Anda di halaman 1dari 28

LABORATORIUM PILOT PLANT

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2015/2016


MODUL

: Shell & Tube Heat Exchangers

PEMBIMBING

: Ir. Emma Hermawati

Tanggal Praktikum

: 28 September 2015

Tanggal Penyerahan : 05 Oktober 2015


Oleh :
Kelompok

: VI

Nama

: 1. Muhammad A. Furqon

131411016

2. Nenden K. Anggraeni

131411017

Kelas

:3A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2015

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Didalam industri proses, perpindahan panas diantara dua fluida sebagian besar dilakukan
pada heat exchangers. Shell and Tube Heat Exchanger salah satu tipe yang paling umum dimana
fluida panas dan dingin tidak berkontak secara langsung satu sama lain, tetapi dipisahkan oleh
dinding pipa atau permukaan yang datar atau lonjong.
Penukar panas jenis Shell and Tube Heat Exchanger (STHE) merupakan penukar panas
paling umum dan sangat luas digunakan di industri proses. STHE terdiri dari satu bundel pipa
(tube) yang dipasang paralel dan ditempatkan dalam sebuah cangkang yang dinamakan shell.
Untuk meningkatkan efisiensi dari penukar panas ini dipasang sekat (buffle). Pemasangan sekat
bertujuan membuat aliran didalam cangkang bergolak (turbulen) yang berakibat juga
bertambahnya waktu tinggal (residence time) fluida. Namun, kerugian pemasangan sekat ini
adalah naiknya beban kerja karena bertambahnya beban pompa. Bahan penukar panas ini dipilih
berdasarkan fluida yang digunakan, biasanya terbuat dari logam dan paduannya. Selain itu
kondisi operasi dengan tekanan tinggi, sifat fluida yang korosif, dan juga suhu dalam alat yang
tidak seragam juga menjadi pertimbangan pemilihan bahan penukar panas ini.
Bentuk dan rancangan STHE sangat beragam, pemakaiannya pun dapat berupa penukar
panas biasa, kondensor, reboiler, evaporator, boiler dan lainnya.
I.2 Tujuan
1) Memahami cara kerja peralatan shell and tube.
2) Menghitung efisiensi pindah panas dari kalor yang dilepas dan kalor yang diterima fluida.
3) Menghitung koefisien pindah panas keseluruhan (U) dengan cara neraca energi dan
menggunakan persamaan empiris.
4) Mengetahui pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas keseluruhan (U).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan panas dari suatu sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi
sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai adalah air yang
dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar
panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara
efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Penukar panas sangat
luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas
alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu contoh sederhana dari alat penukar panas adalah
radiator mobil di mana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara sekitar.

2.1. Shell and Tube Heat Exchanger


Shell and tube heat exchanger merupakan jenis alat penukar panas yang banyak digunakan
pada suatu proses seperti petroleum, industri kimia, dan industri HVAC. Shell and tube heat
exchanger mengandung beberapa tube sejajar di dalam shell. Shell and tube heat exchanger
digunakan saat suatu proses membutuhkan fluida untuk dipanaskan atau didinginkan dalam
jumlah besar. Berdasarkan desainnya, shell and tube heat exchanger menawarkan area
penukaran panas yang besar dan menyediakan efisiensi perpindahan panas yang tinggi. Untuk
membuat perpindahan panas yang lebih baik dan untuk menyangga tube yang ada di dalam shell,
maka sering dipasang baffle. Efektifitas perpindahan panas meningkat dengan dipasangnya
baffle. Efektifitas meningkat seiring dangan mengecilnya jarak antar baffle hingga suatu jarak
tertentu kemudian menurun. Shell and tube heat exchanger merupakan bejana tekanan dengan
banyak tube didalamnya. Pada suatu proses, fluida mengalir melalui tube pada exchanger saat
fluida lainnya mengalir keluar tube yang berada di antara shell. Fluida pada sisi tube dan pada
sisi shell terpisah oleh tube sheet.

2.2. Prinsip Kerja Shell and Tube Heat Exchangers


Penukar panas jenis ini terdiri dari satu bundel pipa (tube) yang dipasang paralel dan
ditempatkan dalam sebuah cangkang yang dinamakan (shell). Untuk meningkatkan efisiensi dari
penukar panas ini dipasang sekat (buffle). Pemasangan sekat bertujuan membuat aliran didalam
cangkang bergolak (turbulen) yang berakibat juga bertambahnya waktu tinggal (residence time).
Namun sisi lain dari kerugian pemasangan sekat ini adalah naiknya beban kerja karena
bertambahnya beban pompa. Bahan penukar panas ini dipilih berdasarkan fluida yang
digunakan, biasanya terbuat dari logam dan paduannya. Selain itu kondisi operasi dengan
tekanan tinggi, sifat fluida yang korosif dan juga suhu dalam alat yang tidak seragam juga
menjadi pertimbangan pemilihan bahan penukar panas ini.
Jenis penukar panas shell and tube yang digunakan adalah 1 shell pass dan 2 tube pass (1-2
Exchanger) seperti gambar 1. dibawah ini.

Gambar 2.1 (1-2 Exchanger)


Alat yang digunakan dalam praktikum mempunyai ukuran :

Panjang pipa dan shell 1200 mm

Diameter shell 375 mm

Diameter pipa luar 32 mm

Diameter pipa dalam 27,8 mm

Jumlah sekat 13

Susunan tube dalam shell dapat berbentuk in-line (a) dan staggered (b)

Gambar

2.2

Susunan tube
Susunan tube yang ada didalam alat yang digunakan adalah staggered (a) dan ratio antara
Sn/D = Sp/D = 1,25.
Gambar profil temperatur dari penukar panas Shell and Tube adalah :
Gambar 2.3 Profil temperature co-current

Menghitung Koefisien Pindah Panas Keseluruhan (U)


a. Menggunakan Neraca Energi
Q=U . A . T m
U=

Q
A.Tm

Tm = FT . Tlm

Harga Q dapat dihitung dari :

Q = (M.Cp.T)1
= (M.Cp.T)2

.. Kalor yang diberikan fluida panas


.. Kalor yang diterima fluida dingin

Efisiensi kalor yang dipertukarkan :


( M .Cp . T ) 2
=
x 100
( M .Cp . T ) 1
Q = Laju Alir Kalor (Watt)
A = Luas Permukaan (m2)
U = Koefisien Pindah panas Keseluruhan (W/m2.K)
Tlm = Perbedaan Suhu Logaritmik (K)
T lm=

T 1 T 2
T1
ln
T2

Untuk Aliran Counter-current


T1 = Thi Tco
T2 = Tho Tci
Untuk Aliran Co-current
T1 = Thi Tci
T2 = Tho Tco

Harga FT dapat diperoleh dari kurva dibawah :

Gambar
Kurva

2.4
untuk

menentukan harga Ft
b. Menghitung (U)
Menggunakan Persamaan Empiris
Untuk pipa sepanjang L
1
U=
1
X
1
+
+
hi. Ai K . Ar hoAo
U=

1
ro
ln ( )
1
ri
1
+
+
hi.2 . ri . L K .2 . L ho .2 . ro . L

hi,ho

= Koefisien pindah panas konveksi inside dan outside (W/m2.K)

= Koefisien Konduksi (W/m.K)

ri, ro

= Diameter (m) inside dan outside pipa yang kecil

= panjang pipa yang diameternya kecil (m).

Harga (ri,ro) dan L dapat diukur dari alat, harga K bahan SS-204 dapat diperoleh dari buku
referensi dan hi dan ho dihitung dari persamaan empiris.

Untuk aliran transisi

Gambar 2.5 Grafik L/D


Persamaan untuk menghitung ho

Harga m dan C dapat diperoleh dari tabel dibawah:

Harga D untuk menghitung Nre diperoleh dengan pendekatan:

Ae adalah luas efektif yang dilewati fluida diantara pipa dalam anulus, yaitu luas permukaan
penampang shell dikurangi jumlah luas penampang semua pipa.

2.3. Tipe Shell and Tube Heat Exchanger

Gambar 2.6 One Pass Tube-Side

Gambar 2.7 Two Pass Tube-Side

2.4. Aplikasi dan Penggunaan


Desain sederhana dari Shell and Tube Heat Exchangers membuat solusi pendinginan yang
ideal untuk berbagai aplikasi. Salah satu aplikasi yang paling umum adalah pendinginan cairan
hidrolik dan minyak dalam mesin, transmisi, dan paket tenaga hidrolik. Salah satu keuntungan
menggunakan Shell and Tube Heat Exchangers adalah mudah dalam perawatannya.
Shell and Tube Heat Exchangers digunakan secara luas dalam industri kimia proses,
terutama di industri minyak, karena banyak keuntungan yang diberikan lebih dari jenis penukar
panas yang lain.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Seperangkat alat shell and tube yang terdiri atas sistem perpipaan air dan steam,

termometer, rotameter, dan heat exchanger


Sumber steam
Fluida (air)

