Diare tanpa
dehidrasi
Baik,sadar
Diare dehidrasi
ringan
Gelisah,rewel
Mata
Haus
Tidak cekung
Normal
Turgor
Kembali segera
Cekung
Ingin minum
terus
Kembali lmbat
Diare dehidrasi
berat
Lesu,lunglai atau
tdak sadar
Cekung
Malas minum
Kembali sangat
lambat
gizi kurang
kurangnya kekebalam tubuh
berkurang keasaman lambung
berkurang motilitas usus
selain dari pencernaan : tonsila faringitis, bronkopneumonia
STEP 4
Muntah
Muntah merupakan suatu cara saluran pencernaan membersihkan
dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atas saluran
pencernaan teriritasi secara luas, sangat mengembung, atau
bahkan terlalu terangsang. Distensi atau iritasi berlebihan dari
duodenum menyebabkan suatu rangsangan yang kuat untuk
muntah.
Sinyal sensori yang mencetuskan muntah terutama berasal dari
faring, esofagus, perut, dan bagian atas dari usus halus. Dan impuls
saraf yang ditransmisikan oleh serabut saraf aferen vagal dan saraf
simpatis ke berbagai nuclei yang tersebar di batang otak yang
semuanya bersama-sama disebut "pusat muntah." Dari sini, impuls
motorik yang menyebabkan muntah sebenarnya ditransmisikan dari
pusat muntah melalui jalur saraf cranial V, VII, IX, X, dan XII ke
saluran pencernaan bagian atas, melalui saraf vagal dan simpatis ke
saluran yang lebih bawah, dan melalui saraf spinalis ke diafragma
dan otot perut.
Demam
Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan
titik-ambang regulasi panas hipotalamus. Pusat regulasi/pengatur
panas
hipotalamus
mengendalikan
suhu
tubuh
dengan
menyeimbangkan sinyal dari reseptor-reseptor neuronal perifer
dingin dan panas. Faktor pengatur lainnya adalah suhu darah yang
bersirkulasi dalam hipotalamus. Interrasi sinyal ini mempertahankan
agar suhu di dalam tubuh normal pada titik-ambang 37 0 C an sedikit
berkisar antara 1-1,50 C.
Berbagai macam agen infeksius, imunologis atau agen yang
berkaitan dengan toksin (pirogen eksogen) mengibas produksi
pirogen endogen oleh sel-sel radang hospes. Pirogen endogen ini
dalah sitokin, misalnya interleukin (IL-!, IL-1, IL-6), factor nekrosis
tumor (TNF, TNF-), dan interferon- (INF). Sitokin endogen yang
sifatnya pirogenik secara langsung menstimulasi hipotalamus untuk
memproduksi prostaglandin E2, yang kemudian titik-ambang naik ke
tingkat demam dan selanjutnya transmisi neuronal ke perifer
menyebabkan konversasi dan pembentukan panas, dengan
demikian suhu di bagian dalam tubuh meningkat.
Mekanisme dehidrasi
Dehidrasi menyebabkan tiga tanggapan utama.
reseptor Pertama di mulut mendeteksi kekeringan dan merangsang
mekanisme haus membuat Anda ingin minum air.
Kedua, volume darah yang rendah menyebabkan penurunan aliran
darah ke ginjal menyebabkan laju filtrasi glomerular menurun. ini
menyebabkan tubuh untuk menanggapi dengan penurunan
kuantitas air dalam urin (ADH)
ketiga, Anda akan memiliki tekanan darah rendah dan ini akan
terdeteksi oleh baroreceptors dan mereka akan memunculkan
tekanan dengan cara vasokonstriksi.
Klasifikasi diare
Berdasarkan penyebabnya :
Diare akibat virus, misalnya influenza perut dan
travelleres diarrhoe yg disebabkan antara lain oleh rotavirus
dan adenovirus. Virus melekat pada sel-sel mukosa usus, yg
menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi
air dan elektrolit memegang peranan. Diare yg terjadi bertahan
terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan
sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari
Diare bakterial (invasif) : bakteri-bakteri tertentu pada
keadaan tertentu, misalnya bahan makanan yg terinfeksi oleh
banyak kuman menjadi invasif dan menyerbu ke dalam
mukosa. Disini bakteri-bakteri tersebut memperbanyak diri dan
membentuk toksin-toksin yg dapat resorpsi ke dalam darah adn
menimbulkan gejala hebat, spt demam tinggi, nyeri kepala, dan
kejang-kejang, disamping diare berdarah den berlendir.
Penyebab terkenal dr jenis diare ini adlh bakteri Salmonella,
Shigella, Campylobacter, dan jenis Coli tertentu
Sumber
:
FNM=1401
http://www.sehatgroup.web.id/artikel/1401.asp?
2.
Etiologi diare
Etiologi diare pada bayi dan anak
1.
faktor infeksi
a)
infeksi enteral yaitu infeksi saluran
merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi :
-
pencernaan
yang
Infeksi
Parasit :
Amebiasis
Balantidiasis
Protozoa : E.histolytica, G.lamblia, Balantidium coli.
Cacing perut : Ascaris, Trichuris, Strongyloides
Jamur, misal Candida
Bakterial :
Basiler disentri
Para cholera El tor
Salmonella
Adalah genus yang termasuk famili Enterobakteriasiae dan berisi
3 spesies: S. Typhii, S choleraesuis dan S. Enteriditis.
Morfologi:
Bentuk batang
Gram Negatif
Motil
Tidak berkapsul
Organisme Salmonella tumbuh secara aerobik dan mampu
tumbuh secara anaerobik fakultatif.
Resisten terhadap banyak agen fisik tetapi dapat dibunuh
dengan pemanasan sampai 130 F ( 54,4 C ) selama 1 jam.
Tumbuh
Kolera klasik
Kolera Eltor
Vibrio cholera termasuk bakteri yang non-invasif yang juga
mengeluarkan toksin, tetapi kuman tetap berada di luar dan tida
masuk ke dalam dinding usus maupun pembuluh darah atau
jaringan. Enterotoksin yang dikeluarkan akan merangsang adenyl
cyclase yang mempengaruhi ATP menjadi cyclic AMP dan ini
merubah fungsi sel epitel dan mengeluarkan air serta elektrolit
yang banyak sekali,sehingga timbul hipermotilitas dari usus dan
timbullah diare yang hebat.
Enteroviral :
Virus gastroenteritis
Rotavirus
Norwalk+Norwalk like agent
Adenovirus
Entero virus
Patologi
Virus-virus yang menyebabkan diare pada manusia secara selektif
menginfeksi dan menghancurkan sel ujung-ujung villus pada usus
halus. Pada usus halus, enterosit virus sebelah atas adalah sel-sel
yang terdiferensiasi, yang mempunyai fungsi pencernaan seperti
hidrolisis disakarida, dan mempunyai fungsi penyerapan seperti
transport air dan elektrolit melalui pengangkut bersama glukosa dan
asam amino. Enterosit kripta merupakan sel yang tidak
terdiferensiasi, yang tidak mempunyai enzim hidrolitik tepi bersilia
dan merupakan pensekresi air dan elektrolit. Dengan demikian
infeksi virus selektif sel-sel ujung villus usus menyebabkan :a.
Ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan usus terhadap sekresi ,
dan b. malabsorbsi karbohidrat kompleks, terutama laktosa.
b)
4.
Akibat obat-obatan
Post antibiotic diare. dapat terjadi pada penderia yang dirawat di
rumah sakit dan mendapat terapi dengan antibiotika yang lama.
Dimana bakteri sudah resistent terhadap antibiotika
Diare dapat timbul secara sekunder karena dosis yang berlebihan
dari quinidin, colchicin, digitalis, reserpin, laksatif dan obat2 lain
lagi.
Psikologik
Disebabkan oleh stimulasi
berlebihan
dari sistem
saraf
parasimpatis, yang secara kuat mencetuskan baik motilitas maupun
sekresi mukus pada kolon distal. Dua efek tsb dapat mengakibatkan
diare yang nyata.
Imunodefisiensi
Alergi :
Milk allergy
food allergy
cows milk protein sensitive enteropathy (CMPSE)
Keadaan lain yang berhubungan dengan diare kronis, misalnya :
Sindrome Zollinger Ellison
Karsinoma dari pankreas dengan steatore
Pankreatitis kronis dengan steatore
Tropical sprue
Cirrhosis hepatis dengan steatore
Intestinal amyloidosis
DM dengan neuropati dan steatore
Fistula gastrojejunokolik
Gastroileostomi (iatrogenic)
Reseksi gaster dengan atau tanpa vagotomi
Enteritis regionalis
Infeksi yang disebabkan baik oleh virus maupun oleh bakteri
pada traktus intestinalis. Infeksi paling luas biasanya terjadi pada
seluruh usus besar dan pada ujung distal ileum. Dimanapun
infeksi terjadi, mukosa teriritasi secara luas, dengan kecepatan
sekresi yang tinggi. Motilitas dinding ususpun meningkat berlipat
ganda. Akibatnya, sejumlah besar cairan cukup mebuat agent
infeksi tersapu ke arah anus, dan pada saat yang sama gerakan
pendorong yang kuat akan mendorong cairan ini ke depan.
3.
Patofisiologi diare
Pada dasarnya diare terjadi bila terdapat gangguan transport
terhadap air dan elektrolit pada saluran cerna. Mekanisme
gangguan tersebut ada 5 kemungkinan:
Osmolaritas intraluminer
osmotic)
Hal ini disebabkan oleh :
yang
meningkat
(diare
a. keadaan
intoleransi
makanan,
baik
sementara maupun menetap
b. waktu pengosongan lambunng yang cepat
c. sindrom malabsorpsi atau kelainan absorbsi
intestinal
d. defisiensi enzim pencernaan
e. laksan osmotik
Sekresi cairan dan elektrolit meninggi (diare
sekretorik)
Ada 2 kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu
diare sekretorik pasif dan aktif.
Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan
hidrostatik dalam jaringan yang terjadi pada ekspansi
air dari jaringan ke lumen usus, peninggian tekanan
vena mesenterial, obstruksi system limfosik, intestinal
iskemia, proses peradangan.
Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan
(hambatan) aliran (absorbsi) dari lumen ke plasma tau
percepatan caira air dari plasma ke lumen.
Etiologi diare sekretorik:
Infeksi
- toksigenik.vibrio cholerae, eltor, eschericia
choli pathogen, shigella dysenteriae,
staphylococcus
aureus,
clostridium
perfringens, pseudomonas aerogenosa.
- Invasive
ke
mukosa
shigellosis,
salmonelosis, eschericia choli, entamoeba
hiystolytica
Neoplasma
- adenoma vilosa
- ganglioneuroma
- karsinoma meduler tiroid
- gastrinoma (sindrom zollinger-Ellison)
kolera
pankreatik
(sindrom
hipokalemia, hipokloremia)
- sindrom karsinoid
Katartik
-
diare,
4.
Patogenesis diare
Infeksi :
a.
Non-invansif
Suatu bakteri yang tidak merusak mukosa usus yaitu dengan cara
menghasilkan toksik yang akan merangsang mekanisme seluler yang
akan memproduksi AMP (Adenosin Mono Phosfat) siklik yang
berfungsi menurunkan absorbsi dan memperbanyak sekresi cairan
elektrolit, sehingga merangsang saraf2 otonom pada usus untuk
mempercepat pengosongan usus dan terjadi diare.
b.
invansif
merusak dinding usus bisa berupa nekrosis atau ulserasi, sel2
neksosis yang masuk usus melepaskan ion K yang berikatan dengan
air, sehingga air tertahan, terjadi distensi usus, mempercepat
pengosongan usus diare.
Gastroenterologi anak praktis, FKUI 1988, Gastro-Hepatologi
FKUI
a. Patogenesis diare akut karena infeksi bakteri :
patogenesis menurut etiologi virus dapat dibedakan sebagai
berikut :
o produksi enterotoksin : E. Coli enterotoksigenik (ETEC) dan
V.cholerae
o kerusakan sel dan radang : rotavirus dan norwalk agent
o penetrasi epitel : EIEC, shigella dan salmonella
c) protozoa
penempelan mukosa. G.lambria dan kriptosporidum menempel
pada epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan fili yang
kemungkinan menyebabkan diare.
Infasi mukosa E.histolica menyebabkan diare dengan cara
menginfasi epitel mukosa di kolon yang menyebabkan
mikroabses dan ulkus. Namun begitu, keadaan ini baru terjadi
bila strainnya sangat ganas. Pada manusia 90% infeksi terjai oleh
strain yang tidak ganas. Dalam hal ini tidak ada infasi ke mukosa
dan tidak timbul gejala / tanda tanda meskipun kista amoeba
dan tropozoid mungkin ada di dalam tinjanya
( Buku Ajar Diare, depkes RI,1999)
Gangguan imunologi
Dinding usus mempunyai mekanisme pertahanan yang baik.
Bila terjadi defisiensi S. IgA dapat terjadi bakteri tumbuh
lampau. Demikian pula defisiensi CMI cell mediated immunity
dapat menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan
infestasi parasit dalam usus. Hal ini mengakibatkan bakteri,
virus, parasit dan jamur yang masuk dalam usus tersebut akan
berkembang biak dengan leluasa sehingga terjadi bakteri
tumbuh lampau dan berakibat lebih lanjut berupa diare kronik
dan malabsorpsi makanan.
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai
dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).
5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam
penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak
mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus
buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b) Bersihkan jamban secara teratur.
c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat
buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah,
jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10
meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.
(Depkes RI, 2006)
6. Membuang Tinja Bayi yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak
berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula
menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi
harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus
diperhatikan:
a) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan
daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
b) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang
bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan
bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu
permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam
kakus.
c) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci
tangannya
(Depkes RI, 2006)
7. Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak sehingga
pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh
karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9
bulan (Depkes RI, 2006).