Anda di halaman 1dari 12

JURNAL VISIONER & STRATEGIS

Volume 4, Nomor 2, September 2015


ISSN : 2338-2864
p. 100-110

Manajemen Pembelajaran Pada


Sekolah Dasar Negeri 12 TanganTangan Aceh Barat Daya

Teaching management plays an important role on process of teaching success


at education institutions because it is a measure of the success of nation. The
research aimed at understanding the process of teaching plan, teaching, and
students teaching evaluation. This research used qualitative approach by using
descriptive method. The data were collected by observation, interview, and
documentation study. The subjects of this research principal and teachers. The
result of this research showed that: 1) the public elementary school 12 have not
made implementation of plan because anew school established in 2012. The
planned next academic year 2015/2016. 2) In the learning process teacher use
texbooks, to meet the needs of teaching and learning activities, then explaining
the materials by means of whiteboard, giving a chance to students to ask
questions, delivering conception in order and vote, the teachers close the
meeting by giving conclusion and tasks. 3) Teaching evaluation was emphasized
on cognitive, affective, and psychomotor assessed with written form of
homework, midterm test, and final examination. The evaluation was based on
assessment guideline determined by the education departement both item and
assessment grade that would be handed in to the school in each semester.

Keywords: Teaching Management

100

Sayni Nasrah
Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Malikussaleh
Lhokseumawe

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

PENDAHULUAN
Perkembangan dunia global sekarang ini telah
menjadikan
pendidikan
sebagai
kebutuhan
pokok/primer dan tidak dapat dianggap sebagai
kebutuhan sekunder. Seiring dengan perubahan
kebutuhan tersebut, kian hari semakin bayak lembagalembaga pendidikan yang menyediakan pendidikan
bagi masyarakat, tentunya dengan kualitas lulusan
yang beragam, dan kualitas ini sangat tergantung pada
kualitas lembaga tersebut, termasuk di dalamnya
sekolah dasar.
Pendidikan Indonesia diharapkan memiliki
kesiapan dalam menghadapi tantangan globalisasi dan
mampu memanfaatkan peluang yang akan datang,
maka dalam rencana pembangunan jangka panjang
(RPJP) 2005-2025, pemerintah mencanangkan untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia
(SDM) bangsa ini, sehingga memiliki daya saing yang
seimbang dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.
dengan menyadari penuh kenyataan itulah, maka
Departemen Pendidikan melahirkan visinya, yaitu
Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif 2025.
Selama kurun waktu pembangunan tersebut,
seluruh tenaga dan pikiran dicurahkan dalam rangka
mengemban misi yang pada hakekatnya adalah
mewujudkan pendidikan yang mampu membangun
insan Indonesia cerdas dan konpetitif, yang
berkeadilan, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan
masyarakat lokal dan global. Misi itulah yang
menyemangati motto Departemen Pendidikan
kedepan, yaitu Pendidikan Bermutu Untuk Semua.
Siagian (2006:45):
Melalui perencanaan sumberdaya manusia yang
matang, produktivitas kerja dari tenaga yang sudah
ada dapat ditingkatkan. Hal ini dapat diwujudkan
melalui adanya penyesuaian tertentu, seperti
peningkatan disiplin kerja, peningkatan keterampilan
sehingga setiap orang menghasilkan sesuatu yang
berkaitan langsung dengan kepentingan organisasi.
Pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan
adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang
beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
makmur dan beradab. Menurut Notoatmodjo (2005: 5)
manajemen sumberdaya manusia berasal dari dua kata
yaitu to manage (mengelola, mengurus, menata,
mengatur atau mengendalikan), dan sumber daya
manusia yaitu human resources, manpower (tenaga
kerja, pegawai, personalia).
Dengan demikian manajemen sumber daya
manusia dapat diartikan sebagai kegiatan mengelola
tenaga kerja mulai dari pengadaan, pengembangan,
pemeliharaan, sampai pada pemutusan kerja. Hasil
dan dampak yang dirasakan masyarakat
Peran guru disekolah sangat penting. Dengan
kemampuan profesional guru sangat menentukan

Sayni Nasrah

perkembangan pendidikan karena guru dapat


membentuk kompetensi dasar siswa. guru diharapkan
berpikir logis, kritis, dan menguasai materi serta
mampu melaksanakan dan mengkomunikasikan
materi pelajaran dengan baik. Serta guru juga harus
kreatif dalam memgkombinasi metode mengajar dan
punya daya inovasi dalam dunia pendidikan.
Guru juga harus memperhatikan pelaksanaan tugas
secara profesional. Undang-Undang No.14 tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen pasal 60 bahwa dalam
melaksanakan
tugas
keprofesionalan,
guru
berkewajiban:
a. Melaksanakan pendidikan, penelitian,
dan
pengabdian kepada masyarakat;
b. Merencanakan,
melaksanakan
proses
pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran;
c. Meningkatkan dan mengembangkan kulaifikasi
akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perekembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni;
d. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas
dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku,
ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosio
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
e. Menjujung tinggi peraturan undang-undang,
hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan
etika; dan
f. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan
bangsa.
Dinas pendidikan harus memperhatikan kualitas
guru sebagai ujung tombak, dituntut untuk profesional
sehingga dapat menjalankan fungsi akademiknya
menuju aktualisasi keunggulan dan kemampuan
optimal. Untuk itu upaya peningkatan kualitas
kompetensi guru. Pemerintah menetapkan dalam
Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, pasal 72 ayat 1 dan 2, menetapkan bahwa:
1. Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran,
membimbing dan melatih, melakukan penelitian,
melakukan tugas tambahan, serta melakukan
pengabdian kepada masyarakat.
2. Beban kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya sepadan dengan 12 (dua
belas) satuan kredit semester dan sebanyakbanyaknya 16 (enam belas) satuan kredit semester.
Belajar adalah suatu usaha sadar dari manusia
untuk merubah pola fikir dari tidak tau menjadi tau
sehingga dapat membentuk pola tingkah laku yang
baik. Trianto (2010:5) menjelaskan keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan formal secara umum
dapat diindikasikan apabila kegiatan belajar mampu
membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai
dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi
melalui pengukuran tes dan nontes.
Dalam mengembangkan tanggung jawab dan
menjalankan tugasnya, sebagai pengajar, guru harus

101 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

memiliki berbagai bentuk kompetensi spesifik, yang


berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran. Pada dasarnya strategi pembelajaran
meliputi
seluruh
kegiatan/tahapan-tahapan
pembelajaran yaitu mencakup persiapan/ perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut. Riyanto
(2010:141) menjelaskan pada dasarnya, tahapantahapan kegiatan pembelajaran mencakup persiapan,
pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut.
Perencanaan pembelajaran, kegiatannya dilakukan
mulai dari mempersiapkan bahan, merencanakan
bahan mengajar, persiapan mengajar, hadir di kelas
sesuai jadwal, serta memberi nilai dengan objektif
sesuai dengan ketentuan lembaga. Hamalik (2005:10)
Sistem pengajaran adalah suatu kombinasi
terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam proses pembelajaran, tugas guru yang
paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar
menunjang proses belajar mengajar (PBM), umumnya
prosedur pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga
langkah yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan penutup
Evaluasi pada dasarnya menegaskan begitu
pentinga perencanaan pendidikan dan hasilnya.
Selanjutnya untuk memperlancar kegiatan PBM.
Setiap siswa itu pada hakikatnya memiliki perbedaan
antara satu dengan yang lainnya. Persoalan ini perlu
diketahui oleh guru. Harjanto (2010:277) menjelaskan
Secara umum dapat dikatakan evaluasi pengajaran
adalah penilaian/penaksiran terhadap pertumbuhan
dan kemajuan peserta didik ke arah tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan dalam hukum. Hasil penilaian
ini dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun
kualitatif.
Realitas menunjukkan tidak semua guru
menjalankan tugas dengan baik sebagai suatu tuntutan
tugas dan keprofesionalan. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Manajemen Pembelajaran, Khususnya Guru Sekolah
Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan, Aceh Barat Daya.
Sekolah Dasar (SD) Negeri 12 Tangan-Tangan,
Aceh Barat Daya (ABDIYA) yang menjadi objek
penelitian, karena merupakan sekolah baru berdiri
yaitu tahun 2012. Sehingga bisa mendorong sekolah
tersebut untuk membuat manajemen pembelajaran
yang baik.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimanakah Manajemen Pembelajaran Guru SD
Negeri 12 Tangan-Tangan ABDYA?
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode penelitian deskriptif. Subjek penelitian
yaitu Kepala Sekolah (Kepsek) dan Guru. Teknik

Sayni Nasrah

pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan


teknik observasi, wawancara, dan studi (analisis)
dokumen
HASIL PENELITIAN
Wawancara dilakukan dengan Kepsek dan Guru.
Adapun hasil wawancara dan observasi manajemen
pembelajaran dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Perencanaan Pembelajaran (Penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran)
Dari hasil wawancara peneliti dengan Kepsek
bahwa: perencanaan pembelajaran itu sangat penting ,
namun untuk SD Negeri 12 Tangan-Tangan belum
membuat RPP karena merupak sekolah yang baru
berdiri yaitu tahun 2012. Sehingga Kepsek
memprioritaskan kebutuhan yang lebih mendesak.
Minsalnya, kursi, Guru bakti, buku cetak.
Menurut Kepsek penyusunan RPP sangat penting
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu
tahun depan akan membuat RPP dengan anggran yang
telah dialokasikan sekolah.
Sedangkan menurut wawancara dengan guru yang
mengajar dari awal berdirinya sekolah tersebut yaitu
sebagai guru bakti menyadari, sangat penting adanya
RPP. Guru tersebut juga menjelaskan dengan adanya
RPP sangat membantu PBM dalam mencapai target
materi pembelajaran secara tepat waktu. Namun
seperti yang sudah ibu ketahui bahwa sekolah kami
ini baru berdiri tahun 2012. Jadi bayak kekurangan,
dan menurut bapak Kepsek tahun depan kami para
guru akan diberi pelatihan un tuk membuat RPP.
Masih menurut guru tersebut, bahwa bapak
Kepsek juga sudah menganggarkan alokasi dana
untuk pembuatan RPP. Ini menandakan rencanaan
pelatiahan RPP sangat serius untuk dilaksanakan
ditahun depan.
Proses Belajar Mengajar
Menurut kajian melalui observasi yang peneliti
lakukan berkaitan dengan PBM, guru masuk tepat
waktu. Dalam PBM guru ada membuka pembelajaran
dengan cara bertanya tentang keseharian siswa,
misalnya sudah makan dirumah, sudah siapkan PR,
sudah siap untuk belajar dan pertanyaan yang semisal
dengan itu. Dalam menyajikan materi guru
menjelaskan dengan bahasa Indonesia dan meberi
penekanan dengan bahasa daereh agar mereka paham,
dan diikuti pemberian latihan. Guru juga menutup
PBM dengan memberikan PR.
PBM berlangsung aktif, efektif, komunikatif serta
tidak monoton dengan cara memberikan perhatian
penuh pada setiap murud, dengan cara mendatangi
satu persatu kemeja para siswa. Jika diperlukan
pembimbingan khusus semisal membuat angka
tertentu maka guru juga ikut membantu dengan cara
memegang tangan siswa. Dan tak lupa guru juga
mengapresiasi siswa yang mendapat nilai bagus dan

102 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

memotivasi siswa yang lain agar bias lebih baik.


Sarana dan prasarana dalam PBM juga mendukung
dengan menggunakan papan tulis dan ruang yang
nyaman.
Berdasarkan wawancara dengan Kepsek diketahui
bahwa tingkat kedisiplinan dalam PBM, sangat
disiplin dari sisi ketepatan jam mulai PBM. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Meskipun dengan segala keterbatasan sebagai sekolah
baru.
Hasil
wawancara
dengan
Kepsek
juga
menjelaskan, dalam PBM Waupun guru tidak punya
RPP namun guru tetap mengajar sesuai materi karean
menggunakan buku paket, dan bagi anak SD materi
yang diajarkan sesuai dengan standar potensi dasar.
Bahkan dituntut para guru yang mengajar itu harus
kreatif dan inovatif dalam PBM, meskipun ada RPP.
Evaluasi Proses Pembelajaran
Hasil wawancara dengan Kepsek, guru: standar
penilain ditetapkan oleh dinas baik bobot maupu item
penilaian, yaitu mengacu pada tiga penilain
kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik yang
masing-masing harus memenuhi bobot kreteria
ketuntasan minimal(KKM) 70. Maka jika siswa belum
mencapai KKM maka akan diadakan remedial.
Hasil wawancara dengan Kepsek, guru juga
menambahkan bentuk ujian dalam penilaian siswa
ditentukan dinas yaitu ujian tulisan dalam yang
mencakup penilian afektif, kognitif dan psikomotorik.
Setiap guru diakhir semester harus menyerahkan nilai
akhir semester kepada sekolah untuk inventaris.
Dalam rangka mewujudkan penilaian yang sehat dan
baik maka kepsek mewajibkan para guru untuk
mengawas saat ujian akhir semester dan mendampingi
saat ujian yang telah ditetapkan sekolah.
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan hasil penelitian akan
diupayakan menginterpretasikan hasil temuan
penelitian yang diperoleh di lapangan. Hal ini
berdasarkan persepsi dari tujuan utama penelitian
kualitatif untuk memperoleh pemaknaan atas realita
atau kenyataan yang sebenarnya. Penelitian ini
tentang manajemen pembelajaran. Secara sistematis
dapat dipaparkan hasil penelitian yang membahas tiga
permasalahan yang dijadikan bahan kajian dalam
penelitian ini, yaitu: (1) perencanaan pembelajaran (2)
proses belajar mengajar (3) pelaksanaan evaluasi
belajar mengajar.
Perencanaan Pembelajaran (Penyusunan RPP)
Perencanaan PBM sangat penting, karena segala
sesuatu itu harus disiapkan dengan baik, tidak
terkecuali PBM. Agar dalam mengajar memiliki
kesamaan materi antara kelas satu dengan kelas yang
lainnya. Bahkan sekolah-sekolah yang sudah lama
berdiripun diwajibkan oleh dinas pendidikan untuk
membuat perencanaan. Dengan tidak melihat lagi

Sayni Nasrah

apakah sekolah swasta atau negeri, karena gagal


merencanakan bererti merencanakan kegagalan. Dan
dinas juga sudah mengalokasikan dana untuk
pelalitahan, worshop lokakarya dalam membuat RPP.
Sebelum guru tampil di depan kelas mengelola
PBM, terlebih dahulu harus sudah merancang
pengorganisasian bahan pembelajaran yang akan
disampaikan dan sekaligus bahan-bahan apa yang
dapat mendukung jalannya PBM. Hamalik (2005:11)
tugas
seorang
perancang
sistem
adalah
mengorganisasi orang, material, dan prosedur agar
tujuan belajar tercapai secara efesien.
Guru yang akuntabel adalah guru yang siap
dengan sejumlah bahan pengajaran guna membantu
siswa menuju penguasaan pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Guru hendaknya menguasai bahan
pengajaran wajib, bahan penunjang, sesuai dengan
tujuan
pembelajaran
khusus,
yang
telah
dirumuskannya, serta selaras dengan perkembangan
mental siswa, ilmu dan teknologi. Kemampuan guru
dalam menyusun program pembelajaran merupakan
salah satu model dari perencanaan pembelajaran.
Uno (2009:1) menjelaskan perencanaan adalah
hubungan antara apa (what is) dengan bagaimana
seharusnya (what should be) yang bertalian dengan
kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program,
lokasi sumber.
Perencanaan merupakan rumusan yang harus
dibuat oleh guru karena asumsi dari perencanaan
adalah perubaha kearah yang lebih baik. Dalam
perencanaan dikenal model-model perencanaan
dengan tujuan untuk memudahkan dalam mencapai
tujuan
pembelajaran.
Hamalik
(2005:59-75)
menyatakan bahwa model-model perencanaan ada
empat yaitu: perncanaan pengajaran versi PBTE,
perencanaan pengajaran sistem sistemis, perencanaan
pengajaran model davis, prosedur pengembangan
sistem instruksional (PSSI). Kemampuan guru dalam
membuat program pembelajaran merupakan wujud
profesionalisme guru yang tidak boleh diabaikan.
Adapun menurut Usman (2009:82) model
perencanaan pendidikan ada empat yaitu model
komprehensif, model pembiayaan dan kekreatifan
biaya, model PPBS (plnning, programming,
budgeting system), dan model target setting. Ada
beberapa komponen dalam PBM. Komponenkomponen itu misalnya guru, siswa, metode,
alat/teknologi, saran, tujuan. Untuk mencapai tujuan,
masing-masing komponen itu akan saling merespons
dan memengaruhi antara yang satu dengan yang lain.
Sehingga tugas guru adalah bagaimana harus
mendesain dari masing-masing komponen agar
menciptakan PBM yang lebih optimal. Dengan
demikian
guru
selanjutnya
akan
dapat
mengembangkan PBM yang lebih dinamis untuk
mencapai tujujan yang diharapkan.
Dalam silabus, merupakan panduan ketika guru
mengajar, dan merupakan kewajiban bagi setiap
lembaga pendidikan. Dari silabus maka lahirlah RPP

103 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

untuk menuntun guru dalam PBM agar efektif dan


efesien.
Perencanaan diperlukan dalam berbagai bentuk
organisasi, sebab perencanaan ini merupakan proses
dasar manajemen di dalam mengambil suatu
keputusan dan tindakan. Perencanaan diperlukan
dalam setiap jenis kegiatan baik itu kegiatan
organisasi,
perusahaan
maupun
kegiatan
dimasyarakat, dan perencanaan ada dalam setiap
fungsi-fungsi manajemen, karena fungsi-fungsi
tersebut hanya dapat melaksanakan keputusankeputusan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
Menurut Usman (2009:65) perencanaan adalah
sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk
dilaksanakan pada satu periode tertentu dalam rangka
mencapai
tujuan
yang
ditetapkan.
Untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia termasuk
guru maka dibutuhkan perencanaan yang baik.
Peningkatan
keterampilan
personal
dan
pengembangan sumber daya manusia yang
berkompeten merupakan hal yang sangat penting
dalam menunjang keberhasilan profesionalisme dalam
melaksanakan kegiatan PBM. Hal ini harus mendapat
perhatian khusus dari pihak pemerintah melalui dinas
dalam upaya meningkatkan keterampilan dan
pengembangan kemampuan melalui penyusunan
silabus dan RPP yang difasilitasi oleh sekolah.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Uno
(2009:3) perlunya perencanaan adalah:
1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu
diawali dengan perencanaan pembelajaran yang
diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran;
2. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu
menggunakan pendekatan sistem;
3. Perencanaan desain pembelajaran diacukan
bagaimana sesorang belajar;
4. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran
diacukan pada siswa secara perorangan;
5. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara
pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal
ini aka nada tujuan langsung pembelajaran, dan
tujuan pengiring dari pembelajaran;
6. Sasaran akhir dari perencanaan desain
pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk
belajar;
7. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan
suatu variable pembelajaran;
8. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah
penetapan metode pembelajaran yang optimal
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap
SD Negeri 12 Tangan-Tangan semester depan
2015/2016 benar-benar membuat RPP. Hal ini
diharapkan bisa membuat pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran yang merupakan salah satu dari cara untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
Maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan
pembelajaran dalam hal menyusun RPP pada SD
Negeri 12 Tangan-Tangan, belum memenuhi
perencanaan yang baik dengan kata lain belum

Sayni Nasrah

memenuhi kriteria yang diharapkan. Hal ini menjadi


sebuah masukan bagi SD Negeri 12 Tangan-Tangan
dan sekolah lain, mengingat manajemen perencanan
sangan penting karena gagal merencanakan berarti
merencanakan kegagalan. Manajemen perencanaan
bisa melalui pelatihan dan bimbingan khusus agar
manajemen perencanaan yang diharapkan dapat
berjalan dengan baik.
Proses Belajar Mengajar
Menurut kajian melalui observasi yang peneliti
lakukan berkaitan dengan PBM, guru masuk tepat
waktu. Dalam pembelajaran guru
membuka
pembelajaran dengan cara bertanya tentang keadaan
pribadi siswa, pada akhir pertemuan sebelumnya guru
menutup pembelajaran dengan cara memberikan tugas
rumah.
Dalam pengamatan peneliti juga dalam PBM
meskipun guru tidak menggunakan RPP, namun
materi
pembelajaran
tetap
tercapai
karena
menggunakan panduan buku paket. PBM berlangsung
aktif, efektif, komunikatif serta tidak monoton dengan
cara memberikan perhatian penuh pada setiap murud,
dengan cara mendatangi satu persatu kemeja para
siswa. Jika diperlukan pembimbingan khusus semisal
membuat angka tertentu maka guru juga ikut
membantu dengan cara memegang tangan siswa. Dan
tak lupa guru juga mengapresiasi siswa yang
mendapat nilai bagus dan memotivasi siswa yang lain
agar bisa lebih baik. Sarana dan prasarana dalam PBM
juga mendukung dengan menggunakan papan tulis
dan ruang yang nyaman. Berdasarkan wawancara
dengan Kepsek, guru diketahui bahwa tingkat
kedisiplinan dalam PBM, berjalan disiplin dari sisi
ketepatan jam mulai pembelajaran.
Disamping perencanaan yang baik, guru juga
berkewajiban untuk melaksanakan PBM dengan baik
dan secara maksimal. Kesiapan semua elemen dalam
struktur organisasi pendidikan yang dimulai dari
sistem manajemen perencanaan sampai pada
peningkatan kemampuan serta profesionalitas guru
untuk menghasilkan output yang baik dan siap
berkompetisi. Guru harus memperhatikan prinsipprinsip belajar yang merupakan kunci dalam
pembelajaran. Dimyanti dan Mudjiono (2010:42)
menjelaskan prinsip-prinsip belajar itu berkaitan
dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan,
balikan dan penguatan, serta perbedaan individu.
Ada beberapa hal pokok yang berkaitan dengan
keberhasilan PBM di sekolah. PBM akan berjalan
efektif dan efisien apabila semua yang terlibat dalam
PBM telah menggunakan dan menjalankan sesuai
dengan silabus dan RPP yang telah disusun dalam
PBM.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi
proses pembelajaran dibedakan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebutlah
yang mempengaruhi hasil pembelajaran. Berikut akan
diuraikan tentang kedua faktor penghambat belajar.

104 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

Suryabrata (2010:233) menjelaskan faktor-faktor


yang mempengaruhi belajar adalah faktor-faktor yang
berasal dari luar diri pelajar, yang digolongkan faktor
nonsosial dan sosial. Faktor yang berasal dari dalam
diri pelajar, dan inipun bisa digolongkan dalam faktor
fisiologis dan psikologis.
1. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal
dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi
hasil belajar individu. Faktor internal meliputi
faktor fisik/biologis serta faktor psikologis.
a. Bersifat kognitif
Pada umumnya kecerdasan diartikan
sebagai
kemampuan
psiko-fisik
dalam
mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan
diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat.
Dan antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/inteligensi siswa dengan demikian,
kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan
kualitas otak saja, tetapi juga organ tubuh
lainnya. Namun bila dikaitan dengan
kecerdasan, tentunya otak merupakan organ
yang penting dibandingkan dengan organ lain,
karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali
tertinggi dari seluruh aktivitas manusia. Winkel
(2009:72) menjelaskan belajar kognitif cirri
khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan
menggunakan suatu bentuk prestasi yang
mewakili semua objek yang dihadapi, entah
objek itu orang, benda atau kejadian/pristiwa.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis
yang paling penting dalam proses belajar anak,
karena menentukan kualitas belajar siswa.
Riyanto (2010:85) para aliran nativisme
berpendapat bahwa perkembangan individu
semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang
dibawa sejak lahir.. Semakin tinggi
intelegensi seorang individu, semakin besar
peluang individu untuk meraih sukses dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain seperti orang tua, guru,
dan masyarakat. Sebagai faktor psikologis yang
penting dalam mencapai kesuksesan belajar,
maka pengetahuan dan pemahaman tentang
kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon
guru professional, sehingga mereka dapat
memahami tingkat kecerdasannya.
b. Bersifat afektif
Afektif antara lain seperti labilnya emosi
dan sikap dalam proses belajar sikap dapat
mempengaruhi
keberhasilan
proses
pembelajaran. Sikap adalah gejala internal yang
mendimensi afektif berupa kecenderungan
untuk mereaksi atau merespon dengan cara
yang relatif tetap terhadap objek, orang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif
maupun
negatif.
Winkel
(2009:71)
menjelaskan belajar afektif salah satu cirinya
ialah belajar menghayati nilai dari suatu objek
yang dihadapi melalui alam perasaan..

Sayni Nasrah

Sikap
siswa
dalam
pembelajaran
dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak
senang pada performan guru, atau lingkungan
sekitarnya.
Dan
untuk
mengantisipasi
munculnya sikap yang negatif dalam belajar,
guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru
yang profesional dan bertanggungjawab
terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya,
berusaha mengembangkan kepribadian sebagai
seorang guru yang empatik, dan sabar.
c. Bersifat psikomotor
Psikomotor antara lain seperti terganggunya
alat-alat indera penglihat dan pendengar.
Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi
fisiologis
pada
anak
sangat
mempengaruhi hasil belajar, terutama panca
indera.
Winkel
(2009:70)
menjelaskan
kebutuhan itu dapat merupakan biologis,
seperti kebutuhan akan mengistirahatkan tubuh
atau mendapatkan bahan makanan. Panca
indera yang berfungsi dengan baik akan
mempermudah aktivitas belajar. Anak yang
memiliki kecacatan fisik (panca indera atau
fisik) tidak akan dapat mencapai hasil belajar
yang maksimal. Meskipun juga ada anak yang
memiliki kecacatan fisik namun nilai
akademiknya memuaskan. Kecacatan yang
diderita
anak
akan
mempengaruhi
psikologisnya.
Perasaan yang menghantui
anak dapat membuat prestasinya menurun.
Namun ada juga anak yang menjadikan
kekurangannya sebagai motivasi untuk maju.
Cacat fisik membuat anak tidak dapat
malakukan aktivitas pembelajaran dengan baik.
d. Minat.
Secara sederhana minat merupakan
kecenderungan kegairahan yang tinggi atau
besar terhadap sesuatu. minat sama halnya
dengan kecerdasan dan motivasi, karena
memberi
pengaruh
terhadap
aktivitas
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam konteks
belajar di kelas, seorang guru atau pendidik
perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik
terhadap materi pelajaran.
e. Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi
proses belajar adalah bakat. Secara umum
bakat didefisikan sebagai kemampuan potensial
yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang.
Berkaian dengan belajar didefinisikan bakat
sebagai kemampuan umum yang dimiliki
seseorang siswa untuk belajar. Dengan
demikian bakat adalah kemampuan seseorang
menjadi salah satu komponen yang diperlukan
dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat
seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung

105 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

proses belajarnya sehingga kemungkinan besar


ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai
bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masingmasing. Karena itu bakat juga diartikan sebagai
kemampuan dasar individu untuk melakuakan
tugas tertentu tanpa tergantung upaya
pendidikan dan latihan. Individu yang telah
mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah
menyerap informasi yang berhubungan dengan
bakat yang dimilikinya. Misalnya siswa yang
berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah
mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain
bahasanya sendiri.
Bingham (Sunarto dan Hartono 2008:117)
bakat menitik beratkan pada kondisi atau
seperangkat sifat-sifat yang dianggap sebagai
tanda kemampuan individu untuk menerima
latihan, atau seperangkat respon seperti
kemampuan bahasa, music dan sebagainya.
2. Faktor eksternal
Selain faktor internal, faktor eksternal juga
dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Faktor
eksternal yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi faktor lingkungan sosial dan
non-sosial.
a. Lingkungan Sekolah
Pendidikan di sekolah bukan sekedar
bertujuan untuk melatih siswa supaya siap
meneruskan ke jenjang pendidikan berikutnya,
melainkan untuk membentuk siswa manjadi
manusia sejati. Proses pembentukan manusia
sejati sudah mulai sejak anak hidup dalam
keluarga, kemudian dilanjutkan di sekolah, di
masyarakat. Riyanto (2010:84) permulaan
jiwa anak itu adalah bersih semisal kertas
putih, yang kemudian sedikit demi sedikit terisi
oleh pengalaman.
Di sekolah, untuk membentuk manusia
sejati ada salah satu harapan dari guru yaitu
memiliki kemampuan belajar tinggi dan
disiplin sehingga mereka membuat belajar itu
lebih mudah dan menyenangkan. Namun
harapan itu tidak akan terwujud jika
lingkungan
pendidikan
seperti
guru,
administrasi, dan teman-teman sekelas tidak
mendukung.
Faktor-faktor
yang
dapat
menghambat belajar di Universitas adalah:
b. Metode mengajar
Dalam mengajar guru memerlukan metode
yang cocok. Metode ini dimaksudkan agar
materi yang disampaikan oleh guru terasa
menarik dan smahaiswa mudah menyerapnya.
Riyanto (2010:82) menjelaskan menentukan
penggunaan berbagai metode yang diharapkan
dapat melayani kebutuhan siswa sesuai
karakteristik. Faktor metode dan strategi serta
pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh
guru, juga mempengaruhi kelancaran dan

Sayni Nasrah

kesuksesan proses pembelajaran. Guru yang


menerapkan metode, strategi, dan pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan minat dan
kebutuhan dan perbedaan individual peserta
didik akan dapat memperlancar dan
menyukseskan intraksi belajar mengajar di
kelas.
c. Kurikulum
Kurikulum yang kurang tepat dapat menjadi
salah satu faktor yang dapat menimbulkan
kesukaran belajar. Kurikulum sangat penting
dan selalu ada dalam sebuah instansi
pendidikan. Kurikulum pendidikan harus
disesuaikan dengan perkembangan psikologi
anak. Menurut Mulayasa (2009:22) kurikulm
adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan kompetensi dasar, materi
standar, dan hasil belajar, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar dan tujuan pendidkan.
Faktor kurikulum juga memegang peranan
penting dalam memperlancar proses belajar
mengajar di kelas. Kurikulum yang disusun
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
mental, sesuai dengan tuntutan kebutuhan
siswa, masyarakat, dan dunia kerja, serta sesuai
dengan kebutuhan guru sebagai pendidik dan
pembelajaran di kelas akan mendukung
pencapaian proses belajar mengajar yang
optimal dan maksimal, sehingga
suatu
lembaga pendidikan akan lebih berkualitas.
d. Penerapan disiplin
Disiplin adalah suatu bentuk tingkah laku di
mana seseorang menaati suatu peratutran dan
kebiasaan-kebiasaan sesuai dengan waktu dan
tempatnya.
Dan
ini
hanya
dapat
dicapai dengan
latihan
dan
percobaanpercobaan yang berulang-ulang disertai dengan
kesungguhan seseorang, termasuk guru
maupun siswa. Di samping itu, sukses juga
ditentukan oleh disiplin atau tidaknya
seseorang meraih segala sesuatu dan
meletakkan sesuatu di tempat yang layak.
Disiplin tak terlepas dari optimalisasi
waktu.
Agung
(2010:58)
menjelaskan
pemanfaatan waktu merupakan hal yang
penting dalam merancang dan menyiapkan
bahan ajar/materi pelajaran dalam pelaksanaan
pembelajaran. Tanpa disiplin, seseorang tak
akan mampu menyelesaikan segala apa yang
telah direncanakannya. Dia tak akan mampu
melakukan
sebuah
strategi
secara
berkesinambungan untuk meraih tujuan jika
tidak punya disiplin.
Beberapa faktor yang dapat dijadikan
sebagai indikator keberhasilan guru dalam
kegiatan
PBM adalah tercermin dalam
keluaran hasil belajar. satu indikator
keberhasilan dalam kegiatan proses belajar

106 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

mengajar itu adalah terjadinya perubahan pada


diri peserta didik. Perubahan tersebut
mencakup perubahan aspek pengetahuannya
(Cognetif), aspek sikap (afektif), dan aspek
keterampilannya
(psikomotorik).
Menurut
Usman (2009:328) apabila semua pihak dapat
menerima rencana yang telah dibuat, maka
setiap orang harus memotivasi dirinya secara
berkesinambungan agar rencana tersebut dapat
dilaksanakan sesuai dengan perkiraan dan
waktu yang telah ditentukan.
e. Keterbatasan sarana prasarana
Sekolah untuk membentuk manusia sejati
ada salah satu harapan dari guru yaitu memiliki
kemampuan belajar tinggi dan disiplin
sehingga mereka membuat belajar itu lebih
mudah dan menyenangkan. Namun harapan itu
tidak akan terwujud jika sarana dan prasarana
pendidikan seperti gedung,listrik, kursi, papan
tulis, spidol, kamar mandi dan lain sebagainya
tidak ada. Terlebih lagi di era teknologi seperti
sekarang ini sara prasarana haruslah
diperhatikan
seperti
proyektor
LCD,
laptop/komputer,
jaringan
internet
dan
sebagainya.
Suryobroto
(2010:114)
menjelaskan
prasarana pendidikan berperan dalam proses
belajar mengajar walaupun secara tidak
langsung. Faktor gedung daya tampung suatu
kelas merpakan faktor lain yang dapat
mempengaruhi keberhasil proses pembelajaran.
Daya tampung suatu kelas melebihi yang
semestinya dapat mengakibatkan
proses
belajar mengajar tidak dapat berjalan secara
maksimal dan optimal.
f. Hubungan siswa dengan guru maupun teman
Suasana sebuah kelas didukung oleh peran
guru dan siswa yang lain. Agung (2010;71 )
menjelaskan kehidupan komunitas kelas yang
kurang berkembang, monoton, interaksi searah
dan sejenisnya, bukan hanya akan dianggap
kurang mengasikkan tetapi juga kurang
membawa semangat. terkecil di dalam
lingkungan sekJika suasana kelas tidak
mendukung, maka dapat menghambat proses
pembelajaran.
Hubungan siswa dengan guru, siswa dengan
teman juga perlu dibangun sedemikian rupa
sehingga tercipta suasana ynag baik dan
nyaman bagi siswa. Guru memberikan tugas
untuk siswa merupakan hal yang wajar. Tetapi
siswa akan merasa jenuh dengan tugas yang
terlalu banyak. Keberhasilan belajar siswa juga
didukung oleh sarana dan prasarana yang ada.
Sarana dan prasarana yang memadai juga
membantu tercapainya hasil belajar yang
maksimal.
g. Lingkungan sosial masyarakat
Masyarakat adalah salah satu lingkungan
pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap

Sayni Nasrah

perkembangan pribadi seseorang. Masyarakat


memiliki peranan yang penting dalam
mencapai tujuan pendidikan nasional. Peran
yang telah disumbangkan dalam rangka tujuan
pendidikan nasional yaitu berupa ikut
membantu menyelenggarakan pendidikan,
menyediakan lapangan kerja, biaya, prasarana
dan sarana serta membantu pengembangan
profesi baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Ihsan (2010:33) menjelaskan
pendidikan masyarakat adalah usaha sadar
yang
juga
memberikan
kemungkinan
perkembangan social, kultur, keagamaan,
kepercayaan terhadap tuhan yang maha Esa,
keterampilan, keahlian (profesi), yang dapat
dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk
mengembangkan dirinya dan membangun
masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat
tinggal siswa juga mempengaruhi proses
pembelajaran. Lingkungan siswa yang kumuh,
banyak pengangguran, dan banyak teman
sebaya di lingkungan yang tidak kuliah dapat
menjadi faktor yang menimbulkan kesukaran
belajar bagi siswa. Riyanto (2010:86)
menjelaskan perkembanan itu semata-mata
tergantung pada faktor lingkungan, sedangkan
faktor kawan tidak memainkan peran sama
sekali. Misalnya siswa tidak memiliki teman
belajar dan diskusi maka akan merasa kesulitan
saat akan meminjam buku atau alat belajar
yang lain.
h. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama kali
seseorang belajar. Oleh karena itu, lingkungan
keluarga sangat mempengaruhi proses belajar
seseorang. Ihsan (2010:57) menjelaskan
keluarga
adalah
merupakan
lembaga
pendidikan yang pertama dan utama dalam
masyarakat, karena dalam keluargalah manusia
dilahirkan, berkembang menjadi dewasa.
Di samping itu hubungan orang tua dan
anak juga harus diperhatikan. Hubungan yang
tidak harmonis antara orang tua dan anak akan
membuat anak tidak betah di rumah. Dengan
begitu anak tidak akan bisa melaksanakan
aktivitas belajarnya dengan baik. Dengan
demikian hendaknya menjalin hubungan antara
orang tua dan anak sebagai hubungan
persahabatan.
Keadaan
ekonomi
keluarga
juga
berpengaruh terhadap pembelajaran. Meskipun
tidak mutlak, namun membuat perasaan
minder. Hal ini akan mempengaruhi hasil
belajar seseorang. Ihsan (2010:57) menjelaskan
bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di
dalam keluarga akan selalu mempengaruhi
tumbuh dan berkembangnya watak, budi
pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.
Keharmonisan keluarga sangat mempengaruhi

107 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

terbentuknya watak anak. Keluarga yang tidak


harmonis akan memberi dampak negatif pada
anak dalam belajar.
hasil
lapangan ditemukan,
kegiatan
pembelajaran sudah dilaksanakan, namun
belum semua dapat terpenuhi terutama
pembuatan RPP. Namunpun demikian kendala
bukanlah
alasan
untuk
membenarkan
keterbatasan dan merasa cukup. Oleh karena itu
melalui penelitian ini peneliti mendorong SD
Negeri 12 Tangan-Tangan melalui Kepsek
semester depan 2015/2016 segera membuat
RPP.
i. Pembuka dan Penutup dalam Pembelajaran
Pembukaan dalam pembelajaran menjadi
hal yang penting. Dalam mengawali
pembelajaran,
seorang
pengajar/guru
diharuskan mengecek kondisi kelasnya apakah
sudah siap digunakan untuk perkulaiahan.
Setelah kondisi kelas siap, baru guru dapat
memulai pembelajaran dengan membuka
perkulaiahan dengan memotivasi siswa dengan
cara mengaitkan apa yang sudah diketahuinya
dengan apa yang akan dipelajarinya.
Menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa
mengetahui apa yang akan dipelajari atau
dilakukannya selama kegiatan pembelajaran
juga bisa dilakukan untuk membuka
pembelajaran.
Menutup pembelajaran juga penting
diperhatikan
guru
dalam
mengakhiri
pembelajaran. Diantaranya ada guru menutup
pembelajaran dengan menyimpulkan materi
yang dibahas pada pertemuan tersebut, ada juga
memberikan tugas dengan cara mengumpulkan
materi
pembelajaran
pada
pertemuan
berikutnya, dan ada juga dengan membuat
pertanyaan seputar materi untuk melihat sejauh
mana siswa menyerap materi pembelajaran,
sehingga memungkinkan untuk mencari
metode yang tepat dalam pembelajaran.
Berdasarkan pokok kajian dan tujuan yang
diteliti berkaitan dengan pembuka dan penutup
dalam pembelajaran bila dibandingkan antara
keadaan
sebenarnya
dengan
teori-teori
pendukung, maka dapat dikatakan sudah
berjalan. Menurut hasil penelitian yang
diperoleh bahwa, pihak sekolah berperan aktif
dalam memonitoring pelaksanaan PBM.
Evaluasi PBM
Hasil wawancara dengan Kepsek, guru: standar
penilaian yang digunakan dalam menentukan nilai
siswa ditetapkan oleh dinas baik item maupun bobot
penilaian. Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.
Dengan nilai ketuntasan minimal adalah 70.
Hasil wawancara dengan Kepsek, guru juga
menambahkan bentuk ujian atau remedial bagi siswa
yang tidak mencapai nilai ketuntasan munimal. Setiap

Sayni Nasrah

guru diakhir semester harus menyerahkan daftar nilai


kepada sekolah sebagai inventarisasi.
Evalusi berasal dari kata evaluation, Kata tersebut
diserap dalam bahasa Indonesia dengan penyesuaian
lafal menjadi evaluasi yaitu pengukuran, penilaian
walaupun sebenarnya mempunyai perbedaan tapi
intinya sama tentang evaluasi. Dimyanti dan
Mudjiono
(2010:221)
menjelaskan
evaluasi
pembelajaran merupakan suatu proses untuk
menentukan jasa, nilai atau manfaat kegiatan
pembelajaran
melalui
kegiatan
penilaian/atau
pengukuran.
Sebagai upaya untuk membangun pendidikan yang
lebih maju, maka diperlukan perbaikan secara
sistemik terhadap pendidikan. Diantara upaya-upaya
tersebut secara praktis bisa dikategorikan menjadi tiga
bagian besar yaitu: menggunakan perencanaa,
pelaksanaan, dan pengevaluasian, dari ketiga unsur
tersebut selalu terkait dan terpadu, karena untuk
melaksanakan
tindakan
kependidikan
harus
didasarkan pada perencanaan yang matang, kemudian
dipraktekan/dilaksanakan, dari perencanaan dan
pelaksanaan tersebut diadakan evaluasi, evaluasi ini
untuk mengukur, mengamati dan sebagai bahan untuk
memperbaiki rangkaian kegiatan kependidikan
tersebut. Dimyanti dan Mudjiono (2010:221)
menjelaskan Tujuan utama dari evaluasi pembelajaran
adalah jumlah informasi atau data tentang jasa, nilai
atau manfaat kegiatan pembelajaran. Sejumlah
informasi atau data yang diperoleh melalui evaluasi
pembelajaran inilah yang kemudian difungsikan dan
ditujukan untuk pengembangan dan akreditasi.
Evaluasi mempunyai peranan penting sebagai
arah perbaikan dalam pembangunan sistem
pendidikan, evaluasi dalam proses pendidikan
berkaitan dengan kegiatan mengontrol sejauh mana
hasil yang telah dicapai sesuai dengan program yang
telah direkayasa dalam kurikulum pendidikan,
evaluasi merupakan alat legitimasi meningkatkan atau
mempertahankan standar pembelajaran.
UU Sisdiknas 2003 menjelaskan tentang evaluasi
dalam pendidikan Nasional pada pasal 57,58 dan 59.
Dari pasal-pasal tersebut di jelaskan evaluasi yang
dilakukan oleh berbagai komponen misalkan pada
pasal 57 aat satu dan dua menjelaskan evaluasi secara
umum pada ayat 1 dan 2 sebagai berikut:
1. Ayat 1, Evaluasi dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara nasional
sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara
pendidikan
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan.
2. Ayat 2, Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik,
lembaga, dan program pendidikan pada jalur
formal dan non formal untuk semua jenjang,
satuan dan jenis pendidikan.
Sedangkan pada pasal-pasal berikutnya yaitu pasal
58 dan 59 lebih menjelaskan tentang gambaran
evaluasi yang dilakukan oleh bagian-bagian tersendiri,
misalkan evaluasi yang dilakukan oleh pendidik
(pasal 58 ayat 1), evaluasi yang dilakukan oleh satuan

108 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

pendidikan (pasal 58ayat 2), pasal 59 ayat 1 mengenai


evaluasi pemerintah daerah terhadap satuan
pendidikan, dan pasal 2 nya tentang evaluasi yang
dilakukan oleh masyarakat dan atau organisasi
profesi.
Dari penjabaran mengenai evaluasi pembelajaran,
setidaknya bisa disimpulkan bahwa evaluasi
pembelajaran bertujuan untuk mengukur, menimbang
dan mengetahui sejauh mana keberhasilan, kendala
dan hambatan dalam sistem pengajaran yang telah
dirumuskan dalam kurikulum, silabus, RPP dan
evaluasi ini merupakan bagian terpenting dalam
membangun secara sistemik PBM, dengan landasan
pada dasar-dasar utama tujuan pendidikan. Usman
mengjelaskan (2009:657) evaluasi kinerja pendidik
harus memperhatikan pencapaian prestasi dan
perubahan-perubahan peserta didik.
Penyusunan rencana evaluasi pada umumnya
mencakup kegiatan. Merumuskan tujuan dari kegiatan
evaluasi itu sendiri. Menentukan aspek-aspek yang
akan dievaluasi. Memilih dan menentukan teknik
yang akan digunakan dalam kegiatan evaluasi.
Menyusun dan menentukan alat-alat pengukur yang
akan dipergunakan dalam kegiatan evaluasi.
Menentukan tolok ukur, norma atau kreteria yang
akan dipergunakan dalam rangka memberikan
interpretasi terhadap data hasil evaluasi.
Berdasarkan pokok-pokok kajian dalam penelitian
ini, telah diperoleh beberapa hal yang berkaitan
dengan evaluasi pembelajaran, bahwa evaluasi
pembelajaran telah dilakukan dengan baik karena
mengikuti bobot dan item penilaianyang ditentukan
dinas.
Menurut hasil penelitian yang diperoleh bahwa,
komitmen dan usaha semua pihak untuk
mengembangkan pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran terlaksana, meskipun belum membuat
RPP, namun PBM dan evaluasi pembelajaran tidak
sekedar teori-teori dalam buku, melainkan juga hal
yang harus dipraktikkan dalam dunia pendidikan.

Sayni Nasrah

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh
di lapangan dan pembahasan pada bab sebelumnya
tentang manajemen pembelajaran di SD N 12 TanganTangan, ABDYA yang dapat disimpulkan sebagai
berikut:
SD Negeri 12 Tangan-Tangan, ABDYA dalam
perencanaan pembeljaran belum membuat RPP.
Namun materi tetap tercapai karena menyesuaikan
dengan sekolah lain melalui buku paket, karena pihak
sekolah menyadari pentingnya membuat peremcanaan
kegiatan pembelajaran, Kepsek berkomitmen untuk
membuat RPP semester depan yaitu tahun ajaran
2015/2016 meskipun sekolah ini baru berdiri tahun
2012.
Dalam PBM guru menggunakan buku paket, untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan belajar mengajar guru
terlebih dahulu membuka pembelajaran dengan
bertanya tentang keseharian siswa, kemudian
memaparkan
materi
pembelajaran
dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan ditambah
penekanan dengan bahasa daereh supaya lebih paham,
memberikan siswa kesempatan bertanya dan serta
memberikan latihan, dan guru menutup pembelajaran
dengan menyimpulkan, dan memberi PR. Pada
umumnya PBM disiplin. Bagi guru yang tidak disiplin
akan dipanggil secara porsonil oleh Kepsek untuk
diberi nasehat.
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran di SD Negeri
12 Tangan-Tangan, ABDYA diadakan dalam bentuk
tertulis dari pekerjaan rumah/tugas, ujian tengah
semester dan ujian akhir semester dengan
menggunakan pedoman penilaian yang ditetapkan
Dinas baik item maupum bobot penilaian yang akan
diinventarisir, yaitu setiap akhir semester guru harus
menyerahkan daftar nilai akhir semester ke sekolah

109 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

Sayni Nasrah

REFERENSI

Agung, Iskandar. (2010). Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru. Jakarta : Bestari Buana Murni.
Dimyati, Mudjiono. (2009), Belajar dan Pembelajran. Jakatra: PT Rineka Cipta.
.. (2010), Belajar dan Pembelajran. Jakatra: PT Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. (2005). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT bumi
Aksara.
Harjanto. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Reneka Cipta.
Ihsan, Fuad. (2010). Dasar-Dasar Kependidikan (komponen MKDK). Jakarta: PT Reneka Cipta.
Kementrian, R. I. (2006). Menuju Pendidikan Nasional Jangka Panjang 2025. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Mulyasa, E. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kemandirian Guru dan Kepala
Sekolah). Jakarta: Bumi Aksara
Notoatmodjo, Soekiddjo. (2005). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Reneka Cipta.
Nasution, Zulkarnain. (2010). Manajemen Humas Di Lembaga Pendidikan. Malang: UMM Press.
Riyanto, yatim. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Siagian, S.P. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
.................... (2008), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sugiyono. (2005). Metode penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.
Suryosubroto. (2010). Manajemen Pendidikan Di sekolah. Jakatra: Reneka Cipta
Suryabrata, Sumadi. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo persada.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Guru. Jakarta: CV. Tamita Utama.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2005 Tentang Guru dan Guru. Jakarta: CV. Tamita Utama.
Uno, B, Hamzah. (2009). Perencanaan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, Husaini. (2009). Manajemen. Teori, Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Winkel, W.S. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

110 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Manajemen Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

Sayni Nasrah

111 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 4, Nomor 2, September 2015

Anda mungkin juga menyukai