3.2 Langkah Kerja

3.2.1 Percobaan

MeMe n g a l i r k a
MeMeMi r k a n
nn g sgt eu al mn g i la n g k a h 1 - 7 p a d a l a j u a l i r f l u i d a d i n g in t e t a p d e n g a n v a r i a s i l a j u
nen gg
a lai r f l u i d a d i n g i n ( 6 l a j u a l i r )
cu
3.2.2 Mematikan Alat

M
M
e
m
n
b
g

BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Alat yang digunakan dalam praktikum mempunyai ukuran :

Panjang pipa dan shell

1200 mm

Diameter shell

375 mm

Diameter pipa luar

32 mm

Diameter pipa dalam

27,88 mm

Jumlah sekat / buffle

13

Jumlah tube

24

Aliran Co-Current

Susunan pipa dalam shell dapat berbentuk staggered :

Gambar 4.1 Susunan Tube Jenis

Staggered

Susunan pipa yang ada didalam alat yang digunakan adalah staggered dan ratio antara Sn/D =
Sp/D = 1,25.

4.1 Data Pengamatan


Tabel 4.1 Data Pengamatan Laju Alir Fluida Dingin Tetap 5 LPM

No

Fluida Panas (Laju Berubah)

Fluida Dingin (Laju Tetap)

Laju alir (LPM)

Thi (oC)

Tho (oC)

Laju alir (LPM)

Tci (oC)

Tco (oC)

60

37

24

34

70

37

24

35

70

37

24

34

55

38

24

35

10

48

41

24

36

12

43

41

24

37

Tabel 4.2 Data Pengamatan Laju Alir Fluida Dingin Tetap 8 LPM

No

Fluida Panas (Laju Berubah)

Fluida Dingin (Laju Tetap)

Thi (oC)

Tho (oC)

Laju alir (LPM)

Laju alir (LPM)


2

Tco (oC)

Tci (oC)
24

82

35

74

35

24

34

59

36

24

35

46

41

24

37

10

40

39

24

36

12

35

36

24

35

34

Tabel 4.3 Data Pengamatan Laju Alir Fluida Panas Tetap 5 LPM

No

Fluida Panas (Laju Tetap)

Fluida Dingin (Laju Berubah)

Laju alir (LPM)

Thi (oC)

Tho (oC)

Laju alir (LPM)

Tci (oC)

Tco (oC)

52

36

22

33

48

38

22

35

53

38

22

36

46

38

22

36

50

37

10

22

34

42

31

12

24

29

Tabel 4.4 Data Pengamatan Laju Alir Fluida Panas Tetap 8 LPM

No

Fluida Panas (Laju Tetap)


o

Fluida Dingin (Laju Berubah)


o

Tco (oC)

Tci (oC)
24

34

24

32

42

32

24

30

46

31

24

30

40

31

10

24

29

38

31

12

24

29

Laju alir (LPM)

Thi ( C)

Tho ( C)

Laju alir (LPM)

50

35

46

32

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Laju Alir Fluida Dingin Tetap
Tabel 4.4 Efisiensi Pindah Panas pada Laju Alir Fluida Dingin 5 LPM
Laju Alir Fluida
(LPM)
Panas
Dingin
2
5
4
5
6
5
8
5
10
5
12
5

Thi (oC)

Tho (oC)

Tci (oC)

Tco (oC)

Q1 (Watt)

Q2 (Watt)

(%)

60
70
70
55
48
43

37
37
37
38
41
41

24
24
24
24
24
24

34
35
34
35
36
37

4936.909
12657.380
18970.642
17101.067
16566.496
15752.894

1041.077
693.937
1041.077
1040.980
1734.641
1387.473

21.088
5.482
5.488
6.087
10.471
8.808

Tabel 4.5 Efisiensi Pindah Panas pada Laju Alir Fluida Dingin 8 LPM
Laju Alir Fluida (LPM)
Panas
Dingin
2
8
4
8
6
8
8
8
10
8
12
8

Thi (oC)

Tho (oC)

Tci (oC)

Tco (oC)

Q1 (Watt)

Q2 (Watt)

(%)

