Anda di halaman 1dari 10

1.

Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari pada sensasi tunggal yang disebabkan
oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan individual. Selain itu nyeri juga bersifat tidak
menyenangkan, sesuatu kekuatan yang mendominasi, dan bersifat tidak berkesudahan. Stimulus
nyeri dapat bersifat fisik dan/atau mental, dan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau
pada fungsi ego seseorang. Nyeri melelahkan dan menuntut energi seseorang sehingga dapat
mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan. Nyeri tidak dapat diukur
secara objektif, seperti menggunakan sinar-X atau pemeriksaan darah. Walaupun tipe nyeri
tertentu menimbulkan gejala yang dapat diprediksi, sering kali perawat mengkaji nyeri dari katakata, prilaku ataupun respons yang diberikan oleh klien.hanya klien yang tahu apakah terdapat
nyeri dan seperti apa nyeri tersebut. Untuk membantu seorang klien dalam upaya menghilangkan
nyeri maka perawat harus yakin dahulu bahwa nyeri itu memang ada.
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri. Apabila
seseorang merasakan nyeri , maka prilakunya akan berubah. Misalnya, seseorang yang kakinya
terkilir pasti akan menghindari aktivitas mengangkat barang yang memberikan beban penuh pada
kakinya untuk mencegah cedera lebih lanjut. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa telah
terjadi kerusakan jaringan, yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji
nyeri.
Nyeri mengarah pada ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup,
lebih banyak orang mengalami penyakit kronik degan nyeri yang merupakan gejala umum.
2. Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang paling baik
untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen fisiologi
yaitu, resepsi, persepsi dan reaksi.
1. Resepsi

Semua kerusakan selular, yang disebabkan oleh stimulus termal, mekanik,


kimiawi atau stimulus listrik menyebabkan pelepasan substansi yang menyebabkan nyeri.
Pemaparan terhadap panas atau dingin, tekanan, friksi, dan zat-zat kimia menyebabkan
pelepasan substansi, seperti histamine, bradikinin dan kalium, yang bergabung dengan
lokasi reseptor di nosiseptor untuk memulai transmisi neural, yang ikaitkan dengan nyeri.
Tidak semua jaringan terdiri dari reseptor yang mentransmisikan tanda nyeri.
Otak dan alveoli paru contohnya.apabila kombinasi dengan reseptor nyeri mencapai
ambang nyeri(tingkat intensitas stimulus minimum yang dibutuhkan untuk meningkatkan
suatu impuls saraf), kemudian terjadilah neuron nyeri.
Impuls saraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar disepanjang serabut
saraf perifer aferen. Dua tipe serabut saraf perifer mengonduksi stimulus nyeri: serabut
A-delta yang bermelienasi dan cepat dan serabut C yang tidak bermielinasi dan berukuran
sangat kecil serta lambat. Serabut A mengirim sensasi yang tajam, terlokalisasi, dan jelas
yang melokalisasi umber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut tersebut
menghantarkan komponen suatu cedera akut dengan segera. Serabut C menyampaikan
impuls yang terlokalisasi buruk, visceral dan terus-menerus. Misalnya, setelah menginjak
sebuah paku, seorang individu mula-mula akan merasakan suatu nyeri yang terlokalisasi
dan tajam, yang merupakan hasil transmisi serabut A. dalam beberapa detik, nyeri
menjadi lebih difus dan menyebar sampai seluruh kaki terasa sakit karena persarafan
serabut-C. serabut-C tetap terpapar pada bahan-bahan kimia, yang dilepaskan ketika sel
mengalami kerusakan.

2. Persepsi
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Stimulus nyeri
ditransmisikan naik ke medulla spinalis ke thalamus dan otak tengah. Dari thalamus,
serabut mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak, termasuk korteks sensori dan
korteks asosiasi, lobus frontalis dan system limbic. Ada sel-sel di dalam system limbic
yang diyakini mengontrol emosi, khususnya untuk ansietas. Demnag demikian system
limbic berperan aktif dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setalah transmisi

syaraf berakhir di dalam pusat otak yang lebih tinggi, maka individu akan
mempersepsikan sensasi saraf.
3. Reaksi
Reaksi terhadap nyeri merupakan respons fisiologis dan perilaku yang terjadi
setelah mempersepsikan nyeri.
a. Respon Fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan
thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon
stress. Stimulasi pada cabang simpatis pada system saraf otonom menghasilkan
respon fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus menerus, berat, atau dalam, dan
secara tipikal melibatkan organ-organ visceral, system saraf parasimpatis
menghasilkan suatu aksi. Respon fisiologis terhadap nyeri dapat sangat
membahayakan inividu. Kecuali pada kasus-kasus nyeri traumatic yang berat,
yang menyebabkan individu mengalami syok, kebanyakan individu mencapai
tingkat adaptasi, yaitu tanda fisik kembali normal. Dengan demikian, klien yang
mengalami nyeri tidak akan selalu memperlihatkan tanda-tanda fisik.

b. Respon Perilaku
Pada saat nyeri dirasakan, pada saat itu juga dimulai suatu siklus, yang
apabila tidak diobati atau tidak dilakukan upaya untuk menghilangkannya, dapat
mengubah kualitas kehidupan individu secara bermakna. Sensasi nyeri terjadi
ketika merasakan nyeri. Individu bereaksi terhadap nyeri dengan cara yang
berbeda-beda. Toleransi individu terhadap nyeri merupakan titik yaitu terdapat
suatu ketidakinginan untuk menerima nyeri dengan tingkat keparahan yang lebih
tinggi dan durasi yang lebih lama. Toleransi bergantung pada sikap, motivasi, dan
nilai yang diyakini orang.

Gerakan tubuh yang khas an ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri


meliputi menggeretakkan gigi, memegang bagian tubuh yang terasa nyeri, postur
tubuh membengkok, dan ekspresi wajah yang menyeringai.
3. Klasifikasi Nyeri

1.

Menurut Tempat
a.

Periferal Pain
1) Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
2) Deep Pain (Nyeri Dalam)
3) Reffered Pain (Nyeri Alihan) ; nyeri yang dirasakan pada area yang bukan
merupakan sumber nyerinya.

b.

Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak
dll.

c.

Psychogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.

d.

Phantom Pain
Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi,
contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang
berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang
tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.

e.

Radiating Pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.

2.

Menurut Sifat
a.

Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang

b.

Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama

c.

Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya
menetap10 15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.

d.

Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada
arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya
penyakit yang dapat mengakibatkan kecanduan.

3.

4.

Menurut Berat Ringannya


a.

Nyeri ringan : dalam intensitas rendah

b.

Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis

c.

Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi


Menurut Waktu Serangan
Terdapat beberapa cara untuk mengklasifikasikan tipe nyeri. Pada tahun 1986,
The National Institutes of Health Concencus Conference of Pain mengkategorikan nyeri
menurut penyebabnya. Partisipan dari konferensi tersebut mengidentifikasi 3 (tiga) tipe
dari nyeri : akut, Kronik Malignan dan Kronik Nonmalignan.
Nyeri akut timbul akibat dari cedera akut, penyakit atau pembedahan. Nyeri
Kronik Nonmalignan diasosiasikan dengan cedera jaringan yang tidak progresif atau yang
menyembuh. Nyeri yang berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif disebut
Chronic Malignant Pain. Meskipun demikian, perawat biasanya berpegangan terhadap
dua tipe nyeri dalam prakteknya yaitu akut dan kronis.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri

1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri
pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami
penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2. Jenis Kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam
merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas jika laki-laki mengeluh
nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri)
3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri.
(ex: suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri)
4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan
bagaimana mengatasinya.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi
persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik
relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang
cemas.

7. Pengalaman Masa Lalu


Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang
sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang
mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8. Pola Koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola
koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9. Dukungan Keluarga Dan Sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau
teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.

5. Patofisiologi Nyeri
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses
tersendiri yaitu: transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan
aktivitas listrik di reseptor nyeri. Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari
tempat transduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla spinalis dan jaringan
neuron-neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak. Modulasi nyeri melibatkan
aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dari otak yang dapat mempengaruhi transmisi
nyeri setinggi medulla spinalis. Modulasi juga melibatkan faktor-faktor kimia yang menimbulkan
atau meningkatkan aktivitas di reseptor nyeri aferen primer. Akhirnya, persepsi nyeri adalah
pengalaman subjektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktivitas transmisi nyeri
oleh saraf.
Ada tiga tingkatan tempat informasi saraf yang dapat dimodifikasi sebagai respon
terhadap nyeri yaitu luas dan durasi respon terhadap stimulus nyeri di sumbernya dapat
dimodifikasi, perubahan kimiawi dapat terjadi di dalam setiap neuron atau bahkan dapat
menyebabkan perubahan pada karakteristik anatomi neuron-neuron di sepanjang jalur

penghantar nyeri, dan pemanjangan stimulus dapat menyebabkan modulasi neurotransmitter yng
mengendalikan arus informasi dari neuron ke reseptornya
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah
berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke
system saraf pusat.
Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam:

Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulus
mekanis terhadap nosiseptor.

Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada system saraf

Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.

Nyeri psikologik

Berdasarkan factor penyebab rasa nyeri ada yang sering dipakai dalam istilah nyeri
osteoneuromuskuler, yaitu :

Nociceptor mechanism.

Nerve or root compression.

Trauma ( deafferentation pain ).

Inappropiate function in the control of muscle contraction.

Psychosomatic mechanism.

Apabila elektroterapi ditujukan untuk menghambat mekanisme aktivasi nosiseptor baik pada
tingkat perifer maupun tingkat supra spinal. TENS sebagai salah satu cara/upaya dalam aplikasi
elektroterapi terhadap nyeri.
6. Penatalaksanaan nonfarmakologis nyeri

Penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri dari berbagai tindakan penanganan nyeri


berdasarkan stimulasi fisik maupun perilaku koqnitif. Penanganan fisik meliputi stimulasi kulit,
stimulasi elektrik saraf kulit transkutan, akupuntur, dan pemberian plasebo. Intervensi perilaku
koqnitif meliputi tindakan distraksi, teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, upan-balik biologis,
hipnosis, dan sentuhan terapeutik.
1. Massage Kulit
Merupakan cara dinana meringankan nyeri dengan cara peregangan oto (pijit).
Kompres
Penggunaan air hangat ataundingin untuk meringankan rasa nyeri. Biasaya menggunakan
handuk kecil yang telah di basahi dan dengan air dingin ataupun hangat dan ditepelkan pada area
yang nyeri.
2. Stimulasi Kontralateral
Merupakan cara mengalihkan nyri/gatal dengan cara digaruk.
3. Pijat Refleksi
Ilmu pengobatan yang dikembangkan oleh cina yang merupakan alternatif penghilang
nyeri (akupuntur)
4. Tens
Merupakan alat yang dilekatkan pada tubuh ang dapat menghasilkan sensasi kesemutan
ataupun getaran yang berfungsi sebagai penghilang nyeri.
5. Plasebo
Suatu obat semu yang diberikan kepada klien dengan alasan dapat menyembuhkan pada
klien yang terbiasa meminun obat (biasanya hanya berupa vitamin).hal ini bertujuan sebagai
pengalih/sugesti kepada klien.
6. Distraksi
Pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Biasaya klien
diajak menonton, mendengarkan musik, beimajinai yang menyenangkan dsb.
7. Relakasi

Dengan cara atur pernafasan guna merileksan otot-otot.


8. Sentuhan Terapeutik
Melakukan sentuhan yang menenagkan. Misalnya pada anak kecil dengan cara membelai,
menggendong dsb.

Anda mungkin juga menyukai