BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Pendahuluan
Scabies merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh
penetrasi kutu parasit obligat pada manusia, Sarcoptes scabies var.
hominis ke dalam lapisan epidermis. Kutu scabies ini adalah hewan
Arthropoda yang awalnya diidentifikasi pada tahun 1600-an, namun
tidak dikenal sebagai penyebab erupsi kulit hingga tahun 1700-an.
Perkiraan sekitar 300 juta jiwa diseluruh dunia terinfeksi kutu scabies.
Scabies menyerang seluruh lapisan masyarakat, dimana wanita dan anakanak lebih banyak terinfeksi. Penyakit ini umumnya cenderung banyak
ditemukan pada area urban, khususnya pada area padat penduduk.
Terdapat bukti adanya variasi musim, dimana banyak kasus dilaporkan
pada saat-saat musim dingin daripada saat musim panas. Insiden scabies
telah meningkat dalam 2 dekade terakhir ini, terutama di rumah-rumah
perawatan, penjara, dan bangsal-bangsal rumah sakit. Transmisi parasit
ini biasanya terjadi melalui kontak personal, meskipun kutu scabies ini
dapat hidup di kulit manusia selama lebih dari 3 hari.1
Pada dasarnya, skabies terjadi baik pada laki-laki maupun
perempuan, di semua geografi daerah, semua kelompok usia, ras dan
kelas sosial. Namun menjadi masalah utama pada daerah yang padat
dengan gangguan sosial, sanitasi yang buruk, dan
negara dengan
1.3 Sinonim
Skabies biasanya di masyarakat disebut dengan kudis, the itch,
1.4
yang
buruk,
kesalahan
diagnosis,
dan
perkembangan
tua dengan jumlah ribuan kutu yang menginfeksi. Telur-telur kutu ini
akan dikeluarkan dengan kecepatan 2-3 telur perharinya dan massa
feses (skibala) terdeposit pada terowongan. Skibala ini dapat menjadi
iritan dan menimbulkan rasa gatal.7
Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu untuk membuat
terowongannya dan menghindari area yang memiliki banyak folikel
pilosebaseus. Biasanya, pada satu individu terdapat kurang dari 20
tungau di tubuhnya, kecuali pada Norwegian scabies dimana individu
bisa didiami lebih dari sejuta tungau. Orang tua dengan infeksi virus
immunodefisiensi dan pasien dengan pengobatan immunosuppresan
mempunyai risiko tinggi untuk menderita Norwegian scabies.1,4
Reaksi hipersensitivitas akibat adanya benda asing mungkin
menjadi penyebab lesi. peningkatan titer IgE dapat terjadi pada
beberapa pasien scabies, bersama dengan eosinofilia, dan reaksi
hipersensitivitas tipe langsung akibat reaksi dari kutu betina ini. Kadar
IgE menurun dalam satu tahun setelah terinfeksi. Eosinofil kembali
normal segera setelah dilakukannya perawatan. Fakta bahwa gejala
yang timbul jauh lebih cepat ketika terjadi reinfeksi mendukung
pendapat bahwa gejala dan lesi scabies adalah hasil dari reaksi
hipersensitivitas.7
Jalur utama dari transmisi penularan yaitu kontak langsung
antara kulit-ke-kulit. Namun transmisi dengan cara pakaian bersama
atau metode tidak langsung lainnya sangat langka tetapi mungkin
terjadi
pada
Norwegian
scabies
(misalnya,
dalam
host
seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa timbul pada
kulit kepala dan wajah
10
daerah genitalia, siku, bokong dan aksila. Pada anak anak tungau
banyak ditemukan dibawah kuku karena kebiasaan menggaruk,
pengambilan tungau ini dengan menggunakan kuret.11
11
impetigo,
ektima,
sehingga
terowongan
jarang
dapat
dikaburkan
dengan
dermatits
atopik
atau
12
dapat
dengan
lesi
klinis
13
retardasi mental.1,10
1.9 Diagnostik.
Diagnosis klinik cukup ditegakkan dengan10 :
1. Riwayat gatal pada malam hari.
2. Keluarga atau teman dekat yang sakit seperti penderita.
3. Didapatkan effloresensi polimorf di tempat-tempat predileksi.
Diagnosis pasti bila didapatkan10 :
a. Sarcoptes scabiei atau telurnya pada sediaan langsung dengan
mengorek dasar vesikula atau pustula atau terowongan ditambah
beberapa tetes gliserin atau minyak emersi.
b. Atau dapat juga dengan ditemukannya Sarcoptes scabiei pada
pemeriksaan histopatologi.
