Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat ditemui hampir di setiap kalangan
masyarakat adalah perilaku merokok. Rokok tidaklah suatu hal yang baru dan asing lagi di
masyarakat, baik itu laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Orang merokok mudah
ditemui, seperti di rumah, kantor, cafe, tempat-tempat umum, di dalam kendaraan,
bahkan hingga di sekolah-sekolah (Redaksi Plus, 2010).
Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan, tidak hanya bagi individu yang
merokok

tetapi juga bagi orang-orang

rokok. Kerugian

yang

ditimbulkan

disekitar perokok

yang

bisa dari sisi kesehatan dan

ikut terhirup asap


ekonomi.

Dari

sisi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin,
karbomonoksida, dan tar akan memacu kerja dari susunan sistem saraf pusat dan
sususan saraf simpatis sehingga mengakibatkan
detak jantung bertambah

tekanan

darah meningkat

dan

cepat (Kendal & Hammen, 1998 dari Komalasari & Helmi,

2000), menstimulasi kanker dan berbagai penyakit yang lain seperti penyempitan pembuluh
darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, dan bronchitis kronis (Kaplan dkk, 1993
dari Komalasari & Helmi, 2000).

Hasil riset Darson(Theodorus, 1994) menemukan

bahwa sensitivitas ketajaman penciuman dan pengecapan perokok


dibandingkan

dengan

non-perokok.

Sementara

berkurang

itu dari sisi ekonomi merokok

pada dasarnya adalah membakar uang, apalagi jika itu dilakukan oleh remajayang
belum mempunyai penghasilan.
Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Adapun
penyebab kematian utama para perokok tersebut adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru, dan
stroke (Fawzani & Triratnawati, 2005). Betapapun diungkapkan oleh berbagai kalangan peneliti
tentang berbagai

bahaya

rokok

bagi kesehatan,

para perokok

seakan-akan

tidak

peduli terhadap hasil berbagai penelitian itu. Laporan World Health Organization

(WHO) tahun 2008 menyatakan bahwa lebih dari lima juta orang meninggal karena
penyakit yang disebabkan rokok. Hal ini berarti setiap satu menit tidak kurang sembilan orang
meninggal akibat racun pada rokok atau dalam setiap enam detik di dunia ini akan
terjadi satu kasus kematian akibat rokok. Pada tahun 2030 diperkirakan lebih dari 80%
kematian akibat rokok terjadi di negara-negara berkembang.
Meningkatnya
menjadi

prevalensi

merokok

menyebabkan

masalah

rokok

semakinserius. Jumlah perokok dunia mencapai 1,35 miliar orang (WHO,

2008). Di negara-negaraberkembang, seperti di Indonesia jumlah perokok dari waktu ke waktu


semakin meningkat. Pada tahun 1995 prevalensi perokok penduduk > 15 tahun adalah
26,9. Pada tahun 2001 meningkat
tahun

2007

meningkat

mencapai

menjadi

34,2 (Riskesdas,

31,5 (Lensa

2007), kemudian

Indonesia,

2011).

Pada

pada tahun 2010

lagi menjadi 34,7 (Riskesdas, 2010).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia.Dari
data World

Health

Organization

(WHO)

pada tahun

2008,

dapat disimpulkan

bahwa Indonesia menempati urutan ketiga setelah China dan India pada sepuluh
negara perokok terbesar dunia.Jumlah perokok Indonesia mencapai 65 juta
penduduk.Sementara itu China mencapai 390 juta perokok dan India 144 juta perokok
(Endrawanch, 2009).Perokok di masyarakat Indonesia ternyata tidak hanya di kalangan dewasa
saja, namun sudah merambat ke kalangan remaja. Data WHO tahun 2008 menyebutkan bahwa
63% pria adalah perokok dan 4,5% wanita adalah perokok. Sedangkan statistik perokok dari
kalangan remaja Indonesia yaitu 24,1% remaja pria adalah perokok dan 4,0% remaja
wanita adalah perokok.Sedangkan data dari dinas kesehatan kota Semarang sendiri
menyebutkan bahwa perokok anak atau remaja putri mencapai 4,0 % dan perokok
perempuan dewasa mencapai 4,5 % dari jumlah penduduk kota Semarang (Dinkes, 2010).
Perilaku

merokok

di masyarakat

tidak terjadi tanpa adanya

hal-hal yang

mendorongperokok untuk melakukan tindakan tersebut. Banyak faktor yang mendorong individu
untuk merokok.
merokok
lingkungan

Secara garis besar faktor-faktor

adalahfaktor

lingkungan

yang

yang mempengaruhi

terdiri dari lingkungan

perilaku

keluarga dan

sebaya, sertakepuasan psikologis (Komalasari & Helmi, 2000). Kepuasan

psikologis memberi sumbangan yang lebih tinggi, yaitu mencapai 40,9% dari pada sumbangan

sikap permisif orang tua dan lingkungan teman sebaya yang hanya mencapai 38,4%. Hal ini
memberikan gambaran bahwa perilaku
kenikmatan

merokok

bagi subjek

dianggap

memberikan

dan menyenangkan. Merokok bagi remaja mempunyai kaitan yang erat dengan

aspek psikologis terutama aspek positif yaitu sejumlah 92,6% sedangkan efek negatif hanya
sebesar 7,5% (pusing, ngantuk, dan pahit). Perilaku merokok ini berkaitan erat dengan kondisi
emosi. Kondisi yang paling banyak
tekanan

prilaku merokok

yaitu ketika subjek

dalam

atau stres yaitu 40,9% (Komalasari & Helmi, 2000). Individu yang

merokok banyak beranggapan bahwa rokok dapat membantunya merasa lega dan santai saat
stres, padahal yang dirasakan itu merupakan bentuk ketergantungan terhadap nikotin.
Kaum remaja mulai merokok karena berkaitan dengan adanya krisis aspek
psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka
sedang mencari jati dirinya (Erickson dari Komalasari & Helmi, 2000).Hal ini disebabkan
karena masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa,
sehingga terjadinya perubahan- perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental
dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan
merupakan

masa

yang

penuh

pencapaian

(Fagan,

2006).Masa remaja

dengan permasalahan.Selain itu masa remaja juga

merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) (Hall dalam Asrori, 2009).
Banyak faktor yang menyebabkan remaja stres.Faktor yang menyebabkan
remaja atau siswa stres diantaranya adalah faktor internal (fisik, kognitif, dan
kepribadian) dan faktor eksternal
lingkungan

(lingkungan

keluarga,

lingkungan

sekolah,

masyarakat).Menurut penelitian Sudiana (2007) yang dilakukan pada

siswa SMK, faktor yang paling dominanmenyebabkan siswa stres adalah faktor sekolah.
Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi
mengalami

penurunan

pada kondisi

psikis, fisiologis, dan sosial. Jika remaja

tidak mampu mengatasi perubahan-perubahan tersebut dengan baik dan ketidaksesuaian


antara perkembangan psikis dan sosial menyebabkan remaja berada dalam kondisi di bawah
tekananatau stres dan terjadi permasalahan lainnya sehingga berakibat pada perilaku-perilaku
negatif.Beberapa
berhubungan

permasalahan

remaja

yang

muncul

biasanya

banyak

dengan karakteristik yang ada pada diri remaja.Perilaku berisiko yang paling

sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol dan narkoba (Rey, 2002).Stres

merupakan bagian yang tidak terhindar dari kehidupan.Stres dapat mempengaruhi setiap
termasuk

remaja. Sumber stres

pada remaja laki-laki dan perempuan

orang,

pada

umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada remaja perempuan dan
laki-laki (Baldwin, 2002).
Remaja perempuan lebih peka terhadap lingkungannya.Menurut penelitian prestasi
mereka lebih baik dibanding remaja laki-laki. Nilai mereka di sekolah lebih
baik,mereka juga lebih menonjol. Tuntutan dan motivasi mereka lebih tinggi.Akibatnya, remaja
perempuan menderita beban psikis seperti cemas, tidak senang, sakit punggung dan
sakit kepala. Sedangkan remaja laki-laki yang mengalami stres akan lebih sering
merokok dan minum alkohol (Nasution, 2007), sehingga dapat dikatakan bahwa stres
merupakan salah satu keadaan yang menyebabkan remaja merokok.
Dari keterangan-keterangan diatas, maka dapat dilihat bahwa salah satu
kondisi yang menyebabkan timbulnya perilaku merokok adalah stres. Stres tidak
hanya mempengaruhiindividu untuk memulai mengkonsumsi rokok, namun juga bagi individu
yang sudah menjadi perokok.
dengan

Dengan

demikian

peneliti akan melakukan

penelitian

judul Hubunganantara Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok pada Siswa SMA

Laki-Laki dan perempuan perokokdi Kabupaten Semarang.


B. Penetapan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah hubungan
antaratingkat stres dengan prilaku merokok pada siswa SMA laki-laki dan perempuan perokok di
Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
tingkat stres dengan perilaku merokok pada siswa SMA laki-laki dan perempuan perokok di
Kabupaten Semarang.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat stres pada siswa SMA laki-laki perokok di
Kabupaten Semarang
b. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat perilaku merokok pada siswa SMA
laki-laki perokok di Kabupaten Semarang
c. Mengetahui karakteristik kebiasaan merokok pada siswa laki-laki perokok di Kabupaten
Semarang
d. Mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan tingkat perilaku merokok pada siswa
SMA laki-laki dan perempuan perokok di Kabupaten Semarang

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi remaja/ siswa
Memberikan pengetahuan terhadap remaja mengenai hubungan stres dan perilaku
merokok.
2. Bidang pendidikan
a. Memberikan

pengetahuan

atau referensi terkait hubungan

antara tingkat stress

dengan prilaku merokok pada remaja terutama pelajar .


b. Sebagai

masukan

dan evaluasi

yang berguna

dalam melakukan

tindakankhususnya menyangkut masalah stres dan perilaku merokok bagi remaja/ siswa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Merokok Pada Remaja


1. Pengertian Perilaku Merokok
Perilaku

merokok

adalah aktivitas seseorang

tersebut terhadap

rangsangan

seseorang

merokok

untuk

Istiqomah

merokok

menggunakan

rokok

yang merupakan

respons orang

dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi


dan dapat diamati secara langsung.

Sedangkan

adalah membakar tembakau

kemudian

dihisap,

maupun menggunakan

pipa. Temparatur

menurut

baik

sebatang rokok

yang tengah dibakar adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30 derajat
Celcius

untuk ujung

rokok

yang terselip di antara bibir perokok (Istiqomah, 2003).

Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang
diterima, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. Seperti halnya perilaku lain, perilaku
merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor biologis dan faktor psikologis,
seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor eksternal (faktor
lingkungan sosial, seperti terpengaruh

oleh

teman

sebaya). Sari dkk

(2003)

menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap
rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.
Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu
kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco dependency
sendiri dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan
biasanya

tembakau

yang menetap,

lebih dari setengahbungkus rokok per hari, dengan adanya tambahan distres yang

disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang. Perilaku merokok


dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek
merokoknya,

yang berhubungan dengan perilaku

yang diukur melalui intensitas merokok, waktu

merokok,

dan

fungsi merokok
merokok

dalam kehidupan

sebagai

wujud

sehari-hari (Komalasari & Helmi, 2000). Intensitas

dari perilaku

merokok

menurut (Bustan, M.N., 2000)

rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atu asap utama
pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa perokok aktif (active smoker) adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok
serta bisa mengakibatkan

bahaya

bagi kesehatan

diri sendiri maupun lingkungan

sekitar.
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidakmerokok (Pasive
Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok
lebih berbahaya terhadap perokok pasif dari pada perokok
kemungkinan

besar berbahaya

terhadap

mereka

aktif. Asap rokok sigaret

yang bukan

perokok,

terutama

di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup
oleh

perokok

empat
menurut

pasif, lima

kali lebih banyak


(Mutadin, 2002)

kali lebih

banyak

mengandung
perilaku

mengandung

tar dan

merokok

karbon monoksida,

nikotin (Wardoyo, 1996). Sedangkan

berdasarkan intensitas merokok

membagi jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari, yaitu:


a) Perokok
yaitu merokok

sangat berat adalah perokok


lebih 31 batang tiap harinya

yang mengkomsumsi rokok sangat

sering

dengan selang merokok lima menit setelah

bangun tidur pagi hari.


b) Perokok berat adalah perokok yang menghabiskan 21-30 batang rokok setiap hari dengan
selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur pagi hari.
c) Perokok sedang adalah perokok yang mengkomsumsi rokok cukup yaitu 11-21
batang per hari dengan selang waktu 31-60 menit mulai bangun tidur pagi hari.
d) Perokok ringan adalah perokok

yang mengkomsumsi rokok jarang yaitu sekitar

10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit dari bangun tidur pagi.
Menurut Tomkins cit Wismanto dan Sarwo (2007) ada 4 tipe perilaku merokok
berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah :

a) Tipe

perokok

yang dipengaruhi

oleh perasaan

positif. Dengan merokok

seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Dalam hal ini dibagi dalam 3 sub tipe:
a. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan

kenikmatan

yang

sudah didapat, misalnya merokok setelah

minum kopi atau makan.


b. Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya
untuk menyenangkan perasaan.
c. Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan
memegang

rokok. Sangat spesifik pada perokok

menghabiskan
untuk

waktu

untuk

menghisapnya

mengisi

pipa dengan

pipa. Perokok
tembakau

pipa akan
sedangkan

hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja atau perokok

lebih senang berlama-lama

memainkan

rokoknya

dengan

jari-jarinya lama

sebelum dia menyalakan dengan api.


b) Perilaku merokok

yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang

menggunakan

untuk mengurangi

rokok

perasaan

negatif, misalnya bila marah,

cemas ataupun gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.


c) Perilaku merokok yang adiktif (psychological addiction). Bagi yang sudah adiksi, akan
menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya
berkurang. Mereka umumnya akan
tengah

pergi keluar rumah

membeli

rokok, walau

malam sekalipun.

d) Perilaku

merokok

yang sudah

menjadi

kebiasaan.

rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan


benar-benar

Mereka menggunakan

mereka, tetapi karena

sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok merupakan

suatu perilaku yang bersifat otomatis.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok


Menurut

Komalasari

dan Helmi

(2000),

perilaku merokok

selaindisebabkan

dari faktor dalam diri (internal) juga disebabkan faktor dari lingkungan (eksternal).
a) Faktor Diri (internal)
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Merokok juga memberi image bahwa
merokok dapat menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukkan
kedewasaan. Individu juga merokok dengan alasan sebagai alat menghilangkan stres
(Nasution, 2007).
Remaja

mulai merokok

berkaitan dengan adanya

krisis psikososial yang

dialami pada perkembangannya yaitu pada masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya
(Komalasari dan Helmi, 2000).
b) Faktor Lingkungan (eksternal)
Menurut soetjiningsih (2004), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku

merokok

remaja adalah keluarga atau orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang
merokok, dan iklan rokok.
1) Orang Tua
Perilaku remaja

memang sangat

menarik dan gaya mereka pun bermacam-

macam. Ada yang atraktif, lincah, modis, agresif dan kreatif dalam hal-hal yang
berguna, namun ada juga remaja yang suka hura-hura

bahkan

mengacau.

Pada masa

remaja, remaja memulai berjuang melepas ketergantungan kepada orang tua dan
berusaha

mencapai

kemandirian

sehingga

dapat diterima dan diakui sebagai

orang dewasa. Pada masa ini hubungan keluarga yang dulu sangat erat sekarang tampak
terpecah. Orang tua sangat berperan

pada masa remaja, salah

satunya

adalah pola

asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada perilaku remaja. Pola asuh keluarga
kurang

baik akan

menimbulkan

perilaku yang menyimpang

seperti

yang
merokok,

minum-minuman

keras, menggunakan obat-obat terlarang dan lain-lain (Depkes RI,

2005).
2) Teman Sebaya
Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku beresiko kesehatan pada remaja
dapat terjadi melalui mekanisme peer sosialization , dengan
kelompok

sebaya, artinya ketika remaja

bergabung

arah pengaruh

dengan kelompok

berasal
sebayanya

maka seorangremaja akan dituntut untuk berperilaku sama dengan kelompoknya, sesuai
dengan norma yang dikembangkan oleh kelompok tersebut (Mutadin, 2002).
Remaja

pada

umumnya

bergaul

dengan

sesama

mereka, karakteristik

persahabatan remaja dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin dan ras. Kesamaan dalam
menggunakan obat -obatan, merokok sangat berpengaruh kuat dalam pemilihan teman.(Yusuf,
2006).
3) Iklan Rokok
Banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media luar ruang
mendorong

telah

rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Iklan rokok mempunyai tujuan

mensponsori hiburan bukan untuk

menjual

rokok, dengan

tujuan untuk

mengumpulkan kalangan muda yang belum merokok untuk mencoba merokok dan setelah
mencoba

merokok

akan

terus berkelanjutan

sampai ketagihan (Istiqomah, 2004).

Menurut Hansen dalam Wismanto dan Budi (2007), mengungkapkanbahwa faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok yaitu:
1) Faktor Psikologis
Individu merokok untuk mendapatkan kesenangan, kenyamanan, merasa lepas
dari kegelisahan dan juga untuk mendapatkan rasa percaya diri. Oleh karena itu individu
perokok yang bergaul dengan perokok lebih sulit untuk berhenti merokok, daripada perokok
yang bergaul atau lingkungan sosialnya menolak perilaku merokok.

2) Faktor Biologis
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar nikotin
darah, maka

semakin

dalam

besar pula ketergantungan seorang terhadap rokok.

3. Dampak Rokok Pada Remaja


Rokok memiliki 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, diantaranya
adalah nikotin

yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Rokok memang

hanya memiliki 8-20 mg nikotin, yang setelah dibakar 25 persennya


darah. Namun,
Dengan

akan masuk

kedalam

jumlah kecil ini hanya membutuhkan waktu 15 detik untuk sampai ke otak.

merokok

mengurangi

jumlah

sel-sel berfilia (rambut getar), menambah sel

lendir sehingga menghambat oksigen ke paru-paru sampai resiko delapan kali lebih besar
terkena kanker dibandingkan mereka yang hidup sehat tanpa rokok (Zulkifli, 2008).
Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan menghisap rokok yang mungkin
tidak terjadi dalam waktu singkat

namun

saja

memberikan perokok potensi yang lebih besar.

Beberapa diantaranya antara lain:


1) Impotensi
Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke penis berkurang
sehingga tidak terjadi ereksi.
2) Osteoporosis
Karbon

monoksida

darah perokok
mudah

dalam asap rokok

dapat mengurangi

sebesar 15 persen, mengakibatkan kerapuhan

daya angkut

oksigen

tulang sehingga lebih

patah dan membutuhkan waktu 80 persen lebih lama untuk penyembuhan.

3) Pada Kehamilan
Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan dapat
meningkatkan resiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Resiko keguguran pada
wanita perokok 2-3 kali lebih sering karena karbon monoksida dalam asap rokok dapat
menurunkan kadar oksigen.

4) Jantung koroner
Penyakit

jantung

adalah

salah satu penyebab

kematian

utama

di

indonesia. Sekitar 40 persen kematian akibat serangan jantung yang terjadi sebelum
umur

65 tahun

buasanya

berhubungan

dengan kebiasaan merokok.

5) Sistem Pernapasan
Kerugian

jangka

pendek

sistem

pernapasan

akibat rokok

adalah

kemampuan rokok untuk membunuh sel rambut getar (silia) di saluran pernapasan. Ini adalah
awal dari bronkitis, iritasi, batuk.Sedangkan untuk jangka panjang berupa kanker paru,
emphycema atau hilangnya elasitas paru-paru, dan bronkitis kronis.
B. Stress
1. Pengertian Stres
Stres merupakan suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan
psikologis yang dapat mempengaruhi keadaan fisik seseorang.Selain itu, stres dapat pula
diartikan dengan suatu kekuatan yang memaksa seseorang untuk berubah, bertumbuh, berjuang,
beradaptasi atau mendapatkan keuntungan. Kedua pernyataan tersebut merupakan sebagian
kecil dari sekian banyak definisi mengenai stres. Banyak para ahli mengemukakan tentang
definisi stres, salah satunya adalah Dr. Hans Selye yang mengemukakan bahwa stres adalah
respons umum terhadap adanya tuntutan pada tubuh. Selain Dr. Hans Selye, adapula Richard S
Lazarus yang menyatakan stres sebagai kondisi yang dialami bila seseorang sadar bahwa dirinya
dituntut untuk bertindak melebihi sumber daya personal dan sosial yang dimilikinya.
Biasanya stres dikaitkan dengan penyakit kejiwaan.Namun adakalanya stres dapat
dikaitkan dengan penyakit fisik.Banyak buku-buku kedokteran menyatakan bahwa hampir 50-70
% penyakit fisik disebabkan oleh stres atau tekanan.Hal tersebut dapat terjadi akibat dari
penyakit kejiwaan yang dapat menyerang fisik apabila daya tahan tubuh penderita dalam
keadaan lemah.
Manusia haruslah menganggap bahwa stres adalah suatu tantangan dalam hidup yang
memanglah harus dilalui.Tanpa adanya stres, manusia takkan hidup dengan normal.Dengan
munculnya stres, manusia harus bergerak untuk melawan stres.
Siapapun dapat mengalami stres, baik orang dewasa, remaja, maupun anak-anak sekalipun.
Orang dewasa dapat mengalami stres ketika ia mendapatkan suatu masalah atau perubahan

hidup, baik bersifat positif maupun negatif yang dapat menekan jiwa dan pikirannya. Remaja
dapat pula mengalami stres ketika ia dihadapkan dengan suatu keadaan dimana terjadi perbedaan
antara apa yang ada di dalam dirinya, baik dalam hati ataupun pikirannya terhadap kenyataan
yang terjadi dalam kehidupan yang baru dikenalnya. Selain remaja maupun orang dewasa, anakanak pun dapat mengalami stres.Mereka dapat mengalami stres ketika berada dalam kondisi atau
keadaan yang memaksanya harus melakukan sesuatu.
Berdasarkan berbagai pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian stres adalah
suatu bentuk respon dari dalam diri seseorang terhadap suatu keadaan yang menekan, baik jiwa
maupun pikiran yang dapat dijadikan sebagai suatu kekuatan untuk berubah dan berjuang.
2.

Macam stres
Secara umum, stres diklasifikasikan menjadi 2 macam, yakni disstress (stres negatif) dan

eustress (stres positif).


a. Disstress (Stres negatif)
Disstres merupakan stres yang menciptakan pengaruh yang buruk atau negatif terhadap penderita
stres.Contoh dari pengaruhnya adalah seseorang dapat merasakan suatu perasaan cemas,
khawatir, menderita suatu penyakit fisik, atau hal negatif lainnya.
b.

Eustress (Stres positif)


Umumnya stres diketahui pasti bersifat negatif. Namun, setelah Dr. Hans Selye melakukan
penelitian panjangnya, ia mengungkapkan bahwa ternyata stres pun ada yang bersifat positif.
Eustress merupakan stres yang menciptakan pengaruh yang baik atau positif terhadap penderita
stres. Hal ini berarti, sang penderita mampu mengalihkan stresnya ke hal-hal yang bermanfaat,
contohnya stres tersebut dapat menjadikan seseorang berpikir atau bertindak kreatif, memiliki
sikap kewaspadaan, memiliki pengalaman dapat menyelesaikan/menghadapi suatu masalah atau
kondisi yang serupa, dan lain sebagainya.
3. Sumber stres
Stres tak mungkin muncul begitu saja tanpa adanya penyebab.Hal-hal yang menjadi
penyebab atau sumber dari munculnya stres disebut sebagai stressor.Banyak hal-hal yang ada di
sekitar kita, bahkan yang ada dalam diri kita yang dapat menjadi sumber dari munculnya
stres.Untuk lebih jelasnya, penulis memisahkan antara penyebab munculnya stres secara global
dan penyebab munculnya stres pada remaja khususnya.

