PENDAHULUAN
Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,
salah satunya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Cacingan dapat
mengakibatkan
menurunnya
kondisi
kesehatan,
gizi,
kecerdasan,
dan
(tidak
khas).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Taeniasis adalah infestasi cacing pita Taenia sp. yang berasal dari sapi atau
babi pada manusia. Manusia merupakan induk semang definitif atau induk
semang akhir (final host) cacing pita sapi. Sedangkan pada cacing pita babi,
manusia bertindak sebagai induk semang antara (intermediate host) dan juga
induk semang definitif. 5
Taeniasis merupakan penyakit akibat infeksi parasit (cacing) yang dapat
ditemukan diseluruh dunia. Taeniasis adalah suatu penyakit zoonosis (menular
dari hewan ke manusia) yang disebabkan oleh cacing Teania. Taeniasis umumnya
ditemukan pada masyarakat dengan sanitasi yang tidak baik. 3
2.2.
Etiologi
Taenia adalah nama latin dari cacing pita. Cacing pita masuk kedalam
Kerajaan
Animalia,
Filum
Platyhelminthes,
Kelas
Cestoda,
Bangsa
Cyclophyllidea, Suku Taeniidae. Ada tiga jenis cacing pita di Indonesia yakni :
Cacing pita anjing (Taenia echinoccus), cacing pita sapi (Taenia saginata), dan
cacing pita babi (Taenia solium). Dikatakan cacing pita karena panjang dan
bentuknya menyerupai pita. Kepalanya kecil dan terdapat kait sebagai alat
meletakkan dirinya pada dinding usus. Penyakit yang disebabkan oleh
infeksi Taenia ini biasanya disebut dengan Taeniasis. Taenia saginata dan Taenia
solium adalah cacing yang menyebabkan Taeniasis.6
2.2.1. Taenia Saginata
Taksonomi
Kingdom
Filum
: Animalia
: Platyhelminthes
2
Kelas
Ordo
Famili
Genus
: Cestoda
: Cyclophyllidea
: Taenidae
: Taenia
juga
cestoda
usus.
Habitat cacing
ini
dalam
tubuh
manusia
terletak
pada
usus halus bagian atas. Cacing dewasa dapat hidup di dalam usus manusia
sampai 10 tahun lamanya.6 Morfologi cacing dewasa berwarna putih,
tembus sinar, dan panjangnya dapat mencapai 4-25 meter, walaupun
3
: Animalia
Phylum
: Platyhelminthes
Kelas
: Cestoda
Ordo
: Cyclophyllidea
Family
: Taeneidea
Genus
: Taenia
Species
: Taenia solium
4
2.3.
Epidemiologi
Prevalensi penyakit taeniasis ditemukan lebih tinggi pada laki-laki
Patofisiologi
6
Cacing pita dewasa hidup dalam usus kecil manusia. Lalu manusia
menghasilkan telur yang terkubur dalam kotoran. Ketika manusia membuang
kotoran di tempat yang sembarangan misal padang rumput, ini mengkontaminasi
padang rumput di mana sapi dan babi menelan mereka. Setelah mencapai saluran
pencernaan hewan yang terinfeksi, embrio yang dirilis, menembus dinding usus,
dan memasuki sirkulasi. Embrio filter dari sirkulasi dan encyst dalam jaringan
otot. Larva (yaitu, cysticerci) menjadi menular dalam waktu 2-3 bulan. Manusia
terinfeksi cacing pita dengan cara memakan daging sapi atau babi mentah atau
setengah matang. Parasit masuk kedalam tubuh manusia dan menempel pada
dinding usus kecil dengan scolex, dan menjadi cacing pita dewasa. Proses
pematangan memakan waktu 10-12 minggu untuk T. saginata dan 5-12 minggu
untuk T. solium. Sebuah cacing pita tunggal menghasilkan rata-rata 50.000 telur
per hari dan dapat hidup 25 tahun. 2,11,12
2.5.
Manifestasi Klinis
Kait-kait pada skoleks Taenia solium umunya tidak banyak menimbulkan
gangguan pada dinding usus tempatnya melekat hanya saja akan terjadi inflamasi
subakut pada mukosa usus. Penderita taeniasis umumnya asimptomatik atau
mempunyai keluhan yang umumnya ringan, berupa rasa tidak enak di perut,
gangguan pencernaan, diare, konstipasi, sakit kepala, anemia, nyeri abdomen,
kehilangan berat badan, malaise, anoreksia, peningkatan nafsu makan , rasa sakit
ketika lapar (hunger pain), indigesti kronik, dan hiperestesia. Sangat jarang terjadi
komplikasi peritonitis akibat kait yang menembus dinding usus. Sering dijumpai
kalsifikasi pada sistiserkus namun tidak menimbulkan gejala, akan tetapi sewaktuwaktu terdapat pseudohipertrofi otot, disertai gejala miositis, demam tinggi, dan
eosinofilia 2,8
Gejala klinik yang berhubungan dengan abdomen lebih umum terjadi pada
anak-anak dan umumnya akan berkurang dengan mengkonsumsi sedikit makanan.
Pada anak-anak, juga dapat terjadi muntah, diare, demam, kehilangan berat badan,
dan mudah marah. Gejala lainnya yang pernah dilaporkan adalah insomnia,
7
malaise, dan iritabilitas.2 Adapun gejala yang muncul disebabkan oleh karena
adanya iritasi pada tempat perlekatan skoleks serta sisa metabolisme cacing yang
terabsorpsi yang menyebabkan gejala sistemik dan intoksikasi ringan sampai berat
2.6.
Diagnosis
2.6.1. Anamnesis
Pada anamnesis biasa tidak didapatkan gejala yang khas. Penderita
biasanya hanya mengalami gejala-gejala gastrointestinal ringan seperti mual,
muntah, diare, konstipasi dan nyeri perut. Keluhan lain seperti lemas, nafsu
makan menurun atau meningkat, pusing, serta demam dapat terjadi. Cacing yang
hidup dalam lumen usus manusia hidup dengan dari nutrisi yang manusia makan,
sehingga dapat terjadi kekurangan nutrisi pada penderita taeniasis.
Umumnya penderita berasal dari ekonomi rendah yang akan berpengaruh
terhadap tingkat sanitasi maupun higienis makanan yang rendah. Riwayat
konsumsi makanan-makanan yang kotor, setengah matang atau mentah perlu
ditanyakan untuk menegakkan diagnosis taeniasis.
Gejala-gejala lain yang dapat terjadi adalah riwayat keluarnya segmen
proglotid pada tinja dan pruritus di daerah anus. Pruritus anus disebabkan adanya
segmen proglotid yang keluar dari anus.
2.6.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita taeniasis biasanya tidak menunjukkan
gejala yang khas. Pasien biasanya hanya terlihat lemas dan berat badan turun
karena banyak nutrisi yang diserap oleh cacing. Akumulasi cacing yang banyak
mungkin akan bermanifestasi pada regio abdomen, yakni adanya massa pada perut
penderita.
2.7.
Diagnosis Banding
a. Ankilostomiasis
b. Askariasis
c. Apendisitis
d. Sistiserkosis
Penatalaksanaan 2,12,13
2.8.
a. Antihelmintik
1. Praziquantel 5-10 mg/kgBB peroral 1 kali. Namun obat ini tidak
tersedia di pasaran bebas di Indonesia.
2. Niclosamide (yomesan) 50 mg/kgBB peroral 1 kali untuk anak, 2 gram
untuk dewasa. Diberikan selama 5-7 hari.
3. Mebendazol atau albendazol 2x100 mg peroral 3 hari berturut.
b. Simptomatik
Mengatasi gejala-gejala simptomatik seperti nyeri perut, mual, gelisah,
demam dan lain-lain.
c. Konsultasi bedah bila terdapat komplikasi pada saluran cerna.
d. Edukasi
Komplikasi
a. Akut abdomen
b. Apendisitis akut
c. Obstruksi saluran empedu atau pankreas
d. Pertumbuhan cacing pita ektopik
2.10.
Prognosis 13
Angka kesembuhan dengan praziquantel adalah lebih dari 95%.
10
BAB III
RANGKUMAN DAN SARAN
3.1
Rangkuman
a. Taeniasis adalah suatu penyakit zoonosis (menular dari hewan ke manusia)
yang disebabkan oleh cacing Teania sp. yang berasal dari sapi atau babi.
b. Manusia terinfeksi cacing pita dengan cara memakan daging sapi atau babi
mentah atau setengah matang. Ataupun dari makanan yang terjangkit
taenia.
c. Manifestasi klinis Taeniasis biasanya asimptomatis, hanya gejala rigan
berupa gejala saluran cerna seperti mual,muntah, diari, kontipasi.
Penururnan berat badan, nafsu makan berkurang dan demam dapat terjadi.
d. Diagnosis Taeniasis dapat ditegakkan apabila dari anamnesis terdapat
riwayat keluar proglotid dari tinja atau anus serta pemeriksaan penunjang
berupa tes Graham atau pemeriksaan tinja langsung.
e. Pengobatan Taeniasis antara lain antihelmintik, simptomatik, konsul bedah
dan edukasi.
f. Prognosis Taeniasis adalah bonam.
3.2
Saran
Lakukan pencegahan taeniasis dengan cara :
a. Usaha untuk menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati penderita
taenasis
b. Pemakaian jamban keluarga, sehingga tinja manusia tidak dimakan oleh
babi dan tidak mencemari tanah atau rumput.
c. Pemelihara sapi atau babi pada tempat yang tidak tercemar atau sapi
dikandangkan sehingga tidak dapat berkeliaran
d. Pemeriksaan daging oleh dokter hewan/mantri hewan di RPH (rumah
potong hewan), sehingga daging yang mengandung kista tidak sampai
dikonsumsi masyarakat (kerjasama lintas sektor dengan dinas Peternakan)
e. Daging yang mengandung kista tidak boleh dimakan. Masyarakat diberi
gambaran tentang bentuk kista tersebut dalam daging, hal ini penting
11
12