14
Definisi
Skabies
Pedikulosis
Dermatitis
Korporis
Kontak
Insect Bite
penyakit kulit
Peradangan kulit
Kelainan akibat
menular yang
disebabkan oleh
(epidermis dan
gigitan atau
tanda khasnya
Pediculus
dermis) sebagai
tusukan serangga
didapatkan
humanus var
respon terhadap
yang disebabkan
15
adanya lesi
corporis
pengaruh factor
pruritus, papul
allergen yg
dan terowongan
factor endogen
dikeluarkan
antropoda
penyerang
Etiologi
Predileksi
Parasit :
Parasit :
Eksogen (bahan
Toksin atau
Sarcoptes
Pediculus
kimia, fisik,
allergen yg ada
scabiei var
humanus var
mikroorganisme),
hominis
corporis
endogen
serangga
daerah stratum
pada tempat
Bagian tubuh
korneum yang
dimana pakaian
yang terpapar
terpapar toksin
tipis, yaitu : di
berkontak erat
bahan allergen
atau allergen yg
sela-sela jari
tangan,
dibawah kerah,
gigitan serangga
pergelangan
tangan bagian
dalam) wajah,
volar, siku
kulit kepala,
bagian luar,
tangan <<
lipatan ketiak
bagian depan,
areola mammae,
lipatan glutea,
umbilikus
bokong,
genetalia
16
eksterna, dan
perut bawah.
Klinis
- Pruritus
nocturnal
- menyerang
secara
berkelompok
- adanya gamb.
- Maculae
Papulae
Gatal
Ekskoriasi
sekunder infeksi
pembesaran
- macula
- macula
eritematosa
- edema
- vesikel / bula
- erosi
- eksudasi
- krusta
- skuama
- pruritus
eritematosa
- bula
- pustula miliar
- pruritus
- nyeri (+)
- bengkak
- mual muntah
- sesak nafas
Menemukan telur
Pmx
Pmx
histopatologis
histopatologis
kelenjar getah
bening
Lesi membentuk
terowongan
- menemukan
Pmx
tungau
Kerokan kulit
Penunjang
kapas pakaian
Terapi
- krim
- Gameksan 1%
Sistemik :
- Malathion
- Kortikosteroid
- Antibiotika
tablet
(infeksi sekunder)- Antihistamin
- Antihistamin
Topikal :
Kompres NaCl
0,9%
Krim
kortikosteroid
- Dikompres asam
borat 3%
- Krim
kortikosteroid
(hidrokortison)
1-2%
- Antibiotic (bila
infeksi)
- Antihistamin
17
Gambar
1.11 Penatalaksanaan
1. Non medikamentosa10.
a. Semua baju dan alat-alat tidur dicuci dengan air panas dan setrika
panas serta mandi dengan sabun.
b. Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah yang kontak
dengan penderita harus diperiksa dan bila menderita scabies
diobati bersamaan agar tidak terjadi penularan kembali.
2. Medikamentosa
Obat-obatan yang terbukti efektif adalah :
a. Sulfur presipitatum dengan kadar 4 20 % dalam bentuk salep
atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur,
maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Obat ini
dioleskan
malam
hari
selama
malam
berturut-turut.
18
semua
stadium,
mudah
digunakan,
dan
jarang
19
1.12.
Pencegahan
Seseorang yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Scabies, other mites, and
pediculosis In: Wolff K, Lowell A, Katz GSI, Paller GAS, Leffell DJ,
editors. Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th ed. United
state of America. McGraw-Hill; 2008. page. 2029-2032.
2. Handoko, Ronny P. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi 5. Jakarta:
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2009. Page: 122-125
3. Walton SF, Currie BJ. Problems in Diagnosing Scabies, A Global
Disease in Human and Animal Populations. Clin Microbiol Rev. 2007
Page: 268-79.
4. Burns DA. Diseases caused by arthropods and other noxious animals.
In: Rooks textbook of dermatology. 8th ed. United kingdom. Willeyblackwell; 2010. page. 38.36 38.38.
5. Burns DA., Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious
Animals, in: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, Rooks
Textbook of Dermatology. Vol.2. USA: Blackwell publishing, 2004
Page: 38.36 - 38.43.
6. Trozak DJ, Tennenhouse JD, Russell JJ. Herpes Scabies. In: Trozak DJ,
Tennenhouse JD, Russell JJ editors. Dermatology Skills for Primary Care; An
Illustrated Guide: Humana Press; 2006. page. 105-11
21
7. Habif TP. Infestations and bites. In: Habif TP, editor. A clinical
dermatology : a color guide to diagnosis and therapy. 4th ed. London.
Mosby; 2004. p. 500.
8. Chosidow O. Scabies. New England J Med. 2006; 345: page. 17181723.
9. Abdullah, Benny, Skabies. Dermatologi Pengetahuan Dasar dan
Kasus di Rumah Sakit.Universitas Airlangga.Surabaya. 2009 Page:
128-132.
10. Amiruddin MD. Skabies. In. Amiruddin MD, editor. Ilmu Penyakit
Kulit. Ed 1. Makassar: Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin fakultas
kedokteran universitas hasanuddin; 2003. page. 5-10.
11. William DJ, Timothy GB, Dirk ME. Parasitic infestations, stings, and
bites. In: Sue Hodgson/Karen Bowler, editors. Andrews Disease of the
skin: Clinical Dermatology. 10th ed. Canada: Saunders Elsevier; 2006.
page. 453
12. Hengge UR, Currie BJ, Jager G, Lupi O, Schwartz RA. Scabies: a
Ubiquitous Neglected Skin Disease. PubMed Med. J. 2006; 6: page.
771
13. Orkin Miltoin, Howard L. Maibach.. Scabies and Pediculosis,.
Fitzpatricks
Dermatology
in
General
Medicine,
7 th.
USA: