Anda di halaman 1dari 4

10.

9 Analisis Aktivitas, Analisis Penggerak, dan Efek Perilaku


1. Setting Up Equipment: ini adalah kegiatan yang bernilai tambah
karena (1) Mengakibatkan adanya perubahan dalam keadaan alamiah:
peralatan yang tidak terkonfigurasi dengan baik menjadi peralatan
yang terkonfigurasi dengan baik (2) tidak ada aktivitas sebelumnya
yang dapat menyebabkan perubahan kondisi, dan (3) diperlukan untuk
memungkinkan kegiatan lain yang akan dilakukan. Bagaimanapun
juga, menyiapkan peralatan sering membutuhkan waktu lebih dari
yang dibutuhkan dan kegiatan ini memiliki komponen tak bernilai
tambah. Sebagian besar perusahaan bekerja keras untuk mendapatkan
zero setup time, yaitu waktu persiapan seminimal mungkin. Dengan
demikian, waktu dan biaya yang terkait adalah tidak bernilai tambah
karena kegiatan tersebut dilakukan secara tidak efisien. Berarti harus
dieksplorasi untuk mengurangi waktu dari kegiatan ini sehingga dapat
mengkonsumsi sumber daya yang lebih sedikit. Kemungkinan akar
permasalahan termasuk faktor-faktor seperti desain produk, desain
proses, dan desain peralatan. Mengetahui akar permasalahan dapat
menyebabkan peningkatan efisiensi kegiatan. Beralih dari struktur
manufaktur departemen ke struktur manufaktur selular dalam
beberapa kasus dapat menghilangkan kebutuhan untuk konfigurasi,
sehingga mengurangi aktivitas, atau peralatan manufaktur yang
fleksibel yang mungkin dibeli yang menyediakan kemampuan
konfigurasi yang serba instan (perubahan dalam proses teknologi dan
tentunya perubahan dalam desain peralatan). Dalam kasus lain,
kegiatan tersebut dapat ditingkatkan dengan mendesain ulang produk
agar
pengaturan
yang
lebih
sederhana
diperlukan.
Creating Scrap: ini umumnya dipandang sebagai kegiatan tak
bernilai tambah dan harus dihilangkan. Hal ini disebut tidak bernilai
tambah karena menyebabkan perubahan kondisi yang tidak diinginkan
dan karena itu tidak memungkinkan kegiatan nilai tambah lainnya
untuk dilakukan. Upaya harus dilakukan untuk menemukan cara
memproduksi yang mampu mengeliminasi sisa bahan. Kemungkinan
akar permasalahannya yaitu kualitas vendor yang buruk, pendekatan
kualitas manajemennya, dan proses manufaktur yang digunakan.
Mengetahui akar permasalah dapat mengantarkan kita pada program
penaksiran supplier yang meningkatkan kualitas bagian-bagian dan
bahan-bahan yang dibeli secara eksternal, adopsi dari program TQM
(total quality management), dan mungkin penggunaan peralatan

otomatis untuk mengurangi limbah bahan (karena presisi yang lebih


besar).
Welding subassemblies: Ini adalah kegiatan yang bernilai tambah.
Hal ini menyebabkan perubahan keadaan yang diinginkan yang tidak
mungkin dilakukan oleh kegiatan sebelumnya dan memungkinkan
kegiatan lain untuk dilakukan. Jika tidak efisien, maka berarti
diperlukan
peningkatan
efisiensi.
Tujuannya
adalah
untuk
mengoptimalkan nilai tambah aktivitas kinerja. Kemungkinan akar
permasalahan meliputi desain produk, desain proses, dan teknologi
produksi. Mengubah salah satu dari dua desain dapat menurunkan
permintaan untuk kegiatan welding sambil menghasilkan output yang
sama atau lebih. Perubahan teknologi seperti membeli peralatan
teknologi yang lebih canggih, juga dapat meningkatkan efisiensi
kegiatan.
Materials Handling: Ini adalah kegiatan yang tidak memberikan nilai
tambah. Pemindahan bahan dan sub rakitan dari satu titik di pabrik
mengubah lokasi tetapi tidak dengan situasi dan kondisinya. Tapi tetap
memungkinkan kegiatan lain untuk dilakukan, dan bukanlah tindakan
berulang. Jika Anda berpendapat bahwa mengubah lokasi adalah
perubahan keadaan, kemudian pemindahan bahan adalah bernilai
tambah tetapi dengan potensi peningkatan efisiensi yang signifikan
(seperti setup, tujuannya adalah untuk meminimalisasi jumlah kinerja
aktivitas). Kemungkinan akar permasalahan antara lain yaitu tata letak
pabrik, proses manufaktur, dan pengaturan vendor. Berpindah dari
departemen ke struktur selular, mengadopsi manufaktur yang dibantu
komputer, dan masuk ke dalam kontrak dengan pemasok yang
memerlukan pengiriman tepat waktu ke titik produksi adalah contoh
bagaimana pengetahuan akan akar permasalahan ini dapat
dimanfaatkan untuk mengurangi dan menghilangkan kegiatan yang
tidak memberikan nilai tambah.
Inspecting Parts: Inspeksi adalah kegiatan yang tidak bernilai
tambah. Ini adalah kegiatan deteksi keadaan dan tidak dibutuhkan
untuk memungkinkan kegiatan lain untuk tetap berjalan. Kegiatan ini
harus dikurangi dan pada akhirnya dihilangkan. Kemungkinan akar
permasalahannya ada pada kemungkinan rendahnya kualitas bagianbagian dan bahan-bahannya. Perusahaan harus bekerja dengan
pemasok untuk memastikan kualitas tinggi (bagian zero-defect).
2. BEHAVIORAL ANALYSIS

Setting Up Equipment : Menggunakan jumlah setup sebagai


penggerak dapat menyebabkan penumpukan persediaan. Ketika
mengurangi jumlah setup akan mengurangi biaya setup, maka akan
ada insentif untuk memiliki setup yang lebih sedikit. Mengurangi
jumlah setup akan menghasilkan lot yang lebih besar dan bisa
membuat persediaan barang jadi. Hal ini bertentangan dengan tujuan
zero inventories (persediaan nol). Di sisi lain, jika waktu setup
digunakan sebagai penggerak, manajer akan memiliki insentif untuk
mengurangi waktu setup. Mengurangi waktu setup memungkinkan
manajer untuk menghasilkan permintaan daripada persediaan.
Creating Scrap : Menggunakan jumlah unit yang rusak sebagai
penggerak, harus mendorong manajer untuk mengurangi unit yang
rusak. Dengan asumsi bahwa unit yang rusak adalah sumber dari sisa
bahan, dan akhirnya harus dilakukan pengurangan biaya sisa bahan.
Demikian pula, penggunaan penampungan sisa bahan harus
mendorong manajer untuk menemukan cara untuk mengurangi scrap
ini. Dalam kedua kasus tersebut, konsekuensi perilaku bisa dilihat dari
dua sisi. Jika pengurangan scrap (unit yang rusak) dicapai dengan
meningkatkan kualitas / efisiensi produktif, efek tersebut kompatibel
dengan tujuan yaitu menciptakan keunggulan kompetitif. Jika
pengurangan dicapai dengan memungkinkan unit yang rusak beralih
hingga menjadi barang jadi, maka efeknya akan mengasingkan
pelanggan, bukan memenangkan hati mereka (realisasi pelanggan
menurun). Tidak ada penggerak yang muncul untuk mendominasi.
Salah satu solusi adalah untuk melaporkan tren aktivitas garansi
dengan tren aktivitas scrap. Ini dapat mencegah segala jenis perilaku
pass-on.
Welding Subassemblies : Menggunakan waktu penggabungan harus
mendorong manajemen untuk mencari cara mengurangi jam
penggabungan yang dibutuhkan per produk. Ini akan lebih
memungkinkan untuk mendorong manajer untuk melihat kemungkinan
akar permasalahan seperti desain produk dan desain proses daripada
jumlah sub rakitan yang disatukan. Ada beberapa nilai dalam mencari
cara untuk mengurangi jumlah sub rakitan yang digabungkan,
mungkin bisa dengan mendesain ulang produk untuk menghilangkan
penggabungan.
Materials Handling : Kedua penggerak tersebut tampaknya memiliki
insentif positif. Mencari cara untuk mengurangi jumlah pergerakan atau
jarak perpindahan harus mengarahkan manajer untuk melihat ke akar

permasalahannya. Reorganisasi tata letak pabrik, misalnya, dapat


mengurangi baik jumlah perpindahan atau jarak yang ditempuh.
Mudah-mudahan, penggerak aktivitas akan mengarah pada identifikasi
penggerak Pelaksanaan yang dapat dikelola sehingga kegiatan dapat
dikurangi dan akhirnya dihilangkan.
Inspecting Parts: Jam inspeksi dapat dikurangi dengan bekerja sama
dengan pemasok sehingga kualitas yang masuk dipastikan lebih besar.
Demikian pula, jumlah bagian rusak dapat dikurangi dengan bekerja
sama dengan pemasok sehingga kualitas yang masuk meningkat. Jam
pemeriksaan, bagaimanapun, dapat dikurangi tanpa meningkatkan
kualitas. Hal ini tidak benar untuk jumlah bagian yang rusak.
Menggunakan jumlah komponen yang rusak tampaknya menjadi
pilihan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai