Anda di halaman 1dari 21

1

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1

Pendahuluan
Scabies merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh
penetrasi kutu parasit obligat pada manusia, Sarcoptes scabies var.
hominis ke dalam lapisan epidermis. Kutu scabies ini adalah hewan
Arthropoda yang awalnya diidentifikasi pada tahun 1600-an, namun
tidak dikenal sebagai penyebab erupsi kulit hingga tahun 1700-an.
Perkiraan sekitar 300 juta jiwa diseluruh dunia terinfeksi kutu scabies.
Scabies menyerang seluruh lapisan masyarakat, dimana wanita dan anakanak lebih banyak terinfeksi. Penyakit ini umumnya cenderung banyak
ditemukan pada area urban, khususnya pada area padat penduduk.
Terdapat bukti adanya variasi musim, dimana banyak kasus dilaporkan
pada saat-saat musim dingin daripada saat musim panas. Insiden scabies
telah meningkat dalam 2 dekade terakhir ini, terutama di rumah-rumah
perawatan, penjara, dan bangsal-bangsal rumah sakit. Transmisi parasit
ini biasanya terjadi melalui kontak personal, meskipun kutu scabies ini
dapat hidup di kulit manusia selama lebih dari 3 hari.1
Pada dasarnya, skabies terjadi baik pada laki-laki maupun
perempuan, di semua geografi daerah, semua kelompok usia, ras dan
kelas sosial. Namun menjadi masalah utama pada daerah yang padat
dengan gangguan sosial, sanitasi yang buruk, dan

negara dengan

keadaan perekonomian yang kurang. Skabies ditularkan melalui kontak

fisik langsung. (skin-to-skin) maupun tak langsung (pakaian, tempat


1.2

tidur, yang dipakai bersama).1


Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya.2

1.3 Sinonim
Skabies biasanya di masyarakat disebut dengan kudis, the itch,
1.4

gudig, budukan, dan gatal agogo. 2


Epidemiologi
Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang
bervariasi. Daerah endemik skabies adalah di daerah tropis dan subtropis
seperti Afrika, Mesir, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Amerika Utara,
Australia, Kepulauan Karibia, India, dan Asia Tenggara. Diperkirakan
bahwa terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia terjangkit
tungau skabies. Studi epidemiologi memperlihatkan bahwa prevalensi
skabies cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja dan tidak
dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, umur, ataupun kondisi sosial
ekonomi. Faktor primer yang berkontribusi adalah kemiskinan dan
kondisi hidup di daerah yang padat, sehingga penyakit ini lebih sering di
daerah perkotaan. 3
Scabies paling sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa
muda, tetapi dapat menyerang semua umur, dan di Inggris dalam
beberapa tahun terakhir ini lebih sering ditemukan pada lansia di tempattempat perawatan. Insiden seks secara keseluruhan mungkin sama
sedangkan pada ras terdapat beberapa kelompok ras yang rentan, yang

mungkin lebih berhubungan dengan kebiasaan dan faktor sosial daripada


faktor kerentanan yang melekat. Populasi yang padat, yang umum terjadi
di negara-negara terbelakang dan hampir selalu terkait dengan
kemiskinan dan faktor kebersihan yang buruk, juga ikut mendorong
penyebaran scabies4
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies.
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain:
higiene

yang

buruk,

kesalahan

diagnosis,

dan

perkembangan

dermografik serta ekologi. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S.


(Penyakit akibat Hubungan Seksual).2
1.5 Etiologi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.
Sarcoptes scabiei adalah parasit manusia obligat yang termasuk filum
Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, superfamili Sarcoptes. 2
Scabies disebabkan oleh parasit kutu Sarcoptes scabiei var
hominis. Kutu scabies memiliki 4 pasang kaki dan berukuran 0,3 mm,
yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata telanjang.1

Gambar 1.1 Gambaran morfologi Sarcoptes scabiei

Skabies betina dewasa berukuran sekitar 0,4 mm dengan luas 0,3 mm


, dan jantan dewasa lebih kecil 0,2 mm panjang dengan luas 0,15 mm.
Tubuhnya berwarna putih susu dan ditandai dengan garis melintang yang
bergelombang dan pada permukaan punggung terdapat bulu dan
dentikel.5
Siklus hidup tungau ini sebagai berikutnSetelah kopulasi yang terjadi
di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Bentuk
betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Tungau betina
yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum,
dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2
atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 yang akan
menetas dalam waktu 3-5 hari. Telur yang menetas akan menjadi larva
yang punya 3 pasang kaki, larva ini dapat tinggal di terowongan tetapi
dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina. Seluruh siklus hidupnya mulai
dari telur sampai dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.2
1.6 Patogenesis
Kutu scabies betina menggali terowongan pada stratum
corneum dengan kecepatan 2 mm per hari, dan meletakkan 2 atau 3 telurtelurnya setiap harinya. Telur-telur ini akan menetas setelah 3 hari dan
menjadi larva, yang akan membentuk kantung dangkal di stratum
corneum dimana larva-larva ini akan bertrasnformasi dan menjadi
dewasa dalam waktu 2 minggu. Kutu ini kawin di dalam kantongnya,
dimana kutu jantan akan mati tetapi kutu betina yang telah dibuahi

menggali terowongan dan melanjutkan siklus hidupnya. Setelah invasi


pertama dari kutu ini, diperlukan 4 hingga 6 minggu untuk timbul reaksi
hipersensitivitas dan rasa gatal akibat kutu ini.6

Gambar 1.2 . siklus hidup Sarcoptes scabiei


Siklus hidup ini menjelaskan mengapa pasien mengalami gejala
selama bulan pertama setelah kontak dengan individu yang terinfeksi.
Setelah sejumlah kutu (biasanya kurang dari 20) telah dewasa dan telah
menyebar dengan cara bermigrasi atau karena garukan pasien, hal ini
akan berkembang dari rasa gatal awal yang terlokalisir menjadi
pruritus generalisata.7 Selama siklus hidup kutu ini, terowongan yang
terbentuk meluas dari beberapa milimeter menjadi beberapa centimeter.
Terowongan ini tidak meluas ke lapisan bawah epidermis, kecuali pada
kasus hiperkeratosis scabies Norwegia, kondisi dimana terdapat kulit
yang bersisik, menebal, terjadi imunosupresan, atau pada orang-orang

tua dengan jumlah ribuan kutu yang menginfeksi. Telur-telur kutu ini
akan dikeluarkan dengan kecepatan 2-3 telur perharinya dan massa
feses (skibala) terdeposit pada terowongan. Skibala ini dapat menjadi
iritan dan menimbulkan rasa gatal.7
Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu untuk membuat
terowongannya dan menghindari area yang memiliki banyak folikel
pilosebaseus. Biasanya, pada satu individu terdapat kurang dari 20
tungau di tubuhnya, kecuali pada Norwegian scabies dimana individu
bisa didiami lebih dari sejuta tungau. Orang tua dengan infeksi virus
immunodefisiensi dan pasien dengan pengobatan immunosuppresan
mempunyai risiko tinggi untuk menderita Norwegian scabies.1,4
Reaksi hipersensitivitas akibat adanya benda asing mungkin
menjadi penyebab lesi. peningkatan titer IgE dapat terjadi pada
beberapa pasien scabies, bersama dengan eosinofilia, dan reaksi
hipersensitivitas tipe langsung akibat reaksi dari kutu betina ini. Kadar
IgE menurun dalam satu tahun setelah terinfeksi. Eosinofil kembali
normal segera setelah dilakukannya perawatan. Fakta bahwa gejala
yang timbul jauh lebih cepat ketika terjadi reinfeksi mendukung
pendapat bahwa gejala dan lesi scabies adalah hasil dari reaksi
hipersensitivitas.7
Jalur utama dari transmisi penularan yaitu kontak langsung
antara kulit-ke-kulit. Namun transmisi dengan cara pakaian bersama
atau metode tidak langsung lainnya sangat langka tetapi mungkin

terjadi

pada

Norwegian

scabies

(misalnya,

dalam

host

immunocompromised). Transmisi antara anggota keluarga. Transmisi


seksual juga terjadi.8
1.7 Gejala Klinis
Ada 4 tanda kardinal yang dapat membantu menegakkan
diagnosa, diantaranya adalah2,9:
1. Pruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas
sehingga mengganggu penderita.2 Sensasi gatal yang hebat seringkali
mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.10
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya
dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena
infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang
seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi
tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai
pembawa (carrier).2
3. Adanya gambaran lesi yang spesifik berupa terowongan yang dapat
lurus atau berkelok-kelok, akibat pergerakan tungau pada stratum
korneum, panjang + 1 cm, berwarna keabu-abuan dengan vesikel di
ujungnya. Tetapi terowongan ini sulit sekali untuk ditemukan karena
biasanya telah terjadi ekskoriasi akibat garukan.9

Gambar 1.3 Lesi yang Berupa Terowongan

Tempat predileksi biasanya pada daerah stratum korneum yang tipis,


yaitu : di sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mammae, lipatan
glutea, umbilikus bokong, genetalia eksterna, dan perut bawah. Pada
bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki, bahkan

seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa timbul pada
kulit kepala dan wajah

Gambar 1.4 Tempat Predileksi Skabies


4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Apabila kita dapat
menemukan terowongan yang masih utuh kemungkinan besar kita
dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan ini
merupakan hal yang paling diagnostik. Akan tetapi, kriteria yang
keempat ini agak susah ditemukan karena hampir sebagian besar
penderita pada umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan
tidak spesifik9 Diagnosa positif hanya didapatkan bila menemukan
tungau dengan menggunakan mikroskop, biasanya posisi tungau
determined dalam liang, dapat menggunakan pisau untuk teknik irisan
ataupun denggan menggunakan jarum steril, tungau ini mayoritas dapat
ditemukan pada tangan, pergelangan tangan dan lebih kurang pada

10

daerah genitalia, siku, bokong dan aksila. Pada anak anak tungau
banyak ditemukan dibawah kuku karena kebiasaan menggaruk,
pengambilan tungau ini dengan menggunakan kuret.11

Gambar 1.5 Tungau dan Telur Sarcoptes Ditemukan Dibawah Mikroskop.

1.8 Bentuk klinis

11

Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk


yang tidak khas, meskipun jarang ditemukan. Kelainan ini dapat
menimbulkan kesalahan diagnostik yang dapat berakibat gagalnya
pengobatan.. Beberapa bentuk skabies antara lain :
a. Skabies pada orang bersih
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli
dengan jumlah yang sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat
mandi secara teratur. 10
b. Skabies pada bayi dan anak
Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di
wajah dan kulit kepala sedangkan pada orang dewasa jarang
terjadi. Nodul pruritis eritematous keunguan dapat ditemukan
pada aksila dan daerah lateral badan pada anak-anak. Nodulnodul ini bisa timbul berminggu-minggu setelah eradikasi
infeksi tungau dilakukan. Vesikel dan bula bisa timbul
terutama pada telapak tangan dan jari. 1 Lesi skabies pada anak
dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder
berupa

impetigo,

ektima,

sehingga

terowongan

jarang

ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di wajah.10Lesi yang timbul


dalam bentuk vesikel, pustul, dan nodul, tetapi distribusi lesi
tersebut atipikal. Eksematisasi dan impetigo sering didapatkan,
dan

dapat

dikaburkan

dengan

dermatits

atopik

atau

acropustulosis. Rasa gatal bisa sangat hebat, sehingga anak


yang terserang dapat iritabel dan kurang nafsu makan.8

12

Gambar 1.6 Skabies pada anak


c. Skabies nodular
Skabies nodular adalah varian klinik yang terjadi sekitar 7%
dari kasus skabies dimana lesi berupa nodul merah kecoklatan
berukuran 2-20 mm yang sangat gatal. Umumnya terdapat
pada daerah yang tertutup terutama pada genitalia, inguinal dan
aksila. Pada nodul yang lama tungau sukar ditemukan, dan
dapat menetap selama beberapa minggu hingga beberapa bulan
walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.12
d. Skabies incognito
Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik

dapat

menyamarkan gejala dan tanda pada penderita apabila


penderita mengalami skabies. Akan tetapi dengan penggunaan
steroid, keluhan gatal tidak hilang dan dalam waktu singkat
setelah penghentian penggunaan steroid lesi dapat kambuh
kembali bahkan lebih buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh
karena penurunan respon imun seluler.10
e. Norwegian scabies (Skabies berkrusta)
Merupakan skabies berat ditandai

dengan

lesi

klinis

generalisata berupa krusta dan hiperkeratosis dengan tempat


predileksi pada kulit kepala berambut, telinga, bokong, telapak

13

tangan, kaki, siku, lutut dapat pula disertai kuku distrofik


bentuk ini sangat menular tetapi gatalnya sangat sedikit. Dapat
ditemukan lebih dari satu juta populasi tungau dikulit. Bentuk
ini ditemukan pada penderita yang mengalami gangguan fungsi
imun

misalnya AIDS, penderita gangguan neurologik dan

retardasi mental.1,10

Gambar 1.7 Norwegian scabies yang bermanifestasi sebagai


kulit yang terekskoriasi, likenifikasi, hiperkeratosis

1.9 Diagnostik.
Diagnosis klinik cukup ditegakkan dengan10 :
1. Riwayat gatal pada malam hari.
2. Keluarga atau teman dekat yang sakit seperti penderita.
3. Didapatkan effloresensi polimorf di tempat-tempat predileksi.
Diagnosis pasti bila didapatkan10 :
a. Sarcoptes scabiei atau telurnya pada sediaan langsung dengan
mengorek dasar vesikula atau pustula atau terowongan ditambah
beberapa tetes gliserin atau minyak emersi.
b. Atau dapat juga dengan ditemukannya Sarcoptes scabiei pada
pemeriksaan histopatologi.

14

Cara menemukan tungau.2 :


1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat
papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas
sebuah kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat
dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di ats selembar
kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari
kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan
mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E

1.10 Diagnosis Banding


Diagnosa banding dari scabies adalah. 9,13:
Perbedaan

Definisi

Skabies

Pedikulosis

Dermatitis

Korporis

Kontak

Insect Bite

penyakit kulit

Infeksi kulit yang

Peradangan kulit

Kelainan akibat

menular yang

disebabkan oleh

(epidermis dan

gigitan atau

tanda khasnya

Pediculus

dermis) sebagai

tusukan serangga

didapatkan

humanus var

respon terhadap

yang disebabkan

15

adanya lesi

corporis

pengaruh factor

reaksi toksin atau

pruritus, papul

eksogen dan atau

allergen yg

dan terowongan

factor endogen

dikeluarkan
antropoda
penyerang

Etiologi

Predileksi

Parasit :

Parasit :

Eksogen (bahan

Toksin atau

Sarcoptes

Pediculus

kimia, fisik,

allergen yg ada

scabiei var

humanus var

mikroorganisme),

pada cairan gigitan

hominis

corporis

endogen

serangga

daerah stratum

pada tempat

Bagian tubuh

Bagian tubuh yang

korneum yang

dimana pakaian

yang terpapar

terpapar toksin

tipis, yaitu : di

berkontak erat

bahan allergen

atau allergen yg

sela-sela jari

dengan kulit (mis: atau iritan

ada pada cairan

tangan,

dibawah kerah,

gigitan serangga

pergelangan

sabuk serta baju

tangan bagian

dalam) wajah,

volar, siku

kulit kepala,

bagian luar,

tangan <<

lipatan ketiak
bagian depan,
areola mammae,
lipatan glutea,
umbilikus
bokong,
genetalia

16

eksterna, dan
perut bawah.
Klinis

- Pruritus
nocturnal
- menyerang
secara
berkelompok
- adanya gamb.

- Maculae
Papulae
Gatal
Ekskoriasi
sekunder infeksi
pembesaran

- macula

- macula

eritematosa
- edema
- vesikel / bula
- erosi
- eksudasi
- krusta
- skuama
- pruritus

eritematosa
- bula
- pustula miliar
- pruritus
- nyeri (+)
- bengkak
- mual muntah
- sesak nafas

Menemukan telur

Pmx

Pmx

atau kutu pd serat

histopatologis

histopatologis

kelenjar getah
bening

Lesi membentuk
terowongan
- menemukan
Pmx

tungau
Kerokan kulit

Penunjang

kapas pakaian
Terapi

- krim

- Gameksan 1%
Sistemik :
- Malathion
- Kortikosteroid
- Antibiotika
tablet
(infeksi sekunder)- Antihistamin
- Antihistamin
Topikal :
Kompres NaCl
0,9%
Krim
kortikosteroid

- Dikompres asam
borat 3%
- Krim
kortikosteroid
(hidrokortison)
1-2%
- Antibiotic (bila
infeksi)
- Antihistamin

17

Gambar

tabel 1.1 Diagnosa banding

1.11 Penatalaksanaan
1. Non medikamentosa10.
a. Semua baju dan alat-alat tidur dicuci dengan air panas dan setrika
panas serta mandi dengan sabun.
b. Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah yang kontak
dengan penderita harus diperiksa dan bila menderita scabies
diobati bersamaan agar tidak terjadi penularan kembali.
2. Medikamentosa
Obat-obatan yang terbukti efektif adalah :
a. Sulfur presipitatum dengan kadar 4 20 % dalam bentuk salep
atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur,
maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Obat ini
dioleskan

malam

hari

selama

malam

berturut-turut.

Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian,


kadang-kadang dapat menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada
bayi berumur kurang dari 2 tahun atau aman untuk bayi dan anakanak.2

18

b. Emulsi benzil-benzoas (20 25 %), efektif terhadap semua


stadium. Diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit
diperoleh dan sering menyebabkan iritasi, kadang-kadang makin
gatal setelah dipakai.2
c. Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane) kadarnya
1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif
terhadap

semua

stadium,

mudah

digunakan,

dan

jarang

menyebabkan iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah


6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf
pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian. Untuk lotion dioleskan seluruh
tubuh dan dibiarkan + 8 jam.2
d. Krotamiton 10 % dalam krim atau losio juga merupakan obat
pilihan, mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal,
harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Obat ini hanya
menyembuhkan 50 60 % penderita. Dioleskan 2 malam berturutturut dan dibilas setelah 24 jam.2
e. Permetrin dengan kadar 5 % dalam krim, aplikasi hanya sekali dan
dihapus setelah 10 jam. Dioleskan mulai dari leher ke bawah dan
dicuci + 8 jam kemudian. Bila pada pengolesan pertama belum
sembuh, dapat diulangi 1 minggu kemudian. Merupakan
pyrethroid sintetik yang dapat mematikan tungau dan toksisitas
rendah pada manusia. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2
bulan.

19

1.12.

Pencegahan
Seseorang yang kontak langsung atau dekat dengan penderita harus

diterapi dengan topikal skabisid. Terapi pencegahan ini harus diberikan


untuk mencegah penyebaran scabies karena seseorang mungkin saja telah
mengandung tungau scabies yang masih dalam periode inkubasi
asimptomatik. Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui
seprei, bantal, handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir,
harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan udara panas karena tungau
scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain pelapis
lainnya sehingga harus dibersihkan (vacuum cleaner).13
1.12 Komplikasi
Infeksi sekunder adalah komplikasi yang tersering dan biasanya
mempunyai respon yang bagus terhadap topikal atau antibiotic oral,
tergantung tingkat pyodermanya. Selain itu, limfangitis dan septiksemia
dapat juga terjadi terutama pada skabies Norwegian, post-streptococcal
glomerulonephritis bisa terjadi karena skabies-induced pyodermas yang
disebabkan oleh Streptococcus pyogens.13
1.14 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta
syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain
higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis
yang baik.2
Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun.
Pada individu yang immunocompetent, jumlah tungau akan berkurang
seiring waktu.13

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Scabies, other mites, and
pediculosis In: Wolff K, Lowell A, Katz GSI, Paller GAS, Leffell DJ,
editors. Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th ed. United
state of America. McGraw-Hill; 2008. page. 2029-2032.
2. Handoko, Ronny P. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi 5. Jakarta:
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2009. Page: 122-125
3. Walton SF, Currie BJ. Problems in Diagnosing Scabies, A Global
Disease in Human and Animal Populations. Clin Microbiol Rev. 2007
Page: 268-79.
4. Burns DA. Diseases caused by arthropods and other noxious animals.
In: Rooks textbook of dermatology. 8th ed. United kingdom. Willeyblackwell; 2010. page. 38.36 38.38.
5. Burns DA., Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious
Animals, in: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, Rooks
Textbook of Dermatology. Vol.2. USA: Blackwell publishing, 2004
Page: 38.36 - 38.43.
6. Trozak DJ, Tennenhouse JD, Russell JJ. Herpes Scabies. In: Trozak DJ,
Tennenhouse JD, Russell JJ editors. Dermatology Skills for Primary Care; An
Illustrated Guide: Humana Press; 2006. page. 105-11

21

7. Habif TP. Infestations and bites. In: Habif TP, editor. A clinical
dermatology : a color guide to diagnosis and therapy. 4th ed. London.
Mosby; 2004. p. 500.
8. Chosidow O. Scabies. New England J Med. 2006; 345: page. 17181723.
9. Abdullah, Benny, Skabies. Dermatologi Pengetahuan Dasar dan
Kasus di Rumah Sakit.Universitas Airlangga.Surabaya. 2009 Page:
128-132.
10. Amiruddin MD. Skabies. In. Amiruddin MD, editor. Ilmu Penyakit
Kulit. Ed 1. Makassar: Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin fakultas
kedokteran universitas hasanuddin; 2003. page. 5-10.
11. William DJ, Timothy GB, Dirk ME. Parasitic infestations, stings, and
bites. In: Sue Hodgson/Karen Bowler, editors. Andrews Disease of the
skin: Clinical Dermatology. 10th ed. Canada: Saunders Elsevier; 2006.
page. 453
12. Hengge UR, Currie BJ, Jager G, Lupi O, Schwartz RA. Scabies: a
Ubiquitous Neglected Skin Disease. PubMed Med. J. 2006; 6: page.
771
13. Orkin Miltoin, Howard L. Maibach.. Scabies and Pediculosis,.
Fitzpatricks

Dermatology

in

General

McGrawHill. 2008 Page: 2029-2031.

Medicine,

7 th.

USA:

Anda mungkin juga menyukai