Anda di halaman 1dari 2

http://news.okezone.

com/read/2012/01/26/95/564021/pendidikan-yang-berbudaya
Pendidikan yang Berbudaya
TIDAK terasa Republik Indonesia sudah berusia 66 tahun. Sebuah perjalanan panjang bangsa.
Membangun kejayaan bangsa yang semakin lama semakin redup tergerus arus globalisaasi. Jati
diri bangsa semakin luntur. Perubahan terjadi di segala bidang termasuk pendidikan.
Jika kita tidak mampu mengelola perubahan itu dengan baik, maka secara otomatis kita akan
terpengaruh.
Perubahan
tersebut
adalah
mengenai
tujuan
pendidikan
kita.
Pendidikan di Indonesia atau yang biasa disebut Pendidikan Nasional merupakan pendidikan
berwawasan pancasila yang berakar pada nilai agama, budaya dan peka terhadap perkembanagan
zaman. Sebagaimana termaktub dalam UU sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 2003
bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak,
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,
bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara
yang
demokratis
serta
tanggung
jawab.
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan upaya untuk memajukan
perkembangan budi pekerti yang terintegrasi (batin, intelegensi, dan tubuh) untuk memajukan
kesempurnaan hidup selaras alam dan masyarakat. Di sini dapat dimengerti bahwa pendidikan
dan kebudayaan merupakan dua mata rantai yang tidak bisa dipisahkan.
Tetapi pada kenyataannya, pendidikan selalu dikaitkan dengan keberhasilan dan kesuksesan.
Orang berlomba-lomba untuk menempuh pendidikan yang tinggi untuk mencari pekerjaan yang
layak. Punya rumah besar, mobil mewah dan harta melimpah. Agaknya ini yang membuat
karakter bangsa mulai luntur. Mereka mengagung-agungkan kecerdasan yang mereka miliki.
Mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Tak jarang kita
temui para elite politik dan cendikiawan melakukan korupsi dengan sadar dan tanpa malu sedikit
pun.
Lalu apa yang salah dari bangsa Indonesia? Secara umum tampaknya tidak ada masalah bahkan
bangsa ini cukup banyak menampilkan orang orang yang cerdik dan pandai. Manusia Indonesia
tidak bermasalah dengan IQ dan otaknya, tetapi tampaknya tidak demikian dengan hati nurani
yang mencerminkan karakter dan jati dirinya. Karakter bangsa Indonesia yang terkenal ramah
tamah, sopan santun dan gotong royong berubah menjadi penampilan preman yang bengis dan
beringas yang tega pada sesamanya, yang tidak peduli lagi dengan nasib bangsanaya.
"When Character is lost, everything is lost," demikianlah pesan pepatah bijak, bahwa korupsi di
negeri ini bukan dilakukan oleh mereka yang tidak berpendidikan, bukan pula oleh mereka yang
tidak beragama, dan bukan pula oleh mereka yang tidak mempunyai kedudukan, tetapi oleh
mereka yang tidak mempunyai karakter lagi. Pendidikan boleh tinggi, kedudukan boleh
terhormat, tetapi apabila mereka tidak mempunyai karakter yang baik, maka akan menjadi siasia.

Pendidikan di Indonesia adalah pendidikan yang berbudaya, bukan pendidikan yang kapitalis.
Pendidikan di Indonesia mencetak generasi yang cerdas dan mempunyai karakter yang baik.
Tujuan pendidikan kita adalah membudayakan manusia. Maka, tujuan pendidikan nasional
memang tidak bisa tidak adalah untuk membudayakan manusia Indonesia sesuai dengan nilai
nilai
budayanya
sendiri,
sesuai
dengan
karakter
dan
jati
dirinya.
Pendidikan yang berbudaya sebaiknya diterapkan sejak dini, ketika anak mulai masuk sekolah
dasar. Pendidikan yang berbudaya bertujuan untuk membentuk karakter sejak dini. Pendidikan
yang berbudaya misalnya mengajarkan pendidikan karakter yang baik. Niai-nilai pendidikan
karakter tersebut adalah jujur, religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demoktratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab. Sehingga, dengan adanya pendidikan berbudaya, diharapkan dapat mencetak
generasi yang cerdas dan mempunyai watak baik serta berakhlakul karimah.
Alfi
Muhimmatul
Mahasiswa
Pendidikan
Guru
Fakultas
Keguruan
dan
Universitas Muria Kudus
(rfa)

Sekolah
Ilmu

Fauziyyah
Dasar
Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai