
harus dilakukan dengan perjanjian pemberian hak, bukan pengalihan hak untuk
menjamin kepastian hukum. Lisensi merek bisa atas seluruh atau sebagian jenis
barang dan/atau jasa. Namun, merek kolektif tidak dapat dilisensikan.
Perjanjian lisensi harus menegaskan bahwa penerima lisensi akan
menggunakan merek tersebut untuk sebagian atau seluruh jenis barang atau jasa
tertentu dan dalam jangka waktu yang tidak melebihi jangka waktu perlindungan merek
terdaftar serta disertai syarat-syarat tertentu. Perjanjian lisensi dapat pula mengatur
pemberian lisensi lebih lanjut dari penerima lisensi kepada pihak ketiga.

Perjanjian lisensi wajib dimohonkan pencatatannya dalam Daftar Umum Merek di


Dirjen HKI yang kemudian diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

Pemilik merek terdaftar berhak memberikan lisensi kepada pihak lain dengan
perjanjian bahwa penerima lisensi akan menggunakan merek tersebut untuk sebagian
atau seluruh jenis barang atau jasa. Perjanjian lisensi wajib dimohonkan pencatatannya
pada Ditjen HaKI dengan dikenai biaya dan akibat hukum dari pencatatan perjanjian
lisensi berlaku terhadap pihak – pihak yang bersangkutan dan terhadap pihak ketiga.

2.10 Penghapusan merek

Merek terdaftar dapat dihapuskan karena empat kemungkinan, yaitu:

• Atas prakarsa Ditjen HaKI


• Atas permohonan dari pemilik merek yang bersangkutan
• Atas putusan Pengadilan berdasarkan gugatan penghapusan
• Tidak diperpanjang jangka waktu pendaftaran mereknya.

Adapula alasan – alasan dari penghapusan merek terdaftar, yaitu:

• Merek terdaftar tidak digunakan selama 3 tahun berturut-turut dalam


perdagangan barang dan / atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian
terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Ditjen HaKI,
seperti: laranga impor, larangan yang berkaitan ijin bagi peredaran yang
menggunakan merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak yang
berwenang yang bersifat sementara, atau larangan serupa lainnya yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
• Merek digunakan untuk jenis barang atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis
barang dan / atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya, termasuk pemakaian
merek yang tidak sesuai dengan pendaftarannya.

Selain merek dapat dihapuskan, merek juga dapat dibatalkan berdasarkan putusan
Pengadilan Niaga yang berkekuatan hukum tetap atas gugatan pihak yang
berkepentingan dengan alasan berdasarkan pasal 4, pasal 5 dan pasal 6 UUM.

2.11 Peralihan merek

Merek dapat beralih atau dialihkan kepada pihak lain melalui:

• Pewarisan
• Wasiat;
• Hibah;
• Perjanjian; atau
• Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan,
misalnya pembubaran badan hukum pemilik merek.

Merek kolektif hanya dapat dialihkan kepada pihak penerima yang mampu melakukan
pengawasan efektif sesuai ketentuan merek kolektif tersebut.
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Kasus

Effendy pengusaha di Jakarta adalah pemilik dan pemegang merek dagang


“SWALLOW GLOBE BRAND”. Dengan gambar lukisan bola dunia serta gambar burung
walet (SWALLOW) terdaftar pada Direktorat Jenderal Merek HaKI Dep. Kehakiman dan
HAM RI, No. 361196 tanggal 31 Mei 1996 untuk melindungi barang klas 29 : tepung
(powder) ager-ager;Selanjutnya dipasarkan, terdapat “merek dagang”:

1. Bola Dunia, berupa tepung ager-ager Daftar No. 395619 tertanggal 2 Oktober

1997
2. Bola Dunia (GLOBE) dengan gambar burung walet (SWALLOW) Daftar No.

487928 tanggal 31 Agustus 2001 berupa tepung ager-ager


3. Kedua merek tersebut No. 395619 dan No. 487928 pemegang merek
tersebut tercatat atas nama Soewardjono pengusaha di Jakarta.
Ternyata merek yang dipegang dan dimiliki Soewardjono terdapat perbedaan antara
merek yang didaftarkan No. 395619 dan No. 487928 dengan merek yang dipakai dan
diedarkan di masyarakat (mirip dengan mereknya Efendy);

Perbedaan tersebut nampak sebagai berikut:

Merek yang didaftarkan


Merek Yang Dipakai
No. 395619 No. 487298

Hitam dan Putih Tidak ada warna Warna Dasar Kuning


Kuning

Tidak Ada Huruf Tidak Ada Huruf Terdapat Penulisan Huruf Kanzi
Kanzi Kanzi

Tidak Aada Tidak Ada Terdapat tulisan kata Agar-Agar


Powder

Tidak Ada Tidak Ada Gambar Agar-Agar dengan


warna-warni
Tabel perbedaan antara merek yang didaftarkan dengan yang dipasarkan Soewardjono

Akhirnya Effendy (Penggugat) melalui Kuasa Hukumnya mengajukan gugatan gugatan


kepada Soewardjono (Tergugat) di PNiaga Jakarta Pusat;

Tuntutan yang disebutkan gugatan tersebut adalah sebagai berikut:


1. Menyatakan Penghapusan Pendaftaran Merek Daftar No. 395619 dan Daftar No.

487928 a.n. Tergugat dari “Daftar Umum Merek” pada Direktorat Jenderal HaKI
(Hak Kekayaan Intelektual) dengan segala akibat hukumnya;
2. Menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya perkara.

Majelis Hakim setelah memeriksa perkara gugatan ini, dalam putusannya memberikan
pertimbangan hukum yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Penggugat berhak mengajukan gugatan penghapusan pendaftaran merek


2. Pada pokoknya menyatakan bahwa penghapusan pendaftaran merek dapat
dilakukan ternasuk jika pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang
didaftarkan.
3. Tergugat telah menggunakan merek yang tidak sesuai dengan yang didaftarkan.

Dengan pertimbangan hukum yang dilakukan, maka Majelis Hakim meberi putusan
(Putusan tanggal 23 April 2002 No. 03/ MEREK/ 2002/ PN.NIAGA.Jkt.Pst.)

1 .Mengadili

a. Mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya.


b. Menyatakan penghapusan pendaftaran merek daftar no. 395619 dan no.
497928 a.n. Tergugat dari “Daftar Umum” pada Direktorat Jenderal HaKI
Dep. Kehakiman & HAM, karena pemakaian merek-merek tersebut tidak
sesuai dengan merek yang didaftar, dengan segala akibat hukumnya.
c. Menghukum Tergugat membayar biaya perkara

2. Makamah Agung RI (kasasi)


Tergugat menolak putusan Pengadilan Niaga tersebut diatas dan mengajukan
pemeriksaan kasasi dengan mengemukakan beberapa keberatan dalam memori
kasasi, yaitu, majelis MA yang mengadili dalam putusannya menilai bahwa
pemeriksaan terhadap fakta salah dalam menerapkan hukum, sehingga
putusannya harus dibatalkan dan selanjutnya MA akan mengadili sendiri perkara
ini dengan pertimbangan yang intisarinya sebagai berikut :

a. Pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang didaftarkan.


b. Dalam kasus ini merek yang digunakan oleh tergugat asal berupa : etiket
merek Cap Bola Dunia dengan warna dasar kuning serta bertuliskan huruf
kanzi, tulisan “Ager-Ager Powder” dan gambar piring berisi “Ager-Ager”
warna-warni. Hal ini tidak sesuai dengan merek yang didaftarkan oleh
tergugat asal
c. Unsur yang merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau
jasa, tidak dapat digunakan sebagai merek, karenanya tulisan Ager-Ager
Powder dan gambar piring berisi Ager-Ager warna-warni” serta tulisan
huruf kanzi, berarti “Tepung Ager-Ager” adalah bukan merek;
d. Demikian juga dengan warna-warni kuning, yang digunakan oleh banyak
merek yang memproduksi, “ager-ager”, bukanlah merupakan unsur merek

Atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka Majelis MA


memberi putusan sebagai berikut

1. Mengadili
a. Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon
b. Membatalkan putusan PNiaga pada PN Jakarta Pusat tanggal 23 April
2002 No. 03/MEREK/2002/PN.NIAGA.Jkt.Pst.
c. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Mengadili sendiri
- Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

3. Mahkamah Agung RI (Peninjauan Kembali)


Penggugat Asal, mengajukan pemeriksaan Peninjauan Kembali (PK) ke MA
dengan mengemukakan alasan yang pada pokoknya ternyata dalam
keputusannya, ternyata majelis hakim :

a. Tidak mempertimbangkan adanya ketidaksesuaian dalam penulisan kata


atau huruf atau ketidaksesuaian dalam penggunaan warna atau susunan
warna yang berbeda antara merek yang dipakai dengan merek yang
didaftarkan
b. Tidak memperhatikan adanya itikad buruk dari tergugat dalam pemakaian
mereknya yang telah meniru dan menjiplak susunan warna milik
Penggugat, yang menurut hukum harus dilindungi dan berhak
memperoleh perlindungan hukum
c. Kesemuanya itu, merupakan adanya kekhilafan hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata.

