Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA


a. Anatomi Payudara
Kelenjar mammae menjadi fungsional saat pubertas untuk merespons
estrogen pada perempuan dan pada laki-laki biasanya tidak berkembang.
Saat kehamilan, kelenjar mammae mencapai perkembangan puncaknya
dan berfungsi untuk produksi susu (laktasi) setelah melahirkan bayi.
1. Struktur
Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan
adipose yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara
terletak diatas otot pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut
melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran payudara bergantung pada
variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah
glandular aktual.
a. Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap
lobus dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi
sinus lakteferus (ampula).
b. Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh
ligamen suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa).
c. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap
lobulus kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang
berakhir di alveoli sekretori.
d. Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar
sekitar 1 cm sampai 2 cm untuk membentuk aerola.
2. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara
a) Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal,
yang merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan
berasal dari cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari
payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju
vena kava superior.
b) Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting,
dan aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan
demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar
(Sloane, 2004)

www. lpkeperawatan.com

www.kesehatanvegan.com
b. Fisiologi Payudara
Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh
hormon.
1. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus.
2. Perubahan kedua, sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum
haid, payudara akan mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan
nyeri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan
pada saat ini.
3. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil
payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan
duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi
hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus
menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu (Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W.,
2005).
2. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian

Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan


payudara. Kanker dapat tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Sjamsuhidajat, R.,
dan De Jong, W., 2005).
Umur penderita kanker payudara termuda adalah 20 sampai 29 tahun,
yang tertua adalah 80 sampai 89 tahun, yang terbanyak adalah berumur 40
sampai 49 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas (Wiknjosastro,
2007).
B. Klasifikasi
a. Karsinoma in situ
Karsinoma in situ adalah kanker yang masih berada pada tempatnya,
merupakan karsinoma dukter dini yang belum menyebar atau
menyusup keluar dari tempat asalnya.
1) Karsinoma duktal in situ (DCIS)
Dibagi dalam 2 subtipe mayor: komedo dan non komedo.
2) Karsinoma lobular in situ (LCIS)
Ditandai dengan proliferasi sel-sel di dalam lobular payudara.
LCIS biasanya temuan insidental yang umumnya terletak
dalam area multisenter penyakit dan jarang berhubungan
kanker invasif.
b. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang
menuju ke puting susu. Sekitar 90% ca mammae merupakan
karsinoma duktal. Kanker ini bisa terjadi sebelum maupun sesudah
masa menopause.
Kadang kanker ini dapat diraba dan pada pemeriksaan mammogram,
kanker ini tampak sebagai bintik-bintik kecil dari endapan kalsium
(mikrokalsifikasi). Kanker ini biasanya terbatas pada daerah tertentu di
payudara dan bisa diangkat secara keseluruhan melalui pembedahan.
Sekitar 25 -35% penderita karsinnoma duktal akan menderita kanker
invasif (biasanya pada payudara yang sama).
c. Karsinoma lobuler
Karsinoma tubuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya
terjadi setelah menopause. Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak
terlihat pada mammogram, tetapi biasanya ditemukan secara tidak
sengaja pada mammografi yang dilakukan untuk keperluan lain.
Sekitar 25-30% penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan
menderita kanker invasif (pada payudara yang sama atau payudara
lainnya atau pada kedua payudaranya).
d. Kanker invasif

Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak


jaringan lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun
metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% ca
mammae invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.
e. Karsinoma medular
Kanker ini berasal dari kelenjar susu dan tumbuh dalam kapsul di
dalam duktus. Tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas dengan
lambat sehingga prognosisnya lebih baik. Sekitar 6% dari ca mammae
jenis ini.
f. Karsinoma duktal-tubular
Kanker ini berasal dari kelenjar susu, jarang terjadi, menempati sekitar
2% kanker. Prognosisnya sangat baik karena metastasis aksilaris
secara histologi tidak lazim.
g. Karsinoma inflamatori
1-2% menimbulkan gejala-gejala yang berbeda ca mammae lainnya.
Tumor setemoat, nyeri tekan, payudara secara abnormal keras dan
membesar, kulit di atas tumor ini merah dan agak hitam, sering terjadi
edema dan retraksi puting susu.
h. Penyakit pagets payudara
Tipe ini jarang terjadi, gejala yang sering timbul adalah rasa terbakar
dan gatal pada payudara, tumor ini dapat duktal atau invasif. Massa
sering tidak dapat diraba di bawah puting tempat dimana penyakit ini
timbul.
i. Kanker musinus
3% dari ca mammae. Penghasil lendir, tumbuh dengan lambat
sehingga kanker ini mempunyai prognosis yang lebih baik.
Pentahapan patologi didasarkan pada histologi, memberikan prognosis
yang lebih akurat. Adapun stadium ca mammae antara lain:
Stadium 0 : kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada

tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal.


Stadium I : tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan
belum menyebar keluar payudara.

Stadium IIA : tumor dengan garis tengah 2-5cm dan belum


menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan
garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak.

Stadium IIB : tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm


dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.

Stadium IIIA : tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm


dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai
perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke struktur
lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan
sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.

Stadium IIIB : tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu


ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah
menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dada dan tulang
belakang.

Stadium IV : tumor telah menyebar keluar daerah paudara dan


dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru
(Medicastore, 2011).

C. Etiologi
Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun,
banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang
berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk
terjadinya kanker payudara. Faktor-faktor resiko tersebut adalah :
a. Jenis kelamin Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko
menderita kanker payudara daripada pria. Prevalensi
kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh kanker
payudara.
b. Faktor usia Resiko kanker payudara meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Setiap sepuluh tahun, resiko

kanker payudara meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak


kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun.
c. Riwayat keluarga Adanya riwayat kanker payudara dalam
keluarga merupakan faktor resiko terjadinya kanker
payudara.
d. Faktor genetik Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa
kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Bila
terdapat mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen
suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk
terjadi kanker payudara adalah sebesar 80%.
e. Faktor hormonal Kadar hormon estrogen yang tinggi
selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi
perubahan

hormon

pada

saat

kehamilan,

dapat

meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.


f. Usia menarche Berdasarkan penelitian, menarche dini
dapat

meningkatkan

resiko

kanker

payudara.

Ini

dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen.


g. Menopause Menopause yang terlambat juga dapat
meningkatkan resiko kanker payudara. Untuk setiap tahun
usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan resiko
kanker payudara 3 %.
h. Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun. Resiko
kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan
peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya.
i. Nulipara/belum pernah melahirkan Berdasarkan penelitian,
wanita nulipara mempunyai resiko kanker payudara sebesar
30 % dibandingkan dengan wanita yang multipara.
j. Tidak Menyusui Berdasarkan penelitian, waktu menyusui
yang lebih lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam
menurunkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan
adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan
karsinogenik selama menyusui.
k. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi
lemak, alkohol, dan obesitas (Rasjidi, I., dan Hartanto, A.,
2009).
D. Patofisiologi dan Pathway
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Pada
tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memicu sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang berupa bahan

kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari, tetapi tidak semua sel
memilki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik
dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel
lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Pada tahap promosi, suatu sel yang
telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum
melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi (Desen, 2008).
Menurut Price & Wilson (2006) pada ca mammae terjadi proliferasi
keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada
awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel
atipikal. Sel-sel ini kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan
menginvasi stoma. Kanker membutuhkan waktu tujuh tahun untuk tumbuh
dari satu sel menjadi massa yang cukup besar untuk dapat dipalpasi (kirakira berdiameter 1 cm) pada ukuran itu, sekitar 25% ca mammae sudah
mengalami metastasis.
Pathway
Faktor predisposisi dan
resiko tinggi hiperplasi
pada sel mammae

Mendesak sel saraf

Interupsi sel saraf


Nyeri

Mendesak jaringan sekitar

Mensuplai nutrisi ke
jaringan Ca

Mendesak pembuluh
darah

Menekan jaringan pada


mammae

Hipermetabolisme ke
jaringan

Aliran darah
terhambat

Peningkatan konsistensi
mammae

Pe hipermetabolisme
jaringan
BB turun

Hipoxsia

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Necrosis jaringan

Bakteri patogen

Resiko infeksi
Mammae membengkak

Massa tumor mendesak ke


jaringan luar

Ukuran mammae
abnormal

Mammae asimetrik

Gangguan citra tubuh


Kerusakan
integritas
Perfusi
jaringan
terganggu
Ulkus
kulit/jaringan

Ketidakefektifan
pola
Infiltrasi
pleura
parietale
Ekspansi
paru menurun
napas

Defisiensi
pengetahuan

Ansietas

E. Tanda dan Gejala


Yang termasuk tanda dan gejala kanker payudara yaitu:
a. Nyeri pada payudara
Nyeri adalah fisiologis kalau timbul sebelum atau sewaktu haid dan
dirasakan oleh kedua payudara. Kanker payudara dalam taraf
permulaan tidak menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau

b.

infiltrasi ke sekitar sudah mulai.


Adanya benjolan/massa di kelenjar payudara
Pembesaran pada kelenjar payudara yang terjadi pada pada waktu

sebelum atau pada waktu haid saja merupakan keadaan yang fisiologis.
c. Gejala retraction
Gejala retraction merupakan penarikan ke dalam oleh puting payudara.
d. Nipple discharge
Yang disebut sebagai Nipple discharge ialah cairan yang dikeluarkan
puting payudara secara spontan dan memberikan bekas di BH. Cairan
yang keluar berupa darah.
e. Timbulnya kelainan kulit
Kelainan kulit berupa kemerahan pada suatu tempat di payudara,
edema kulit, peau dorange (gambaran seperti kulit jeruk). Pembesaran
kelenjar getah bening atau tanda metastasis jauh (Sjamsuhidajat, R.,
De Jong, W., 2005).
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker payudara terdiri dari :
a. Pembedahan
Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi radikal dan
bedah konservatif merupakan eksisi tumor luas. Terapi kuratif
dilakukan jika tumor terbatas pada payudara dan tidak ada infiltrasi ke
dinding dada dan kulit mamma atau infiltrasi dari kelenjar limfe ke
struktur sekitarnya.
b. Radioterapi
Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi
kuratif dengan mempertahankan mamma, dan sebagai terapi tambahan.
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada
penyebaran sisitemik dan sebagai terapi adjuvan. Kemoterapi adjuvan
diberikan kepada pasien yang pada pemeriksaan histopatologik
pascabedah mastektomi ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa

d.

kelenjar.
Terapi Hormonal
Diberikan bila penyakit menjadi sistemik akibat metastasis jauh.
Biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek
terapinya lebih lama dan efek sampingnya kurang (Sjamsuhidajat, R.,
dan De Jong,W, 2005).

Kanker payudara dapat dicegah dengan melakukan beberapa tindakan


sebagai berikut:

1) Hindari

makanan berkadar lemak tinggi, dari hasil penelitian,

konsumsi makanan berkadar lemak tinggi berkorelasi dengan


peningkatan kanker payudara.

2) Jaga kesehatan dengan mengkonsumsi buah dan sayur segar.


3) Berikan air susu ibu (ASI) pada anak selama mungkin, hal ini dapat
mengurangi resiko terkena kanker payudara (Purwoastuti, 2008).
G. Komplikasi
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,
pleura, tulang dan hati. Selain itu Komplikasi Ca Mammae yaitu:
a) Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh
darah kapiler (penyebaran limfogen dan hematogen, penyebaran
hematogen dan limfogen dapat mengenai hati, paru, tulang, sumb)
c)
d)
e)

sum tulang, otak, syaraf.


Gangguan neuro varkuler.
Faktor patologi.
Fibrosis payudara.
Kematian.

H. Pemeriksaan Penujang
a. Pemeriksaan payudara sendiri

b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pemeriksaan payudara secara klinis


Pemeriksaan mamografi
Biopsi aspirasi
True cut
Biopsi terbuka
USG Payudara, pemeriksaan darah lengkap, X-ray dada, therapy
medis, pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi.
Pemeriksaan Tambahan :
o Non invasive: Mamografi, Ro thorak, USG, MRI, PET
o Invasif : Biopsi, Aspirasi biopsy (FNAB), True cut / Care biopsy, In
cisibiopsy, Eksisi biopsy
Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus

Pada pemeriksaan ini dilakukan sitologi pada lesi atau luka yang

secara klinis dan radiologik dicurigai merupakan suatu keganasan.


Pemeriksaan Laboratorium dan Histopatologik
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa pemeriksaan darah
rutin dan kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastase
(Davey, Patrick, 2006). Pemeriksaan labortorium meliputi: Morfologi
sel darah, LED, Test fal marker (CEA) dalam serum/plasma,
Pemeriksaan sitologis.

3. KOSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Identitas
a. Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
pendidikan dan alamat.
b. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin,
agama, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.

Keluhan Utama
Hal-hal yang menjadi keluhan klien sehingga di bawa ke rumah
sakit.

Riwayat Kesehatan
o Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan
adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit
berwarna merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.
o Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan
pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah
mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah
mendapatkan

penyinaran

pada

bagian

dada,

ataupun

mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium


atau kanker serviks.
o Riwayat penyakit keluarga
Adanya keluarga yang

mengalami

ca

mammae

berpengaruh pada kemungkinan klien mengalami ca mammae


atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker
lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.

Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)


a. Kepala
: normal, kepala tegak lurus, tulang kepala
umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior
dan oksipital di bagian posterior.
b. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering,
tidak terlalu berminyak.

c. Mata

: biasanya tidak ada gangguan bentuk dan

fungsi mata. Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri


tekan.
d. Telinga

: normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak

ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi


pendengaran.
e. Hidung
: bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi
dan nyeri tekan.
f. Mulut
: mukosa bibir kering, tidak ada gangguan
perasa.
g. Leher
h. Dada

: biasanya terjadi pembesaran KGB.


: adanya kelainan kulit berupa peau dorange,

dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang.


i. Hepar
: biasanya tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas : biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

Kebutuhan fisik, psikososial, dan spiritual


a. Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan
yang terasa pada payudaranya kerumah sakit karena
menganggap itu hanya benjolan biasa.
b. Nutrisi Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami
anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien
juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung MSG.
c. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan
mengalami melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan
konstipasi.
d. Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan
lathan klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
e. Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah
sehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik
maupun motorik.
f. Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena
nyeri.
g. Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau
kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya
diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.
h. Peran dan Hubungan

Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami


gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi
social.
i. Reproduksi dan Seksual
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan
perubahan pada tingkat kepuasan.
j. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan,
denial dan keputus asaan.
k. Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima
kondisinya dengan lapang dada.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan, deformitas dinding dada.
2) Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
(tekanan jaringan mammae).
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke
jaringan.
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada bentuk
tubuh karena proses penyakit (mammae asimetris).
6) Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
7) Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta
pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
8) Ansietas berhubungan dengan perunahan gambaran tubuh.

C. Rencana Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan, deformitas dinding dada.
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1 x shift diharapkan ventilasi klien baik, TTV dalam
batas normal
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan TTV dalam batas normal
- Ventilasi baik
Intervensi :
a) Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
Rasional : Mempertahankan jalan napas
b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : Meningkatkan frekuensi respirasi
c) Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Rasional : Memantau adanya sumbatan jalan napas
d) Monitor respirasi dan status O2

Rasional : Memantau pernapasan klien


e) Kolaborasi
Rasional : Mengatasi masalah klien
b. Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1 x shift diharapkan nyeri berkurang hingga skala 0- 3
Kriteria Hasil :
- Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
- Melaporkan nyeri yang dialaminya
- Mengikuti program pengobatan
- Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri
melalui aktivitas yang mungkin
Intervensi :
a) Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
Rasional: Memberikan informasi yang diperlukan untuk
merencanakan asuhan
b) Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi,
visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan
therapeutik
Rasional: Meningkatkan kontrol diri atas efek samping
dengan menurunkan stress dan ansietas
c) Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas
menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan dengan
mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
d) Tingkatkan istirahat
Rasional : Untuk mengatasi nyeri
e) Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan
klien.
Rasional: Agar terapi yang diberikan tepat sasaran
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
(tekanan jaringan mammae).
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1 x shift diharapkan jaringan kulit klien membaik.
Kriteria Hasil :
- Perfusi jaringan normal
- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
a) Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Rasional : memberikan kenyamanan klien
b) Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
Rasional : mencegah terhidar dari kuman
c) Ubah posisi klien setiap 2 jam sekali
Rasional : Menghindari penekanan yang terus menerus pada
suatu daerah tertentu.
d) Ajarkan klien dan keluarga tentang perawatan luka
Rasional : menjaga kerusakan kulit.
e) Kolaborasi
Rasional : mengatasi masalah klien.

d. Ketidakseimbangan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke


jaringan.
Tujuan

: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


1x shift diharapkan nutrisi klien seimbang antara
intake dan output, berat badan terkontrol
Kriteria Hasil :
- Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal
-

dan tidak ada tanda malnutrisi


Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang

adekuat
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan
dengan penyakitnya

Intervensi :
a) Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan
sesuai dengan kebutuhannya
Rasional : Memberikan informasi tentang status gizi klien
b) Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati
penurunan berat badan
Rasional : Memberikan informasi tentang penambahan dan
penurunan berat badan klien.
c) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dengan intake cairan yang adekuat, anjurkan pula makanan
kecil untuk klien
Rasional : Kalori merupakan sumber energi.
d) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya
makan bersama teman atau keluarga
Rasional : Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri
e) Berikan pengobatan sesuai indikasi
Rasional : Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek
samping dan meningkatkan status kesehatan klien
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada bentuk
tubuh karena proses penyakit (mammae asimetris).
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1 x shift diharapkan mampu beradaptasi dengan
lingkungan sekitar
Kriteria Hasil :
- Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
- Klien dapat menerima penyakitnya.
Intervensi :
f) Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap
tubuhnya
Rasional : Memantau perasaan klien
g) Monitor frekuensi mengkritik dirinya
Rasional : Memantau keluhan yang dirasakan klien
h) Jelaskan tentang pengobatan
Rasional : Membantu menyelesaikan masalah
i) Dorong klien mengungkapkan perasaannya
Rasional : Meningkatkan rasa ketenangan jiwa

j) Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil


Rasional : Klien dapat merasa masih ada orang yang
memperhatikannya.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1 x shift diharapkan klien mampu mengontrol
resiko infeksi, bebas dari tanda-tanda infeksi
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi :
a) Cuci tangan

setiap

sebelum

dan

sesudah

tindakan

keperawatan
Rasional : Mencegah penularan kuman
b) Monitor tanda dan gejala infeksi
Rasional : Mencegah peningkatan infeksi
c) Inspeksi kondisi luka
Rasional : Mempertahankan penyembuhan luka
d) Informasikan klien dan keluarga tentang tanda dan gejala
infeksi
Rasional : Membantu menyelesaikan masalah
e) Berikan perawatan kulit
Rasional : Mencegah terjadinya penularan kuman
g. Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta
pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1 x shift diharapkan pengetahuan klien bertambah,
memahami tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan
-

pengobatan pada ting-katan siap.


Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang

alasan mengikuti prosedur tersebut.


Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan

berpartisipasi dalam pengobatan.


- Bekerjasama dengan pemberi informasi.
Intervensi :
a) Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa,
pengobatan dan akibatnya.
Rasional : Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan
terhadap pengetahuan klien.
b) Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya,
ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang
menderita kanker.
Rasional : Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap
kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian.

c) Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara


spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
Rasional : Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
d) Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti
prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah
pada klien.
Rasional : Membantu klien dan keluarga dalam membuat
keputusan pengobatan.
e) Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan
mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien
dan keluarga mengenai penyakit klien.
h. Ansietas berhubungan dengan perunahan gambaran tubuh
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
shift diharapkan rasa cemas klien berkurang atau
hilang
Kriteria Hasil :
- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif
- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi
dalam pengobatan
Intervensi :
a) Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit
yang dideritanya.
Rasional : Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya
akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari
adanya duplikasi.
b) Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien
mempersiapkan diri dalam pengobatan.
Rasional : Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk
pengobatan dan efek sampingnya.
c) Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial,
ketidakberdayaan dll.
Rasional : Mengetahui dan menggali pola koping klien serta
mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan
kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
d) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk
berpikir/merenung/istirahat.
e) Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan
wajar.
Rasional : Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan
bahwa dia benar-benar ditolong.

D. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap
tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu
dikaji, direncanakan dan dilakukan dalam jangka waktu panjang dan
pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi.

DAFTAR RUJUKAN
http://library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312056/bab2.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31363/4/Chapter%20II.pdf
Nuratf, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta:
Mediaction

Anda mungkin juga menyukai