Seorang wanita 17 tahun dengan P1A0 Partus Maturus dengan sectio caesaria
atas indikasi letak sungsang + PEB + uterus bicornis
Pembimbing :
dr. Jonas N. B, Sp.OG
Disusun oleh :
Clara Petrisiela I. Atmaja
(406138078)
Identitas Pasien
Nama
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Suku
Agama
Alamat
Tanggal masuk RS
Keterangan
: Ny. M
: 17 thn
: Ibu Rumah Tangga
: SD
: Sunda
: Islam
: Kp. Neglasari 01/02 Cijeruk-Bogor
: 26 Juli 2015 (pukul 08:13 WIB)
: Pasien datang sendiri diantar keluarga, tanpa rujukan
Nama
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Suku
Agama
Alamat
Anamnesa
Keluhan Utama
: Tn. J
: 33 thn
: Wiraswasta
: SD
: Sunda
: Islam
: Kp. Neglasari 01/02 Cijeruk-Bogor
: Autoanamnesis, 26 Juli 2015 (09.00 di VK)
: Mules-mules sejak pukul 01.00 (26/7/2015)
Riwayat Menstruasi
Menarche
: 12 tahun
Siklus menstruasi
: 28 hari
Lama menstruasi
: 7 hari
: 2 - 3 pembalut / hari
: (-)
: Tidak ada
Riwayat Antenatal Care : Kontrol kehamilan setiap bulan ke puskesmas. Riwayat USG (+)
1x di puskesmas dengan kesan tidak ada kelainan.
Pemeriksaan Fisik
Pada tanggal 26 Juli 2015 (pukul 09.00 WIB)
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
o Tekanan darah
o Nadi
: 96 x/menit
o Pernafasan
: 20 x/menit
o Suhu
: 36.5 oC
Berat badan
: 79 kg
Tinggi badan
: 157 cm
Pemeriksaan Umum
Mata
Thorax
o Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
o Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
o Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
o Genitalia
o Ekstermitas
Leopold I
teraba bagian bulat, keras, dan melenting (kepala) TFU : 29 cm , TBJ 2790 g,
His : __x/10menit/__detik
Leopold II
Leopold III :
teraba bagian kurang bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong)
Pemeriksaan luar
Vulva dan vagina dalam keadaan normal, darah (+), lendir (+)
Pemeriksaan dalam
Vulva dan vagina tak ada kelainan. Portio tipis lunak
Ostium terbuka dengan pembukaan 6-7 cm.
Ketuban (+) , presentasi bokong, station -2
Sarung tangan : terlihat adanya darah dan lendir
Usia kehamilan
HPHT 24/10/2014, Taksiran Persalinan 31 Juli 2015, usia kehamilan 39 minggu.
Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 26 Juli 2015)
Hematologi
o Darah rutin
Hemoglobin
: 13.7 g/dL
Hematokrit
: 38 %
Lekosit
Trombosit
: 273.000 /uL
Clotting time
: 930
Bleeding time
: 200
Gol. Darah
:O
Rhesus
: +/POS
: 18.400 /uL
Kimia
o
o
o
o
SGOT
SGPT
Ureum
Creatinin
o Glukosa sewaktu
URINALISA
: 17 u/L
: 7 u/L
: 8.9 mg/dL
: 0.52 mg/dL
: 98 mg/dL
Warna
: kuning jernih
Berat jenis
: 1.025
pH
: 7.0
leukosit
: (-)
nitrit
: (-)
Protein
: (+3)
Resume
Telah diperiksa seorang wanita berusia 17 tahun G1P0A0 merasa hamil 9 bulan
dengan keluhan mules sejak pukul 01.00 (26/7/2015). Mules dirasakan semakin lama
semakin kuat dan sering. Pasien mengatakan keluar lendir dan darah juga sejak pukul 01.30
(26/7/2015). Darah yang keluar warnanya merah segar, hanya bercak dan tidak ada gumpalan
dan mengeluhkan pusing.
Pasien hamil anak pertama, sampai saat ini masih merasakan gerakan janin, dan tidak
ada riwayat keguguran.
Pasien mengaku tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Pasien haid teratur setiap bulannya dengan siklus 28 hari, selama 7 hari. Hari pertama haid
terakhir (HPHT) pada 24/10/2014, TP 31 Juli 2015, usia kehamilan 39 minggu Pasien dengan
rutin memeriksakan kandungannya ke puskesmas setiap bulan. Pasien mengaku pernah
melakukan pemeriksaan USG 1x di puskesmas dengan kesan tidak ada kelainan Tidak ada
riwayat hipertensi, diabetes, asma, serta alergi obat dan makanan.
Dari pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang / compos mentis. Tanda tanda vital :
Tekanan darah 150 / 110 mmHg, Nadi 96 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, Suhu 36.5 oC,
Berat badan 79 kg, tinggi badan 157 cm.
Pemeriksaan Obstetrik dan Ginekologi : Leopold I kepala, TFU : 29 cm, Leopold II puki,
DJJ 140 x/menit, Leopold III bokong, Leopold IV sudah masuk PAP. Pemeriksaan luar:
Vulva dan vagina dalam keadaan normal, darah (+), lendir (+). Pemeriksaan dalam : Vulva
dan vagina tak ada kelainan, portio tipis lunak, ostium terbuka dengan pembukaan 6-7 cm,
ketuban (+) , presentasi bokong, station -2, sarung tangan : terlihat adanya darah dan lendir.
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin: Hemoglobin 13.7 g/dL, Hematokrit 38 %,
Lekosit 18.400 /uL, Trombosit 273.000 /uL, Clotting time 930, Bleeding time 200, Gol.
Darah O, Rhesus +/POS, SGOT 17, SGPT 7, Ureum 8.9, Creatinin 0.52, Glukosa sewaktu
98 mg/dL.
Hasil urinallisa : warna urin kuning jernih, berat jenis 1.025, pH 7.0, protein (+3).
Diagnosa Kerja
G1P0A0 gravid 39 minggu inpartu kala I fase aktif + letak sungsang + preeklamsia berat
Tatalaksana
PONEK & VK
Persiapan operasi
o Inform consent kepada pasien dan keluarga
o Konsultasi dokter spesialis anestesi
o Persiapan ruangan rawat intensif (ICU)
o Puasa
26/7/2015
26/7/2015
26/7/2015
Di Ruang Operasi
26/7/2015
Laporan operasi :
jam 11.37 lahir bayi perempuan, BB 2800g, PB 50 cm, Apghar Score 8/9
perdarahan diatasi, rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah,
dilakukan pencucian dengan NaCl 0.9%
26/7/2015
26/7/2015
26/7/2015
Follow up post op
: TSS/CM
TD
: 130/90 mmHg
Nadi
: 85x/menit
Pernafasan
: 23 x/menit
Suhu
: 36.5 oC
Mata
: CA -/- SI -/-
Thorax
Payudara
: ASI -/-
Abdomen
: datar, bising usus (+), supel, nyeri tekan (+) disekitar luka operasi,
TFU : 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, luka op: tertutup
verban, rembes darah (-)
Genitalia
: vulva dan vagina tidak ada kelainan, lochia rubra (+), lendir (-),
Flatus (+) BAB (-) BAK (+) dengan DC
Ekstermitas
A : P1A0 partus maturus dengan SC a/i letak sungsang + PEB + uterus bikornis
ANALISIS KASUS
Kehamilan pada wanita usia muda
Salah
satu
Teori
faktor risiko
Kasus
meningkatkan Pada pasien ini berusia 16 tahun saat
kejadian mola hidatidosa : usia risiko kehamilan pertama (lahir tanggal 12/5/1998),
meningkat pada ibu hamil berusia <20 tahun dianggap
belum
cukup
usia
untuk
muda/tua), - preeklamsia
pasangan/suami pernah menikahi wanita - kehamilan prematur
yang
yang
ekstrem
kemudian
(terlalu
hamil
dan
preeklamsia.1
dan psikososial pasien
kejadian persalinan premature meningkat
mengelola
kehamilan
oleh beberapa faktor predisposisi, antaran
kehamilannya nanti.
lain : usia ibu; risiko meningkat bila ketika
mengandung adalah usia 16 tahun atau
primigravida 30 tahun.
sendiri
dalam
dan
paska
Kasus
Pada kasus ini, teraba presentasi bokong
melalui pemeriksaan leopold
Teori
Preeklamsi adalah timbulnya hipertensi
disertai proteinuri akibat kehamilan, setelah
umur kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan.
Anamnesis : usia kehamilan > 20 minggu,
hipertensi, tidak ada : kejang, penurunan
kesadaran, penglihatan kabur, nyeri kepala
hebat, nyeri ulu hati.
Tanda & gejala PEB (satu atau lebih gejala) :
- TD sistolik 160 mmHg atau diastole
110 mmHg
- Proteinuri 2g/24 jam atau 2+ dipstick
- Kreatinin serum > 1.2mg% dengan oligouri
(<400ml/24 jam)
- Trombosit <100.000/mm3
- Peningkatan kadar LDH
- Peningkatan kadar SGOT dan SGPT
- Sakit kepala menetap/ gangguan visus
- Nyeri epigastrium menetap
- Pertumbuhan janin terhambat
- Edema paru dengan sianosis
- Adanya HELLP Syndrome
Tatalaksana : MgSO4 loading dose 4g
MgSO4 dalam 100 cc RL selama 15-20
menit, dan maintenance MgSO4 10g dalam
500cc RL 20 tpm.
Kasus
Kesimpulan : Pasien termasuk dalam kategori PEB yaitu ditinjau dari TD 150/110 mmHg dan
proteinuri +3, dan mendapat terapi MgSO4 sesuai protap yang berlaku.
Uterus Bikornis
Uterus bikornis merupakan bentuk anomali yang sering terjadi pada bentuk fusi dasar
sehingga terbentuk sebagai dua hemiuteri dengan satu servix dan vagina.3
Terdapat peningkatan risiko hasil luaran kehamilan pada kasus uterus bikornis yaitu
termasuk risiko abortus, persalinan preterm, dan kasus malpresentasi.3
Insidensi terjadinya anomali uterus kongenital pada kehamilan wanita usia subur
sebanyak 3.2%. Terbagi dalam 90% pada kasus septum uteri dan 5% menjadi uterus bikornis
atau didelfis. Uterus bikornis menjadi suatu komplikasi dalam kehamilan, namun bahkan
kehamilan tersebut yang mengungkapkan adanya suatu malformasi pada uterus. 5
Beberapa studi retrospektif longitudinal menunjukkan persentasi kelahiran hidup pada
kasus uterus bikornis sebanyak 62.5% namun kejadian abortus dini sebanyak 30% dan
persalinan prematur juga lebih sering terjadi. Jika malformasi kongenital terjadi pada 3-4%
populasi wanita subur dan atau wanita infertil, maka persentasinya meningkat menjadi 5-10%
untuk wanita terjadinya abortus rekuren dan 25% wanita persalinan prematur.5
Gangguan pertumbuhan saluran Muller dapat menimbulkan aplasia atau hipoplasia alat
kandungan, sedangkan gangguan penyatuan saluran Muller menimbulkan berbagai kelainan
alat kandungan, antara lain 1:
a.
Uterus dupleks jika terjadi kehamilan di dalam salah satu uterus, uterus yang
membesar karena kehamilan sering memiliki lapisan otot yang kurang tebal, sehingga
melemahkan his dan memperbesar risiko rupture uteri. Uterus satu lagi yang ikut
membesar dapat menghalangi jalan lahir;
b.
Uterus bikornis sering ditemukan letak sungsang yang tak dapat diversi. Mungkin
terjadi abortus dan persalinan kurang bulan. Pembukaan dapat terganggu. Kornu yang
kosong ikut membesar dan dapat merupakan tumor yang dapat menghalangi jalan
lahir. Mungkin terjadi inersia uteri dan rupture uteri;
c.
Uterus subseptus dapat menyebabkan letak lintang yang tidak dapat diversi. Jika
plasenta melekat ke septum, terjadi plasenta akreta. Dapat juga menjadi penyebab
abortus (habitualis);
d.
e.
Uterus bikornis dengan kornu rudimenter kehamilan dalam kornu yang rudimenter
dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Kornu biasanya rupture setelah bulan ke-3.
Kornu yang rudimenter ini sebaiknya diekstiparsi. 1
Pada pasien ini tidak diketahui adanya kelainan pada bentuk rahimnya sampai dengan
telah dilakukannnya operasi sectio sesaria.
Pada kejadian uterus bikornis, tidak terdapat gangguan pada proses pembentukan
kehamilan, namun lebih kepada proses kematangan kehamilan. Terdapat beberapa alasan
yaitu malformasi uterus berhubungan dengan kavum uteri yang lebih kecil, kontraksi otot
yang kurang efisien, ketidakmampuan untuk merengang dengan sempurna, disfungsi
miometrium dan serviks, vaskularisasi yang tidak adekuat, dan pengembangan endometrium
yang buruk. Sehingga berpengaruh pada angka kejadian abortus rekuren dan juga persalinan
prematur pada wanita hamil dengan uterus bikornis, tidak hanya itu, juga meningkatkan
angka kejadian restriksi pertumbuhan janin dan indikasi untuk dilakukannya sectio saesaria
dengan risiko tinggi terjadinya rupture uteri terlebih jika kehamilan pada kornu uterus yang
rudimenter. Selain itu, jika embrio berimplantasi pada sisi ruang uterus yang lebih kecil,
risiko kehamilan tidak mencapai usia matur menjadi lebih meningkat akibat fetus tidak
memiliki cukup tempat untuk berkembang.5
Pada kehamilan letak sungsang dapat dilakukan persalinan pervaginam dengan syarat
persalinan harus lancar1, tentunya hal tersebut bergantung pada kekuatan his ibu. Dimana
sesuai dengan literatur yaitu, menurut Reynolds dkk (1948) kontraksi uterus normal saat
persalinan ditandai oleh gradient aktivitas miometrium. Tenaga kontraksi his terkuat dan
terpanjang terletak pada fundusfundus dominandan makin berkurang saat menuju arah
servik.3 Sedangkan pada kejadian uterus bikornis, dengan anatomi fundus uteri yang berbeda
dari uterus normal, terdapat keadaan seperti; kontraksi otot yang kurang efisien,
ketidakmampuan untuk merengang dengan sempurna, disfungsi miometrium dan serviks 5, hal
inilah yang menyebabkan gangguan pada his yang tidak optimal sehingga kemungkinan besar
akan terjadi inersia uteri hipotonik.
Dari beberapa alasan tersebut, penulis berpendapat bahwa pada kehamilan sungsang
dengan penyerta uterus bikornis ini, tidak dapat dilakukan persalinan pervaginam.
DAFTAR PUSTAKA