82
74
59
46
40
35

35
35
36
41
39
36

24
24
24
24
24
24

34
34
35
37
36
35

7963.920
13752.599
14479.407
12153.310
11064.838
9156.886

555.241
555.241
555.150
2219.851
1665.175
555.150

6.972
4.037
3.834
18.265
15.049
6.063

Tabel 4.6 Koefisien Pindah Panas Keseluruhan (U) pada Laju Alir Dingin 5 LPM
Laju Alir Fluida
(LPM)
Panas
Dingin
2
5
4
5
6
5
8
5
10
5
12
5

Thi (oC)

Tho (oC)

Tci (oC)

Tco (oC)

Neraca Energi

Empiris

60
70
70
55
48
43

37
37
37
38
41
41

24
24
24
24
24
24

34
35
34
35
36
37

(W/m.K)
41.457
27.116
37.011
49.196
76.932
77.006

(W/m.K)
3.818
5.732
7.157
8.120
9.086
9.922

Tabel 4.7 Koefisien Pindah Panas Keseluruhan (U) pada Laju Alir Dingin 8 LPM
Laju Alir Fluida
(LPM)
Panas
Dingin
2
8
4
8
6
8
8
8
10
8
12
8

Thi (oC)
82
74
59
46
40
35

Tho (oC)
35
35
36
41
39
36

Tci (oC)
24
24
24
24
24
24

Tco (oC)

Neraca Energi

Empiris

34
34
35
37
36
35

(W/m.K)
21.639
23.443
32.165
112.939
116.955
71.126

(W/m.K)
3.132
4.168
4.748
5.238
5.563
5.843

4.2.2

Laju Alit Fluida Panas Tetap

Tabel 4.8 Efisiensi Pindah Panas pada Laju Alir Fluida Panas 5 LPM
Laju Alir Fluida
(LPM)
Panas
Dingin
5
2
5
4
5
6
5
8
5
10
5
12

Thi (oC)

Tho (oC)

Tci (oC)

Tco (oC)

Q1 (Watt)

Q2 (Watt)

(%)

52
48
53
46
50
42

36
38
38
38
37
31

22
22
22
22
22
24

33
35
36
36
34
29

10356.988
8980.274
10349.690
8289.411
9664.169
6230.425

416.626
833.019
832.824
1110.588
2082.988
1667.093

4.023
9.276
8.047
13.398
21.554
26.757

Tabel 4.9 Efisiensi Pindah Panas pada Laju Alir Fluida Panas 8 LPM
Laju Alir Fluida
(LPM)
Panas
Dingin
8
2
8
4
8
6
8
8
8
10
8
12

Thi (oC)

Tho (oC)

Tci (oC)

Tco (oC)

Q1 (Watt)

Q2 (Watt)

(%)

50
46
42
46
40
38

35
34
32
31
31
31

24
24
24
24
24
24

32
32
30
30
29
29

14365.283
12169.219
9966.959
12175.529
8864.108
7758.771

416.636
555.488
833.310
555.241
1389.145
1667.093

6.936
8.188
9.998
8.180
11.244
12.846

Tabel 4.10 Koefisien Pindah Panas Keseluruhan (U) pada Laju Alir Panas 5 LPM
Laju Alir Fluida
(LPM)
Panas
Dingin
5
2
5
4
5
6
5
8
5
10
5
12

Thi (oC)
50
46
42
46
40
38

Tho (oC)
35
34
32
31
31
31

Tci (oC)
24
24
24
24
24
24

Tco (oC)

Neraca Energi

Empiris

32
32
30
30
29
29

(W/m2.K)
20.684
36.515
64.086
46.338
110.662
144.197

(W/m2.K)
2.913
3.106
3.263
3.275
3.346
3.295

Tabel 4.11 Koefisien Pindah Panas Keseluruhan (U) pada Laju Alir Panas 8 LPM
Laju Alir Fluida
(LPM)
Panas
Dingin
8
2
8
4
8
6
8
8
8
10
8
12

Thi (oC)
52
48
53
46
50
42

Tho (oC)
36
38
38
38
37
31

Tci (oC)
22
22
23
22
22
24

Tco (oC)

Neraca Energi

Empiris

33
35
36
36
34
29

(W/m2.K)
19.438
41.361
44.624
67.380
101.501
122.115

(W/m2.K)
4.292
4.717
4.927
5.124
5.194
5.272

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Percobaan
5.1.1 Pengaruh Laju Alir Fluida terhadap Efisiensi
Grafik Laju Alir Pemanas terhadap Efisiensi
pada Laju Alir Pendingin Tetap
25
20
15

5 LPM

Efisiensi (%) 10

8 LPM

5
0
0

10

12

14

Laju Alir Pemanas (LPM)

Gambar 5.1 Grafik Laju Alir Pemanas terhadap Efisiensi pada Laju Alir Pendingin Tetap
Grafik Laju Alir Pendingin terhadap Efisiensi
pada Laju Alir Pemanas Tetap
30
25

Efisiensi (%)

20

5 LPM

15

8 LPM

10
5
0
0

10

12

14

Laju Alir Pendingin (LPM)

Gambar 5.2 Grafik Laju Alir Pendingin terhadap Efisiensi pada Laju Alir Pemanas Tetap

5.1.2

Pengaruh Laju Alir Fluida terhadap Koefisien Pindah Panas Keseluruhan (U)
menggunakan Neraca Energi
Grafik Laju Alir Pemanas terhadap U Neraca Energi
pada Laju Alir Pendingin Tetap
140
120
100
U (W/m2 .K)

80

5 LPM

60

8 LPM

40
20
0
0

10

12

14

Laju Alir Pemanas (LPM)

Gambar 5.3 Grafik Laju Alir Pemanas terhadap U Neraca Energi


pada Laju Alir Pendingin Tetap
Grafik Laju Alir Pendingin terhadap U Neraca Energi
pada Laju Alir Pemanas Tetap
200
150
U (W/m2.K)

5 LPM

100

8 LPM

50
0
0

10

12

14

Laju Alir Pendingin (LPM)

Gambar 5.4 Grafik Laju Alir Pendingin terhadap U Neraca Energi


pada Laju Alir Pemanas Tetap

5.1.3

Pengaruh Laju Alir Fluida terhadap Koefisien Pindah Panas Keseluruhan


menggunakan Persamaan Empiris
Grafik Laju Alir Pemanas terhadap U Pers. Empiris
pada Laju Alir Pendingin Tetap
12
10
8
U (W/m2.K)

5 LPM

8 LPM

4
2
0
0

10

12

14

Laju Alir Pemanas (LPM)

Gambar 5.5 Grafik Laju Alir Pemanas terhadap U secara Empiris


pada Laju Alir Pendingin Tetap
Grafik Laju Alir Pendingin terhadap U Pers. Empiris
pada Laju Alir Pemanas Tetap
6
5
4
U (W/m2.K)

5 LPM

8 LPM

2
1
0
0

10

12

14

Laju Alir Pendingin (LPM)

Gambar 5.6 Grafik Laju Alir Pendingin terhadap U secara Empiris


pada Laju Alir Pemanas Tetap

5.2 Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan percobaan perpindahan panas pada alat Shell and Tube Heat
Exchanger yang bertujuan untuk menghitung efisiensi pindah panas dari kalor yang dilepas dan
kalor yang diterima fluida, menghitung koefisien pindah panas keseluruhan (U) dengan cara
neraca energi dan menggunakan persamaan empiris, dan mengetahui pengaruh laju alir fluida
terhadap koefisien pindah panas keseluruhan (U).
Shell and Tube Heat Exchanger (STHE) merupakan salah satu jenis alat penukar panas
yang memiliki beberapa tube sejajar didalam shell. Prinsip kerja pada STHE tidak jauh berbeda
dengan prinsip kerja Heat Exchanger pada umumnya yaitu terdiri dari fluida yang akan
dipanaskan atau didinginkan. Pada percobaan, kedua fluida yang dipertukarkan sejenis yaitu air.
Fluida dingin yang akan dipanaskan dialirkan didalam tube-tube yang terpasang paralel
sedangkan fluida panas yang akan dipertukarkan panasnya dilewatkan melalui shell. Sebelum
masuk shell, fluida dipanaskan menggunakan steam dari boiler. Arah aliran dalam STHE pada
percobaan adalah co-current karena fluida dingin dan fluida panas bersama-sama masuk dari
arah yang sama. Karakter penukar panas pada co-current, temperatur fluida dingin yang keluar
dari alat penukar panas tidak dapat melebihi temperatur fluida panas yang keluar dari alat
penukar panas. Salah satu faktor yang mempengaruhi perpindahan panas yang terjadi adalah
nilai laju alir dari setiap fluida. Laju alir fluida akan mempengaruhi besar waktu kontak fluida
panas dan dingin dalam Heat Exchangers dan berpengaruh pada nilai kalor yang dilepaskan dan
yang diterima fluida sehingga akan mempengaruhi efisiensi pindah panas. Untuk mengetahui
pengaruh tersebut, dilakukan variasi terhadap laju aliran masuk fluida panas dan fluida dingin.
Hasil perhitungan, efisiensi pindah panas di seluruh percobaan kurang dari 30% artinya bahwa
kinerja alat Shell & Tube Heat Exchanger kurang efisien. Penyebabnya mungkin adanya kerak
sehingga panas yang diberikan pemanas akan terlebih dahulu diterima oleh kerak tersebut.
Berdasarkan hasil percobaan, efisiensi pada fluida panas tetap lebih efisien dibandingkan
fluida dingin tetap. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.1 nilai efisiensi pada laju alir pendingin
tetap mengalami penurunan setelah mencapai harga efisiensi maksimum. Hal ini disebabkan
karena semakin tinggi laju alir fluida panas menyebabkan turbulensi fluida dingin didalam tube
sehingga perpindahan panas menjadi efisien. Namun, semakin tinggi laju alir fluida dingin
menyebabkan waktu tinggal semakin pendek sehingga menurunkan efisiensi pindah panas

