Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
telah membawa implikasi perlunya sistem pengelolaan keuangan negara yang
lebih akuntabel dan transparan. Semua dapat dicapai jika seluruh penyelenggara
Negara

dari

tingkat

pimpinan

sampai

di

tingkat

pelaksana

mampu

melaksanakannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai


dengan pertanggungjawaban, dilaksanakan secara tertib, terkendali, efisien dan
efektif.
Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, memerintahkan pengaturan lebih lanjut ketentuan
mengenai sistem pengendalian intern pemerintah secara menyeluruh dengan
Peraturan Pemerintah, yakni Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan
menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara
menyeluruh.
Sistem Pengendalian Intern dalam Peraturan Pemerintah ini dilandasi pada
pemikiran bahwa Sistem Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan,
dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan yang
memadai, bukan keyakinan mutlak. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem yang dapat
memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu
Instansi Pemerintah dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif,
melaporkan pengelolaan keuangan negara secara andal, mengamankan aset
negara, dan mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang - undangan.
Dengan latar belakang pemikiran tersebut, dikembangkan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang berfungsi sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan dan tolok ukur efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern, maka pada tanggal 28 Agustus 2008 dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 60/2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
untuk menjawab tantangan birokrasi pemerintahan di Indonesia dalam mengelola
keuangan Negara.

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Page 13

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
rumusan masalah dari makalah ini adalah apakah esensi Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) yang terkandung dalam PP No 60 Tahun 2008 ?
1.3. Tujuan Pembahasan
Setelah mengetahui pokok-pokok bahasan yang akan dibahas dalam
makalah ini, hal yang diharapkan dari pembahasan makalah ini adalah mengetahui
dan memahami esensi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang
terkandung dalam PP No. 60 Tahun 2008.

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Page 13

BAB II
PEMBAHASAN
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) tersebut unsur - unsurnya
mengacu pada unsur Sistem Pengendalian Intern yang telah dipraktikkan di
lingkungan pemerintahan di berbagai negara, yang meliputi :
a. Lingkungan pengendalian; Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh
pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan dalam keseluruhan
organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap
pengendalian intern dan manajemen yang sehat.
b. Penilaian risiko; Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko
yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam.
c. Kegiatan pengendalian; Kegiatan pengendalian membantu memastikan
bahwa arahan pimpinan Instansi Pemerintah dilaksanakan. Kegiatan
pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi.
d. Informasi dan komunikasi Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada
pimpinan Instansi Pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Informasi
disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga
memungkinkan pimpinan Instansi Pemerintah melaksanakan pengendalian
dan tanggung jawabnya.
e. Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan
memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera
ditindaklanjuti.
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan Sistem
Pengendalian

Intern

dilakukan

pengawasan

intern

dan

pembinaan

penyelenggaraan SPIP. Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari


kegiatan pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian independen atas
pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Untuk pelaksanaan tindak lanjut dari PP No. 60 tahun 2008 tentang SPIP
tersebut, Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor
120/2536/SJ tanggal 25 Juni 2010, yang berisi lima item pokok, yaitu meliputi :
- Meningkatkan efektivitas SPIP di lingkungan pemerintah daerah,

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Page 13

- Mempercepat penyusunan Peraturan Gubernur/ Bupati/ Walikota yang


mengatur penyelenggaraan SPIP,
- Membentuk Satgas SPIP dalam rangka menjaga keberlangsungan
penyelenggaraan SPIP,
- Pimpinan dan seluruh pegawai, agar mengikuti sosialisasi dan diklat SPIP,
dan
- Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan agar bekerja
sama dan bersinergi dengan BPKP.
2.1. ESENSI DAN SPIRIT SPIP
Esensi dan Spirit yang mendasari PP yang diadopsi dari pengertian
pengendalian intern menurut Committee of Sponsoring Organizations of the
Treadway Commission (COSO) yang merincikan pengendalian intern ke dalam 5
unsur yakni : lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian,
informasi dan komunikasi serta pemantauan/monitoring, yang kemudian
dituangkan dalam Bab II PP No. 60 Tahun 2008 tersebut.
Satu hal yang menarik dalam konsep pengendalian intern menurut COSO
ini adalah munculnya Aspek soft control yaitu aspek si pelaku sistem yang
tercermin dalam komponen lingkungan pengendalian, antara lain integritas dan
nilai etika, filosofis manajemen dan gaya operasi. Ini terlihat pada Pasal 5 PPSPIP, ditegaskan bahwa Penegakan integritas dan nilai etika sekurang-kurangnya
dilakukan dengan : menyusun dan menerapkan aturan perilaku; memberikan
keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap tingkat pimpinan Instansi
Pemerintah; menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan; dst.
Penerapan integritas dan nilai etika perlu diterapkan suatu aturan perilaku yang
berisi praktik yang dapat diterima dan praktik yang tidak dapat diterima termasuk
benturan kepentingan.
Sebagai contoh, batasan ucapan terimakasih yang boleh diterima dari
pihak yang menerima jasa pelayan birokrasi pemerintah memang cukup sulit
untuk ditentukan dan dibuktikan dalam praktiknya. Hal ini mendorong unsur soft
control ini juga perlu dibarengi dengan mekanisme pengawasan dan penerapan
sanksi apabila terjadi pelanggaran etika.

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Page 13

Selain itu, diuraikan juga dalam pasal 7, mengenai aspek kepemimpinan


yang kondusif antara lain komitmen pimpinan instansi pemerintah dalam
mempertimbangkan

risiko

dalam

pengambilan

keputusan,

menerapkan

manajemen berbasis kinerja serta respon positif terhadap pelaporan terkait


keuangan, penganggaran, program dan kegiatan.
Untuk aspek hard control, adalah berbagai kebijakan dan pedoman sebagai
alat pengendali dalam manajemen pemerintahan. Salah satunya adalah kegiatan
pengendalian yang terdiri dari beberapa item antara lain review atas kinerja
instansi

pemerintah,

pengendalian

atas

pengelolaan

sistem

informasi,

pengendalian fisik atas aset, penetapan dan review atas indikator dan ukuran
kinerja serta pemisahan fungsi.
PP nomor 60 tahun 2008 ini juga merupakan langkah konkrit untuk
membentuk internal control system artinya pengawasan by system. Siapapun
pemegang amanah birokrasi pemerintahan, maka dengan sendirinya sistem yang
akan melakukan pengawasan guna mencapai visi, misi dan tujuan organisasi
dalam arti sempit dan mencapai visi, misi dan tujuan bernegara dalam arti seluasluasnya sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, antara lain untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
seterusnya.
Ketika internal control system yang dijabarkan dalam SPIP bekerja secara
otomatis melakukan fungsi pengawasan, maka setiap insan birokrasi pemerintah
suka tidak suka akan bekerja under control/ di bawah pengawasan sistem yang
berlaku. Selanjutnya, apabila kondisi ini dipertahankan maka terciptalah internal
control culture, artinya sistem pengendalian intern menjadi bagian dari budaya
organisasi pemerintahan di Indonesia.
SPIP penting untuk dipahami tidak saja oleh Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) namun juga ke seluruh komponen pelaku manajemen
pemerintahan, seluruh jajaran PNS tanpa terkecuali untuk melindungi agar tidak
terjerumus ke dalam salah urus manajemen atau mal adiminsitrasi bahkan
terpeleset ke ranah Tindak Pidana Korupsi.
Melalui komitmen dan upaya nyata menerapkan SPIP secara konsisten dan
berkesinambungan, kiranya SPIP menjadi suatu kebutuhan dan bahkan suatu

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Page 13

budaya. Efektivitas SPIP sangat ditentukan oleh berhasil tidaknya SPIP menjelma
menjadi internal control culture organisasi pemerintahan di Indonesia guna
menciptakan good governance dan clean government.
2.2. PERKEMBANGAN SPIP
a. Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengawasan ;
b. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengawasan Melekat ;
c. Keputusan Menteri PAN No. 30 Tahun 1994 tentang petunjuk Pelaksanaan
Pengawasan Melekat yang diperbaharui dengan Keputusan Menteri PAN
No. KEP/46/M.PAN/2004: Unsur-unsur Waskat adalah : Pengorganisasian ;
Personil ; Kebijakan ; Perencanaan ; Prosedur ; Pencatatan ; Pelaporan ; dan
Reviu intern.
d. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP)
2.3. DASAR HUKUM SPIP
Undang - Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara :

Pasal 55 ayat (4): Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna


Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan
APBN telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Pengendalian Intern
yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

Pasal 58 ayat (1) dan (2): Dalam rangka meningkatkan kinerja,


transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden
selaku Kepala Pemerintah mengatur dan menyelenggarakan Sistem
Pengendalian Intern di lingkungan pemerintah secara menyeluruh. SPI
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Page 13

2.4. PENGERTIAN SPI DAN SPIP


a) Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang terintegrasi pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan
dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan (PP 60/2008, Bab I Ps. 1 butir 1)
b) Sistem

Pengendalian

Intern

Pemerintah,

(SPIP),

adalah

Sistem

Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di


lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. (PP 60/2008, Bab I
Ps. 1 butir 2)
c) Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang
memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Bab I Ps.1
angka 3).
2.5. UNSUR UNSUR SPIP
a. Unsur Lingkungan Pengendalian
Adalah kondisi dalam instansi pemerintah yang mempengaruhi efektifitas
pengendalian intern. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan
memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan
kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya,
melalui :
1. Penegakan integritas dan nilai etika;
2. Komitmen terhadap kompetensi;
3. Kepemimpinan yang kondusif;
4. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
5. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Page 13

6. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan


sumber daya manusia;
7. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan
8. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
b. Unsur Penilaian Resiko.
Adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam
pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. Pimpinan Instansi Pemerintah
wajib melakukan penilaian risiko yang terdiri atas :
1. Identifikasi Risiko; dan
2. Analisis Risiko.
Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan:

Tujuan Instansi Pemerintah;


Memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai,
realistis, dan terikat waktu, dan wajib dikomunikasikan kepada seluruh
pegawai.
Untuk mencapai tujuan Instansi Pemerintah pimpinan Instansi Pemerintah
menetapkan:
- Strategi operasional yang konsisten; dan
- Strategi manajemen terintegrasi dan rencana penilaian risiko.

Tujuan pada tingkatan kegiatan.


Tujuan pada tingkatan kegiatan, sekurang-kurangnya dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
- Berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis Instansi Pemerintah;
- Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu
dengan lainnya;
- Relevan dengan seluruh kegiatan utama Instansi Pemerintah;
- Mengandung unsur kriteria pengukuran;
- Didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup; dan
- Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Page 13

c. Unsur Kegiatan Pengendalian.


Adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi resiko serta penetapan
dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan
mengatasi resiko telah dilaksanakan secara efektif.
Pimpinan

Instansi

Pemerintah

wajib

menyelenggarakan

kegiatan

pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah yang bersangkutan.
Karakteristik kegiatan Pengandalian
1.

Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok Instansi


Pemerintah;

2.

Kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko;

3.

Kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus


Instansi Pemerintah;

4.

Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis;

5.

Prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang


ditetapkan secara tertulis; dan

6.

Kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan


bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang
diharapkan.

Kegiatan Pengendalian terdiri dari :


1.

Review atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;

2.

Pembinaan sumber daya manusia;

3.

Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;

4.

Pengendalian fisik atas aset;

5.

Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;

6.

Pemisahan fungsi;

7.

Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;

8.

Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;

9.

Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;

10. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Page 13

11. Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta


transaksi dan kejadian penting.
d. Unsur Informasi Dan Komunikasi.
Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan
menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk mendapatkan umpan balik. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib
mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan
waktu yang tepat, secara efektif.
Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif tersebut, pimpinan
Instansi Pemerintah harus sekurang-kurangnya :
1. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi;
dan
2. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara
terus menerus (Memanage Sistem Informasi).
e. Unsur Pemantauan Pengendalian Intern.
Adalah proses penilaian atas mutu kinerja Sistem Pengendalian Intern dan
proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya
segera

ditindaklanjuti.

Pimpinan

Instansi

Pemerintah

wajib

melakukan

pemantauan Sistem Pengendalian Intern, melalui:


1. Pemantauan Berkelanjutan,
2. Evaluasi Terpisah, dan
3. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.
2.6. PENGUATAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN SPIP
Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung
jawab atas efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan
masing-masing.

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Page 13

Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas Sistem Pengendalian Intern


dilakukan:
1. Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara; dan
2. Pembinaan penyelenggaraan SPIP.
Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi
pemerintah, melalui :
1. Audit;
2. Reviu;
3. Evaluasi;
4. Pemantauan; dan
5. Kegiatan pengawasan lainnya.
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) tersebut, terdiri atas:
1. BPKP;
2. Inspektorat Jenderal;
3. Inspektorat Provinsi;
4. Inspektorat Kabupaten/Kota ;
Pembinaan Penyelenggaraan SPIP. dilakukan oleh BPKP, meliputi:
1. Penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP;
2. Sosialisasi SPIP;
3. Pendidikan dan pelatihan SPIP;
4. Pembimbingan dan konsultansi SPIP.

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Page 13

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Esensi dan spirit dari Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dimunculkan
ke dalam 2 aspek, yaitu aspek soft control (pelaku sistem yang tercermin
dalam komponen lingkungan pengendalian) dan hard control (berbagai
kebijakan dan pedoman sebagai alat pengendali dalam manajemen
pemerintahan).
2. Sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Undang - Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yaitu perlunya sistem
pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan
selanjutnya Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2), memerintahkan pengaturan
lebih lanjut ketentuan mengenai sistem pengendalian intern pemerintah
secara menyeluruh dengan Peraturan Pemerintah, yakni perlunya dibangun
suatu konsep Pengendalian intern yaitu Sistem

Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) yang telah dituangkan dalam PP Nomor 60 tahun 2008.


3. Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang terintegrasi pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan
dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan; sedangkan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang
diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Page 13

4. Dalam kerangka pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern dalam Peraturan


Pemerintah ini dilandasi pada unsur unsur pokok yaitu (1). lingkungan
pengendalian, (2). Penilaian resiko,

(3). Kegiatan Pengendalian . (4).

Informasi dan Komunikasi dan (5). Pemantauan pengendalian Intern dan


Penguatan Efektifitas Penyelenggaraan SPIP.
5. Perkembangan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dimulai pada tahun
1983 dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan, hingga peraturan yang terbaru
adalah Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
3.2. SARAN
Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa salah satu penyebab
terjadinya fraud (kecurangan) adalah system pengendalian intern yang lemah,
longgar dan tidak efektif. Oleh karena itu diharapkan adanya perhatian khusus
dari pemerintah agar selalu bekerjasama dengan para Aparat Pengawas Intern
Pemerintah (APIP) agar pelaksanaan SPIP dapat berjalan sesuai dengan
tujuan dan fungsinya sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008.
Sehingga dengan demikian tidak ada lagi kecurangan-kecurangan yang terjadi
baik dari dalam maupun luar entitas khususnya sektor publik dan
Pemerintahan.

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Page 13

DAFTAR PUSTAKA
PP No 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
SE Kementerian Dalam Negeri No. 120/2536/SJ/ tanggal 25 juni 2010
UU No 1 tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara

Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Page 13

Anda mungkin juga menyukai