Anda di halaman 1dari 117

OPTIMASI KOMPOSISI ASAM SITRAT DAN ASAM TARTRAT

DALAM TABLET EFFERVESCENT VITAMIN C: APLIKASI METODE


DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:
Duma Yanti
NIM : 028114173

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
berjudul Optimasi Komposisi Asam sitrat dan Asam Tartrat dalam Tablet
Effervescent Vitamin C: Aplikasi Metode Desain Faktorial sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, dorongan, pengarahan,
sarana, ataupun fasilitas dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.

Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen
Penguji atas segala bimbingan, saran, pengarahan, dan kesempatan yang telah
diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

2.

Ibu Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt. selaku Dosen Penguji atas segala masukan
berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

3.

Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji atas segala
masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

4.

Ibu Dewi Setyaningsih, M.Si., Apt. atas segala bimbingan, saran, pengarahan,
dan dorongan yang telah diberikan selama penelitian.

5.

Bapak Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.Si., Apt. atas bantuan yang telah
diberikan dalam penelitian ini.

6.

Bapak Jefry Julianus M.Si. atas bantuan yang diberikan dalam penelitian ini.

7.

Pak Bambang, Mas Surajio, dan Ibu Aminem selaku laboran teknologi sediaan
padat fakultas farmasi Universitas Gadjah Mada atas segala bantuan dan
masukan yang telah diberikan selama penelitian.

8.

Laboran teknologi sediaan padat fakultas famasi Universitas Sanata Dharma


yang telah membantu dalam kelancaran penelitian.

9.

Kedua orangtuaku tercinta untuk doa, semangat dan dukungan baik moril
maupun materil yang telah diberikan.

10.

Iton untuk doa, dorongan, semangat dan kebersamaan dalam susah dan
senang.

11.

Teman-teman terbaikku di farmasi, nonot, rinta, leny, berta untuk


persahabatan, dukungan, dan dorongan selama ini.

12.

Thanks a lot to mb dewi, mas ade, fredy, mb merry, riasa, anto, adit, robby,
fitri, ovie, nana, tori yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

13.

Teman-teman praktikum kelompok F untuk kebersamaan selama 3 tahun.

14.

Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini

masih terdapat banyak kekurangan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Juni 2007


Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN ..iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .v
PRAKATA.................................................vi
DAFTAR ISI ...viii
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiii
INTISARI xiv
ABSTRACT xv
BAB I. PENGANTAR ....1
A. Latar Belakang ..1
B. Rumusan Masalah .4
C. Keaslian Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian .4
E. Tujuan Penelitian ...5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .6
A. Vitamin C...6
B. Tablet............................................. 8

C. Tablet Effervescent.9
D. Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Tablet Effervescent ...13
E. Metode Pembuatan Tablet Effervescent ...18
F. Uji Sifat Fisis Campuran Serbuk ...........22
G. Uji Sifat Fisis Tablet Effervescent ....24
H. Pemerian Bahan yang Digunakan .....26
I. Metode Desain Faktorial ....28
J. Landasan Teori .. 32
K. Hipotesa ....33
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .34
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...34
B. Variabel dan Definisi Operasional ..34
1. Variabel Penelitian ...34
2. Definisi operasional .35
C. Bahan dan Alat ..37
1. Bahan Penelitian ......37
2. Alat Penelitian. 37
D. Tata Cara Penelitian ..40
1. Penentuan level rendah dan level tinggi ..............40
2. Penyiapan komponen campuran ..41
3. Pencampuran serbuk.................................41
4. Uji sifat fisis campuram serbuk ...42
5. Formulasi tablet effervescent ...43

6. Uji sifat fisis tablet effervescent........................................43


7. Prediksi formula optimum tablet effervescent vitamin C .................45
E. Analisis Data dan Optimasi ....45
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .46
A. Formulasi dan Pembuatan Tablet Effervescent......46
B. Uji Sifat Fisis Campuran Serbuk ..........53
C. Uji Sifat Fisis Tablet Effervescent .........56
D. Optimasi Formula ......................................67
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..74
A. Kesimpulan ...74
B. Keterbatasan Penelitian .74
C. Saran ..75
DAFTAR PUSTAKA 76
LAMPIRAN ...81
BIOGRAFI PENULIS ..102

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.

Rumus struktur vitamin C ........7

Gambar 2.

Proses oksidasi vitamin C ........7

Gambar 3.

N-Vinylpyrrolidone ........................................................................16

Gambar 4

Poly(N-Vinylpyrrolidone) ..............................................................16

Gambar 5

Natrium sakarin ..............................................................................18

Gambar 6

Skema jalannya penelitian ..............................................................39

Gambar 7

Ikatan hidrogen antara PVP dan vitamin C ....................................50

Gambar 8

Ikatan hidrogen antara PVP dan asam sitrat ...50

Gambar 9

Ikatan hidrogen antara PVP dan asam tartrat .....50

Gambar 10

Ikatan hidrogen antara PVP dan laktosa ........................................51

Gambar 11a Hubungan antara asam sitrat (g) dan kekerasan tablet ...................58
Gambar 11b Hubungan antara asam tartrat(g) dan kekerasan tablet ..58
Gambar 12a. Hubungan antara asam sitrat (g) dan kerapuhan tablet ......61
Gambar 12b. Hubungan antara asam tartrat (g) dan kerapuhan tablet.................61
Gambar 13a. Hubungan antara asam sitrat (g) dan waktu larut ..........64
Gambar 13b. Hubungan antara asam tartrat (g) dan waktu larut.........................64
Gambar 14.

Contour plot kekerasan tablet effervescent ...........................68

Gambar 15.

Contour plot kerapuhan tablet effervescent .......69

Gambar 16.

Contour plot waktu larut tablet effervescent .. .......71

Gambar 17.

Contour plot super imposed ..72

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.

Rancangan percobaan desain faktorial .30

Tabel II.

Komposisi formula tablet effervescent vitamin C ........................40

Tabel III. Level rendah dan level tinggi formula ..41


Tabel IV. Hasil uji sifat alir dan kandungan lembab ....53
Tabel V.

Hasil uji kompaktibilitas .........................................................53

Tabel VI. Hasil uji sifat fisis tablet effervescent vitamin C .........56
Tabel VII. Efek asam sitrat, efek asam tartrat dan ineraksinya....................................57

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data penimbangan dan notasi ......81
Lampiran 2. Data sifat fisis campuran serbuk effervscent ...82
Lampiran 3. Data sifat fisis tablet effervescent ....84
Lampiran 4. Perhitungan efek sifat fisis tablet effervescent .88
Lampiran 5. Persamaan regresi .90
Lampiran 6. Foto campuran serbuk...96
Lampiran 7. Foto tablet effervsecent.....................................98
Lampiran 8. Foto larutan effervescent ...100

INTISARI
Telah dilakukan penelitian dengan judul optimasi komposisi asam sitrat
dan asam tartrat dalam tablet effervescent vitamin C: aplikasi metode desain
faktorial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek asam sitrat, asam
tartrat, dan interaksinya yang dominan dalam menentukan sifat fisik tablet
effervescent vitamin C dan mendapatkan komposisi asam sitrat dan asam tartrat
yang optimum.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni menggunakan
desain faktorial dengan dua faktor dan dua level. Pembuatan tablet effervescent
dilakukan secara kempa langsung. Kategori respon yang diharapkan, yaitu
kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam sitrat dominan dalam
menentukan kekerasan dan waktu larut tablet effervescent, sedangkan asam tartrat
dominan dalam menentukan kerapuhan tablet effervescent. Dari contour plot
super imposed diperoleh area optimum untuk kekerasan, kerapuhan, dan waktu
larut. Area tersebut diprediksi sebagai formula optimum tablet effervescent pada
level yang diteliti.
Kata kunci: asam sitrat, asam tartrat, tablet effervescent, desain faktorial

ABSTRACT
The research about compositions optimization of citric acid tartaric acid
of vitamin C effervescent tablets: factorial design method application has been
done. The aim 0f the research were to observe the dominant effect among citric
acid, tartaric acid, and the interaction on determining the effervescent tablets
properties, and to obtain the optimum composition of formulation area.
This research was a pure experimental study based on factorial design
with two factor and two level. The preparation tablet effervescent with direct
compression. The respond category includes hardness, friability, and
disintegration time of effervescent tablet
The result shown that ctric acid dominant in determining the hardness and
disintegration time, wheares tartaric acid dominant in friability effervescent
tablets. From the counter plot superimposed, there was found the optimum area
for the hardness, friability, and disintegration time effervescent tablets.
characteristic effervescent tablets. That area was supposed as the formula of the
optimum citric acid and tartaric acid in the tested level.
Key word : citric acid, tartaric acid, effervescent tablet, factorial design

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vitamin C memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita. Vitamin C dapat
meningkatkan sistem imun dan berfungsi sebagai antioksidan

yang dapat

mencegah dan mengobati infeksi dan penyakit lain. Vitamin C membantu


melawan bakteri, virus, dan penyakit jamur. Dalam jumlah besar vitamin C dapat
meningkatkan produksi interferon dan mengaktifkan sistem imun terhadap virus,
juga dapat menurunkan produksi histamin sehingga dapat menurunkan potensi
alergi. Vitamin C berperan dalam pembentukan dan pemeliharaan kolagen.
Vitamin C dapat menguatkan otot dan pembuluh darah. Beberapa studi
menerangkan bahwa vitamin C juga dapat berperan dalam mengobati kanker.
(Buringer, 2005).
Vitamin C tidak dihasilkan oleh tubuh. Vitamin C bisa ditemukan dalam
sayuran dan buah-buahan tetapi mudah rusak selama pemasakan dan
penyimpanan karena itu diperlukan asupan dari luar dalam bentuk tablet, pil,
tablet effervescent, tablet hisap dan cairan injeksi untuk memenuhi kebutuhan
akan vitamin ini. (Anonim, 2007 a).
Tablet effervescent merupakan bentuk sediaan yang dipilih karena vitamin
C dalam bentuk tablet effervescent akan memberikan sistem penyerahan yang
efisien untuk absorbsi yang efektif. Vitamin yang diberikan dalam bentuk
effervescent akan terlarut dengan lengkap dalam air sehingga lebih mudah untuk

diabsorbsi dibandingkan bentuk sediaan tablet atau pil dan adanya karbonat
memberikan rasa yang menyegarkan (Anonim, 2006 b).
Pembuatan tablet effervescent vitamin C dilakukan dengan metode kempa
langsung karena sifat vitamin C yang mudah rusak oleh adanya lembab. Kempa
langsung dinilai sangat memuaskan karena kebutuhan kerja rendah sehingga lebih
ekonomis daripada pencetakan granulat (Voigt, 1995). Dalam kempa langsung
perlu diperhatikan bahan dasar yang digunakan untuk mendapatkan campuran
yang mudah mengalir, tidak memisah dan kompak (Lindberg et al., 1992).
Pada pembuatan tablet effervescent sumber asam merupakan bahan yang
sangat penting, dimana asam akan bereaksi dengan bahan karbonat sehingga
terbentuklah gas CO2 (Banker and Anderson, 1986). Gas karbondioksida inilah
yang membantu larutnya tablet ketika dimasukkan ke dalam air. Tablet
effervescent vitamin C yang beredar dipasaran umumnya menggunakan satu
sumber asam saja, yaitu asam sitrat. Pada penelitian ini, peneliti mencoba
mengkombinasikan asam sitrat dengan bahan asam lain, yaitu asam tartrat karena
campuran serbuk effervescent akan lebih baik jika diolah dari suatu kombinasi
asam sitrat dan asam tartrat daripada hanya satu macam asam saja. Penggunaan
bahan asam tunggal akan menimbulkan kesukaran. Apabila asam tartrat
digunakan sebagai asam tunggal maka campuran serbuk yang dihasilkan akan
mudah kehilangan kekuatannya dan menggumpal, sedangkan penggunaan asam
sitrat saja akan menghasilkan campuran yang lengket (Ansel, 1989). Asam sitrat
memiliki kelarutan yang tinggi dalam air dan mudah diperoleh dalam bentuk
granulat. Alasan inilah yang menyebabkan mengapa asam sitrat lebih sering

digunakan sebagai sumber asam dalam pembuatan tablet effervescent (Rohdiana,


2003). Asam tartrat digunakan sebagai sumber asam dikarenakan asam tartrat
memiliki kelarutan yang sangat baik dalam air (Ansel, 1989). Asam tartrat juga
merupakan sumber asam yang banyak digunakan dalam sediaan effervescent.
Kelarutan merupakan salah satu syarat bagi bahan yang akan digunakan dalam
pembuatan tablet effervescent. Bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet
effervescent hendaknya memiliki kelarutan yang baik dalam air sehingga reaksi
effervescent dapat terjadi dengan cepat

(Mohrle, 1989). Sumber asam akan

menghasilkan reaksi effervescent yang baik bila digunakan pada range konsentrasi
25-40% dari berat tablet (Wehling and Fred, 2004).
Asam sitrat dan asam tartrat memiliki sifat masing-masing yang apabila
dicampur akan berpengaruh terhadap sifat fisis tablet effervescent vitamin C yang
dihasilkan, meliputi kekerasan, kerapuhan dan waktu larut. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian tentang campuran asam sitrat dan asam tartrat yang optimum
sebagai sumber asam dalam pembuatan tablet effervescent vitamin C. Komposisi
asam sitrat dan asam tartrat dioptimasi berdasarkan metode desain faktorial.
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk
memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih
variabel bebas (Bolton, 1997). Metode ini dapat mengidentifikasi efek masingmasing faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Metode desain faktorial juga
dapat digunakan untuk memperkirakan faktor yang dominan dalam menentukan
respon. Dengan persamaan dari masing-masing respon dapat dibuat contour plot

untuk masing-masing parameter sifat fisis dan contour plot superimposed untuk
mendapatkan formula yang optimum (Muth, 1999).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, permasalahan yang diteliti adalah :
1. Diantara asam sitrat, asam tartrat, dan interaksinya mana yang lebih dominan
dalam menentukan sifat fisis tablet effervescent?
2. Apakah dapat ditemukan area komposisi optimum dari asam sitrat dan asam
tartrat dengan sifat fisis tablet yang dikehendaki dalam contour plot super
imposed?

C. Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan penulis, penelitian tentang optimasi campuran asam
sitrat dan asam tartrat untuk menentukan formula optimum tablet effervesent
vitamin C dengan metode desain faktorial ini belum pernah dilakukan
sebelumnya.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi yang dapat
berguna sebagai referensi dalam pembuatan tablet effervescent vitamin C.

2. Manfaat Praktis
Mengetahui efek mana yang dominan dalam menentukan sifat fisis tablet
effervescent vitamin C antara asam sitrat, asam tartrat, dan interaksinya serta
komposisi asam sitrat dan asam tartrat yang optimum berdasarkan contour plot
super imposed.
3. Manfaat Metodologis
Mengembangkan dan mengaplikasikan metode desain faktorial dengan dua
faktor dan dua level dalam melakukan optimasi formula.

E. Tujuan Penelitian
1. Memperoleh formula tablet effervescent vitamin C yang optimum berdasarkan
karakter yang dikehendaki.
2. Mengetahui efek mana yang dominan dalam menentukan sifat fisis tablet
effervescent vitamin C dari penggunaan asam sitrat, asam tartrat ataupun
interaksinya.
3. Mengetahui ada atau tidaknya area komposisi optimum dari asam sitrat dan
asam tartrat yang digunakan pada contour plot super imposed.

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA

A. Vitamin C
Vitamin C dapat meningkatkan sistem imun dan berfungsi sebagai
antioksidan

yang dapat mencegah dan mengobati infeksi dan penyakit lain.

Vitamin C dapat mengakifkan neutrofil. Vitamin C juga dapat meningkatkan


produksi limposit, sel darah putih yang berperan dalam memproduksi antibodi.
Vitamin C membantu melawan bakteri, virus, dan penyakit jamur. Vitamin C juga
dapat menurunkan produksi histamin sehingga dapat menurunkan potensi alergi.
Salah satu fungsi penting vitamin C adalah dalam pembentukan dan pemeliharaan
kolagen, dengan bekerja sebagai koenzim yang merubah prolin dan lisin menjadi
hidroksiprolin dan hidroksilisin yang penting bagi struktur kolagen. Vitamin C
dapat menguatkan otot dan pembuluh darah. Beberapa studi menerangkan bahwa
vitamin C juga dapat berperan dalam mengobati kanker (Buringer, 2005).
Penyakit kekurangan vitamin C yang klasik terjadi pada orang dewasa
adalah skorbut. Penyakit ini ditandai dengan kelelahan abnormal, kelelahan otot,
perdarahan, gigi menjadi goyah dan mudah tanggal dan mudah terkena penyakit
infeksi (Mutschler, 1991). Berbagai gejala-gajala dari skorbut dihubungkan
dengan jaringan yang dapat dijelaskan dengan peranan vitamin C dalam
pembentukan kolagen. Sintesis kolagen tanpa vitamin C seperti pada skorbut
akan menghasilkan pembuluh darah yang rapuh. Kelelahan dan kelemahan pada

skorbut disebabkan oleh defisiensi L-karnitin. Vitamin C merupakan kofaktor


untuk reaksi biosintesis karnitin ( Anonim, 2006 a).

Gambar 1. Struktur Vitamin C


Vitamin C oleh adanya kelembapan akan mengalami proses oksidasi
sehingga sifat bahan aktif obat akan berubah. Oleh karena itu, vitamin C tidak
sesuai bila pembuatannya menggunakan metode granulasi sehingga metode tablet
kempa langsung merupakan pilihan yang terbaik (Bolhuis and Chowhan, 1996).
Proses oksidasi vitamin C oleh adanya lembab berlangsung sebagai
berikut
HO

OH

OH

HO

HO
O

HO

HO

OH

HO

(a)

(b)

CH 2 OH

(c)

OH

OH

OH

OH

HO

(d)

CH 2 OH

(e)

Gambar 2. Proses oksidasi vitamin C. Asam askorbat (a), asam


dehidroaskorbat (b), asam L-diketogulonat (c), asam oksalat (d), dan asam
L-treonat (e) (Halliwell and Gutteridge, 1999)

Reaksi oksidasi vitamin C (asam askorbat) menjadi asam dehidroaskorbat


bersifat reversible baik secara in vitro maupun in vivo (Connors et al., 1986).
Asam dehidroaskorbat secara kimia sangat labil sehingga dapat dihidrolisis
menjadi L-diketogulonat dengan memecah cincin laktonnya, sehingga senyawa
ini tidak memiliki keaktifan vitamin C. Reaksi ini bersifat irreversible. Karena
tidak stabil, asam L-diketogulonat dapat teroksidasi menjadi asam oksalat dan
asam L-treonat. Reaksi ini bersifat irreversible (Winarno, 1997).
Pengempaan tablet vitamin C tanpa menggunakan bahan pengikat pada
kempa langsung akan menyebabkan tablet mengalami capping, laminating, dan
kecenderungan mengalami chipping. Vitamin C merupakan brittle material, hal
ini dapat terlihat selama proses pengempaan dimana tablet akan terfragmentasi.
Adanya bahan pengikat akan menyebabkan adanya ikatan antar partikel dalam
tablet (Bolhuis and Chowhan, 1996).

B. Tablet
Menurut Farmakope Indonesia Edisi

IV, tablet adalah sediaan padat

mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan, tablet dapat digolongkan menjadi tablet cetak dan tablet kempa
(Anonim, 1995).
Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,
ketebalan dan hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara
pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada
pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan

penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis
(Ansel, 1989).
Sebagai salah satu bentuk sediaan obat, tablet memiliki beberapa
keuntungan. Tablet memberikan dosis pengobatan yang tepat dan dapat diberikan
secara mudah. Mudah dalam pengangkutan dan mudah dibawa oleh pasien.
Produk akhirnya seragam dalam bobot dan penampilan, dan biasanya lebih stabil
dari bentuk cairan. Dapat diproduksi dalam jumlah besar dengan mudah dan cepat
serta biaya produksi yang dikeluarkan sangat rendah jika dibandingkan dengan
bentuk sediaan lain (Rubinstein, 1988). Tablet memberikan kenyamanan dan
keamanan dalam pemberian obat karena diberikan dengan rute oral (Alderborn,
2002).

C. Tablet Effervescent
Tablet effervescent adalah tablet tidak bersalut, mengandung asam dan
karbonat atau bikarbonat yang bereaksi dengan

cepat pada penambahan air

dengan melepaskan gas karbondioksida. Tablet effervescent diharapkan larut


dalam air sebelum diberikan kepada pasien (Lindberg et al., 1992). Tablet
effervescent biasanya mengandung zat aktif dan vitamin (Wolfram, 1999).
Tablet effervescent dibuat dengan cara mengempa bahan-bahan aktif
berupa sumber asam dan sumber karbonat. Bila tablet effervescent dimasukkan
kedalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara sumber asam dan sumber
karbonat tersebut sehingga membentuk garam natrium dari asam kemudian
menghasilkan gas dalam bentuk karbondioksida (CO2) (Rohdiana, 2003).

Tablet effervescent memiliki keuntungan dibandingkan bentuk sediaan


padat oral konvensional lainnya (Lindberg et al., 1992). Banyak studi
menerangkan bahwa tablet dan serbuk effervescent dapat meningkatkan absorbsi
jumlah zat aktifnya dibandingkan formula konvensional. Sebagai bentuk obat,
tablet effervescent memberikan penyiapan larutan dalam waktu seketika yang
mengandung dosis obat yang tepat sehingga zat aktif sudah berada dalam bentuk
partikelnya (tidak perlu waktu untuk desintegrasi) sehingga dapat dengan cepat
diabsorbsi dan cepat mencapai onsetnya (Lee, 2005). Tablet effervescent dapat
diberikan pada pasien yang sulit menelan kapsul atau tablet (Lindberg et al.,
1992). Selain itu, adanya pelepasan gas karbondioksida juga membantu
memperbaiki rasa beberapa obat tertentu (Banker and Anderson, 1986). Gas
karbondioksida yang terbentuk memberikan efek sparkle (rasa seperti soda) dan
mempermudah proses pelarutan tablet effervescent tanpa pengadukan secara
manual dengan syarat semua komponen bersifat sangat mudah larut air
(Kusnadhi, 2003).
Kerugian tablet effervescent adalah produk yang dihasilkan tidak stabil
dengan adanya lembab. Sebagian besar produk effervescent adalah higroskopis
sehingga dapat mengadsorbsi lembab yang cukup untuk memulai degradasi jika
tidak disimpan dalam kemasan yang sesuai (Lindberg et al., 1992). Bahkan
kelembapan udara selama pembuatan produk sudah cukup untuk memulai
reaktivitas effervescent ( Lachman et al., 1994).

Secara sederhana proses pembuatan tablet effervescent dapat dibagi


dalam dua tahap, yaitu proses pencampuran dan proses pembuatan tablet.
(Rohdiana, 2003).
1. Proses pencampuran
Pencampuran

adalah

proses

dimana

dua

atau

lebih

komponen

diperlakukan sehingga saling berdekatan dan memungkinkan untuk terjadi kontak


dengan partikel dari masing-masing komponen (Travers, 1988). Proses
pencampuran ini bertujuan untuk mendapatkan massa tablet yang homogen
(Rohdiana, 2003). Proses ini harus dilakukan pada kelembaban yang rendah,
sebaiknya kelembaban relatif (RH) dibawah 25% (Mohrle, 1989).
Mekanisme pencampuran bahan padat dibagi menjadi tiga, yaitu
pencampuran konvektif, pencampuran shear dan pencampuran difusiv ( Rippie,
1989; Schwartz and Lantz, 1990).
1) Pencampuran Konvektif
Pada pencampuran konvektif terjadi gerakan segerombol partikel dari suatu
tempat ke tempat lain (Schwartz and Lantz, 1990). Tergantung dari tipe
mixer yang digunakan, pencampuran konvektif dapat terjadi dengan
memutar bidang serbuk dengan pisau-pisau pedang atau dayung, dengan
sekrup yang berputar, atau dengan metode lain dengan memindahkan
suatu massa yang relatif besar dari suatu bidang serbuk ke bidang serbuk
yang lain (Rippie, 1989).

2) Pencampuran Shear
Pada pencampuran shear terjadi perubahan konfigurasi komponen
penyusun campuran (Schwartz and Lantz, 1990). Shear terjadi antara
daerah-daerah dengan komposisi berbeda dan sejajar dengan antar
mukanya, akan mengurangi skala segregasi dengan menipiskan lapisanlapisan yang tidak sama (Rippie, 1989).
3) Pencampuran Difusiv
Pada pencampuran difusiv terjadi gerakan-gerakan acak partikel secara
individu dalam campuran (Schwartz and Lantz, 1990). Pertukaran tempat
dari partikel-partikel tunggal tersebut mengakibatkan berkurangnya
intensitas pemisahan (Rippie, 1989).
2. Proses pembuatan tablet
Pada prinsipnya tablet dapat dibuat melalui kempa langsung atau
granulasi, baik granulasi basah atau granulasi kering. Untuk menentukan metode
pembuatannya apakah dibuat dengan kempa langsung atau granulasi sangat
tergantung pada dosis dan sifat zat aktifnya. Dibandingkan dengan metode
granulasi, metode kempa langsung dinilai lebih menguntungkan dalam hal
penghematan waktu, peralatan, ruangan maupun energi yang dibutuhkan
(Rohdiana, 2003).
Proses pembuatan tablet harus dilakukan pada ruang khusus sehingga bisa
diatur kelembaban relatifnya, kira-kira di bawah 25%. Apabila kelembaban
relatifnya lebih dari 25% maka akan mengalami kesulitan pada proses pembuatan
tablet dan sukar tercapai tablet effervescent yang stabilitasnya bagus (Mohrle,

1989). Kelembaban relatif didefinisikan sebagai perbandingan antara tekanan uap


air dalam atmosfer dengan tekanan uap air jenuh pada temperatur tertentu
(Anonim, 2007 b). Kelembaban relatif dinyatakan sebagai persentase dan dihitung
dengan cara berikut :
RH =

tekanan uap air dalam atmosfir


x 100%
tekanan uap air jenuh

(Moechtar, 1990)

D. Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Tablet Effervescent


Bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet
effervescent meliputi :
a. Sumber Asam
Sumber asam yang diperlukan untuk reaksi effervescent dapat diperoleh
dari tiga sumber utama, yaitu asam makanan (asam sitrat, asam tartrat, asam
malat, asam fumarat, asam adiptat dan asam suksinat), asam anhidrat ( asam
suksinat anhidrat

dan asam sitrat anhidrat) dan asam garam ( natrium

dihirogen pospat, dinatrium dihirogen piropospat, garam asam sitrat dan


natrium asam sulfit). Asam makanan adalah yang biasa digunakan (Mohrle,
1989). Asam sangat penting pada pembuatan tablet effervescent. Sumber asam
jika direaksikan dengan air maka bahan tersebut akan terhidrolisa kemudian
akan melepaskan asam yang dalam proses selanjutnya akan bereaksi dengan
bahan karbonat sehingga terbentuklah gas CO2 (Banker and Anderson, 1986).
Asam sitrat bersifat sangat mudah larut air dan mudah larut etanol
(Lindberg et al., 1992). Sifat asam sitrat yang higroskopis dan mudah larut

dalam air merupakan alasan yang menyebabkan asam sitrat lebih sering
digunakan dalam pembuatan suasana asam pada pembuatan tablet effervescent
(Ansel, 1989). Asam tartrat lebih larut dalam air dan lebih higroskopis
dibandingkan dengan asam sitrat (Mohrle, 1989). Asam tartrat terlarut di
dalam kurang dari 1 bagian air, hal ini berarti 1 bagian asam larut dalam
kurang dari 1 bagian air dan larut dalam 2,5 bagian alkohol (Lindberg et al.,
1992). Sumber asam akan menghasilkan reaksi effervescent yang baik bila
digunakan pada range konsentrasi 25-40% dari berat tablet (Wehling and
Fred, 2004).
b. Sumber Karbonat
Sumber karbonat untuk effervescent meliputi natrium bikarbonat, natrium
karbonat, potassium karbonat, natrium sesquikarbonat, natrium glisin
karbonat, L-lisin karbonat, arginin karbonat (Mohrle, 1989). Natrium karbonat
di pasaran tersedia dalam bentuk anhidrat atau monohidrat.. semua bentuk
natrium karbonat sangat larut dalam air (Lindberg et al., 1992). Natrium
karbonat (Na2CO3) menunjukkan efek menstabilkan ketika digunakan dalam
tablet effervescent dikarenakan kemampuannya mengabsorbsi lembab, hal ini
dapat mencegah reaksi awal effervescent. Natrium karbonat dalam bentuk
anhidrat akan mengabsorbsi lembab menjadi bentuk hidrat yang stabil
(Mohrle, 1989).
c. Bahan Pengikat
Bahan pengikat adalah bahan yang membantu untuk mengikat bahan lain
bersama-sama (Mohrle, 1989). Bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa

partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Demikian pula kekompakan


tablet akan dipengaruhi, baik oleh tekanan pencetakan maupun bahan pengikat
(Voigt, 1995).
Bahan pengikat dapat ditambahkan kedalam serbuk dengan beberapa cara,
yaitu :
1. Serbuk

kering

yang

dicampur

dengan

bahan

lain

sebelum

penggumpalan basah. Selama prosedur penggumpalan bahan pengikat


dilarutkan sebagian atau seluruhnya dalam cairan penggumpal.
2. Larutan

yang

digunakan

sebagai

cairan

penggumpal

selama

penggumpalan basah. Yang biasa dikenal sebagai solution binder.


3. Serbuk kering yang dicampur dengan bahan lain sebelum pengempaan.
Yang biasa dikenal sebagai dry binder.
(Alderborn, 2002)
Penggunaan bahan pengikat pada tablet effervescent dibatasi bukan karena
tidak dibutuhkan tetapi karena aksi dua arah bahan pengikat tersebut.
Penggunaan bahan pengikat, sekalipun larut air, akan memperlambat proses
desintegrasi tablet effervescent (Mohrle, 1989). Oleh karena itu, sebaiknya
bahan pengikat digunakan sesedikit mungkin (Voigt, 1995).
Bahan pengikat yang efektif untuk tablet effervescent adalah PVP
(polivinylpyrolidone) (Mohrle, 1989). PVP dapat ditambahkan ke dalam
campuran dalam bentuk kering atau di granulasi. Konsentrasi PVP yang
digunakan sebagai bahan pengikat berkisar antara 0,5-5% (Khankari and
Hortz, 1997).

PVP

(polivinylpyrrolidone)

merupakan

homopolimer

dari

N-

vinylpyrrolidone. PVP bersifat larut dalam air dan pelarut polar lainnya
(Anonim, 2007 c). Sifat ikatan PVP meningkat dengan semakin meningkatnya
berat molekul. Ikatan antar partikel yang paling kuat dibentuk oleh PVP
dengan berat molekul paling tinggi (Schmidt, 1999).
H

Gambar 3. N- vinylpyrrolidone

HO

H O

Gambar 4. poli(N-vinylpyrrolidone)
f.

Bahan Pengisi
Bahan pengisi berguna untuk memperbesar volume tablet sehingga

diperoleh ukuran yang sesuai. Bahan pengisi yang ideal memiliki sifat inert,
non-higroskopis, larut air, memiliki kompaktibilitas yang baik, rasanya dapat
diterima, dan murah (Alderborn, 2002). Bahan pengisi yang umum digunakan
adalah jenis pati dan laktosa (Voigt, 1995). Laktosa memiliki sifat bahan
pengisi yang baik, antara lain dapat larut dalam air, rasanya enak, non-

higroskopis, tidak reaktif dan menunjukkan kompaktibilitas yang baik


(Alderborn, 2002).
g.

Bahan Pelicin
Bahan pelicin merupakan salah satu komponen yang penting karena tanpa

bahan ini pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi tidak dimungkinkan


(Mohrle, 1989). Bahan pelicin berfungsi untuk menjamin bahwa pencetakan
dan pengeluaran tablet dapat terjadi dengan gesekan yang rendah antara
padatan dan dinding die. Gesekan yang tinggi selama proses penabletan dapat
menimbulkan masalah, termasuk kualitas tablet yang kurang baik ( capping
atau bahkan fragmentasi tablet selama proses pengeluaran, dan goresan
vertikal pada bagian tepi tablet) (Alderborn, 2002). Bahan pelicin umumnya
ditambahkan dalam bentuk kering. Bahan pelicin ditambahkan dan dicampur
selama 2-5 menit. Pencampuran yang berlebihan dapat mengurangi
desintegrasi-disolusi dan tablet dapat kehilangan ikatannya. Bahan pelicin
juga dapat ditambahkan dalam granulasi sebagai larutan alkoholik dan sebagai
suspensi dan emulsi (Peck et al., 1989).
Garam magnesium, kalsium, dan seng dari asam stearat adalah bahan
pelicin yang paling efisien yang umum digunakan. Konsentrasi efektif yang
digunakan adalah 1% atau kurang, karena bagaimanapun bahan-bahan
tersebut tidak larut air sehingga dapat menghalangi hancurnya tablet dan
menghasilkan larutan yang tidak jernih (Mohrle, 1989).
Mg stearat (C36H70MgO4) banyak digunakan sebagai bahan pelicin dalam
proses pembuatan tablet dan lebih efisien karena dengan jumlah yang sangat

sedikit sudah cukup untuk memperbaiki waktu alir serbuk/granul (Sheth et al.,
1989).
h. Bahan Tambahan Lain
Tablet effervescent mungkin mengandung bahan tambahan lain seperti,
bahan perasa, pewarna dan pemanis (Mohrle, 1989). Bahan pemanis buatan
yang disarankan dalam tablet effervescent adalah sakarin atau bentuk garam
natrium dan kalsiumnya dan aspartame (Lindberg et al., 1992). Konsentrasi
natrium sakarin sebagai pemanis yang umum digunakan adalah 0,075-0,6%
(Allen, 2002).
O

O
S

Na

Gambar 5. Natrium Sakarin

E. Metode Pembuatan Tablet Effervescent


Tablet effervescent dapat dibuat dengan dua cara, yaitu kempa langsung
dan granulasi (Alderborn, 2002).
1. Kempa Langsung
Kempa langsung adalah proses pencetakan bahan obat atau campuran
bahan obat atau pencampuran bahan obat-bahan pembantu berbentuk serbuk tanpa
proses pengolahan awal (Voigt, 1995). Tablet diproduksi dengan mencampur
bahan obat dengan bahan tambahan. Campuran serbuk kemudian dikempa secara
langsung pada mesin tablet (Rubinstein, 1988). Tekanan yang dibutuhkan untuk

membentuk cetakan kecil sesuai dengan karakteristik kekompakan yang


diinginkan, berlainan tergantung dari bahan obat (Voigt, 1995).
Kempa langsung menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi
basah dan granulasi kering (Anonim, 1995). Kempa langsung dinilai sangat
memuaskan karena kebutuhan kerja yang rendah sehingga lebih ekonomis dari
pencetakan granulat. Keuntungan utama dari kempa langsung adalah bahan obat
yang peka terhadap lembab dan panas, yang stabilitasnya terganggu akibat proses
granulasi dapat dibuat menjadi tablet (Voigt, 1995). Keuntungan lain yang sedikit
diakui dalam kempa langsung adalah waktu hancur tablet dapat dioptimalkan,
dimana partikel obat dibebaskan dari tablet dan tersedia dalam bentuk larutan
(Shangraw, 1989).
Beberapa tablet effervescent sukses diproduksi dengan kempa langsung.
Dalam kempa langsung perlu diperhatikan bahan dasar yang digunakan untuk
mendapatkan campuran yang mudah mengalir, tidak memisah dan kompak
(Lindberg et al., 1992). Zat pembawa yang digunakan harus dapat mengalir
dengan baik, inert, tidak berasa, tidak berwarna dan memberikan rasa nyaman
pada mulut. Zat pembawa sebaiknya dapat meningkatkan kompresibilitas dari
obat yang memiliki kompresibilitas rendah (Rubinstein, 1988).
2. Granulasi Kering
Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada
tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk baik, kemudian
digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang
diinginkan. Keuntungan granuasi kering adalah tidak diperlukan panas dan

kelembapan pada proses granulasi (Anonim, 1995). Dengan metode ini, bahan
aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya massa yang jumlahnya
besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat
diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau
karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel,
1989). Ada dua metode dalam granulasi kering : slugging dan roller compaction (
Miller, 1997).
1) Slugging
Setelah bahan-bahan ditimbang dan dicampur, campuran serbuk di slug,
atau dikempa menjadi lempengan tablet yang besar atau pelet dengan diameter
kurang lebih 1 inci. Kemudian slugs dihancurkan dengan tangan atau digiling
dan diayak sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Bahan pelicin ditambahkan
dengan cara biasa dan tablet dibuat dengan kompresi (Ansel et al., 2005).
2) Roller Compaction
Metode ini digunakan untuk meningkatkan densitas dari serbuk dengan
menekan serbuk diantara mesin penggilas dengan tekanan 1-6 ton. Bahan
yang sudah kompak tersebut kemudian dihancurkan, diukur dan dilubrikasi,
dan tablet dibuat dengan cara biasa (Ansell et al., 2005).
Tetapi tidak semua tablet effervescent dapat dibuat dengan granulasi
kering, hanya formula yang memiliki daya ikat cukup dan mengalir dengan
mudah dapat dibuat tablet dengan proses ini (Parrot, 1990).

3. Granulasi Basah
Granulasi basah merupakan metode terluas yang digunakan dalam
memproduksi tablet kompresi (Ansel, 1989). Prinsip pembuatan tablet
effervescent pada metode ini secara dasar sama dengan tablet konvensional.
Dimana pada metode ini melibatkan pencampuran bahan bahan kering dengan
suatu bahan pengikat untuk menghasilkan massa granul. Granulasi basah pada
effervescent dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu dengan penggunaan panas,
dengan cairan non reaktif, dan dengan cairan reaktif (Mohrle, 1989).
1. Penggunaan panas
Penggunaan panas merupakan metode klasik dalam granulasi effervescent.
Metode ini membutuhkan pembebasan air dari bahan hidrat pada temperatur
rendah untuk membentuk masa granul yang liat. Proses ini sulit dikontrol
untuk mendapatkan hasil yang sama karena tergantung pada pelepasan air
bahan-bahan yang dipakai dan temperatur (Mohrle, 1989).
2. Dengan cairan non reaktif
Metode ini merupakan metode yang umum digunakan dan sama dengan
proses granulasi pada pembuatan tablet biasa. Cairan penggranul, seperti
etanol atau isopropanol ditambahkan perlahan ke dalam formulasi sambil
diaduk agar cairan penggranul terdistribusi merata. Pembuatan granul asam
dan granul basa dapat dipisah untuk menghindari reaksi effervescent dini.
3. Dengan cairan reaktif
Salah satu cairan penggranul yang efektif adalah air. Kenyataannya reaksi
effervescent terjadi dengan adanya air, oleh karena itu diperlukan kontrol

selama proses. Masa granul yang telah terbentuk harus segera dikeringkan
untuk menghindari reaksi effervescent (Mohrle, 1989).
Metode granulasi basah menguntungkan dalam penggunaannya karena
serbuk halus yang dibuat menjadi granul akan memberikan sifat alir yang baik,
sehingga pengisian ke dalam ruang cetak menjadi konstan dan akan dihasilkan
bobot yang seragam. Kelemahan metode granulasi basah adalah memerlukan
peralatan dan penanganan khusus serta tenaga yang cukup besar (Parrot, 1990).

F. Uji Sifat Fisis Campuran Serbuk


Uji sifat fisis campuran serbuk sebelum dikempa perlu dilakukan karena
sangat mempengaruhi kualitas tablet yang dihasilkan. Uji sifat fisis campuran
serbuk dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Sifat Alir
Sifat alir campuran serbuk sangat penting tidak hanya karena efek
langsungnya pada keseragaman pengisian die dan keseragaman bobot tablet,
tetapi juga peranannya dalam homogenitas campuran atau serbuk. Oleh karena
secara keseluruhan ukuran partikel yang kecil dijumpai dalam campuran kempa
langsung, sifat alir merupakan masalah yang penting dibandingkan dengan
granulasi (Shangraw, 1989). Jika obat memiliki sifat alir yang jelek maka dapat
dipilih bahan tambahan yang dapat memperbaiki sifat alirnya (Wedke et al.,
1989).

Sifat alir zat padat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran partikel,
distribusi ukuran, bentuk, morfologi permukaan, kelembapan, densitas, kohesi,
dan temperatur (Howard and Lai, 1992).
Pengukuran sifat alir dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode
tidak langsung dan metode langsung. Metode tidak langsung terdiri dari
penentuan sudut istirahat, penentuan shear cell, dan pengukuran densitas bulk.
Metode langsung terdiri dari kecepatan aliran hopper dan recording flowmeter
(Staniforth, 2002).
Kecepatan aliran hopper merupakan metode yang sering digunakan untuk
mengukur sifat alir (Rosanske et al., 1990). Metode ini merupakan metode
sederhana dalam menentukan sifat alir secara langsung dengan mengukur
kecepatan serbuk yang keluar dari hopper. Penutup sederhana diletakkan diatas
saluran keluar hopper dan hopper diisi dengan serbuk. Penutup kemudian
digerakkan dan dicatat waktu yang diperlukan seluruh serbuk untuk keluar
(Staniforth, 2002). Menurut Guyot dalam Fudholi (1983), apabila waktu yang
diperlukan oleh 100 gram serbuk untuk mengalir lebih lama dari 10 detik (T >10)
maka akan mengalami kesulitan pada waktu pentabletan.
b. Kompaktibilitas
Kompaktibilitas adalah kemampuan serbuk untuk dikempa menjadi tablet
dengan kekerasan yang sudah ditetapkan (Wedke et al., 1989). Pengujian
kompaktibilitas dari bahan penting dilakukan untuk mengoptimasi kekerasan
tablet tanpa memberikan tekanan yang berlebihan yang dapat mempengaruhi
hancurnya tablet dan larutnya bahan obat (Shangraw, 1989). Kedalaman ruang

kompresi mesin tablet diatur 10 mm. Kemudian mesin diatur sedemikian rupa
sehingga bila digunakan untuk menablet serbuk, akan dihasilkan tablet dengan
kekerasan nol Kg, dan ditandai dengan harga F. Apabila harga F suatu zat lebih
besar dari 40% (400 perseribu centimeter), maka akan dijumpai kesulitan dalam
mentabletnya (Guyot dalam Fudholi, 1983).
c. Kandungan Lembab
Kelembapan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan bentuk sediaan farmasi. Perhatian ini bertambah dalam pembuatan
tablet effervescent. Oleh karena itu, proses pembuatan tablet effervescent
sebaiknya dilakukan pada ruangan dengan kelembaban relatif dibawah 25%
(Mohrle, 1989). Kandungan lembab yang terlalu banyak dalam tablet effervescent
akan menyebabkan reaksi prematur dalam sistem effervescent (Mohrle, 1989).
Kandungan lembab pada sediaan effervescent berkisar antara 0,4% - 0,7% (Dash
et al., 2000).

G. Uji Sifat Fisis Tablet


a. Keseragaman Bobot
Tablet di desain untuk mengandung sejumlah obat tertentu dalam sejumlah
formula tablet tertentu. Untuk memastikan bahwa tablet yang dihasilkan
mengandung jumlah obat yang sesuai, bobot tablet yang dibuat harus secara rutin
dievaluasi selama proses produksi. Keseragaman bobot tablet dipengaruhi oleh
sifat alir, distribusi ukuran partikel dan variasi punch (Rosanske et al.,1990).

Tablet tidak bersalut dengan bobot rata-ratanya lebih dari 300 mg, syarat
keseragaman bobotnya tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari 5%, dan tidak satu
tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari 10%
(Anonim, 1979).
b. Kekerasan
Tablet harus cukup keras untuk tahan pecah waktu dikemas , dikirim
dengan kapal dan waktu ditangani secara normal, tapi juga tablet ini akan cukup
lunak untuk melarut dan hancur sempurna begitu digunakan orang atau dapat
dipatahkan diantara jari-jari bila memang tablet ini perlu dibagi untuk
pemakaiannya. Umumnya semakin besar tekanan semakin keras tablet yang
dihasilkan (Ansel, 1989).
Pengetesan kekerasan Stokes-Monsanto dilakukan dengan meletakkan
sebuah tablet dalam alat logam kecil, dan tekanannya diatur sedemikian rupa,
sehingga tablet stabil ditempatnya dan jarum penunjuk berada pada skala 0.
dengan memutar ulirnya, tablet akan terjepit semakin kuat dengan menaiknya
tekanan tablet secara lambat, yang ditransfer melalui sebuah per, sedemikian
lama, sampai akhirnya tablet tersebut pecah. Besarnya tekanan dibaca langsung
pada skala ( Voigt, 1995). Kekerasan tablet effervescent yang baik menurut
Wehling and Fred (2004) adalah antara 6-8 kp ~ 5,999-7,999 kg.
c. Kerapuhan
Kerapuhan adalah parameter lain untuk mengukur kekuatan tablet.
Kerapuhan adalah ukuran kemampuan tablet untuk bertahan terhadap guncangan

dan pengikisan pada saat pembuatan, pengepakan, pengiriman dan digunakan


(Rosanske et al.,1990). Kerapuhan dinyatakan sebagai massa seluruh partikel,
yang dilepaskan dari tablet akibat adanya beban penguji mekanis. Besaran yang
digunakan adalah persen, yang mengacu pada massa tablet awal sebelum
pengujian. Alat uji kerapuhan Erweka berupa drum pleksiglas (garis tengah 20
cm) mengandung 12 sudut, yang mengambil tablet sampai ketinggian tertentu
kemudian menggulirkannya. Dengan demikian tablet akan bergesekan satu sama
lain (Voigt, 1995) Kerapuhan di atas 1% menunjukkan tablet yang rapuh dan
dianggap kurang baik (Lachman et al., 1994).
d. Waktu Larut
Waktu larut merupakan salah satu karakteristik penting dalam tablet
effervescent. Waktu larut tablet effervescent merupakan waktu yang diperlukan
oleh tablet effervescent supaya pecah menjadi bagian yang terlarut (Mohrle,
1989). Residu atau bahan obat yang tidak larut harus minimal (Lindberg et al.,
1992). Waktu larut tablet effervescent dapat terhalangi oleh jumlah bahan yang
tidak larut air dan bahan pengikat yang terlalu banyak serta kekerasan tablet yang
berlebihan. Tablet effervescent yang baik akan larut dan terlarut dengan cepat
dalam waktu 1-2 menit (Mohrle, 1989).

H. Pemerian Bahan Yang Digunakan


1. Vitamin C
Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya lambat
laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam

larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190C. Mudah larut
air , agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan
dalam benzene (Anonim, 1995).
2. Asam Sitrat
Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus,
putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam. Bentuk hidrat
mekar dalam udara kering. Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, agak sukar larut dalam eter (Anonim, 1995).
3. Asam Tartrat
Hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur halus sampai
granul, warna putih, tidak berbau, rasa asam dan stabil di udara. Sangat mudah
larut dalam air, mudah larut dalam etanol (Anonim, 1995).
4. Natrium Karbonat
Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih. Mudah larut dalam air,
lebih mudah larut dalam air mendidih (Anonim, 1979).
5. Laktosa
Serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan
rasa sedikit manis. Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah
larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut daam
kloroform dan dalam eter (Anonim, 1995).
6. Polivinilpirolidon (PVP)
Serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau,
higroskopik. Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam

kloroform P, kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-rata, praktis tidak


larut dalam eter P (Anonim, 1979).
7. Magnesium Stearat
Serbuk halus, putih, dan voluminus, bau lemah khas, mudah melekat
dikulit, bebas dari butiran. Tidak larut dalam air, dalam etamol, dan dalam eter
(Anonim, 1995).
8. Natrium Sakarin
Natrium sakarin adalah bahan pemanis yang kuat, berwarna putih, tidak
berbau atau aromatik lemah, tidak berfluoresensi, serbuk kristal dengan rasa
manis yang kuat dan pahit setelah dirasa. Natrium sakarin terdekomposisi
pada temperatur tinggi (125C) pada pH rendah (kira-kira pada pH 2) (Allen,
2002).

I. Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk
memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih
variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan
matematika. Metode ini meliputi level penelitian dari level rendah dan tinggi (low
and high level) dimana respon dari sampel harus dapat diukur secara kuantitatif
sehingga signifikan tidaknya pengaruh faktor dan interaksi antar faktor dapat
diketahui (Bolton, 1997).
Desain faktorial mengandung beberapa pengertian, yaitu faktor, level,
efek, dan respon (Bolton, 1997).

1. Faktor
Faktor merupakan suatu besaran yang mempengaruhi respon (Voigt,
1994). Faktor merupakan variabel yang ditentukan seperti, konsentrasi,
temperature, bahan pelicin, perawatan obat, atau diet. Faktor dapat bersifat
kualitatif atau kuantitatif (Bolton, 1997).
2. Level
Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Pada percobaan dengan
desain faktorial perlu ditetapkan level yang diteliti yang meliputi level rendah
dan level tinggi (Bolton, 1997).
3. Efek
Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor
(Bolton, 1990).
4. Respon
Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya (Bolton,
1997).
Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui
faktor yang dominan yang berpengaruh secara signifikan terhadap respon. Juga
memungkinkan kita mengetahui interaksi diantara faktor-faktor tersebut. Adanya
interaksi juga dapat dilihat dari grafik hubungan respon dan level dari faktor. Jika
kurva menunjukkan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada interaksi
antar eksipien dalam menentukan respon. Jika kurva menunjukkan garis yang
tidak sejajar, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien dalam
menentukan respon (Bolton, 1997).

Penelitian desain faktorial yang paling sederhana adalah penelitian dengan


dua faktor dan dua level (Amstrong and James, 1996). Desain faktorial dua level
berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada level
berbeda, yaitu level rendah dan tinggi. Jumlah percobaan untuk penelitian desain
faktorial dihitung dari jumlah level yang digunakan dalam penelitian,
dipangkatkan dengan jumlah faktor yang digunakan. Jumlah penelitian untuk
penelitian dengan 2 level dan 2 faktor adalah 22 = 4 (Bolton, 1997).
Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level:
Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua level dan dua faktor

Formula

Faktor A

Faktor B

Interaksi

ab

Keterangan:
-

= level rendah

= level tinggi

Formula 1

= faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah

Formula a

= faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah

Formula b

= faktor A pada level rendah, faktor B pada level tinggi

Formula ab

= faktor A pada level tinggi, faktor B pada level tinggi

Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain
faktorial (two level factorial design) dilakukan berdasarkan rumus:
Y = b0 + b1X1 + b2 X2 + b12X1X2........................................(1)

= respon hasil atau sifat yang diamati, misalnya waktu larut

X1, X2

= level bagian A dan B

b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
Dari rumus (1) dapat dibuat contour plot suatu respon tertentu yang sangat
berguna dalam memilih campuran yang optimum. Besarnya efek dapat dicari
dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata
respon pada level rendah (Bolton, 1997). Perhitungan efek menurut Bolton (1997)
sebagai berikut:
Efek faktor A = { a (1) } + { ab b }
2
Efek faktor B = { b (1) } + { ab a }
2
Efek interaksi = { ab b } + { (1) a }
2
Keuntungan utama dari desain faktorial adalah dapat mengidentifikasi efek
dari masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Dengan desain
faktorial kontrol terhadap penelitian yang dilakukan dapat ditingkatkan dengan
mengurangi variasi kelompok. Desain faktorial juga memberikan keuntungan
secara ekonomis dengan mengurangi jumlah peneitian dibandingkan jika dua
faktor diteliti secara terpisah (Muth, 1999).

J. Landasan Teori
Tablet effervescent merupakan bentuk sediaan yang sekarang ini mulai
digemari masyarakat, terlihat dari banyaknya produk minuman effervescent yang
beredar di masyarakat. Sebagian besar tablet effervescent yang beredar dipasaran
menggunakan vitamin C atau asam askorbat sebagai zat aktif. Vitamin C dalam
bentuk sediaan tablet effervescent akan diabsorbsi dengan lebih baik dibandingkan
sediaan tablet atau pil. Mengingat sifat vitamin C yang mudah teroksidasi oleh
adanya lembab maka merupakan pilihan yang tepat jika tablet effervescent
vitamin C dibuat dengan metode kempa langsung.
Pada pembuatan tablet effervescent asam merupakan bahan yang sangat
penting. Bahan asam inilah yang akan bereaksi dengan bahan karbonat untuk
membentuk gas CO2 sehingga tablet dapat hancur ketika dimasukkan ke dalam
air. Asam yang digunakan pada penelitian ini merupakan kombinasi antara asam
sitrat dan asam tartrat karena penggunaan bahan asam tunggal akan menimbulkan
kesukaran. Penggunaan asam tartrat tunggal menghasilkan campuran serbuk yang
mudah kehilangan kekuatannya dan menggumpal, sedangkan campuran yang
lengket akan dihasilkan ketika asam sitrat tunggal digunakan. Selain itu, kedua
asam tersebut memiliki kelarutan yang tinggi dalam air sehingga tablet dapat larut
dengan cepat.
Campuran asam sitrat dan asam tartrat diharapkan dapat menghasilkan
sifat fisis tablet effervescent yang memenuhi persyaratan pada komposisi tertentu.
Desain faktorial merupakan metode pilihan dalam menentukan komposisi asam
sitrat dan asam tartrat yang optimum. Metode ini memungkinkan untuk

mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor.


Dengan metode ini juga dapat diperkirkan efek yang dominan dalam menentukan
sifat fisis tablet effervescent.

K. Hipotesa
Diduga antara asam sitrat dan asam tartrat ada yang merupakan faktor
dominan yang menentukan sifat fisik tablet effervescent vitamin C, serta
kemungkinan adanya interaksi antara asam sitrat dan asam tartrat dalam
menentukan sifat fisik tablet effervescent vitamin C. Pada komposisi tertentu,
campuran asam sitrat dan asam tartrat dapat menghasilkan tablet dengan sifat fisik
yang dikehendaki

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan
penelitian metode desain faktorial dan bersifat eksploratif, yaitu mencari formula
optimum tablet effervescent vitamin C yang memenuhi persyaratan sifat fisis
tablet effervescent.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
Faktor : asam sitrat dan asam tartrat.
Level : rendah dan tinggi.
b. Variabel tergantung
Sifat fisis tablet effervescent vitamin C, meliputi kekerasan, kerapuhan dan
waktu larut.
c. Variabel pengacau terkendali
Homogenitas tiap campuran formula, kadar zat aktif tiap formula, dan
bahan-bahan yang digunakan berasal dari satu sumber.
d. Variabel pengacau tak terkendali
Kelembaban relatif ruangan (45%). Tidak semua proses pembuatan tablet
effervescent vitamin C, yaitu pencampuran dapat dilakukan pada ruangan

dengan RH 45% karena fasilitas ruangan yang belum memadai.


Konsekuensi yang berpeluang besar terjadi akibat kurang terkendalinya
faktor ini adalah dapat meningkatkan kandungan lembab campuran
serbuk.
2. Definisi Operasional
a. Tablet effervescent vitamin C adalah suatu tablet effervescent yang dibuat
secara kempa langsung dengan bahan aktif vitamin C (asam askorbat).
b. Vitamin C berupa hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh
pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan
kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu
lebih kurang 190C. Mudah larut air , agak sukar larut dalam etanol, tidak
larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzene.
c. Sifat fisis tablet effervescent merupakan parameter yang digunakan untuk
menentukan bahwa tablet effervescent yang dihasilkan memenuhi
persyaratan, meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu
larut.
d. Faktor adaah variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu asam sitrat dan
asam tartat.
e. Level adalah rentang jumlah setiap faktor yang akan diteliti
f. Level rendah asam sitrat adalah 93,75 gram, yaitu jumlah asam sitrat
untuk 250 tablet dengan berat masing-masing tablet 3 gram.
g. Level tinggi asam sitrat adalah 150 gram, yaitu jumlah asam sitrat untuk
250 tablet dengan berat masing-masing tablet 3 gram.

h. Level rendah asam tartrat adalah 93,75 gram, yaitu jumlah total asam yang
digunakan pada level rendah untuk 250 tablet dengan berat masing-masing
tablet 3 gram sebesar 187,5 gram dikurangi level rendah asam sitrat.
i. Level tinggi asam tartrat adalah 150 gram, yaitu jumlah total asam yang
digunakan pada level tinggi untuk 250 tablet dengan berat masing-masing
tablet 3 gram sebesar 300 gram dikurangi level tinggi asam sitrat.
j. Efek adalah hasil pengaruh suatu faktor terhadap respon yang nilainya
ditentukan oleh perhitungan efek rata-rata.
k. Interaksi adalah peristiwa berubahnya hasil pengaruh suatu faktor karena
keberadaan faktor lain. Nilainya dapat ditentukan oleh perhitungan efek
rata-rata atau dapat diamati dengan terjadinya dua garis yang tidak sejajar
atau perpotongan garis pada grafik hubungan asam sitrat-respon dan asam
tartrat-respon.
l. Faktor dominan adalah suatu faktor yang memberikan rata-rata hasil
pengaruh yang relatif paling besar terhadap suatu respon tertentu
dibandingkan rata-rata hasil pengaruh interaksi kedua faktor.
m. Tanda positif atau negatif menunjukkan arah perubahan respon (naik atau
turun). Efek dominan tidak ditentukan oleh tanda positif atau negatif
tersebut, tetapi oleh besaran nilai didalamnya atau merupakan nilai mutlak.
n. Contour plot adalah garis-garis respon dari sifat fisis tablet effervescent
vitamin C, meliputi kekerasan, kerapuhan dan waktu larut yang dibuat
melaui persamaan desain faktorial.

o. Contour plot super imposed adalah penggabungan garis-garis respon sifat


fisis tablet effervescent vitamin C pada daerah optimum yang telah dipilih
melalui contour plot.
p. Komposisi optimum tablet effervescent vitamin C adalah komposisi
dimana jumlah perbandingan asam sitrat dan asam tartrat menghasilkan
tablet effervescent dengan sifat fisis yang memenuhi persyaratan. Sifat
fisis ini meliputi, kekerasan antara 6-8 kp ~ 5,999-7,999 kg, kerapuhan
kurang dari 1%, dan waktu larut kurang dari 2 menit

C. Bahan dan Alat Penelitian


1. Bahan Penelitian
a. Bahan pembuatan tablet: vitamin C (kualitas farmasetis).
b. Bahan tambahan pembuatan tablet:
Asam sitrat (kualitas farmasetis), asam tartrat (kualitas farmasetis),
natrium karbonat (kualitas farmasetis), Mg stearat (kualitas farmasetis), Na
sakarin (kualitas farmasetis), PVP (kualitas farmasetis), laktosa (kualitas
farmasetis).
2. Alat Penelitian
a. Pencampur kubus (Erweka AR 400).
b. Stop watch digital (Alba sport timer).
c. Alat-alat gelas (Pyrex-Germany).
d. Neraca analitik (AISEP) dan adventurer TM.
e. Mesin pencetak tablet single punch Korsch.

f. Alat untuk menguji sifat fisis campuran serbuk dan tablet : seperangkat
alat uji waktu alir (Lab. Teknologi Farmasi Sediaan Padat Universitas
Gadjah Mada), alat uji kerapuhan (Erweka TA 20), alat uji kekerasan
(Stokes-Monsanto), Moisture balance (IR Balance 6100 Moisture
analyser).

Skema jalannya penelitian adalah sebagai berikut :


Penimbangan masing-masing bahan
Pencampuran bahan-bahan, kecuali Mg stearat selama 10 menit (dalam
ruangan dengan RH yang tidak dikendalikan 45%)
Penambahan Mg stearat dalam campuran serbuk selama 5 menit (dalam
ruangan dengan RH yang tidak dikendalikan 45%)
Campuran serbuk dengan variasi sumber asam

F1

Fa

Fb

Uji sifat fisis campuran serbuk :


- sifat alir
- kompaktibilitas
- kandungan lembab
(dalam ruangan dengan RH dikendalikan 45%)
Pengempaan campuran serbuk
(dalam ruangan dengan RH dikendalikan 45%)
Tablet effervescent
Uji sifat fisis tablet effervescent:
- keseragaman bobot
- kekerasan
- kerapuhan
- waktu larut
(dalam ruangan dengan RH dikendalikan 45%)

Analisa data
Gambar 6. Skema Jalannya Penelitian

Fab

D. Tata Cara Penelitian


1. Penentuan Level Rendah dan Level Tinggi Asam Sitrat dan Asam Tartrat
Level rendah dan level tinggi asam sitrat dan asam tartrat ditentukan
berdasarkan pada metode desain faktorial. Penelitian ini menggunakan dua faktor
yaitu asam sitrat dan asam tartrat, dan dua level yaitu level rendah dan level
tinggi. Untuk kedua asam level rendah ditetapkan 25%, sedangkan level tinggi
40% (Wehling and Fred, 2004). Jumlah asam sitrat dan asam tartrat yang
digunakan pada level rendah dan level tinggi didapatkan dengan mengalikan
bobot rata-rata tablet yang mampu dicetak pada mesin tablet yang ada di
laboratorium yaitu sebesar 3000 mg. Dari hasil perhitungan untuk 250 tablet (1
formula), maka level rendah yang digunakan adalah 93,75 g dan level tinggi yang
digunakan sebesar 150 g.
Komposisi formula per tablet pada formula (1), a, b, dan ab terlihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel II. Komposisi formula tablet effervescent vitamin C (per tablet)
Formula (mg)

ab

Vitamin C

500

500

500

500

Asam sitrat

375

600

375

600

Asam tartrat

375

375

600

600

Na karbonat

975

975

975

975

Laktosa

278,5

278,5

278,5

278,5

Na sakarin

46,5

46,5

46,5

46,5

PVP 1%

25,5

27,75

27,75

30

Mg stearat 0,1%

2,576

2,803

2,803

3,03

Formula untuk penelitian menggunakan metode desain faktorial dengan 2


faktor dan 2 level ditentukan sebagai berikut:
Tabel III. Level rendah dan level tinggi formula tablet effervescent
vitamin C (250 tablet)
Formula

Asam sitrat (g)

Asam tartrat (g)

93,75

93,75

150

93,75

93,75

150

ab

150

150

Keterangan :
Formula 1

= asam sitrat level rendah, asam tartrat level rendah

Formula a

= asam sitrat level tinggi, asam tartrat level rendah

Formula b

= asam sitrat level rendah, asam tartrat level tinggi

Formula ab = asam sitrat level tinggi, asam tartrat level tinggi

2. Penyiapan Komponen Campuran


Bahan-bahan yang digunakan terlebih dahulu ditimbang dengan
menggunakan neraca analitik sesuai dengan berat masing-masing sebelum proses
pencampuran.
3. Pencampuran serbuk
Semua bahan dicampur selama 15 menit menggunakan pencampur kubus (
Erweka AR 400) dengan kecepatan 100 rpm, kecuali magnesium stearat.
Magnesium stearat ditambahkan 5 menit terakhir.

4. Uji Sifat Fisis Campuran Serbuk


Uji sifat fisis campuran serbuk meliputi:
a. Sifat alir
Seratus gram campuran serbuk dituang perlahan-lahan ke dalam corong
pengukur melalui tepi corong. Setelah itu penutup corong dibuka dan serbuk
dibiarkan mengalir keluar. Waktu yang diperlukan campuran serbuk untuk
keluar melalui mulut corong dicatat menggunakan stopwatch (Lachman dkk,
1994).
b. Kandungan Lembab
Penentuan kandungan lembab campuran serbuk dilakukan secara langsung
menggunakan moisture analyser. Lima gram campuran serbuk diletakkan di
atas cawan aluminium dan dimasukkan ke dalam moisture analyser, kemudian
dilakukan pengukuran kandungan lembab dengan pemanasan pada suhu 105
C. Pemanasan dilakukan selama 15 menit atau sampai bobot campuran serbuk
relatif konstan. Prosen kadar air merupakan hasil bagi selisih bobot sebelum
dan sesudah pemanasan dengan bobot campuran serbuk sebelum pemanasan
dikalikan 100%. Kadar air pada campuran serbuk effervescent berkisar antara
0,4% - 0,7% (Dash et al., 2000).
c. Kompaktibilitas
Ruang kompresi diatur sebesar 1 cm. Sejumlah campuran serbuk
dimasukkan ke ruang cetakan sampai terisi penuh dan rata, kemudian dikempa
pada kedalaman punch atas 0 mm. Ketinggian punch atas dicatat, dicatat pula
kekerasan tablet yang dihasilkan. Setelah itu, punch atas diturunkan skalanya

sebesar 0,5 mm. Demikian seterusnya sampai diperoleh tablet dengan


kekerasan nol kg, dan ditandai dengan harga F. Apabila harga F suatu zat
lebih besar dari 40% (400 perseribu centimeter), maka akan dijumpai
kesulitan dalam mentabletnya (Guyot dalam Fudholi (1983).
5. Formulasi Tablet Effervescent Vitamin C
Campuran serbuk masing-masing formula kemudian dikempa dengan
mesin tablet single punch. Proses pentabletan dilakukan dalam ruangan dengan
kelembaban relatif 45%. Kelembaban yang digunakan untuk pembuatan tablet
effervescent sebaiknya kurang dari 25% (Mohrle, 1989). Dalam penelitian ini
tidak dimungkinkan untuk mendapatkan kelembaban relatif yang memenuhi
syarat karena kondisi ruangan yang digunakan masih dapat ditembus udara yang
masuk dari luar dan kapasitas dehumidifier yang digunakan untuk menurunkan
kelembapan kurang besar, sehingga hanya mampu menurunkan sampai batasan
45%.. Selain itu, tidak semua proses pembuatan tablet effervescent vitamin C
dapat dilakukan pada ruangan dengan RH 45% karena fasilitas ruangan yang
belum memadai
Tablet effervescent dibuat empat formula dengan variasi jumlah sumber
asam, yaitu asam sitrat dan asam tartrat.
6. Uji Sifat Fisis Tablet Effervescent
a. Keseragaman bobot
Dua puluh tablet effervescent ditimbang satu persatu dengan neraca
elektrik. Dihitung purata () dan koefisien variasi (CV). Untuk tablet yang
besarnya lebih dari 300 mg, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya

menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari 5% dan tidak ada 1 tablet
pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari 10% (Anonim, 1979).
b. Kekerasan
Alat yang digunakan untuk mengukur kekerasan tablet adalah StokesMonsanto. Sebuah tablet diletakkan vertikal di antara ujung penekan pada
Stokes-Monsanto, tekanannya diatur sedemikian rupa, sehingga tablet stabil
ditempatnya dan jarum penunjuk berada pada skala 0 lalu sekrup diputar
hingga tablet pecah. Besarnya tekanan dibaca langsung pada skala ( Voigt,
1995).
c. Kerapuhan
Dua puluh tablet dibebas-debukan dari partikel halus yang menempel, lalu
ditimbang. Tablet yang telah dibebas-debukan dimasukkan ke dalam
friabilator (alat penguji kerapuhan tablet), diputar selama 4 menit dengan
kecepatan 25 rpm. Tablet dibersihkan dan ditimbang kembali. Hitung persen
(%) kehilangan berat tablet dari berat keseluruhan tablet semula (Kottke and
Rudnic, 2002).
d. Waktu larut
Waktu larut tablet effervescent merupakan waktu yang diperlukan oleh
tablet supaya pecah menjadi bagian yang terlarut atau partikel. Uji waktu larut
tablet effervescent dilakukan dengan menempatkan tablet pada air dengan
volume 120-180 ml. Tablet effervescent yang baik akan hancur dan terlarut
dengan cepat dalam waktu 1-2 menit (Mohrle, 1989).

7. Prediksi Formula Optimum Tablet Effervescent Vitamin C


Prediksi formula optimum tablet effervescent vitamin C dilakukan
berdasarkan area komposisi optimum asam sitrat dan asam tartrat pada contour
plot super imposed sifat fisis tablet effervescent.

E. Analisis Data dan Optimasi


Data yang terkumpul dari sifat fisis tablet effervescent dianalisis dengan
menggunakan metode desain faktorial. Dari data yang diperoleh, kemudian
dilakukan perhitungan desain faktorial untuk melihat besarnya efek asam sitrat,
asam tartrat, dan efek interaksi keduanya, sehingga dapat diketahui efek yang
dominan dalam menentukan sifat fisis tablet effervescent.
Dari persamaan akan diperoleh contour plot untuk masing-masing uji
yang dilakukan dan untuk selanjutnya contour plot ini digabungkan sehingga
didapatkan contour plot super imposed. Dari contour plot super imposed ini akan
diperoleh area optimum asam sitrat dan asam tartrat yang menghasilkan sediaan
tablet effervescent seperti yang dikehendaki.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Formulasi dan Pembuatan Tablet Effervescent


Sediaan effervescent penggunaannya lebih praktis, mudah dan lebih
menyenangkan dalam penyediaan bila dibandingkan dengan bentuk sediaan obat
lainnya (Mohrle, 1989). Sediaan effervescent dapat berupa serbuk atau tablet.
Salah satu keuntungan tablet effervescent dapat diberikan pada pasien yang sulit
menelan kapsul atau tablet (Lindberg et al., 1992). Selain itu, adanya pelepasan
gas karbondioksida juga membantu memperbaiki rasa beberapa obat tertentu
(Banker and Anderson, 1986). Gas karbondioksida yang terbentuk memberikan
efek sparkle (seperti soda) dan mempermudah proses pelarutan zat aktif
(Kusnadhi, 2003). Vitamin C yang diberikan dalam bentuk sediaan effervescent
akan memberikan absorbsi yang baik daripada bentuk tablet atau pil.
Formulasi suatu sediaan obat mempunyai cakupan yang luas, meliputi
pemilihan bahan aktif, bahan tambahan, bentuk sediaan obat, proses produksi,
pemilihan alat produksi, lingkungan, dan pengemasan. Bahan aktif yang berbeda
akan berpengaruh pada komposisi formulasinya. Pada penelitian ini digunakan
bahan aktif vitamin C dengan bentuk sediaan tablet effervescent.
Keberhasilan suatu sediaan padat yang efektif dan stabil sangat ditentukan
sekali pada ketelitian dan ketepatan dalam memilih eksipien yang dipakai untuk
pembuatan tablet. Apakah bahan tersebut memudahkan pemberian, membantu
pelepasan, dan melindungi degradasi, serta aman untuk dikonsumsi. Pada

dasarnya bahan pembantu tabet harus bersifat netral, tidak berbau, tidak berasa
dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voigt, 1995). Selain ketepatan dalam
memilih eksipien, proses dan alat pembuatan juga mempengaruhi kualitas sediaan
yang dihasilkan.
Penentuan formula dilakukan berdasarkan metode desain faktorial.
Dengan metode ini akan ditentukan kombinasi campuran yang optimum antara
dua faktor, yaitu asam sitrat dan asam tartrat. Komposisi formula campuran asam
sitrat dan asam tartrat yang digunakan untuk optimasi dapat dilihat pada tabel III.
Asam sangat penting pada pembuatan tablet effervescent. Sumber asam
jika direaksikan dengan air maka bahan tersebut akan terhidrolisa kemudian akan
melepaskan asam yang dalam proses selanjutnya akan bereaksi dengan bahan
karbonat sehingga terbentuklah gas CO2 (Banker and Anderson, 1986). Jumlah
asam sitrat dan asam tartrat yang digunakan dalam formula tablet effervescent
vitamin C sebesar 25% dari berat tablet untuk level rendah dan 40% dari berat
tablet untuk level tinggi. Pemilihan presentase ini berdasarkan pada jurnal
(Wehling and Fred, 2004) bahwa pada range konsentrasi 25-40% dari berat tablet
sumber asam akan menghasilkan reaksi effervescent yang baik.
Sumber basa yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium
karbonat. Natrium karbonat dipilih karena memiliki sifat alir yang baik sehingga
memenuhi syarat untuk kempa langsung. Natrium karbonat menunjukkan efek
menstabilkan

ketika

digunakan

dalam

tablet

effervescent

dikarenakan

kemampuannya mengabsorbsi lembab, hal ini dapat mencegah reaksi awal

effervescent. Natrium karbonat dalam bentuk anhidrat akan mengabsorbsi lembab


menjadi bentuk hidrat yang stabil (Mohrle, 1989). Melalui reaksi sebagai berikut:
Na2CO3 + 10H2O Na2CO3. 10H2O
Reaksi yang terjadi antara asam sitrat dengan natrium karbonat dan asam
tartrat dan natrium karbonat adalah sebagai berikut :
(1)

2H3C6H5O7.H2O + 3Na2CO3 2Na3C6H5O7+ 5H2O + 3CO2


2 mol asam sitrat ~ 3 mol natrium karbonat 3 mol CO2

(2)

H2C4H4O6 + Na2CO3

Na2C4H4O6 + H2O + CO2

1 mol asam tartrat ~ 1 mol natrium karbonat 1 mol CO2

Bahan pengikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah PVP (polivinil
pirolidon). Menurut Mohrle (1980), PVP adalah bahan pengikat yang efektif
untuk pembuatan tablet effervescent. Konsentrasi PVP yang digunakan sebagai
bahan pengikat berkisar antara 0,5-5% (Khankari and Hortz, 1997). Berdasarkan
hasil orientasi maka konsentrasi PVP yang digunakan adalah 1%. Pada
konsentrasi 1% PVP sudah dapat menunjukkan kemampuannya sebagai bahan
pengikat terlihat dari kekerasan tablet effervescent yang dihasilkan jika
dibandingkan dengan campuran yang tidak menggunakan PVP. Pada konsentrasi
lebih dari 1% tablet yang dihasilkan akan mengalami sticking karena sifat
campuran serbuk yang lengket, dimana diketahui bahwa PVP bersifat sangat
higroskopis. Selain itu, tablet yang dihasilkan sangat keras sehingga waktu
larutnya menjadi semakin lama meskipun PVP bersifat hidrofilik (larut air).
Polaritas dari PVP dapat dilihat dari strukturnya (gambar 5) dimana terdapat

atom-atom yang elektronegatif, yaitu O dan N sehingga PVP dapat larut dalam
air. Aksi dua arah dari PVP (dapat memperlama desintegrasi tablet sekalipun larut
air) dapat dijelaskan melalui mekanisme ikatan yang terjadi antara PVP dengan
bahan-bahan lain (vitamin C, asam sitrat, asam tartrat, dan laktosa) dalam tablet,
yaitu ikatan hidrogen yang cukup kuat sehingga apabila konsentarsi PVP yang
digunakan semakin tinggi maka ikatan yang terbentuk akan semakin banyak jadi
dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk memutuskan ikatan tersebut. Dilihat dari
strukturnya, ikatan hidrogen antara PVP dengan natrium karbonat dan sakarin
(gambar 5) tidak dapat terjadi. Seperti diketahui bahwa ikatan hidrogen
merupakan ikatan yang terbentuk antara atom H dengan atom-atom elektronegatif
yang kuat, yaitu fluorin, oksigen dan nitrogen (F, O, N). Atom O dari sakarin akan
berikatan dengan atom H dari bahan lain, yaitu vitamin C, asam sitrat, asam
tartrat, dan laktosa baru kemudian bahan-bahan yang telah berikatan dengan
sakarin akan berikatan dengan PVP. Natrium karbonat berikatan dengan PVP
melalui mekanisme ion-dipole. Ion natrium akan berikatan dengan atom H dari
PVP.

H
O

H
O

H
O

CH2OH

OH
O

OH

OH

Gambar 7. Ikatan hidrogen antara PVP dan vitamin C

HO

HO

HO

H
HOOC

COOH
H
C

HO

COOH

Gambar 8. Ikatan hidrogen antara PVP dan asam sitrat

HO

HO

HO

HOOC

OH

OH

COOH

Gambar 9. Ikatan hidrogen antara PVP dan asam tartrat

HO N

HO

HO N

HO

HO

HO

HO N

CH2OH

O
OH

CH2OH

OH
OH

O O
OH

OH
OH

Gambar 10. Ikatan hidrogen antara PVP dan laktosa

Bahan pelicin yang digunakan adalah Mg stearat dengan konsentrasi 0,1%


dari bobot tablet. Idealnya bahan pelicin untuk sediaan effervescent memenuhi
persyaratan tidak toksik, tidak berasa, dan larut air (Lindberg et al., 1992). Tapi
pada kenyataannya bahan pelicin yang efisien adalah bahan pelicin yang bersifat
tidak larut air, seperti Mg stearat (Mohrle, 1989). Oleh karena itu, Mg stearat
dipilih sebagai bahan pelicin meskipun tidak larut air. Selain itu Mg stearat
mempunyai kemampuan sebagai lubrikan yang sangat baik (Voigt, 1995).
Beberapa bahan pelicin yang larut air, yaitu natrium klorida, natrium asetat, dan
leusin (Lindberg et al., 1992). Menurut Wehling and Fred (2004), konsentrasi
bahan pelicin yang baik digunakan adalah kurang dari 3% dari bobot tablet dan
paling baik digunakan pada konsentrasi 0,1% dari bobot tablet, karena itu bahan
pelicin yang digunakan pada penelitian ini sebesar 0,1%. Selain itu juga dilakukan
orientasi. Pada pembuatan tablet effervescent perlu diperhatikan konsentrasi Mg
stearat yang digunakan mengingat sifat Mg stearat yang tidak larut dalam air
(hidrofob), dengan semakin tingginya konsentrasi Mg stearat maka akan semakin
banyak partikel Mg stearat yang menempel dan menyumbat pori partikel-partikel

lain sehingga dapat menghalangi air untuk masuk ke dalam tablet jadi dibutuhkan
waktu yang lebih lama bagi tablet effervescent untuk larut dengan demikian
dibutuhkan waktu yang lebih lama pula bagi zat aktif untuk terlarut. Selain
konsentrasi, faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah lama pencampuran,
yaitu 2-5 menit. Pada penelitian ini Mg stearat dicampur selama 5 menit. Pada
saat proses pencampuran kohesifitas Mg stearat akan meningkat sehingga
partikel-partikel Mg stearat akan menggumpal, dengan semakin lamanya proses
pencampuran partikel-partikel Mg stearat yang menggumpal akan lepas jadi akan
semakin banyak Mg stearat yang melapisi partikel lain sehingga dapat
menghalangi air untuk masuk ke dalam tablet, yang artinya zat aktif akan terlarut
semakin lama.
Laktosa dipilih sebagai bahan pengisi untuk mendapatkan bobot tablet
yang diinginkan. Laktosa memiliki sifat bahan pengisi yang baik, antara lain dapat
larut dalam air, rasanya enak, non-higroskopis, tidak reaktif, dan menunjukkan
kompaktibilitas yang baik (Alderborn, 2002).
Bahan pemanis diperlukan untuk memperbaiki rasa dari tablet mengingat
vitamin C memiliki rasa yang sangat asam. Pemanis yang digunakan adalah
natrium sakarin. Natrium sakarin merupakan bahan pemanis buatan yang
disarankan dalam tablet effervescent (Lindberg et al., 1992). Berdasarkan
lampiran Permenkes No. 208/Menkes/Per/IV/1985 natrium sakarin merupakan
salah satu pemanis buatan yang diijinkan untuk digunakan dengan batasan
maksimum 5mg/Kg berat badan/hari. Konsentrasi natrium sakarin sebagai

pemanis yang umum digunakan adalah 0,075-0,6% (Allen, 2002). Pada penelitian
ini digunakan konsentrasi 0,3375%.
Pembuatan tablet

dilakukan dengan menggunakan metode kempa

langsung. Kempa langsung dipilih karena sifat vitamin C tidak tahan terhadap
lembab. Sebelum dicampur, masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan berat
masing-masing pada tiap-tiap formula. Semua bahan kecuali bahan pelicin
kemudian dicampur selama 15 menit dengan kecepatan 100 rpm menggunakan
pencampur kubus. Bahan pelicin ditambahkan pada 5 menit terakhir.
Pencampuran yang berlebihan dapat mengurangi desintegrasi-disolusi dan tablet
dapat kehilangan ikatannya (Peck et al., 1980).

B. Uji Sifat Fisis Campuran Serbuk


Tabel IV. Hasil uji sifat alir dan kandungan lembab ( SD )
Formula 1
Formula a
Formula b
Formula ab
X SD
X SD
X SD
X SD
Waktu alir
3,680,01
4,040,11
3,830,14
3,900,25
(g/detik)
Kandungan
1,710,08
2,120,17
1,830,23
1,94 0,09
lembab (%)

Tabel V. Hasil uji kompaktibilitas

Skala
(mm)
4
5
6

Kekerasan tablet (kg)


Formula 1
Formula a
0,5
1,1
2,1
3,7
5,8
6,8

Formula b
1,0
2,2
6,6

Formula ab
1,5
5,8
7,2

1. Sifat alir
Pemeriksaan

sifat alir campuran serbuk perlu dilakukan untuk

mengetahui kemampuan alir campuran saat dikempa. Campuran serbuk dengan

sifat alir yang baik akan mudah mengalir dan mudah dikempa pada saat
pentabletan (Fassihi and Kanfer, 1986). Sifat alir campuran juga berperan dalam
homogenitas campuran atau serbuk (Shangraw, 1989). Dengan sifat alir yang
baik, kemungkinan campuran serbuk untuk bercampur atau mencapai
homogenitas semakin besar.
Uji sifat alir dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dengan
mengukur waktu alir sejumlah campuran serbuk. Waktu alir menunjukkan mudah
tidaknya campuran serbuk mengalir dalam mesin pencetak tablet. Menurut Guyot
dalam Fudholi (1983), waktu alir untuk 100 g serbuk sebaiknya tidak melebihi 10
detik karena akan mengalami kesulitan dalam pentabletan. Dari tabel IV terlihat
bahwa keempat formula memiliki waktu alir yang memenuhi persyaratan.
2. Kandungan lembab
Kandungan lembab merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan tablet effervescent. Kandungan lembab yang terlalu banyak dalam
tablet effervescent akan menyebabkan reaksi prematur dalam sistem effervescent
(Mohrle, 1989). Vitamin C sebagai zat aktif juga akan rusak karena sifatnya yang
tidak tahan terhadap lembab. Menurut Fausett, Gayser & Dash (2000), kandungan
lembab campuran serbuk pada sediaan effervescent berkisar antara 0,4% - 0,7%.
Pengukuran kandungan lembab pada penelitian ini menggunakan moisture
analyzer. Pemanasan dilakukan sampai bobot konstan (15 menit) pada suhu
105C. Hasil pengukuran kandungan lembab campuran serbuk pada penelitian ini
(tabel IV) tidak memenuhi persyaratan. Hal ini dikarenakan kelembaban ruangan
yang digunakan pada proses pembuatan tablet masih cukup tinggi (45).

Kelembaban ruangan yang masih tinggi ini dikarenakan kondisi ruangan yang
digunakan

masih dapat ditembus udara yang masuk dari luar dan kapasitas

dehumidifier yang digunakan untuk menurunkan kelembapan kurang besar,


sehingga hanya mampu menurunkan sampai batasan 45%. Selain itu, proses
pencampuran tidak dapat dikerjakan dalam ruangan dengan kelembaban relatif
(RH) 45% karena keterbatasan fasilitas. Kelembaban yang digunakan untuk
pembuatan tablet effervescent sebaiknya dikendalikan kurang dari 25% (Mohrle,
1989).
3. Kompaktibilitas
Kompaktibilitas

memiliki

pengertian

yang

berbeda

dengan

kompresibilitas. Kompaktibilitas merupakan kemampuan bahan serbuk untuk


dikempa menjadi tablet dengan tekanan tertentu, sedangkan kompresibilitas
merupakan kemampuan bahan serbuk untuk berkurang volumenya dibawah
tekanan jadi tanpa pengaruh ikatan antar partikel (Wadke et al., 1989).
Mudah tidaknya campuran serbuk dikempa menjadi tablet dapat diketahui
dari uji kompaktibilitas campuran serbuk (Guyot dalam Fudholi, 1983). Uji
kompaktibilitas campuran serbuk dilakukan dengan cara mengukur kekerasan
tablet yang dibuat pada beberapa tekanan kompresi. Pengukuran dimulai dari
kedalaman punch atas nol mm. Kompaktibilitas campuran serbuk dikatakan baik
jika pada kedalaman punch atas 4 mm dengan kedalaman ruang kompresi 10 mm,
serbuk mampu membentuk tablet dengan kekerasan minimum. Menurut Guyot
dalam Fudholi (1983), apabila harga F suatu zat lebih besar dari 40% (400
perseribu centimeter), maka akan dijumpai kesulitan dalam mentabletnya.

Dari hasil penelitian, saat kedalaman punch atas 4 mm, campuran serbuk
pada masing-masing formula sudah mampu membentuk tablet. Hasil ini
menunjukkan bahwa campuran serbuk memiliki kompaktibilitas yang baik untuk
dikempa. Setelah dilihat dari data kompaktibilitas untuk menyamakan kondisi
pada masing-masing formula maka semua formula dikempa pada kedalaman
punch atas 6 mm. Pada kedalaman punch atas 6 mm campuran serbuk dari
keempat formula menghasilkan tablet yang memenuhi syarat kekerasan, yaitu 68
kp ~ 5,999-7,999 kg.

C. Uji Sifat Fisis Tablet Effervescent


Hasil uji sifat fisis tablet effervescent dari 4 formula untuk optimasi dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel VI. Hail uji sifat fisis tablet effervescent vitamin C
F
F1
Fa

Keseragaman bobot
CV(%)
(mg) SD
2588,700,04
0,00
2802,300,03
0,00

Kekerasan
(kg) SD
6,08 0,12
7,10 0,67

Kerapuhan
(%) SD
0,990,07
0,510,07

Waktu larut
(detik) SD
83,073,78
88,928,77

Fb
Fab

2801,400,02
3034,900,04

6,55 0,68
8,85 0,87

1,090,13
1,270,20

87,354,42
113,735,72

0,00
0,00

Dengan metode desain faktorial dapat dihitung besarnya efek dari asam
sitrat, asam tartrat, maupun interaksinya. Hasil perhitungan efek dengan metode
desain faktorial tablet effervescent vitamin C adalah sebagai berikut:

Tabel VII. Efek asam sitrat, efek asam tartrat, dan efek hasil interaksi keduanya
dalam menentukan kualitas tablet effervescent (terbatas pada level yang diteliti)
Efek
Asam sitrat

Kekerasan
(Kg)
1,65

Kerapuhan
(%)
[-0,15]

Waktu larut
(detik)
16,12

Asam tartrat

1,15

0,44

14,55

Interaksi

0,65

0,32

10,27

1. Kekerasan
Tablet harus cukup keras untuk tahan pecah waktu dikemas , dikirim
dengan kapal dan waktu ditangani secara normal, tapi juga tablet ini akan cukup
lunak untuk melarut dan hancur sempurna begitu digunakan orang atau dapat
dipatahkan diantara jari-jari bila memang tablet ini perlu dibagi untuk
pemakaiannya (Ansel, 1989). Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet
adalah tekanan kompresi yang digunakan saat pentabletan, sifat bahan yang
dikempa dan bahan pengikat (Lachman dkk, 1994).
Untuk menyamakan kondisi percobaan pada penelitian ini digunakan
tekanan kompresi yang sama yaitu pada skala 6 mm. Menurut Wehling and Fred
(2004), kekerasan tablet yang baik untuk tablet effervescent adalah 68 kp ~
5,999-7,999 kg. Dari hasil penelitian (tabel VI) hanya formula (ab) yang
kekerasannya tidak memenuhi syarat.
Hubungan pengaruh peningkatan level asam sitrat dan asam tartrat
terhadap kekerasan tablet effervescent, dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

10
Respon kekerasan (kg)

Respon kekerasan (kg)

10
9
8
7
6
5
90 100 110 120 130 140 150
Asam sitrat (g)

9
8
7
6
5
90

100 110 120 130 140 150


Asam tartrat (g)

level rendah asam tartrat

level rendah asam sitrat

level tinggi asam tartrat

level tinggi asam sitrat

Gambar 11a

Gambar 11b

Gambar 11. Grafik hubungan antara asam sitrat (g) dan kekerasan (Kg) (11a);
grafik hubungan antara asam tartrat (g) dan kekerasan (Kg) (11b)

Gambar 11a menunjukkan bahwa pada penggunaan asam tartrat level


rendah maupun level tinggi dengan peningkatan jumlah asam sitrat terjadi
peningkatan kekerasan tablet effervescent. Namun peningkatan kekerasan tablet
effervescent karena penggunaan asam tartrat level tinggi lebih besar dibandingkan
penggunaan asam tartrat level rendah
Pada penggunaan asam sitrat level rendah maupun level tinggi dengan
peningkatan jumlah asam tartrat yang digunakan juga terjadi peningkatan
kekerasan tablet effervescent (Gambar 11b). Namun peningkatan kekerasan tablet
effervescent karena penggunaan asam sitrat level tinggi lebih besar dibandingkan
asam sitrat pada level rendah.

Berdasarkan kedua gambar di atas (Gambar 11), asam sitrat diprediksi


lebih dominan dalam menentukan kekerasan tablet effervescent daripada asam
tartrat. Peningkatan level asam sitrat dari level rendah ke level tinggi (Gambar
11a), menyebabkan perubahan nilai kekerasan yang lebih besar jika dibandingkan
dengan perubahan kekerasan tablet karenan perubahan level asam tartrat dari level
rendah ke level tinggi (Gambar 11b). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 11a,
dimana grafik yang dihasilkan lebih curam dibandingkan dengan grafik pada
gambar 11b. Hasil perhitungan desain faktorial kekerasan tablet (Tabel VII) juga
menunjukkan nilai efek asam sitrat yang lebih besar dibandingkan nilai efek asam
tartrat maupun interaksi keduanya.
Berdasarkan kedua gambar diatas (Gambar 11), dapat dilihat adanya
interaksi antara asam sitrat dan asam tartrat dalam menentukan respon kekerasan.
Adanya interaksi ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar pada masing-masing
kurva (Bolton, 1990).
Hasil perhitungan nilai efek dari asam sitrat, asam tartrat, maupun
interaksinya bernilai positif yang berarti memiliki efek meningkatkan respon
kekerasan tablet effervescent. Karena nilai efek asam sitrat lebih besar daripada
asam tartrat dan interaksi asam sitrat dan asam tartrat, maka diprediksi bahwa
asam sitrat lebih dominan dalam meningkatkan respon kekerasan (Tabel IX).
Asam sitrat dan asam tartrat keduanya merupakan bahan yang mengalami
deformasi elastis (Lindberg et al, 1992). Tetapi karena asam sitrat yang digunakan
merupakan asam sitrat monohidrat, sedangkan asam tartrat yang digunakan
merupakan asam tartrat anhidrat maka sifat ikatan asam sitrat dengan adanya satu

molekul air akan lebih kuat dibandingkan asam tartrat karena itu asam sitrat akan
memberikan kekerasan yang lebih baik daripada asam tartrat. Bahan yang
mengalami deformasi elastis ketika diberi tekanan akan berubah bentuknya untuk
sementara waktu kemudian ketika tekanan tidak ada lagi maka bahan tersebut
akan kembali ke bentuk semula.
2. Kerapuhan
Kerapuhan tablet menggambarkan kekuatan tablet dalam mempertahankan
bentuk pada uji kerapuhan, yang berperan dalam uji ini adalah bagian tepi tablet
atau luar permukaan tablet. Uji kerapuhan tablet penting dilakukan untuk
mengetahui ketahanan tablet terhadap guncangan-guncangan yang terjadi pada
saat pengemasan dan transportasi. Menurut Banker and Anderson (1986),
kerapuhan tablet memenuhi persyaratan bila % kerapuhan lebih kecil dari 1%.
Dari hasil penelitian (tabel VI) terlihat bahwa tidak semua formula memenuhi
syarat kerapuhan, hanya formula (1) dan formula (a) yang memenuhi syarat
kerapuhan.
Hubungan antara pengaruh peningkatan level asam sitrat dan asam tartrat
terhadap kerapuhan tablet effervescent, dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

1.6
Respon kerapuhan (%)

Respon kerapuhan (%)

1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4

1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4

90 100 110 120 130 140 150


Asam sitrat (g)

90 100 110 120 130 140 150


Asam tartrat (g)

level rendah asam tartrat

level rendah asam sitrat

level tinggi asam tartrat

level tinggi asam sitrat

Gambar 12a

Gambar 12b

Gambar 12. Grafik hubungan antara asam sitrat (g) dan kerapuhan (%) (12a);
grafik hubungan antara asam tartrat (g) dan kerapuhan (%) (12b)

karbonat (g) dan kerapuhanlet (6b)


Penurunan kerapuhan tablet effervescent terjadi pada penggunaan asam
tartrat level rendah dengan peningkatan jumlah asam sitrat , sedangkan pada
penggunaan asam tartrat level tinggi dengan peningkatan jumlah asam sitrat
terjadi peningkatan kerapuhan tablet effervescent (Gambar 12a). Penurunan
kerapuhan tablet effervescent karena penggunaan asam tartrat level rendah lebih
besar dibandingkan peningkatan kerapuhan tablet effervescent karena penggunaan
asam tartrat level tinggi. Penurunan kerapuhan tablet effervescent juga terjadi
pada penggunaan asam sitrat level tinggi dengan peningkatan jumlah asam tartrat,
sedangkan pada penggunaan asam sitrat level rendah dengan semakin
meningkatnya jumlah asam tartrat terjadi peningkatan kerapuhan tablet
effervescent (Gambar 12b). Penurunan kerapuhan tablet effervescent karena

penggunaan asam sitrat level tinggi dengan peningkatan jumlah asam tartrat lebih
besar dibandingkan peningkatan kerapuhan tablet effervescent karena penggunaan
asam sitrat level rendah dengan peningkatan jumlah asam tartrat.
Berdasarkan gambar di atas (Gambar 12), asam tartrat diprediksi lebih
dominan dalam menentukan kerapuhan tablet effervescent daripada asam sitrat.
Peningkatan level asam tartrat dari level rendah ke level tinggi (Gambar 12b),
menyebabkan perubahan nilai kerapuhan yang lebih besar jika dibandingkan
dengan perubahan kerapuhan tablet karena perubahan level asam sitrat dari level
rendah ke level tinggi (Gambar 12a). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 12b
grafik lebih curam dibandingkan dengan grafik pada gambar 12a. Hasil
perhitungan desain faktorial kerapuhan tablet (Tabel VII) juga menunjukkan nilai
efek asam tartrat yang lebih besar dibandingkan nilai efek asam sitrat maupun
interaksi keduanya. Gambar 12a menunjukkan bahwa peningkatan level asam
sitrat, pada penggunaan level rendah asam tartrat memberikan respon penurunan
kerapuhan, sedangkan pada penggunaan level tinggi asam sitrat memberikan
respon peningkatan kerapuhan.
Kedua gambar diatas (Gambar 12), juga memperlihatkan adanya interaksi
antara asam sitrat dan asam tartrat dalam menentukan respon kerapuhan yang
ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar pada masing-masing kurva.
Hasil perhitungan nilai efek dari asam sitrat bernilai negatif yang berarti
memilik efek menurunkan kerapuhan tabet effervescent, sedangkan asam tartrat
dan interaksi asam sitrat dan asam tartrat bernilai positif yang berarti keduanya
memiliki efek meningkatkan respon kerapuahan tablet effervescent. Karena asam

tartrat memiliki nilai efek yang lebih besar dari interaksi asam sitrat dan asam
tartrat, maka efek asam tartrat diprediksi lebih dominan dalam meningkatkan
respon kerapuhan (Tabel VII). Asam sitrat dan asam tartrat keduanya merupakan
bahan yang mengalami deformasi elastis (Lindberg et al, 1992). Tetapi karena
asam sitrat yang digunakan merupakan asam sitrat monohidrat, sedangkan asam
tartrat yang digunakan merupakan asam tartrat anhidrat maka sifat ikatan asam
sitrat dengan adanya satu molekul air akan lebih kuat dibandingkan asam tartrat
karena itu asam sitrat akan memberikan kekerasan yang lebih baik daripada asam
tartrat. Bahan yang mengalami deformasi elastis ketika diberi tekanan akan
berubah bentuknya untuk sementara waktu kemudian ketika tekanan tidak ada lagi
maka bahan tersebut akan kembali ke bentuk semula.
3. Waktu Larut
Waktu larut tablet effervsecent menggambarkan cepat atau lambatnya
tablet larut dalam air. Proses larutnya tablet diawali oleh penetrasi air ke dalam
tablet. Dengan adanya sifat hidrofilik dari bahan pengikat yang digunakan (PVP)
maka akan mempermudah penetrasi air kedalam tablet. Penetrasi air ini
menyebabkan terjadinya reaksi asam dan karbonat yang akan melepaskan CO2,
dan lama-kelamaan mengakibatkan tablet effervescent larut.
Menurut Lindberg dkk (1992), tablet effervescent yang baik mempunyai
kelarutan 1-2 menit dan memiliki residu dari bahan yang tidak terlarut seminimal
mungkin. Keempat formula dalam penelitian ini memenuhi syarat waktu larut
yang ditetapkan, yaitu 1-2 menit. Larutan yang terbentuk dari tablet effervescent
vitamin C ini tidak mutlak jernih, tetapi masih ada sedikit residu yang tidak larut

yang disebabkan penggunaan magnesium stearat sebagai bahan pelicin. Dimana


diketahui bahwa magnesium stearat merupakan bahan pelicin yang bersifat
hidrofob (tidak larut air). Dari hasil penelitian (tabel VI) keempat formula
memenuhi syarat eaktu larut yang ditetapkan, yaitu kurang dari 2 menit.
Hubungan antara pengaruh peningkatan level asam sitrat dan asam tartrat
terhadap waktu larut effervescent, dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

120
Respon waktu larut
(detik)

Respon waktu larut


(detik)

120
110
100
90
80
90 100 110 120 130 140 150
Asam sitrat (g)

110
100
90
80
90 100 110 120 130 140 150
Asam tartrat (g)

level rendah asam tartrat

level rendah asam sitrat

level tinggi asam tartrat

level tinggi asam sitrat

Gambar 13a

Gambar 13b

Gambar 13. Grafik hubungan antara asam sitrat (g) dan waktu larut (detik) (13a);
grafik hubungan antara asam tartrat (g) dan waktu larut (detik) (13b)

Pada penggunaan asam tartrat level rendah maupun level tinggi dengan
peningkatan jumlah asam sitrat terjadi peningkatan waktu larut tablet effervescent
(Gambar 13a). Peningkatan waktu larut tablet effervescent karena penggunaan
asam tartrat level tinggi lebih besar dibandingkan penggunaan asam tartrat level
rendah. Peningkatan waktu larut tablet effervescent juga terjadi pada penggunaan

asam sitrat level rendah maupun level tinggi dengan peningkatan jumlah asam
tartrat (Gambar 13b). Peningkatan waktu larut tablet effervescent karena
penggunaan asam sitrat level tinggi lebih besar dibandingkan penggunaan asam
sitrat level rendah.
Berdasarkan gambar diatas, diprediksi bahwa asam sitrat lebih dominan
dalam menentukan waktu larut tablet effervescent dibandingkan dengan asam
tartrat ataupun interaksi antara asam sitrat dan asam tartrat. Peningkatan level
asam sitrat dari level rendah ke level tinggi (Gambar 13a), menyebabkan
perubahan nilai waktu larut yang lebih besar jika dibandingkan dengan perubahan
waktu larut tablet karena perubahan level asam tartrat dari level rendah ke level
tinggi (Gambar 13b). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 13a, dimana grafik
yang dihasilkan lebih curam dibandingkan dengan grafik pada gambar 13b. Hasil
perhitungan desain faktorial kekerasan tablet (Tabel VII) juga menunjukkan nilai
efek asam sitrat yang lebih besar dibandingkan nilai efek asam tartrat maupun
interaksi keduanya.
Kedua gambar diatas (Gambar 13), juga memperlihatkan adanya interaksi
antara asam sitrat dan asam tartrat dalam menentukan respon waktu larut yang
ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar pada masing-masing kurva.
Hasil perhitungan nilai efek dari asam sitrat, asam tartrat, maupun
interaksinya bernilai positif yang berarti memiliki efek meningkatkan respon
waktu larut tablet effervescent. Karena nilai efek asam sitrat lebih besar daripada
asam tartrat dan interaksi asam sitrat dan asam tartrat, maka asam sitrat diprediksi
lebih dominan dalam meningkatkan respon waktu larut (Tabel VII). Kondisi ini

dapat dimengerti mengingat asam sitrat memiliki kelarutan yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan asam tartrat (Mohrle, 1989), sehingga dapat memperlama
waktu larut tablet effervescent yang dihasilkan.
4. Uji Keseragaman Bobot
Uji keseragaman bobot penting dilakukan untuk mendapatkan tablet
dengan zat aktif yang seragam. Keseragaman bobot suatu tablet ditunjukkan atas
banyaknya penyimpangan bobot tablet rata-rata yang masih diperbolehkan
menurut persyaratan yang ditentukan
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, tablet tidak bersalut yang
mempunyai bobot rata-rata lebih dari 300 mg, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari 5% dan
tidak boleh satu pun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya
lebih dari 10%. Dari hasil perhitungan (lampiran 3), disimpulkan keempat formula
memenuhi syarat keseragaman bobot. Hal ini ditunjukkan dengan tidak ada satu
tablet pun yang bobotnya menyimpang dari kedua persyaratan tersebut.
Ukuran yang digunakan untuk menentukan apakah berat tablet tersebut
konstan atau tidak ditunjukkan oleh nilai CV (koefisien variansi). Dengan
semakin kecilnya harga CV maka berat tablet formula tersebut akan semakin
seragam. Menurut Wells (1996), tablet yang baik mempunyai CV kurang dari 6%.
Dari hasil perhitungan (Lampiran 3), dapat disimpulkan bahwa keempat formula
memenuhi syarat keseragaman bobot terlihat dari nilai CV yang kurang dari 6%,.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot adalah sifat alir.
Apabila campuran serbuk memiliki sifat alir yang baik maka volume campuran

serbuk yang mengisi ruang kompresi akan seragam sehingga variansi berat tablet
yang dihasilkan tidak terlalu besar. Tetapi jika sifat alir campuran serbuk jelek
maka akan menghasilkan variansi bobot yang besar. Penambahan bahan pelicin
dapat meningkatkan sifat alir dari campuran serbuk. Selain sifat alir, keseragaman
bobot juga ditentukan oleh bentuk dan ukuran partikel serta faktor mekanis dari
mesin pengempa.

D. Optimasi Formula
Formula tablet effervescent yang optimum adalah formula yang memiliki
sifat fisis tablet effervescent yang baik seperti yang dikehendaki. Uji sifat fisis
yang sering dilakukan untuk mengkontrol kualitas tablet adalah keseragaman
bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut.
Dari hasil pengukuran sifat fisis tablet effervescent yang meliputi
kekerasan, kerapuhan dan waktu larut dibuat contour plot untuk memilih area
optimum untuk memperoleh respon yang dikehendaki. Dari contour plot masingmasing uji sifat fisis tersebut ditentukan area optimum untuk memperoleh respon
seperti yang dikehendaki. Area tersebut kemudian digabungkan dalam contour
plot super imposed sifat fisis tablet effervescent, kemudian ditentukan area
komposisi optimum dari eksipien yang diperoleh sebagai formula optimum tablet
effervescent, terbatas pada level yang diteliti.

1. Kekerasan
Dari hasil pengujian kekerasan diperoleh persamaan berdasarkan desain
faktorial, yaitu Y = 7,2045 - 0,0207X1 - 0,0296X2 + 4,1086x10-4(X1X2). Y
adalah kekerasan tablet effervescent (Kg), X1 adalah level asam sitrat, dan X2
adalah level asam tartrat. Melalui persamaan ini dapat dibuat contour plot sebagai
berikut

Gambar 14. Contour plot kekerasan tablet effervescent

Dari contour plot kekerasan tablet effervescent (Gambar 14), dapat


ditentukan area komposisi optimum tablet effervescent vitamin C untuk
memperoleh respon kekerasan tablet effervescent seperti yang dikehendaki,
terbatas pada level yang diteliti. Menurut Wehling and Fred (2004), kekerasan
tablet yang baik untuk tablet effervescent adalah 6 8 kp ~ 5,999 7,999 kg.

Kekerasan tablet effervescent yang berada diantara 5,999 7,999 kg dipilih


sebagai area optimum untuk menghasilkan kekerasan yang dikehendaki. Dengan
demikian diperoleh area yang cukup luas yang memenuhi persyaratan kekerasan
tablet effervescent.
2. Kerapuhan
Contour plot kerapuhan tablet effervescent (gambar 15) diperoleh dari
persamaan: Y = 5,8918 0,0439X1 0,0436X2 + 3,7547x10-4 (X1X2). Dengan Y
adalah kerapuhan tablet effervescent (%), X1 adalah level asam sitrat dan X2
adalah level asam tartrat. Melalui persamaan ini dapat dibuat contour plot sebagai
berikut:

Gambar 15. Contour plot kerapuhan tablet effervescent

Dari contour plot kerapuhan tablet effervescent tersebut, dapat ditentukan


area optimum komposisi campuran asam sitrat dan asam tartrat untuk memperoleh
respon kerapuhan tablet effervescent seperti yang dikehendaki., terbatas pada level
yang diteliti. Menurut Banker and Anderson (1986), kerapuhan tablet memenuhi
persyaratan bila kerapuhan lebih kecil atau sama dengan 1%. Oleh karena itu
dipilih kurva 1% dan area di bawah kurva tersebut (dengan kerapuhan kurang
dari 1%) sebagai area optimum untuk menghasilkan kerapuhan yang memenuhi
persyaratan. Dengan demikian diperoleh area yang cukup luas yang memenuhi
persyaratan (gambar 15).
3. Waktu larut
Dari hasil perhitungan desain faktorial waktu larut tablet effervescent,
diperoleh persamaan Y = 123,2141- 0,5043X1 - 0,5322X2 + 6,4885 x 10-3 (X1X2).
Y adalah waktu larut tablet effervescent (detik), X1 adalah level asam sitrat, dan
X2 adalah level asam tartrat. Berdasarkan persamaan tersebut, didapatkan contour
plot waktu larut tablet effervescent:

Gambar 16. Contour plot waktu larut tablet effervescent

Dari contour plot tersebut, dapat ditentukan area komposisi optimum


tablet effervescent untuk memperoleh respon waktu larut seperti yang
dikehendaki, terbatas pada level yang diteliti. Waktu larut tablet effervescent
dikehendaki kurang atau sama dengan 120 detik (2 menit). Kurva waktu larut 120
detik dan area dibawah kurva tersebut (dengan waktu larut kurang dari 120 detik)
dipilih sebagai area optimum untuk menghasilkan waktu larut seperti yang
dikehendaki. Dengan demikian diperoleh area yang cukup luas yang memenuhi
syarat waktu larut tablet effervescent pada level yang diteliti (gambar 16).
Kurva area optimum dari masing-masing uji sifat fisis (kekerasan,
kerapuhan, dan waktu larut) yang telah dipilih digabungkan menjadi satu dalam
contour plot super imposed untuk mendapatkan formula optimum tablet
effervescent vitamin C. Dari contour plot super imposed (Gambar 17), dapat

diketahui area kerja optimum antara asam sitrat dan asam tartrat yang berfungsi
sebagai sumber asam dari tablet effervescent.

Gambar 17. Contour plot super imposed sifat fisis tablet effervescent vitamin C

Contour plot super imposed ditunjukkan dengan arsiran berwarna kuning.


Formula tablet effervescent dengan karakteristik sifat fisis yang dikehendaki akan
diperoleh dengan komposisi yang optimum dari asam sitrat dan asam tartrat Area
tersebut diprediksi sebagai formula optimum tablet effervescent berdasarkan pada
jumlah bahan yang diteliti.
Kandungan lembab campuran serbuk effervescent yang menghasilkan
contour plot super imposed diatas tidak memenuhi syarat sehingga dapat
diasumsikan bahwa stabilitas tablet effervescent yang dihasilkan tidak terlalu
bagus. Untuk menentukan stabilitas tablet effervescent idealnya dilakukan uji

stabilitas, tapi pada penelitian ini uji stabilitas tidak dilakukan. Pada penelitian ini
tidak dimungkinkan untuk mendapatkan campuran dengan kandungan lembab
yang memenuhi persyaratan mengingat kondisi ruangan yang digunakan dalam
proses pentabletan tidak dapat diatasi, yaitu kelembaban yang masih cukup tinggi
(45%) serta tidak semua proses pembuatan dapat dikerjakan pada RH 45%
karena fasilitas ruangan yang belum memadai.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Asam sitrat dominan dalam menentukan kekerasan dan waktu larut tablet
effervescent vitamin C, sedangkan asam tartrat dominan dalam menentukan
kerapuhan tablet effervescent vitamin C.
2. Diperoleh area komposisi optimum dari asam sitrat dan asam tartrat pada
formula tablet effervescent vitamin C berdasarkan kekerasan, kerapuhan, dan
waktu larut tablet effervescent.

B. Keterbatasan Penelitian
1. Kelembaban relatif ruangan yang digunakan tidak dibawah 25% tetapi 45%
dan tidak semua proses pembuatan tablet effervescent vitamin C, yaitu
pencampuran dapat dilakukan pada ruangan dengan RH 45% karena fasilitas
ruangan yang belum memadai.
2. Tidak dilakukan penetapan kadar zat aktif, yaitu vitamin C untuk menentukan
bahwa tablet effervescent vitamin C yang dihasilkan mengandung zat aktif
yang seragam. Keseragaman zat aktif pada penelitian ini ditentukan dengan
keseragaman bobot tablet, dengan asumsi bahwa jika bobot tablet yang
dihasilkan seragam maka campuran serbuk sudah homogen dengan demikian
zat aktif yang terdapat dalam masing-masing tablet seragam.

3. Tidak dilakukan uji stabilitas untuk menentukan stabilitas sistem effervescent.


Pada penelitian ini diasumsikan bahwa stabilitas sistem effervescent yang
dihasikan kurang bagus mengingat kelembaban relatif ruangan yang
digunakan dalam pembuatan tablet masih cukup tinggi (45%) serta tidak
semua proses pembuatan dapat dilakukan dalam ruangan dengan RH 45%.

C. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan level asam sitrat dan asam tartrat
yang sama dengan ruangan yang memenuhi persyaratan dalam pembuatan
tablet effervescent (RH dibawah 25%).
2. Perlu dilakukan penetapan kadar zat aktif, yaitu vitamin C untuk menentukan
bahwa tablet effervescent vitamin C yang dihasilkan mengandung zat aktif
yang seragam.
3. Perlu dilakukan uji stabilitas untuk menentukan stabilitas dari sistem
effervescent.
4.

Sebaiknya

ditambahkan

bahan

pewarna

(coloring

excipient)

untuk

mendapatkan tablet effervescent yang mempunyai penampilan yang lebih


baik dan lebih acceptable.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 6-7, 400, 510, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 4-5, 7, 39,48, 53, 488-489, 515516, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim , 2006 a, Vitamin C,
http://www.pdrhealth.com/drug_info/nmdrugprofiles/nutsupdrugs/Vit_0
264.shtm. Diakses pada 9 April 2006
Anonim, 2005, Peringatan Fenilketonurik & Fenilalanin Pada Label Pangan
yang
Mengandung
Pemanis
Buatan,
http://www.cybermed.com/konsumen.htm. Diakses pada 2 April 2006.
Anonim, 2006 b, About Vitamin, http//www.effervit.com/. Diakses pada 23 Maret
2006.
Anonim, 2007 a, Vitamin C, http://en.wikipedia.org/wiki/Vitamin_C, Diakses
pada 9 Maret 2007.
Anonim 2007 b, Relative Humidity,
http://en.wikipedia.org/wiki/Relative_humidity, Diakses pada 5 Mei
2007.
Anonim 2007 c, Polyvinylpyrrolidone,
http://en.wikipedia.org/wiki/Poly_vinyl_pyrrolidone, Diakses pada 26
Maret 2007.
Alderborn, G., 2002, Tablets and Compaction, in Aulton, M.E., (eds),
Pharmaceutic The Science of Dosage Form, Second Edition, 404-412,
Churchill Living Stone, New York.
Ansel, H.C., 1989, Pharmaceutical Dosage Form and Delivery System,
terjemahan Farida Ibrahim, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed IV,
201-273, UI Press, Jakarta.
Ansel, H.C., Popovich, N.G., and Allen, J.R., 2005, Pharmaceutical Dosage
Form and Delivery System, Ed VIII, 233-244, Lippincott Williams and
Wilkins, United Stated Of America.
Allen, Jr., PhD., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical
Compounding, 2nd Ed., 99-102, American Pharmaceutical Association,
Washington D.C.

Armstrong, N.A., and James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experimental Design


and Interpretation, 131-167, Taylor and Francis, London.
Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd
Ed., 326-353; 591-601, Marcel Dekker Inc., New York
Banker, G.S., and Anderson, N.R., 1980, Tablet, in Lachman, L., Lieberman,
H.A., Kanig, J.L ,The Theory and Practice of Industrial Pharmacy,
diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Edisi ke-3, UI Press, Jakarta.
Buringer,
H.,
2005,
Vitamin
C
and
The
Common
http://www.performingscience.com/resources.shtml.

Cold,

Connors, K.A., Amidon, G.L., and Stela, V.J., 1986, Chemical Stability of
Pharmaceutical, Edisi II, 208-218, John Willey & Sons. Inc., New York.
Fauset, H., Gayser, C., and Dash, A.K., 2000, Evaluation of Quick Disintegrating
Calcium Carbonate Tablets,
http://www.pharmascitech.com
Fudholi, A., 1983, Metodologi Formulasi Dalam Kompresi Direk, 590, 591,
Medika No.7.
Fassihi, A.R., and kanfer, I., 1986, Effect of Compressibility and Powder Flow
Properties on tablet Weight Variation in Drug Development and
Industrial Pharmacy, 22, 1947-1968, Marcell Dekker Inc., New York
Halliwel, B., and Gutteridge, J.M.C., 1999, Free Radicals in Biology and
Medicine, Third Edition, 201, Oxford University Press, New York.
Khankari, R.K., and Hontz, J., 1997, Binders and Solvents in Parikh, D.M.,
Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology, hal 64, Marcel
Dekker Inc : New York
Kottke, M.K., and Rudnic E.M., 2002, Tablet dosage Form, In Banker, G.S., and
Rhodes, C.T., (eds), Modern Pharmaceutics, 4th ed, 287-330, marcell
dekker Inc., New York
Kusnadhi F.F., 2003, Formulasi Produk Minuman Instant Lingzhi-Jahe
Effervescent, Seminar Nasioanal dan Pertemuan Tahunan Perhimpunan
Ahli Teknologi Pangan Indonesia Peranan Industri dalam
Pengembangan Produk Pangan Indonesia, Fakultas Teknologi Pertanian
, 1699, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lindberg, N., Engfors, H., and Ericson, T., 1992, Effervescent Pharmaceuticals in
Swarbricck, J., Boylan, J.C., (eds), Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology, Vol.5, 45-71, Marcell Dekker Inc., New York
Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L., 1989, Teori dan Praktek Industri
Farmasi, edisi III, diterjemahkan oleh Siti suyatmi dan Iis Aisyah, 644645, 681-683, 685, Univesitas Indonesia Press, Jakarta.
Lee, and Robert E., 2005, Effervescent Tablet,
http://www.amerilabtech.com/EffervescentTablets&KeyFacts.pdf.
Lai, J.W., and Howard, S.A., 1992, Flow Properties of Solid in Swarbricck, J.,
Boylan, J.C., (eds), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol.6,
45-71, Marcell Dekker Inc., New York
Lantz, R.J., and Schwartz, J.B., 1989, Mixing in Lieberman, H.A., Lachman, L.,
(eds), Pharmaceutical Dossage form : Tablet, Vol. I, 1-7, Marcell
Dekker Inc., New York.
Mohrle, R., 1989, Effervescent tablets in Lieberman, H.A., Lachman, L., (eds),
Pharmaceutical Dossage form : Tablet, Vol. I, 225-228, Marcell
Dekker Inc., New York
Muth, J.E.D., 1999, Basic Statistic and Pharmaceutical Statistical Aplications,
265-269, Marcel Dekker inc., New York
Miller, R.W., 1997, Roller Compaction Technology in Parikh, D.M., Handbook of
Pharmaceutical Granulation Technology, 102-103, Marcel Dekker Inc :
New York
Mutscler, E., 1991, Dinamika Obat, diterjemahkan oleh Mathilda B.Widianto, Ed
V, 606-607, Penerbit ITB : Bandung.
Moechtar, 1990, Farmasi Fisik Bagian Struktur Atom dan Molekul Zat Padat dan
Mikromeretika, hal 157, Fakultas Farmasi, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Peck, E.G., Baley, G.J., McCurdy, V.E., and Banker, G.S., 1989, Tablet
Formulation and Design in in Lieberman, H.A., Lachman, L., Schwartz,
J.B., Pharmaceutical Dosage Forms : Tablet, Vol. I, 93-114, Marcel
Dekker, Inc., New York.

Parrot, E.L., 1990, Preformulation Teasting In Lieberman, H.A., Lachman, L.,


schwartz, J.B., (eds), Pharmaceutical Dosage Forms : Tablets, Vol 2,
210-221, second edition, Marcell Dekker, Inc., New York
Rohdiana, D., 2003, Mengenali Teknologi Tablet effervescent,
http:// www.pikiran-rakyat.com/cetak/0403/10/cakrawala/lainnya2.htm
Rubinstein, M.H., 1988, Tablets, in Aulton, M.E., (eds), Pharmaceutic The
Science of Dosage Form, Second Edition, 305-312, Churchill Living
Stone, New York.
Rosanske, T.W., Gordon, R.E., Fonner, D.E., Anderson, N.R., and Banker, G.S.,
1990, Granulation Technology and Tablet Characterization in
Lieberman, H.A., Lachman, L., Schwartz, J.B., (eds), Pharmaceutical
Dossage form : Tablet, Vol. II, 299-330, Marcell Dekker Inc., New
York.
Rippie, E.G., 1989, Pencampuran dalam Lachman, L., Lieberman, H.A., dan
Kanig, J.L., Teori dan Praktek Industri Farmasi, diterjemahkan oleh Siti
Suyatmi dan Iis Aisyah, 27-33, Univesitas Indonesia Press, Jakarta.
Staniforth, J., 2002, Powder Flow in Aulton, M.E., (eds), Pharmaceutic The
Science of Dosage Form, Second Edition, 204-209, Churchill Living
Stone, New York.
Shangraw, R.F., 1989, Compressed Tablets by Direct Compression in Lieberman,
H.A., Lachman, L., Schwartz, J.B., Pharmaceutical Dosage Forms :
Tablet, Vol. I, 198-228, Marcel Dekker, Inc., New York.
Sheth, B.B., Boundelin, F.J., Shangraw, R.F., 1980, Compressed Tablet in
Lieberman, H.A., Lachman, L., (eds), Pharmaceutical Dosage Form :
Tablet, Vol I, 109-114, 135-139, Marcell Dekker, Inc., New York
Schmidt, P.C., 1999, Polyvinylpyrrolidone A Review on its Use in Granulation,
http://www.ut.ee/ARFA/tehnol/kollidon.pdf .
.
Travers, D.N., 1988, Mixing in Aulton, M.E., (eds), Pharmaceutic The Science of
Dosage Form Design, 550-557, Churchill Living Stone, New York.
Voight,R., 1995, Lehrbuch Der Pharmazeutischen Technologie, 5th Ed., 165-226,
Terjemahan Soewandhi, S.N., UGM-Press, Yogyakarta
Wedke and Jacobson, 1989, Preformulation Testing, in Lieberman, H.A.,
Lachman, L., Schwartz, J.B., Pharmaceutical Dosage Forms : Tablet,
Vol. I, 54-56, Marcel Dekker, Inc., New York.

Wehling, and Fred., 2004, Effervescent Composition Including Stevia,


http://www.patentstorm.us/patents/6811793.html.
Wolfram, Tritthart, Psikernig, Maria, Andre, Kolb, et al., 1999, Effervescent
Formulations, http://www.Pharmcast.com/patents.
Wells, J.T., 1996, Tablet Testing, In Swarbrick,J., Boylan,J.C., (Eds),
Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 401-418, Marcell
DekkerInc., New York.
Winarno, F.G., 1997, Kimia Pangan dan Gizi, hal 131, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

LAMPIRAN 1
DATA PENIMBANGAN DAN NOTASI

Data penimbangan (250 tablet)


Formula (g)

(1)

ab

Vitamin C

125

125

125

125

Asam sitrat

93,750

150

93,750

150

Asam tartrat

93,750

93,750

150

150

Na karbonat

243,750

243,750

243,750

243,750

Laktosa

69,625

69,625

69,625

69,625

Na sakarin

11,625

11,625

11,625

11,625

PVP 1%

6,375

6,938

6,938

7,500

Mg stearat o,1%

0,644

0,701

0,701

0,758

Notasi
Level tinggi : +
Level rendah : Faktor A : Asam sitrat
Faktor B : Asam tartrat
FORMULA

FAKTOR A

FAKTOR B

INTERAKSI

ab

LAMPIRAN 2
DATA SIFAT FISIS CAMPURAN SERBUK EFFERVESCENT

Data sifat alir (g/detik)


No

Formula (1)

Formula a

Formula b

Formula ab

3,65

3,90

3,81

438

3,75

4,07

3,93

3,96

3,65

4,20

3,97

3,65

3,60

3,97

3,62

3,84

3,81

4,00

3,72

3,81

3,59

4,20

3,91

3,78

3,6750

4,0400

3,8267

3,9033

SD

0,0071

0,1060

0,1360

0,2539

Data kandungan lembab (%)


No

Formula (1)

Formula a

Formula b

Formula ab

1,71

2,00

2,03

2,06

1,72

2,07

1,72

1,98

1,57

2,14

1,67

1,96

1,71

1,90

2,20

1,94

1,72

2,28

1,62

1,90

1,81

2,34

1,76

1,77

1,7067

2,1217

1,8333

1,935

SD

0,0771

0,1671

0,2296

0,0967

Data kompaktibilitas
Skala *

Kekerasan tablet (Kg)

(mm)

Formula 1

Formula a

Formula b

Formula ab

0,5

1,1

1,0

1,5

2,1

3,7

2,2

5,8

5,8

6,8

6,6

7,2

LAMPIRAN 3
DATA SIFAT FISIS TABLET EFFERVESCENT

Data keseragaman bobot tablet effervescent (mg)


No

Formula 1

Formula a

Formula b

Formula ab

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

2574
2594
2608
2504
2581
2599
2596
2591
2556
2605
2524
2596
2598
2554
2589
2597
2604
2591
2616
2596
2588,7

2828
2769
2824
2830
2790
2786
2801
2795
2782
2838
2767
2785
2840
2733
2829
2818
2796
2818
2792
2825
2802,3

2811
2757
2793
2814
2808
2766
2814
2786
2805
2815
2830
2824
2802
2805
2848
2784
2805
2757
2830
2774
2801,4

3035
3064
3074
3070
3127
2970
2960
3044
3061
3021
2994
3075
3055
3044
3029
3070
2999
2968
3001
3036
3034,9

SD
CV

0,0373
0,0014

0,0279
0,0009

0,0247
0,0008

0,0428
0,0014

Formula 1

Range untuk 5% bobot tablet

= 5% X
= 5% 2588,7mg
= 129,435

Range untuk 10% bobot tablet

= 10% X
= 10% 2588,7mg
= 258,87

Syarat farmakope Indonesia : tidak boleh ada 2 tablet melebihi range 5% dan
tidak boleh ada 1 tablet pun yang melewati range 10%
tidak ada 2 tablet yang melewati range 5% = 2588,7 129,435 mg
= 2459,265 - 2718,135 mg
tidak ada 1 tablet yang melewati range 10% = 2588,7 258,87 mg
= 2329,83 2847,57 mg
formula 1 memenuhi syarat.
Dengan cara yang sama didapatkan range formula a, b, dan ab adalah :
Formula a

Range 5%

= 2802,3 140,115 mg
= 2662,145 2942,455

Range 10%

= 2802,3 280,23 mg
= 2522,07 3082,53 mg

Formula a memenuhi syarat


Formula b

Range 5%

= 2801,4 140,07 mg
= 2661,33 2941,47 mg

Range 10%

= 2801,4 280,14 mg
= 2521,26 3081,54 mg

formula b memenuhi syarat


Formula ab

Range 5%

= 3034,9 151,745 mg
= 2883,155 3186645 mg

Range 10%

= 3034,9 303,49 mg
= 2731,41 3338,39 mg

Formula ab memenuhi syarat


Jadi semua formula memenuhi persyaratan keseragaman bobot, karena tidak
ada 1 tabletpun dari masing-masing formula yang bobotnya menyimpang dari
batas 5% maupun 10%.

Data kekerasan tablet effervescent (Kg)


No
1
2
3
4
5
6
Rata-rata
SD

Formula 1
6,5
5,0
5,5
6,8
6,4
6,3
6,0833
0,119

Formula a
6,5
7,8
7,1
7,6
7,5
6,1
7,1
0,6723

Formula b
5,6
7,2
6,1
6,9
6,2
7,3
6,55
0,6834

Formula ab
9,7
8,7
7,9
9,8
7,8
9,2
8,85
0,8689

Data kerapuhan tablet effervescent (%)


Formula

(1)

ab

Replikasi
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6

Sebelum Sesudah
51,764
51,787
51,895
50,798
50,902
51,286
55,814
55,879
55,764
55,915
55,647
55,849
55,634
55,892
55,860
55,934
55,795
55,686
60,205
60,483
60,397
60,193
60,247
60,219

51,236
51,278
51,327
50,342
50,395
50,814
55,491
55,631
55,512
55,624
55,323
55,609
54,939
55,216
55,292
55,409
55,248
55,039
59,381
59,564
59,598
59,502
59,443
59,657

% rapuh
1,020
0,983
1,095
0,898
0,996
0,920
0,579
0,444
0,452
0,520
0,582
0,423
1,249
1,209
1,017
0,939
0,998
1,162
1,369
1,510
1,323
1,148
1,335
0,933

rata-rata

SD

0,985

0,071

0,5

0,070

1,096

0,127

1,269

0,201s

Data waktu larut tablet effervescent (detik)


Formula

(1)

ab

Replikasi
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6

Waktu larut
(detik)
87,03
84,70
77,14
84,02
79,84
85,66
105,98
90,02
85,76
84,23
85,66
81,89
80,16
93,24
88,32
86,56
90,05
85,76

1
2
3
4
5
6

117,16
118,07
104,68
116,19
117,84
108,45

Rata-rata

SD

83,065

3,7828

88,923

8,7668

87,348

4,4220

113,7317

5,7153

LAMPIRAN 4
PERHITUNGAN EFEK SIFAT FISIS TABLET EFFERVESCENT

Metode desain faktorial menghasilkan konsep perhitungan sebagai berikut :


Efek faktor A = { a (1) } + { ab b }
2
Efek faktor B = { b (1) } + { ab a }
2
Efek interaksi = { ab b } + { (1) a }
2
Notasi
Level tinggi = +
Level rendah = Interaksi

= Asam sitrat x Asam tartrat

1. Kekerasan
Formula
(1)
a
b
ab

Asam sitrat

Asam tartrat

Interaksi

Respon

+
+

+
+

+
+

6,1
7,1
6,6
8,9

Efek asam sitrat

Efek asam tartrat

Interaksi

( 6,1 + 7,1 6,6 + 8,9)


2

( 6,1 7,1 + 6,6 + 8,9)


2

(6,1 7,1 6,6 + 8,9) =


2

= 1,65

= 1,15

0,65

2. Kerapuhan
Formula
(1)
a
b
ab

Asam sitrat
+
+

Efek asam sitrat

Efek asam tartrat

Interaksi

Asam tartrat
+
+

Interaksi
+
+

( 0,985 + 0,510 1,096 + 1,269)

= -0,151

( 0,985 0,510 + 1,096 + 1,269)

= 0,435

(0,985 0,510 1,096 + 1,269)


2

Respon
0,985
0,5
1,096
1,269

= 0,324

3. Waktu Larut
Formula

Asam sitrat

Asam tartrat

Interaksi

Respon

83,07

88,92

87,35

ab

113,73

Efek asam sitrat

Efek asam tartrat

Interaksi

( 83,07 + 88,92 87,35 + 113,73)


2

( 83,07 88,92 + 87,35 + 113,73)


2

(83,07 87,35 88,92 + 113,73)


2

= 16,115

= 14,545

= 10,265

LAMPIRAN 5
PERSAMAAN REGRESI

Persamaan Umum

y = b0 + b1X1 + b2X2 + b12X1X2


Keterangan:
y
= respon hasil
X1, X2
= level bagian X1, bagian X2
b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan

1. Kekerasan
Formula (1)
6,1
= b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + (93,75 x 93,75)b12
6,1
= b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12
Formula a
7,1
7,1

= b0 + 150b1 + 93,75b2 + (150 x 93,75)b12


= b0 + 150b1 + 93,75b2 + 14062,5b12

Formula b
6,6
6,6

= b0 + 93,75b1 + 150b2 + (93,75 x 150)b12


= b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12

Formula ab
8,9
= b0 + 150b1 + 150b2 + (150 x 150)b12
8,9
= b0 + 150b1 + 150b2 + 22500b12

Eliminasi ( 1 ) dan ( a )
6,1
= b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12
7,1
= b0 + 150b1 + 93,75b2 + 14062,5b12
-1

= -56,25b1 - 5273,4375b12 .(1)

Eliminasi ( b ) dan ( ab )
6,6 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12
8,9 = b0 + 150b1 + 150b2 + 22500b12
-2,3

= -56,25b1 - 8437,5b12 . (II)

Eliminasi ( I ) dan ( II )
-1
= -56,25b1 - 5273,4375b12
-2,3
= -56,25b1 - 8437,5b12
1,3
b12

= 3164,0625b12
= 4,1086 x 10-4

Subsitusi dalam persamaan ( I )


-1
= -56,25b1 - 5273,4375b12
-1
= -56,25b1 - 5273,4375 (4,1086x 10-4)
-1
= -56,25b1 2,1666
56,25b1
= -2,1666 + 1
56,25b1
= -1,1666
b1
= -0,0207
Subsitusi b1 dan b12 kedalam persamaan ( I ) dan ( b )
( 1 ) 6,1
= b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12
6,1
= b0 + 93,75(-0,0207) + 93,75b2 + 8789,0625(4,1086 x 10-4)
6,1
= b0 1,9406 + 93,75b2 + 3,6111
6,1
= b0 +93,75b2 + 1,6705
4,4295 = b0 + 93,75b2(III)
(b)

6,6
6,6
6,6
2,7629

= b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12


= b0 + 93,75(-0,0207) + 150b2 + 14062,5(4,1086 x 10-4)
= b0 1,9406 + 150b2 + 5,7777
= b0 + 150b2 (IV)

Eliminasi persamaan (III) dan (IV)


4,42953
= b0 + 93,75b2
2,7629
= b0 + 150b2
1,6667
b2

= -56,25b2
= -0,0296

Subsitusi dalam persamaan (III)


4,4295
= b0 + 93,75b2
4,4295
= b0 + 93,75 (-0,0296)
4,4295
= b0 2,775
b0
= 7,2045

Jadi

b0 =
b1 =
b2 =
b12 =

7,2045
-0,0207
-0,0296
4,1086 x 10-4

Y = 7,2045 - 0,0207X1 - 0,0296X2 + 4,1086 x 10-4 (X1X2)

2. Kerapuhan

Formula 1

0,985 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + (93,75 x 93,75)b12


0,985 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12
Formula a

0,510 = b0 + 150b1 + 93,75b2 + (150 x 93,75)b12


0,510 = b0 + 150b1 + 93,75b2 + 14062,5b12
Formula b
1,096 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + (93,75 x 150)b12
1,096 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12
Formula ab

1,269 = b0 + 150b1 + 150b2 + (150 x 150)b12


1,269 = b0 + 150b1 + 150b2 + 22500b12
Eliminasi ( 1 ) dan ( a )
0,985 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12
0,510 = b0 + 150b1 + 93,75b2 + 14062,5b12

0,475 = -56,25b1 - 5273,4375b12 ....(I)


Eliminasi ( b ) dan ( ab )
1,096 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12
1,269 = b0 + 150b1 + 150b2 + 22500b12

-0,713 = -56,25b1 - 8437,5b12 ..(II)

Eliminasi ( I ) dan ( II )
0,475 = -56,25b1 - 5273,4375b12
-0,713 = -56,25b1 - 8437,5b12

1,188 = 3164,0625b12
b12
= 3,7547x 10-4
Subsitusi dalam persamaan ( I )
0,475 = -56,25b1 - 5273,4375b12
0,475 = -56,25b1 - 5273,4375 (3,7863 x 10-4)
0,475 = -56,25b1 1,9967
2,4717 = -56,25 b1
b1
= -0,0439
Subsitusi b1 dan b12 kedalam persamaan ( 1 ) dan ( b )
( 1 ) 0,985 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12
0,985 = b0 + 93,75(-0,0439) + 93,75b2 + 8789,0625(3,7547 x 10-4)
0,985 = b0 4,1156 + 93,75b2 + 3,30003
1,80057 = b0 +93,75b2 .(III)
(b)

0,510 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12


0,510 = b0 + 93,75(-0,0439) + 150b2 + 14062,5(3,7547 x 10-4)
0,510 = b0 4,1156 + 150b2 + 5,28005
-0,65445
= b0 + 150b2
..(IV)

Eliminasi persamaan III dan IV


1,80057
= b0 + 93,75b2
-0,65445
= b0 + 150b2 2,45502
b2

= -56,25b2
= -0,0436

Subsitusi dalam persamaan III


1,80057
= b0 + 93,75b2
1,80057
= b0 + 93,75 (-0,04364)
1,80057
= b0 4,09125
b0
= 5,8918
Jadi

b0 = 5,8918
b1 = -0,0439
b2 = -0,0436
b12 = 3,7547 x 10-4

Y = 5,8918 0,0439X1 0,0436X2 + 3,7547x10-4 (X1X2)

3. Waktu Larut
Formula 1
83,07 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + (93,75 x 93,75)b12
83,07 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12
Formula a
88,92 = b0 + 150b1 + 93,75b2 + (150 x 93,75)b12
88,92 = b0 + 150b1 + 93,75b2 + 14062,5b12
Formula b
87,35 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + (93,75 x 150)b12
87,35 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12
Formula ab
113,73 = b0 + 150b1 + 150b2 + (150 x 150)b12
113,75 = b0 + 150b1 + 150b2 + 22500b12

Eliminasi ( 1 ) dan ( a )
83,07 = b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12
88,92 = b0 + 150b1 + 93,75b2 + 14062,5b12
-5,85

= -56,25b1 - 5273,4375b12..(I)

Eliminasi ( b ) dan ( ab )
87,35 = b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12
113,73 = b0 + 150b1 + 150b2 + 22500b12
-26,38

= -56,25b1 - 8437,5b12 ..(II)

Eliminasi ( I ) dan ( II )
-5,85
= -56,25b1 - 5273,4375b12
-26,38 = -56,25b1 - 8437,5b12
20,53
b12

= 3164,0625b12
= 6,4885 x 10-3

Subsitusi dalam persamaan ( 1 )


-5,85
= -56,25b1 - 5273,4375b12
-5,85
= -56,25b1 - 5273,4375(6,4885 x 10-3)
-5,85
= -56,25b1 - 34,2167
56,25b1 = 5,85 - 34,2167
56,25b1 = -28,3667
b1
= -0,5043
Subsitusi b1 dan b12 kedalam persamaan ( 1 ) dan ( b )
( 1 ) 83,07
= b0 + 93,75b1 + 93,75b2 + 8789,0625b12
83,07
= b0 + 93,75(-0,5043) + 93,75b2 + 8789,0625(6,4885 x 10-3)
83,07
= b0 - 47,2781 + 93,75b2 + 57,0278
73,3203 = b0 + 93,75b2.(III)
(b)

87,35
87,35
87,35
43,3836

= b0 + 93,75b1 + 150b2 + 14062,5b12


= b0 + 93,75(-0,5043) + 150b2 + 14062,5(6,4885 x 10-3)
= b0 - 47,2781 + 150b2 + 91,2445
= b0 + 150b2 (IV)

Eliminasi persamaan (III) dan (IV)


73,3203
= b0 + 93,75b2
43,3836
= b0 + 150b2 29,9367
= -56,25b2
b2
= -0,5322
Subsitusi dalam persamaan (III)
73,3203
= b0 + 93,75b2
73,3203
= b0 + 93,75 (-0,5322)
73,3203
= b0 49,8938
b0
= 123,2141
Jadi

b0 = 123,2141
b1 = -0,5043
b2 = -0,5322
b12 = 6,488 x 10-3

Y = 123,2141- 0,5043X1 - 0,5322X2 + 6,4885 x 10-3 (X1X2)

LAMPIRAN 6
FOTO CAMPURAN SERBUK

Foto Campuran Serbuk Formula (1)

Foto Campuran Serbuk Formula (a)

Foto Campuran Serbuk Formula (b)

Foto Campuran Serbuk Formula (ab)

LAMPIRAN 7
FOTO TABLET EFFERVESCENT

Foto Tablet Effervescent Formula (1)

Foto Tablet Effervescent Formula (a)

Foto Tablet Effervescent Formula (b)

Foto Tablet Effervescent Formula (ab)

LAMPIRAN 8
FOTO LARUTAN EFFERVESCENT

Foto Larutan Effervescent Formula (1)

Foto Larutan Effervescent Formula (a)

Foto Larutan Effervescent Formula (b)

Foto Larutan Effervescent Formula (ab)

Anda mungkin juga menyukai