sedangkan pada Gambar 5.2 menunjukkan nilai efisiensi berbanding lurus terhadap kenaikan
laju alir fluida dingin pada pemanas tetap. Hal ini disebabkan karena rentang suhu antara fluida
panas dan fluida dingin jauh untuk aliran co-current sehingga pada laju alir fluida panas tetap
menyebabkan pertukaran panas terhadap kenaikan laju alir fluida dingin lebih cepat
dipertukarkan.
Koefisien pandah panas keseluruhan (U) adalah koefisien proporsionalitas antara fluks
panas, Q/(A delta t), dan perbedaan temperatur, yang menjadi penggerak utama perpindahan
panas. Berdasarkan Gambar 5.3, harga U neraca energi berbanding lurus terhadap kenaikan laju
alir fluida dingin. Namun, harga U neraca energi turun ketika mencapai harga maksimum karena
mempersingkat waktu tinggalnya sehingga pertukaran panas kurang efisien. Pertukaran panas
yang kurang efisien tersebut menyebabkan perbedaan temperatur fluida dingin keluar dan masuk
masih besar. Gambar 5.4 menunjukkan harga U neraca energi berbanding lurus pada fluida
panas tetap terhadap kenaikan laju alir fluida dingin. Hal ini menunjukkan bahwa panas yang
diberikan pemanas diterima fluida dingin secara efisien. Gambar 5.5, dan Gambar 5.6,
menunjukkan harga U empiris berbanding lurus terhadap kenaikan laju alir fluida baik pada
fluida dingin tetap maupun fluida panas tetap. Hal ini disebabkan karena kenaikan laju alir
menambah beban panas pada Heat Exchanger. Nilai U secara neraca energi berbeda dengan
menggunakan persamaan empiris. Hal ini disebabkan karena nilai U secara neraca energi
dipengaruhi oleh perbedaan temperatur antara permukaan padat dengan luas permukaan kontak
dengan fluida sedangkan U empiris dipengaruhi oleh rejim aliran, luas permukaan transfer
panas fluida panas pada tube, konduktivitas termal bahan tube, dan luas permukaan transfer
panas tube terhadap air pendingin.

BAB VI
KESIMPULAN
1. Efisiensi mengalami penurunan setelah mencapai harga maksimum terhadap kenaikan
laju alir pada fluida dingin tetap
2. Efisiensi berbanding lurus terhadap kenaikan laju alir fluida pada pemanas tetap
3. Nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) menggunakan neraca energi lebih
besar dibandingkan dengan menggunakan persamaan empiris
4. Nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) berbanding lurus terhadap kenaikan
laju alir fluida

DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, Christie J. 1978. Transport Processes and Unit Operations 3rd ed. London :
Prentice-Hall International, Inc.
Meylin, dkk. 2014. Laporan Praktikum Pilot Plant Shell and Tube Heat Exchanger. Politeknik
Negeri Bandung. Jurusan Teknik Kimia.
_____. https://id.wikipedia.org/wiki/Koefisien_pindah_panas. [diunduh 31 September 2015].
_____. https://www.academia.edu/8749643/heat_exchanger. [diunduh 30 Septemer 2015].

Anda mungkin juga menyukai