Anda di halaman 1dari 11

Prof.dr.

Yasmeiny Yazir
dr.Nuraiza Meutia,M.Biomed

Otot dapat berespon terhadap jenis tuntutan.


Perubahan adaptif jangka panjang dapat terjadi
bergantung pada jenis latihan.
Perubahan yang terjadi berupa :
Perubahan kapasitas mensintesis ATP
Perubahan garis tengah (ukuran serat)
Olahraga daya tahan (aerobic endurance) yang teratur
(lari jarak jauh, berenang) menginduksi perubahan
metabolik di serat oksidatif (jumlah mitokondria
meningkat) dan penambahan kapiler otot lebih
efisien menggunakan oksigen mampu tahan
berkepanjangan meski ukuran otot tidak berubah

Olahraga berintensitas tinggi, berdurasi


singkat, dan anaerobik secara teratur, dapat
menyebabkan penambahan massa otot.
Terjadi penambahan filamen aktin dan
miosin pada serat-serat glikolitik-cepat
(fast-glycolytic / tipe IIx)
Latihan aerobik yang teratur dapat
mengubah serat fast-glycolytic menjadi
fast-oxydative (tipe IIx menjadi IIa).
Latihan beban (anaerobik) dapat mengubah
serat fast-oxydative menjadi fast-glycolytic,
Namun serat lambat dan cepat tidak dapat
dipertukarkan.
Perubahan adaptif tersebut dapat kembali
ke keadaan semula secara bertahap,
apabila latihan teratur dihentikan.

Diameter serat otot berkurang : berkurangnya


miofibril, ATP,CP, cadangan glikogen, dan
mioglobin.
Elastisitas otot skelet berkurang : terjadi fibrosis
pada otot.
Penurunan toleransi terhadap olahraga : aliran
darah tidak secepat usia muda, sehingga performa
untuk aktivitas aerobik & anaerobik berkurang.
Pada usia 80 tahun, telah terjadi kehilangan massa
otot sebanyak 50% (sarcopenia)
Olahraga yang teratur dapat memperbaiki
sarcopenia
Atherosclerosis yang timbul pada arteri-arteri distal
mengakibatkan claudicatio intermittent dan dapat
menyebabkan nyeri pada otot tungkai bawah.

Seberkas otot yang dirangsang berkali-kali untuk


berkontraksi, suatu saat akan memperlihatkan
penurunan kekuatan kontraksi.
Penurunan kapasitas kerja yang bersifat
sementara akibat kerja disebut fatigue.
Disebabkan oleh :
Kehabisan cadangan energi dalam otot
Penimbunan asam laktat
Perubahan konsentrasi ion
Perlambatan sintesis/ release neurotransmitter
Central fatigue (psikis)

Kontraktur fisiologis adalah kegagalan otot


untuk kembali ke panjang awal setelah proses
kontraksi.
Dengan demikian otot tetap berkontraksi
meskipun tidak ada potensial aksi baru.
Hal ini terjadi pada kelelahan hebat yang
mengakibatkan tidak ada energi untuk relaksasi.
Spasme otot terjadi akibat adanya stimulus
nyeri yang hebat disekitar otot yang mengalami
spasme (misal : patah tulang, peritonitis)
Muscle cramps merupakan spasme otot yang
diakibatkan faktor iritan dan abnormalitas
metabolik, seperti kedinginan, overexercise dan
penurunan aliran darah.

Apabila sel otot distimulasi berulang


(tegangan mendekati maskimal), lebih sering
& hingga menimbulkan kelelahan
- terbentuk lebih banyak mitokondria
- peningkatan enzim glikolitik
- penambahan cadangan glikogen
terbentuk banyak miofibril (filamin tipis
dan tebal bertambah)
setiap sel otot bertambah diameternya,
meski jumlah sel otot tidak bertambah
pembesaran otot dan peningkatan
tension/kontraksi.

Yaitu : berkurangnya ukuran otot, tonus otot, dan


tenaga yang dihasilkan
Terjadi pada otot yang jarang terstimulasi
Terjadi pengurangan cadangan energi
(ATP,fosfokreatin, & glikogen) dan protein.
Pada awalnya bersifat reversibel, tetapi jaringan
otot yang telah mati tidak dapat digantikan
Pencegahan : terapi fisikal (fisioterapi) pada
orang yang tidak dapat bergerak normal untuk
sementara waktu.
(stimulasi listrik & mekanis saraf terstimulasi
mencegah atrofi otot).

Beberapa jam setelah kematian, seluruh otot


tubuh akan mengalami keadaan semacam
kontraktur, disebut rigor mortis.
Kekakuan otot ini terjadi karena tidak
tersedianya ATP untuk perombakan ikatan
silang antara aktin dan miosin.
Keadaan ini berlangsung sampai terjadi
denaturasi protein sebagai akibat autolisis oleh
enzim yang dihasilkan oleh lysosome.
Autolisis terjadi 15-25 jam sesudah kematian,
dan dipercepat oleh peningkatan temperatur.

Suatu kondisi melemah/hilangnya


kekuatan kontraksi otot akibat gangguan
hantaran listrik pada NMJ.
Umumnya diawali gangguan pada otototot kecil (kelopak mata), kemudian secara
progresif menyerang otot lain.
Apabila menyerang otot pernapasan dapat
mengakibatkan kematian.
Penatalaksanaan antara lain dengan antikolinesterase (ACE-inhibitor : neostigmine)

Berbagai teori mengenai penyebab MG:

Adanya antibodi (autoimun) yang


mengakibatkan kerusakan sel otot dan
reseptor-reseptor neurotransmitter pada
NMJ.

Berkurangnya jumlah asetilkolin pada


ujung saraf.

Meningkatnya jumlah asetilkolinesterase pada celah sinaps

Terdapat zat yang bersifat seperti


asetilkolin-esterase (pseudoACE)

Anda mungkin juga menyukai