Namun keberatan yang diajukan Pemohon PK diatas tidak dapat diterima oleh
Majelis MA dengan alasan yuridis sebagai berikut

a. Apa yang dikemukakan oleh Pemohon PK sebagai kekhilafan


hakim atau kekeliruan, ternyata adalah merupakan perbedaan pendapat
antara pertimbangan hukum Hakim Kasasi dengan Keberatan Pemohon
PK;
b. Perbedaan Pendapat tersebut mengenai penilaian bukti oleh Hakim
Kasasi yang berbeda dengan pendapat Pemohon PK, sehingga masing-
masing pada kesimpulan yang berbeda
c. Perbedaan pendapat tidak dapat diartikan dan dikategorikan dalam
pengertian Kekhilafan atau kekeliruan yang nyata
d. Berdasar atas pertimbangan diatas, maka Majelis MA dalam PK
memberi putusan

Mengadili

a. Menolak permohonan PK dari Pemohon

b. Menghukum Pemohon PK membayar biaya perkara.

3.2 Pembahasan dengan teori

Soewardjono digugat oleh Effendy, karena merek yang didaftarkan tidak sesuai
dengan yang dipasrkan. Hal ini tercantum dalam Pasal 61 ayat 2 huruf b UU No. 15
Tahun 2001. Isi pasal tersebut adalah:

“Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan
jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk pemakaian
Merek yang tidak sesuai dengan Merek yang didaftar.”

Selain, itu pada pertimbangan Mahkamah Agung sempat dinyatakan bahwa


unsur yang merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa, tidak dapat
digunakan sebagai merek. Hal ini sesuai dengan pasal 5 UU No. 15 Tahun 2001. Isi
pasal tersebut adalah:

“Merek tidak dapat didaftar apabila merek tersebut mengandung salah satu
unsur di bawah ini :
a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum
b. tidak memiliki daya pembeda
c. telah menjadi milik umum atau
d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya”
Berdasarkan pasal ini pula, Mahkamah Agung mengabulkan permohonan Kasasi dari
Pemohon dan membatalkan keputusan yang telah dijatuhkan sebelumnya.

Pada pasal 1 angka 1 UU No. 15 Tahun 2001 yang berbunyi :

“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”

Dalam merek tergugat terdapat gambar gambar piring berisi agar-agar warna-warni”
serta tulisan huruf kanzi, berarti “Tepung Agar-Agar” adalah bukan merek;

Begitu juga dengan warna-warni kuning, yang digunakan oleh banyak merek yang
memproduksi, “agar-agar”, bukanlah merupakan unsur merek. Penggugat juga
mengajukan Peninjauan Kembali, yang pada akhirnya ditolak. Salah satu isi dari
permohonan pengajuannya adalah, keputusan hakim dianggap kekhilafan dan
kekeliruan yang nyata akibat dari perbedaan pendapat namun berdasarkan Pasal 67
huruf f UU No. 14 Tahun 1985, yang berbunyi

“Permohonan peninjauan kembali putusan perkara perdata yang telah


memperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan hanya berdasarkan alasan
apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan Hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata”

Dalam pasal perbedaan pendapat tidak dapat diartikan dan dikategorikan dalam
pengertian “Kekhilafan atau kekeliruan yang nyata”, sehingga peninjauan kembali yang
diajukan pihak penggugat tidak diterima.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan bahwa selama merek tersebut masih dengan nama berbeda namun
secara bentuk serta tanda yang serupa tetapi masih dalam batasan umum, hal tersebut
tidak dapat di permasalahkan dihadapan hukum karena bentuk dan gambaran merek
“cap bola dunia “ dan “ swallow globe“ masih dalam bentuk yang secara
keseluruhannya masih dalam batasan umum (mis: agar-agar bukan sebuah merek) .
Batasan umum yang dimaksud adalah bentuk dan gambar yang masih dipahami oleh
khalayak umum.

“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”

Saran dari kelompok kami, apabila membuat dan mendaftarkan merek, akan
lebih aman dan lebih baik apabila gambar atau logo bukanlah merupakan bentuk yang
umum namun akan lebih aman apabila bentuk dari gambarnya merupakan buatan
sendiri dan memiliki ciri khas tanpa memasukkan unsur –unsur yang diketahui oleh
masyarakat umum agar terhindar dari adanya merek – merek produk lain yang berniat
untuk meniru.
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

http://www.dncpatent.com/merek.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Merek

file:///C:/Documents%20and%20Settings/ACER/My%20Documents/dea
%20kuliah/legal/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_15_Tahun_2001.htm

http://lemlit.ugm.ac.id/makalahhki/HUKUM%20MEREK.ppt.

http://www.djpp.depkumham.go.id/inc/buka.php?
czoyNzoiZD0xOTAwKzg1JmY9dXUxNC0xOTg1YnQuaHRtIjs=

http://www.dgip.go.id/ebscript/publicportal.cgi?.ucid=374&ctid=14&type=0

http://id.wikisource.org/wiki/UndangUndang_Republik_Indonesia_Nomor_14_Tahun_19
85

Kotler P., 2003 “Marketing Management”, 11th edition / International Edition, Prentice
Hall, New Jersey.

Kartajaya H.,2002 “Hermawan Kertajaya on Marketing”, PT Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta.
LAMPIRAN
”SWALLOW GLOBE”

“CAP BOLA DUNIA”

Lampiran beberapa undang undang merek, yang bersangkutan dengan kasus

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG
MEREK

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
2. Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama
atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
3. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
4. Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan
hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa
sejenis lainnya.
5. Permohonan adalah permintaan pendaftaran Merek yang diajukan secara tertulis
kepada Direktorat Jenderal.
6. Pemohon adalah pihak yang mengajukan Permohonan.
7. Pemeriksa adalah Pemeriksa Merek yaitu pejabat yang karena keahliannya
diangkat dengan Keputusan Menteri, dan ditugasi untuk melakukan pemeriksaan
terhadap Permohonan pendaftaran Merek.
8. Kuasa adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual.
9. Menteri adalah menteri yang membawahkan departemen yang salah satu
lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang hak kekayaan intelektual,
termasuk Merek.
10. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang
berada di bawah departemen yang dipimpin oleh Menteri.
11. Tanggal Penerimaan adalah tanggal penerimaan Permohonan yang telah
memenuhi persyaratan administratif.
12. Konsultan Hak Kekayaan Intelektual adalah orang yang memiliki keahlian di
bidang hak kekayaan intelektual dan secara khusus memberikan jasa di bidang
pengajuan dan pengurusan Permohonan Paten, Merek, Desain Industri serta
bidang-bidang hak kekayaan intelektual lainnya dan terdaftar sebagai Konsultan
Hak Kekayaan Intelektual di Direktorat Jenderal.
13. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik Merek terdaftar kepada pihak lain
melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan
hak) untuk menggunakan Merek tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian jenis
barang dan/atau jasa yang didaftarkan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
14. Hak Prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal
dari negara yang tergabung dalam Paris Convention for the Protection of
Industrial Property atau Agreement Establishing the World Trade Organization
untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal
merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu dari
kedua perjanjian itu, selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun waktu
yang telah ditentukan berdasarkan Paris Convention for the Protection of
Industrial Property.
15. Hari adalah hari kerja.

Pasal 5

Merek tidak dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu unsur di
bawah ini:

a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas


agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;
b. tidak memiliki daya pembeda;
c. telah menjadi milik umum; atau
d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya.
BAB VIII
PENGHAPUSAN DAN PEMBATALAN PENDAFTARAN MEREK

Bagian Pertama
Penghapusan

Pasal 61

(1) Penghapusan daftar merek pendaftaran Merek dari Daftar Umum Merek dapat
dilakukan atas prakarsa Direktorat Jenderal atau berdasarkan permohonan pemilik
Merek yang bersangkutan
(2) Penghapusan pendaftaran Merek atas prakarsa Direktorat Jenderal dapat
dilakukan jika:

a. Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam


perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau
pemakaian terakhir, kecuali a pabila ada alasan yang dapat diterima
oleh Direktorat Jenderal; atau
b. Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai
dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran,
termasuk pemakaian Merek yang tidak sesuai dengan Merek yang
didaftar

(3) Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a adalah


karena adanya:
a. larangan impor;

b. larangan yang berkaitan dengan izin bagi peredaran barang yang


menggunakan Merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak
yang berwenang yang bersifat sementara; atau
c. larangan serupa lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

(4) ) Penghapusan pendaftaran Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat
dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

(5) Keberatan terhadap keputusan penghapusan pendaftaran Merek sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 14 TAHUN 1985
TENTANG
MAHKAMAH AGUNG

Pasal 67

Permohonan peninjauan kembali putusan perkara perdata yang telah memperoleh


kekuatan hukum tetap dapat diajukan hanya berdasarkan alasan-alasan sebagai
berikut:
. apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat
pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan
pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu;
b. apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan;
c. apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada
yang dituntut;
d. apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya;
e. apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama,
atas dasar yang sama oleh Pengadilan yang sama atau sama tingkatnya
telah diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lain;
f. apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan Hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata.

Anda mungkin juga menyukai