www. lpkeperawatan.com
www.kesehatanvegan.com
b. Fisiologi Payudara
Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh
hormon.
1. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus.
2. Perubahan kedua, sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum
haid, payudara akan mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan
nyeri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan
pada saat ini.
3. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil
payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan
duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi
hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus
menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu (Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W.,
2005).
2. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
C. Etiologi
Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun,
banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang
berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk
terjadinya kanker payudara. Faktor-faktor resiko tersebut adalah :
a. Jenis kelamin Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko
menderita kanker payudara daripada pria. Prevalensi
kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh kanker
payudara.
b. Faktor usia Resiko kanker payudara meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Setiap sepuluh tahun, resiko
hormon
pada
saat
kehamilan,
dapat
meningkatkan
resiko
kanker
payudara.
Ini
kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari, tetapi tidak semua sel
memilki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik
dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel
lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Pada tahap promosi, suatu sel yang
telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum
melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi (Desen, 2008).
Menurut Price & Wilson (2006) pada ca mammae terjadi proliferasi
keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada
awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel
atipikal. Sel-sel ini kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan
menginvasi stoma. Kanker membutuhkan waktu tujuh tahun untuk tumbuh
dari satu sel menjadi massa yang cukup besar untuk dapat dipalpasi (kirakira berdiameter 1 cm) pada ukuran itu, sekitar 25% ca mammae sudah
mengalami metastasis.
Pathway
Faktor predisposisi dan
resiko tinggi hiperplasi
pada sel mammae
Mensuplai nutrisi ke
jaringan Ca
Mendesak pembuluh
darah
Hipermetabolisme ke
jaringan
Aliran darah
terhambat
Peningkatan konsistensi
mammae
Pe hipermetabolisme
jaringan
BB turun
Hipoxsia
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Necrosis jaringan
Bakteri patogen
Resiko infeksi
Mammae membengkak
Ukuran mammae
abnormal
Mammae asimetrik
Ketidakefektifan
pola
Infiltrasi
pleura
parietale
Ekspansi
paru menurun
napas
Defisiensi
pengetahuan
Ansietas
b.
sebelum atau pada waktu haid saja merupakan keadaan yang fisiologis.
c. Gejala retraction
Gejala retraction merupakan penarikan ke dalam oleh puting payudara.
d. Nipple discharge
Yang disebut sebagai Nipple discharge ialah cairan yang dikeluarkan
puting payudara secara spontan dan memberikan bekas di BH. Cairan
yang keluar berupa darah.
e. Timbulnya kelainan kulit
Kelainan kulit berupa kemerahan pada suatu tempat di payudara,
edema kulit, peau dorange (gambaran seperti kulit jeruk). Pembesaran
kelenjar getah bening atau tanda metastasis jauh (Sjamsuhidajat, R.,
De Jong, W., 2005).
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker payudara terdiri dari :
a. Pembedahan
Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi radikal dan
bedah konservatif merupakan eksisi tumor luas. Terapi kuratif
dilakukan jika tumor terbatas pada payudara dan tidak ada infiltrasi ke
dinding dada dan kulit mamma atau infiltrasi dari kelenjar limfe ke
struktur sekitarnya.
b. Radioterapi
Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi
kuratif dengan mempertahankan mamma, dan sebagai terapi tambahan.
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada
penyebaran sisitemik dan sebagai terapi adjuvan. Kemoterapi adjuvan
diberikan kepada pasien yang pada pemeriksaan histopatologik
pascabedah mastektomi ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa
d.
kelenjar.
Terapi Hormonal
Diberikan bila penyakit menjadi sistemik akibat metastasis jauh.
Biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek
terapinya lebih lama dan efek sampingnya kurang (Sjamsuhidajat, R.,
dan De Jong,W, 2005).
1) Hindari
H. Pemeriksaan Penujang
a. Pemeriksaan payudara sendiri
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Pada pemeriksaan ini dilakukan sitologi pada lesi atau luka yang
Keluhan Utama
Hal-hal yang menjadi keluhan klien sehingga di bawa ke rumah
sakit.
Riwayat Kesehatan
o Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan
adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit
berwarna merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.
o Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan
pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah
mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah
mendapatkan
penyinaran
pada
bagian
dada,
ataupun
mengalami
ca
mammae
c. Mata
B. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan, deformitas dinding dada.
2) Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
(tekanan jaringan mammae).
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke
jaringan.
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada bentuk
tubuh karena proses penyakit (mammae asimetris).
6) Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
7) Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta
pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
8) Ansietas berhubungan dengan perunahan gambaran tubuh.
C. Rencana Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan, deformitas dinding dada.
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1 x shift diharapkan ventilasi klien baik, TTV dalam
batas normal
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan TTV dalam batas normal
- Ventilasi baik
Intervensi :
a) Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
Rasional : Mempertahankan jalan napas
b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : Meningkatkan frekuensi respirasi
c) Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Rasional : Memantau adanya sumbatan jalan napas
d) Monitor respirasi dan status O2
d. Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
adekuat
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan
dengan penyakitnya
Intervensi :
a) Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan
sesuai dengan kebutuhannya
Rasional : Memberikan informasi tentang status gizi klien
b) Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati
penurunan berat badan
Rasional : Memberikan informasi tentang penambahan dan
penurunan berat badan klien.
c) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dengan intake cairan yang adekuat, anjurkan pula makanan
kecil untuk klien
Rasional : Kalori merupakan sumber energi.
d) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya
makan bersama teman atau keluarga
Rasional : Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri
e) Berikan pengobatan sesuai indikasi
Rasional : Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek
samping dan meningkatkan status kesehatan klien
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada bentuk
tubuh karena proses penyakit (mammae asimetris).
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1 x shift diharapkan mampu beradaptasi dengan
lingkungan sekitar
Kriteria Hasil :
- Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
- Klien dapat menerima penyakitnya.
Intervensi :
f) Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap
tubuhnya
Rasional : Memantau perasaan klien
g) Monitor frekuensi mengkritik dirinya
Rasional : Memantau keluhan yang dirasakan klien
h) Jelaskan tentang pengobatan
Rasional : Membantu menyelesaikan masalah
i) Dorong klien mengungkapkan perasaannya
Rasional : Meningkatkan rasa ketenangan jiwa
setiap
sebelum
dan
sesudah
tindakan
keperawatan
Rasional : Mencegah penularan kuman
b) Monitor tanda dan gejala infeksi
Rasional : Mencegah peningkatan infeksi
c) Inspeksi kondisi luka
Rasional : Mempertahankan penyembuhan luka
d) Informasikan klien dan keluarga tentang tanda dan gejala
infeksi
Rasional : Membantu menyelesaikan masalah
e) Berikan perawatan kulit
Rasional : Mencegah terjadinya penularan kuman
g. Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta
pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1 x shift diharapkan pengetahuan klien bertambah,
memahami tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan
-
D. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap
tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu
dikaji, direncanakan dan dilakukan dalam jangka waktu panjang dan
pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi.
DAFTAR RUJUKAN
http://library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312056/bab2.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31363/4/Chapter%20II.pdf
Nuratf, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta:
Mediaction