1. Secara global
Yang menjadi sumber utama stres yaitu lingkungan, badan, dan pikiran.Faktor lingkungan
dapat diperluas menjadi faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial.Faktor lingkungan fisik
yang dapat menjadi sumber stres, misalnya suhu, cahaya, polusi, udara, dan
kepadatan.Contohnya adalah seseorang yang terbiasa tinggal di lingkungan pedesaan dengan
udara yang bersih dan sedikit polusi harus merasakan tinggal dalam lingkungan perkotaan
dengan udara yang tak lepas dari banyak polusi. Kemungkinan besarnya, orang tersebut akan
mengalami stres diakibatkan lingkungan fisik yang tak biasa ditemuinya. Selain lingkungan fisik,
adapula lingkungan sosial.Lingkungan sosial yang dapat menjadi sumber stres meliputi
individual dan kelompok.Contoh sumber stres yang berupa individual adalah konflik peran dan
tanggung jawab.Sedangkan contoh sumber stres yang berupa kelompok adalah hubungan dengan
keluarga, teman, dll.
Sumber stres lainnya adalah badan.Faktor tersebut diartikan bahwa stres dapat muncul
akibat adanya suatu tuntutan dalam tubuh untuk menyesuaikan diri dengan adanya perubahan
dalam diri tersebut.Bentuk respon terhadap stres pada setiap orang berbeda-beda. Respon
terhadap stres dimulai dan dikontrol oleh sistem saraf pusat (terdapat di otak dan sumsum tulang
belakang) kemudian otak memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal untuk mengeluarkan
hormon adrenalin (ephinephrine dan norephinephrine) yang akan menimbulkan reaksi menyerah
dan berjuang untuk menghadapi stres.
Selain faktor lingkungan dan badan, adapula faktor pikiran yang dapat menyebabkan
stres.Seringkali orang menggunakan pikirannya untuk menafsirkan atau menganggap sesuatu
bersifat negatif.Pikiran seperti inilah yang sering mengundang datangnya stres.
2. Secara khusus pada remaja
Begitu mudah stres muncul pada diri seorang remaja.Remaja masih begitu labil sehingga
hal inilah yang memicu munculnya stres pada diri remaja dengan mudah.
Penyebab munculnya stres pada remaja umumnya sama dengan penyebab munculnya stres
secara global. Namun, lebih spesifiknya, sumber stres pada remaja seringkali disebabkan oleh
faktor lingkungan sosial (individual dan kelompok), badan, maupun pikiran.Jarang ditemukan
stres pada diri remaja disebabkan oleh faktor lingkungan fisik.
Faktor lingkungan sosial menjadi salah satu faktor penyebab munculnya stres pada
remaja.Seperti yang telah dijelaskan pada sumber stres secara global, faktor lingkungan sosial

dibedakan menjadi individual dan kelompok. Contoh dari faktor lingkungan sosial yang berupa
individual adalah ketika seorang remaja dibebani sebuah tanggung jawab yang dirasa begitu sulit
dilakukannya, maka tak jarang ia akan mengalami tekanan dalam dirinya yang juga disebut
dengan stres. Sebenarnya masalah tersebut dikembalikan kepada individu masing-masing,
tergantung bagaimana cara seseorang memandang masalah tersebut. Hal tersebut tidak akan
menjadi sebuah tekanan apabila individu tersebut tidak memandangnya sebagai suatu tekanan.
Begitulah maksud contoh penyebab stres pada remaja dari faktor individual.
Selain individual, ada pula perluasan faktor lingkungan sosial yang berupa kelompok.Contohnya
dari faktor tersebut adalah seorang remaja yang harus menghadapi suatu masalah yang terjadi
dalam hubungan keluarga, seperti terjadi perceraian di antara kedua orang tua remaja.Masalah
tersebut dapat menimbulkan stres pada diri seorang remaja.Selain dalam hubungan keluarga,
dapat pula terjadi dalam hubungan dengan kelompok lain, kelompok teman misalnya.Seorang
remaja yang memiliki konflik dengan temannya juga dapat memicu munculnya stres.
Seperti yang telah disebutkan bahwa seorang remaja begitu mudah terkena
stres.Penyebabnya adalah kondisi dari remaja itu sendiri yang masih labil. Dalam hal ini, seorang
remaja mengalami fluktuasi hormon dan proses menuju kedewasaan. Usia remaja merupakan
usia peralihan dari massa kanak-kanak menuju dewasa. Hal tersebut menyebabkan banyak sekali
perubahan dalam diri remaja, khususnya emosi dari remaja tersebut.
Sikap-sikap atau emosi yang biasanya terdapat dalam diri seorang remaja antara lain merasa
ingin menang sendiri (egois), menganggap bahwa dirinya adalah orang yang paling benar,
mudah marah dan lain sebagainya. Sikap-sikap itulah yang dapat menjadikan stres mudah
dialami oleh remaja dari segi emosional.
3.

Pengaruh Stres pada Remaja


Pengaruh dari seringnya mengalami stres akan berakibat buruk pada otak,

ketidakseimbangan kimiawi. Stres juga akan berpengaruh pada kefokusan, memori, dan
konsentrasi. Hal tersebut misalnya terjadi pada seorang pelajar yang seringkali mengalami stres,
maka konsentrasinya akan terganggu khususnya dalam menerima pelajaran di sekolah. Ia takkan
fokus pada pelajaran yang diberikan oleh gurunya sehingga hal itu akan mengganggu prestasinya
di sekolah.

Selain itu, stres juga dapat berpengaruh terhadap pribadi seorang penderita stres, baik
pengaruh negatif maupun positif.Bentuk pengaruh stres sebenarnya ditentukan oleh seseorang
yang mengalami stres tersebut. Seseorang yang cenderung mudah menyerah dalam mengahadapi
masalah akan menimbulkan pengaruh yang buruk (negatif) dari kemunculan stres tersebut.
Sedangkan seseorang yang selalu berusaha untuk melawan stres yang datang akan menimbulkan
pengaruh yang baik (positif) dari kemunculan stres tersebut.
Stres yang dialami oleh seorang remaja memberikan pengaruh terhadap masing-masing
diri remaja tersebut. Berikut adalah contoh dari pengaruh stres terhadap remaja, baik berupa
pengaruh negatif maupun positif :
Ada dua pelajar, yaitu pelajar A dan pelajar B. Mereka sama-sama mendapatkan nilai ulangan di
bawah rata-rata. Karena hal itu, kedua pelajar tersebut mengalami stres.Akan tetapi dalam
menanggapinya, antara keduanya mengalami perbedaan.Pelajar A menanggapinya dengan tidak
berangkat sekolah karena malu dengan teman-temannya. Sedangkan pelajar B menanggapinya
dengan belajar lebih sungguh-sungguh agar ia dapat memperbaiki nilainya. Hal ini menunjukkan
bahwa stres memberikan pengaruh negatif kepada pelajar A, yaitu menjadikan pelajar tersebut
seorang pemalas dan takut menghadapi suatu kenyataan.Namun stres memberikan pengaruh
yang positif kepada pelajar B, yaitu menjadikan pelajar tersebut rajin belajar dan berani
menghadapi suatu masalah.
Dari contoh tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa stres dapat memberikan
pengaruh negatif kepada remaja yang biasanya mudah menyerah ketika menghadapi suatu
masalah.Sedangkan stres dapat memberikan dampak/pengaruh positif kepada remaja yang
cenderung lebih berusaha keras ketika menghadapi suatu masalah.

C. hipotesis
Hipotesa yang ingin dibuktikan kebenarannya dalam penelitian ini adalah adanya
hubungan antara tingkat stress dengan perilaku merokok pada siswa SMA laki-laki dan
perempuan di Kabupaten Semarang.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitiankuantitatif guna mengetahui hubungan
antara tingkat stres dengan perilaku merokok siswa laki-laki dan perempuan di
Kabupaten Semarang melalui pengujian hipotesis.
B. Variable Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua variable, yaitu variable terikat tingkat stress dan
perilaku merokok sebagai variable bebas.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut pramesti (2006), populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi
perhatian dalam suatu eksperimen atau penelitian.populasi dalam penelitian ini adalah
pelajar SMA di Kabupaten Semarang.
2. Sampel
Menurut pramesti (2006), sampel adalah sebagian objek yang di ambil dari
populasi dimana karakteristiknya akan diselidiki dan di anggap dapat mewakili
seluruh populasi yang menjadi perhatian dalam eksperimen atau penelitian. sampel
diambil seluruh siswa perokok di Kabupaten Semarang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah dengan
angket kegiatan siswa serta wawancara mendalam dengan beberapa siswa
perokok.Angket diuji oleh pembimbing dengan berdasarkan telaah tujuan teoritik dan
kebermaknaan butir-butir angket. Setelah data terkumpul dilakukan uji validitas butirbutir angket dan uji reabilitas yang difasilitasi SPSS For Windows Release 10.0.
E. Teknik Analisis Data
Sesuai dengan rencana penelitian yaitu studi kuantitatif, maka analisis data
dilakukan dengan analisis asosiatif dilanjutkan dengan analisis korelasional .analisis
asosiatif digunakan untuk mengetahui hubungan setiap variabel dengan menggunakan
teknik statistik Kendall Tau.Analisis korelasional digunakan untuk menguji hubungan
antara tingkat stress (X) dengan perilaku merokok siswa (Y).pengolahan dan
penghitungan uji statistic dilakukan melalui SPSS For Windows Release 10.0 serta
disajikan dalam bentuk rangkuman hasil analisis.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA


SISWA SMA LAKI-LAKI PEROKOK DI KABUPATEN SEMARANG

PROPOSAL

Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh :
ERIKA DIYAH ROSANTI
132011002

PROGRAM STUDI S1 BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014

Anda mungkin juga menyukai