PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat ditemui hampir di setiap kalangan
masyarakat adalah perilaku merokok. Rokok tidaklah suatu hal yang baru dan asing lagi di
masyarakat, baik itu laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Orang merokok mudah
ditemui, seperti di rumah, kantor, cafe, tempat-tempat umum, di dalam kendaraan,
bahkan hingga di sekolah-sekolah (Redaksi Plus, 2010).
Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan, tidak hanya bagi individu yang
merokok
rokok. Kerugian
yang
ditimbulkan
disekitar perokok
yang
Dari
sisi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin,
karbomonoksida, dan tar akan memacu kerja dari susunan sistem saraf pusat dan
sususan saraf simpatis sehingga mengakibatkan
detak jantung bertambah
tekanan
darah meningkat
dan
2000), menstimulasi kanker dan berbagai penyakit yang lain seperti penyempitan pembuluh
darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, dan bronchitis kronis (Kaplan dkk, 1993
dari Komalasari & Helmi, 2000).
dengan
non-perokok.
Sementara
berkurang
pada dasarnya adalah membakar uang, apalagi jika itu dilakukan oleh remajayang
belum mempunyai penghasilan.
Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Adapun
penyebab kematian utama para perokok tersebut adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru, dan
stroke (Fawzani & Triratnawati, 2005). Betapapun diungkapkan oleh berbagai kalangan peneliti
tentang berbagai
bahaya
rokok
bagi kesehatan,
para perokok
seakan-akan
tidak
peduli terhadap hasil berbagai penelitian itu. Laporan World Health Organization
(WHO) tahun 2008 menyatakan bahwa lebih dari lima juta orang meninggal karena
penyakit yang disebabkan rokok. Hal ini berarti setiap satu menit tidak kurang sembilan orang
meninggal akibat racun pada rokok atau dalam setiap enam detik di dunia ini akan
terjadi satu kasus kematian akibat rokok. Pada tahun 2030 diperkirakan lebih dari 80%
kematian akibat rokok terjadi di negara-negara berkembang.
Meningkatnya
menjadi
prevalensi
merokok
menyebabkan
masalah
rokok
2007
meningkat
mencapai
menjadi
34,2 (Riskesdas,
31,5 (Lensa
2007), kemudian
Indonesia,
2011).
Pada
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia.Dari
data World
Health
Organization
(WHO)
pada tahun
2008,
dapat disimpulkan
bahwa Indonesia menempati urutan ketiga setelah China dan India pada sepuluh
negara perokok terbesar dunia.Jumlah perokok Indonesia mencapai 65 juta
penduduk.Sementara itu China mencapai 390 juta perokok dan India 144 juta perokok
(Endrawanch, 2009).Perokok di masyarakat Indonesia ternyata tidak hanya di kalangan dewasa
saja, namun sudah merambat ke kalangan remaja. Data WHO tahun 2008 menyebutkan bahwa
63% pria adalah perokok dan 4,5% wanita adalah perokok. Sedangkan statistik perokok dari
kalangan remaja Indonesia yaitu 24,1% remaja pria adalah perokok dan 4,0% remaja
wanita adalah perokok.Sedangkan data dari dinas kesehatan kota Semarang sendiri
menyebutkan bahwa perokok anak atau remaja putri mencapai 4,0 % dan perokok
perempuan dewasa mencapai 4,5 % dari jumlah penduduk kota Semarang (Dinkes, 2010).
Perilaku
merokok
di masyarakat
hal-hal yang
mendorongperokok untuk melakukan tindakan tersebut. Banyak faktor yang mendorong individu
untuk merokok.
merokok
lingkungan
adalahfaktor
lingkungan
yang
yang mempengaruhi
perilaku
keluarga dan
psikologis memberi sumbangan yang lebih tinggi, yaitu mencapai 40,9% dari pada sumbangan
sikap permisif orang tua dan lingkungan teman sebaya yang hanya mencapai 38,4%. Hal ini
memberikan gambaran bahwa perilaku
kenikmatan
merokok
bagi subjek
dianggap
memberikan
dan menyenangkan. Merokok bagi remaja mempunyai kaitan yang erat dengan
aspek psikologis terutama aspek positif yaitu sejumlah 92,6% sedangkan efek negatif hanya
sebesar 7,5% (pusing, ngantuk, dan pahit). Perilaku merokok ini berkaitan erat dengan kondisi
emosi. Kondisi yang paling banyak
tekanan
prilaku merokok
dalam
atau stres yaitu 40,9% (Komalasari & Helmi, 2000). Individu yang
merokok banyak beranggapan bahwa rokok dapat membantunya merasa lega dan santai saat
stres, padahal yang dirasakan itu merupakan bentuk ketergantungan terhadap nikotin.
Kaum remaja mulai merokok karena berkaitan dengan adanya krisis aspek
psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka
sedang mencari jati dirinya (Erickson dari Komalasari & Helmi, 2000).Hal ini disebabkan
karena masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa,
sehingga terjadinya perubahan- perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental
dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan
merupakan
masa
yang
penuh
pencapaian
(Fagan,
2006).Masa remaja
merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) (Hall dalam Asrori, 2009).
Banyak faktor yang menyebabkan remaja stres.Faktor yang menyebabkan
remaja atau siswa stres diantaranya adalah faktor internal (fisik, kognitif, dan
kepribadian) dan faktor eksternal
lingkungan
(lingkungan
keluarga,
lingkungan
sekolah,
siswa SMK, faktor yang paling dominanmenyebabkan siswa stres adalah faktor sekolah.
Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi
mengalami
penurunan
pada kondisi
permasalahan
remaja
yang
muncul
biasanya
banyak
dengan karakteristik yang ada pada diri remaja.Perilaku berisiko yang paling
sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol dan narkoba (Rey, 2002).Stres
merupakan bagian yang tidak terhindar dari kehidupan.Stres dapat mempengaruhi setiap
termasuk
orang,
pada
umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada remaja perempuan dan
laki-laki (Baldwin, 2002).
Remaja perempuan lebih peka terhadap lingkungannya.Menurut penelitian prestasi
mereka lebih baik dibanding remaja laki-laki. Nilai mereka di sekolah lebih
baik,mereka juga lebih menonjol. Tuntutan dan motivasi mereka lebih tinggi.Akibatnya, remaja
perempuan menderita beban psikis seperti cemas, tidak senang, sakit punggung dan
sakit kepala. Sedangkan remaja laki-laki yang mengalami stres akan lebih sering
merokok dan minum alkohol (Nasution, 2007), sehingga dapat dikatakan bahwa stres
merupakan salah satu keadaan yang menyebabkan remaja merokok.
Dari keterangan-keterangan diatas, maka dapat dilihat bahwa salah satu
kondisi yang menyebabkan timbulnya perilaku merokok adalah stres. Stres tidak
hanya mempengaruhiindividu untuk memulai mengkonsumsi rokok, namun juga bagi individu
yang sudah menjadi perokok.
dengan
Dengan
demikian
penelitian
judul Hubunganantara Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok pada Siswa SMA
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat stres pada siswa SMA laki-laki perokok di
Kabupaten Semarang
b. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat perilaku merokok pada siswa SMA
laki-laki perokok di Kabupaten Semarang
c. Mengetahui karakteristik kebiasaan merokok pada siswa laki-laki perokok di Kabupaten
Semarang
d. Mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan tingkat perilaku merokok pada siswa
SMA laki-laki dan perempuan perokok di Kabupaten Semarang
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi remaja/ siswa
Memberikan pengetahuan terhadap remaja mengenai hubungan stres dan perilaku
merokok.
2. Bidang pendidikan
a. Memberikan
pengetahuan
masukan
dan evaluasi
yang berguna
dalam melakukan
tindakankhususnya menyangkut masalah stres dan perilaku merokok bagi remaja/ siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merokok
tersebut terhadap
rangsangan
seseorang
merokok
untuk
Istiqomah
merokok
menggunakan
rokok
yang merupakan
respons orang
Sedangkan
kemudian
dihisap,
maupun menggunakan
pipa. Temparatur
menurut
baik
sebatang rokok
yang tengah dibakar adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30 derajat
Celcius
untuk ujung
rokok
Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang
diterima, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. Seperti halnya perilaku lain, perilaku
merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan faktor psikologis,
seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor eksternal (faktor
lingkungan sosial, seperti terpengaruh
oleh
teman
(2003)
menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap
rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.
Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu
kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco dependency
sendiri dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan
biasanya
tembakau
yang menetap,
lebih dari setengahbungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan distres yang
merokok,
dan
fungsi merokok
merokok
dalam kehidupan
sebagai
wujud
dari perilaku
merokok
rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atu asap utama
pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa perokok aktif (active smoker) adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok
serta bisa mengakibatkan
bahaya
bagi kesehatan
sekitar.
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidakmerokok (Pasive
Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok
lebih berbahaya terhadap perokok pasif dari pada perokok
kemungkinan
besar berbahaya
terhadap
mereka
yang bukan
perokok,
terutama
di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup
oleh
perokok
empat
menurut
pasif, lima
kali lebih
banyak
mengandung
perilaku
mengandung
tar dan
merokok
karbon monoksida,
sering
10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit dari bangun tidur pagi.
Menurut Tomkins cit Wismanto dan Sarwo (2007) ada 4 tipe perilaku merokok
berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah :
a) Tipe
perokok
yang dipengaruhi
oleh perasaan
seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Dalam hal ini dibagi dalam 3 sub tipe:
a. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan
kenikmatan
yang
menghabiskan
untuk
waktu
untuk
menghisapnya
mengisi
pipa dengan
pipa. Perokok
tembakau
pipa akan
sedangkan
memainkan
rokoknya
dengan
jari-jarinya lama
menggunakan
untuk mengurangi
rokok
perasaan
membeli
rokok, walau
malam sekalipun.
d) Perilaku
merokok
yang sudah
menjadi
kebiasaan.
Mereka menggunakan
sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok merupakan
Komalasari
dan Helmi
(2000),
perilaku merokok
selaindisebabkan
dari faktor dalam diri (internal) juga disebabkan faktor dari lingkungan (eksternal).
a) Faktor Diri (internal)
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Merokok juga memberi image bahwa
merokok dapat menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukkan
kedewasaan. Individu juga merokok dengan alasan sebagai alat menghilangkan stres
(Nasution, 2007).
Remaja
mulai merokok
dialami pada perkembangannya yaitu pada masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya
(Komalasari dan Helmi, 2000).
b) Faktor Lingkungan (eksternal)
Menurut soetjiningsih (2004), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
merokok
remaja adalah keluarga atau orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang
merokok, dan iklan rokok.
1) Orang Tua
Perilaku remaja
memang sangat
macam. Ada yang atraktif, lincah, modis, agresif dan kreatif dalam hal-hal yang
berguna, namun ada juga remaja yang suka hura-hura
bahkan
mengacau.
Pada masa
remaja, remaja memulai berjuang melepas ketergantungan kepada orang tua dan
berusaha
mencapai
kemandirian
sehingga
orang dewasa. Pada masa ini hubungan keluarga yang dulu sangat erat sekarang tampak
terpecah. Orang tua sangat berperan
satunya
adalah pola
asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada perilaku remaja. Pola asuh keluarga
kurang
baik akan
menimbulkan
seperti
yang
merokok,
minum-minuman
2005).
2) Teman Sebaya
Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku beresiko kesehatan pada remaja
dapat terjadi melalui mekanisme peer sosialization , dengan
kelompok
bergabung
arah pengaruh
dengan kelompok
berasal
sebayanya
maka seorangremaja akan dituntut untuk berperilaku sama dengan kelompoknya, sesuai
dengan norma yang dikembangkan oleh kelompok tersebut (Mutadin, 2002).
Remaja
pada
umumnya
bergaul
dengan
sesama
mereka, karakteristik
persahabatan remaja dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin dan ras. Kesamaan dalam
menggunakan obat -obatan, merokok sangat berpengaruh kuat dalam pemilihan teman.(Yusuf,
2006).
3) Iklan Rokok
Banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media luar ruang
mendorong
telah
rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Iklan rokok mempunyai tujuan
menjual
rokok, dengan
tujuan untuk
mengumpulkan kalangan muda yang belum merokok untuk mencoba merokok dan setelah
mencoba
merokok
akan
terus berkelanjutan
Menurut Hansen dalam Wismanto dan Budi (2007), mengungkapkanbahwa faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok yaitu:
1) Faktor Psikologis
Individu merokok untuk mendapatkan kesenangan, kenyamanan, merasa lepas
dari kegelisahan dan juga untuk mendapatkan rasa percaya diri. Oleh karena itu individu
perokok yang bergaul dengan perokok lebih sulit untuk berhenti merokok, daripada perokok
yang bergaul atau lingkungan sosialnya menolak perilaku merokok.
2) Faktor Biologis
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar nikotin
darah, maka
semakin
dalam
yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Rokok memang
akan masuk
kedalam
jumlah kecil ini hanya membutuhkan waktu 15 detik untuk sampai ke otak.
merokok
mengurangi
jumlah
lendir sehingga menghambat oksigen ke paru-paru sampai resiko delapan kali lebih besar
terkena kanker dibandingkan mereka yang hidup sehat tanpa rokok (Zulkifli, 2008).
Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan menghisap rokok yang mungkin
tidak terjadi dalam waktu singkat
namun
saja
monoksida
darah perokok
mudah
dapat mengurangi
daya angkut
oksigen
3) Pada Kehamilan
Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan dapat
meningkatkan resiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Resiko keguguran pada
wanita perokok 2-3 kali lebih sering karena karbon monoksida dalam asap rokok dapat
menurunkan kadar oksigen.
4) Jantung koroner
Penyakit
jantung
adalah
kematian
utama
di
indonesia. Sekitar 40 persen kematian akibat serangan jantung yang terjadi sebelum
umur
65 tahun
buasanya
berhubungan
5) Sistem Pernapasan
Kerugian
jangka
pendek
sistem
pernapasan
akibat rokok
adalah
kemampuan rokok untuk membunuh sel rambut getar (silia) di saluran pernapasan. Ini adalah
awal dari bronkitis, iritasi, batuk.Sedangkan untuk jangka panjang berupa kanker paru,
emphycema atau hilangnya elasitas paru-paru, dan bronkitis kronis.
B. Stress
1. Pengertian Stres
Stres merupakan suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan
psikologis yang dapat mempengaruhi keadaan fisik seseorang.Selain itu, stres dapat pula
diartikan dengan suatu kekuatan yang memaksa seseorang untuk berubah, bertumbuh, berjuang,
beradaptasi atau mendapatkan keuntungan. Kedua pernyataan tersebut merupakan sebagian
kecil dari sekian banyak definisi mengenai stres. Banyak para ahli mengemukakan tentang
definisi stres, salah satunya adalah Dr. Hans Selye yang mengemukakan bahwa stres adalah
respons umum terhadap adanya tuntutan pada tubuh. Selain Dr. Hans Selye, adapula Richard S
Lazarus yang menyatakan stres sebagai kondisi yang dialami bila seseorang sadar bahwa dirinya
dituntut untuk bertindak melebihi sumber daya personal dan sosial yang dimilikinya.
Biasanya stres dikaitkan dengan penyakit kejiwaan.Namun adakalanya stres dapat
dikaitkan dengan penyakit fisik.Banyak buku-buku kedokteran menyatakan bahwa hampir 50-70
% penyakit fisik disebabkan oleh stres atau tekanan.Hal tersebut dapat terjadi akibat dari
penyakit kejiwaan yang dapat menyerang fisik apabila daya tahan tubuh penderita dalam
keadaan lemah.
Manusia haruslah menganggap bahwa stres adalah suatu tantangan dalam hidup yang
memanglah harus dilalui.Tanpa adanya stres, manusia takkan hidup dengan normal.Dengan
munculnya stres, manusia harus bergerak untuk melawan stres.
Siapapun dapat mengalami stres, baik orang dewasa, remaja, maupun anak-anak sekalipun.
Orang dewasa dapat mengalami stres ketika ia mendapatkan suatu masalah atau perubahan
hidup, baik bersifat positif maupun negatif yang dapat menekan jiwa dan pikirannya. Remaja
dapat pula mengalami stres ketika ia dihadapkan dengan suatu keadaan dimana terjadi perbedaan
antara apa yang ada di dalam dirinya, baik dalam hati ataupun pikirannya terhadap kenyataan
yang terjadi dalam kehidupan yang baru dikenalnya. Selain remaja maupun orang dewasa, anakanak pun dapat mengalami stres.Mereka dapat mengalami stres ketika berada dalam kondisi atau
keadaan yang memaksanya harus melakukan sesuatu.
Berdasarkan berbagai pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian stres adalah
suatu bentuk respon dari dalam diri seseorang terhadap suatu keadaan yang menekan, baik jiwa
maupun pikiran yang dapat dijadikan sebagai suatu kekuatan untuk berubah dan berjuang.
2.
Macam stres
Secara umum, stres diklasifikasikan menjadi 2 macam, yakni disstress (stres negatif) dan
1. Secara global
Yang menjadi sumber utama stres yaitu lingkungan, badan, dan pikiran.Faktor lingkungan
dapat diperluas menjadi faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial.Faktor lingkungan fisik
yang dapat menjadi sumber stres, misalnya suhu, cahaya, polusi, udara, dan
kepadatan.Contohnya adalah seseorang yang terbiasa tinggal di lingkungan pedesaan dengan
udara yang bersih dan sedikit polusi harus merasakan tinggal dalam lingkungan perkotaan
dengan udara yang tak lepas dari banyak polusi. Kemungkinan besarnya, orang tersebut akan
mengalami stres diakibatkan lingkungan fisik yang tak biasa ditemuinya. Selain lingkungan fisik,
adapula lingkungan sosial.Lingkungan sosial yang dapat menjadi sumber stres meliputi
individual dan kelompok.Contoh sumber stres yang berupa individual adalah konflik peran dan
tanggung jawab.Sedangkan contoh sumber stres yang berupa kelompok adalah hubungan dengan
keluarga, teman, dll.
Sumber stres lainnya adalah badan.Faktor tersebut diartikan bahwa stres dapat muncul
akibat adanya suatu tuntutan dalam tubuh untuk menyesuaikan diri dengan adanya perubahan
dalam diri tersebut.Bentuk respon terhadap stres pada setiap orang berbeda-beda. Respon
terhadap stres dimulai dan dikontrol oleh sistem saraf pusat (terdapat di otak dan sumsum tulang
belakang) kemudian otak memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal untuk mengeluarkan
hormon adrenalin (ephinephrine dan norephinephrine) yang akan menimbulkan reaksi menyerah
dan berjuang untuk menghadapi stres.
Selain faktor lingkungan dan badan, adapula faktor pikiran yang dapat menyebabkan
stres.Seringkali orang menggunakan pikirannya untuk menafsirkan atau menganggap sesuatu
bersifat negatif.Pikiran seperti inilah yang sering mengundang datangnya stres.
2. Secara khusus pada remaja
Begitu mudah stres muncul pada diri seorang remaja.Remaja masih begitu labil sehingga
hal inilah yang memicu munculnya stres pada diri remaja dengan mudah.
Penyebab munculnya stres pada remaja umumnya sama dengan penyebab munculnya stres
secara global. Namun, lebih spesifiknya, sumber stres pada remaja seringkali disebabkan oleh
faktor lingkungan sosial (individual dan kelompok), badan, maupun pikiran.Jarang ditemukan
stres pada diri remaja disebabkan oleh faktor lingkungan fisik.
Faktor lingkungan sosial menjadi salah satu faktor penyebab munculnya stres pada
remaja.Seperti yang telah dijelaskan pada sumber stres secara global, faktor lingkungan sosial
dibedakan menjadi individual dan kelompok. Contoh dari faktor lingkungan sosial yang berupa
individual adalah ketika seorang remaja dibebani sebuah tanggung jawab yang dirasa begitu sulit
dilakukannya, maka tak jarang ia akan mengalami tekanan dalam dirinya yang juga disebut
dengan stres. Sebenarnya masalah tersebut dikembalikan kepada individu masing-masing,
tergantung bagaimana cara seseorang memandang masalah tersebut. Hal tersebut tidak akan
menjadi sebuah tekanan apabila individu tersebut tidak memandangnya sebagai suatu tekanan.
Begitulah maksud contoh penyebab stres pada remaja dari faktor individual.
Selain individual, ada pula perluasan faktor lingkungan sosial yang berupa kelompok.Contohnya
dari faktor tersebut adalah seorang remaja yang harus menghadapi suatu masalah yang terjadi
dalam hubungan keluarga, seperti terjadi perceraian di antara kedua orang tua remaja.Masalah
tersebut dapat menimbulkan stres pada diri seorang remaja.Selain dalam hubungan keluarga,
dapat pula terjadi dalam hubungan dengan kelompok lain, kelompok teman misalnya.Seorang
remaja yang memiliki konflik dengan temannya juga dapat memicu munculnya stres.
Seperti yang telah disebutkan bahwa seorang remaja begitu mudah terkena
stres.Penyebabnya adalah kondisi dari remaja itu sendiri yang masih labil. Dalam hal ini, seorang
remaja mengalami fluktuasi hormon dan proses menuju kedewasaan. Usia remaja merupakan
usia peralihan dari massa kanak-kanak menuju dewasa. Hal tersebut menyebabkan banyak sekali
perubahan dalam diri remaja, khususnya emosi dari remaja tersebut.
Sikap-sikap atau emosi yang biasanya terdapat dalam diri seorang remaja antara lain merasa
ingin menang sendiri (egois), menganggap bahwa dirinya adalah orang yang paling benar,
mudah marah dan lain sebagainya. Sikap-sikap itulah yang dapat menjadikan stres mudah
dialami oleh remaja dari segi emosional.
3.
ketidakseimbangan kimiawi. Stres juga akan berpengaruh pada kefokusan, memori, dan
konsentrasi. Hal tersebut misalnya terjadi pada seorang pelajar yang seringkali mengalami stres,
maka konsentrasinya akan terganggu khususnya dalam menerima pelajaran di sekolah. Ia takkan
fokus pada pelajaran yang diberikan oleh gurunya sehingga hal itu akan mengganggu prestasinya
di sekolah.
Selain itu, stres juga dapat berpengaruh terhadap pribadi seorang penderita stres, baik
pengaruh negatif maupun positif.Bentuk pengaruh stres sebenarnya ditentukan oleh seseorang
yang mengalami stres tersebut. Seseorang yang cenderung mudah menyerah dalam mengahadapi
masalah akan menimbulkan pengaruh yang buruk (negatif) dari kemunculan stres tersebut.
Sedangkan seseorang yang selalu berusaha untuk melawan stres yang datang akan menimbulkan
pengaruh yang baik (positif) dari kemunculan stres tersebut.
Stres yang dialami oleh seorang remaja memberikan pengaruh terhadap masing-masing
diri remaja tersebut. Berikut adalah contoh dari pengaruh stres terhadap remaja, baik berupa
pengaruh negatif maupun positif :
Ada dua pelajar, yaitu pelajar A dan pelajar B. Mereka sama-sama mendapatkan nilai ulangan di
bawah rata-rata. Karena hal itu, kedua pelajar tersebut mengalami stres.Akan tetapi dalam
menanggapinya, antara keduanya mengalami perbedaan.Pelajar A menanggapinya dengan tidak
berangkat sekolah karena malu dengan teman-temannya. Sedangkan pelajar B menanggapinya
dengan belajar lebih sungguh-sungguh agar ia dapat memperbaiki nilainya. Hal ini menunjukkan
bahwa stres memberikan pengaruh negatif kepada pelajar A, yaitu menjadikan pelajar tersebut
seorang pemalas dan takut menghadapi suatu kenyataan.Namun stres memberikan pengaruh
yang positif kepada pelajar B, yaitu menjadikan pelajar tersebut rajin belajar dan berani
menghadapi suatu masalah.
Dari contoh tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa stres dapat memberikan
pengaruh negatif kepada remaja yang biasanya mudah menyerah ketika menghadapi suatu
masalah.Sedangkan stres dapat memberikan dampak/pengaruh positif kepada remaja yang
cenderung lebih berusaha keras ketika menghadapi suatu masalah.
C. hipotesis
Hipotesa yang ingin dibuktikan kebenarannya dalam penelitian ini adalah adanya
hubungan antara tingkat stress dengan perilaku merokok pada siswa SMA laki-laki dan
perempuan di Kabupaten Semarang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitiankuantitatif guna mengetahui hubungan
antara tingkat stres dengan perilaku merokok siswa laki-laki dan perempuan di
Kabupaten Semarang melalui pengujian hipotesis.
B. Variable Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua variable, yaitu variable terikat tingkat stress dan
perilaku merokok sebagai variable bebas.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut pramesti (2006), populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi
perhatian dalam suatu eksperimen atau penelitian.populasi dalam penelitian ini adalah
pelajar SMA di Kabupaten Semarang.
2. Sampel
Menurut pramesti (2006), sampel adalah sebagian objek yang di ambil dari
populasi dimana karakteristiknya akan diselidiki dan di anggap dapat mewakili
seluruh populasi yang menjadi perhatian dalam eksperimen atau penelitian. sampel
diambil seluruh siswa perokok di Kabupaten Semarang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah dengan
angket kegiatan siswa serta wawancara mendalam dengan beberapa siswa
perokok.Angket diuji oleh pembimbing dengan berdasarkan telaah tujuan teoritik dan
kebermaknaan butir-butir angket. Setelah data terkumpul dilakukan uji validitas butirbutir angket dan uji reabilitas yang difasilitasi SPSS For Windows Release 10.0.
E. Teknik Analisis Data
Sesuai dengan rencana penelitian yaitu studi kuantitatif, maka analisis data
dilakukan dengan analisis asosiatif dilanjutkan dengan analisis korelasional .analisis
asosiatif digunakan untuk mengetahui hubungan setiap variabel dengan menggunakan
teknik statistik Kendall Tau.Analisis korelasional digunakan untuk menguji hubungan
antara tingkat stress (X) dengan perilaku merokok siswa (Y).pengolahan dan
penghitungan uji statistic dilakukan melalui SPSS For Windows Release 10.0 serta
disajikan dalam bentuk rangkuman hasil analisis.
PROPOSAL
Disusun Oleh :
ERIKA DIYAH ROSANTI
132011002