BAB I Case Report Tasia OMA
BAB I Case Report Tasia OMA
PENDAHULUAN
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut telinga tengah.Penyakit ini masih
merupakan masalah kesehatan khususnya pada anak-anak. Diperkirakan 70% anak
mengalami satu atau lebih episode otitis media menjelang usia 3 tahun. Penyakit ini terjadi
terutama pada anak dari baru lahir sampai umur sekitar 7 tahun, dan setelah itu insidennya
mulai berkurang.1
Otitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa
t e l i n g a t e n g a h , t u b a eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.otitis
media terbagi atas otitis media supuratif dan non-supuratif, dimana masingmasing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis media akut termasuk kedalam jenis
otitis media supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis media spesifik, yaitu otitis media
tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitismedia adhesiva.5
Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tibatiba.Telinga tengah adalah organ yang memilki penghalang yang biasanya dalam keadaan
steril.Bila terdapat infeksi bakteri pada nasofaring dan faring, secara alamiah terdapat
mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung
dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachius.Otitis media akut (OMA) ini terjadi
akibat tidak berfungsinya sistem pelindung tadi.Sumbatan atau peradangan pada tuba
eustachius merupakan faktor utama terjadinya otitis media.Pada anak-anak, semakin
seringnya terserang infeksi saluran pernapasan atas, kemungkinan terjadinya otitis media akut
juga semakin besar. Dan pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba
Eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal.5
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak mengalami
serangan OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya.2 Insidens tertinggi kasus OMA yang
dilaporkan di Amerika Serikat adalah pada umur 6 sampai dengan 20 bulan.3
Di Indonesia, dari penelitian yang dilakukan di Poli THT sub-bagian Otologi THT
RSCM dan Poli THT RSAB Harapan Kita pada Agustus 2004 sampai dengan Februari 2005,
terhadap 43 orang pasien yang didiagnosis dengan OMA, sebanyak 30,2% dijumpai pada
anak-anak yang berumur kurang dari 2 tahun. Anak-anak yang berumur 2 sampai dengan 5
tahun adalah sebanyak 23,3%. Golongan umur 5 sampai dengan 12 tahun adalah paling tinggi
yaitu 32,6%. Anak-anak yang berumur 12 sampai dengan 18 tahun adalah 4,7% dan bagi
yang berumur 18 tahun ke atas adalah 9,2%.4
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Telinga Luar
Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yaitu maleus, inkus dan
stapes.Tulang pendengaran dalam telinga tengah saling berhubungan.Prosesus longus maleus
melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada
stapes.Stapes terletak pada fenestra ovale yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antara
tulang-tulang pendengaran adalah persendian.6,8,9,10
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Pada tempat ini terdapat aditus
ad antrum yang merupakan lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum
mastoid. Tuba eustachius termasuk telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring
dengan telinga tengah.Tuba eustachiusberfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara
dalam cavum tymphani. Bagian lateral berupa dinding dari tulang dan selalu terbuka,
sedangkan di dinding medial tersusun dari tulang rawan yang biasanya menutup kecuali bila
menelan, mengunyah atau menguap.6,8,9,10
Telinga tengah terisi udara dapat dibayangkan sebagai kotak dengan enam
sisi.Dinding posteriornya jauh lebih luas daripada dinding anteriornya sehingga kotak
tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke arah lateral ke arah
umbo dari membran timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah.9,10
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :6,9,10
Batas lateral : membran timpani
Batas anterior : tuba eustachius
Batas inferior : bulbus jugularis
Batas posterior : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars verikalis
Batas superior : lantai fossa kranii media
Batas medial : kanalis semisirkularis horizontalis, kanalis fasialis, fenestra
ovale, fenestra rotundum dan promontorium
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani
sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala
timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.6
Dasar skala vestibule disebut sebagai membrane vestibuli (Reissners membrane)
sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis. Pada membran ini terletak organ
corti.6
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel
rambut luar dan kanalis Corti.6
2.4. Definisi OMA
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis
media supuratif dan otitis media non supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut
dan kronis.Selain itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa, otitis
media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesive. 5
Otitis media akut didefinisikan bila proses peradangan pada telinga tengah yang
terjadi secara cepat dan singkat (dalam waktu kurang dari 3 minggu) yang disertai dengan
gejala lokal dan sistemik.7
2.5. Etiologi OMA
Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri yang paling sering
ditemukan adalah Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh Haemophilus influenza (2530%), Moraxella catarrhalis (10-15%), Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus.
Beberapa mikroorganisme lain yang jarang ditemukan adalah Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia pneumoniae dan Chlamydia tracomatis.3,7
Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan
neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit.Haemophilus influenzae sering dijumpai
pada anak balita. Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa juga sama dengan
yang dijumpai pada anak-anak.3
Titisari menemukan bakteri penyebab OMA pada pasien yang berobat di RSCM dan
RSAB Harapan Kita Jakarta pada bulan Agustus 2004 Februari 2005 yaitu S.aureus 78,3%,
S.pneumoniae 13% dan H.influenza 8,7%.4
Virus terdeteksi pada secret pernafasan pada 40-90% anak dengan OMA dan
terdeteksi pada 20-48% cairan telinga tengah anak dengan OMA.Virus yang sering sebagai
penyebab OMA adalah respiratory syncytial virus. Selain itu bisa disebabkan virus
parainfluenza (tipe 1,2 dan 3), influenza A dan B, rinovirus, adenovirus, enterovirus dan
koronavirus. Penyebab yang jarang yaitu sitomegalovirus dan herpes simpleks. Infeksi bisa
disebabkan oleh virus sendiri atau kombinasi dengan bakteri lain.7
7
luar.
4. Stadium perforasi, pada stadium ini terjadi rupture membran timpani sehingga nanah
keluar dari telinga tengah ke liang telinga.
5. Stadium resolusi, pada stadium ini membran timpani berangsur normal, perforasi
membran timpani kembali menutup dan secret purulent tidak ada lagi. Bila daya tahan
tubuh baik atau virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan.
2. Ditemukannya tanda efusi di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di
antara tanda berikut: menggembungnya membran timpani, terbatas/tidak adanya gerakan
membran timpani, adanya bayangan cairan di belakang membran timpani, cairan yang keluar
dari telinga
3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di
antara tanda berikut: kemerahan pada membran timpani, nyeri telinga yang menganggu tidur
dan aktivitas normal
Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien. Pada anak
umumnya keluhan berupa rasa nyeri di telinga dan demam.Biasanya ada riwayat infeksi
saluran pernafasan atas sebelumnya.Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri
terdapat gangguan pendengaran dan telinga terasa penuh.Pada bayi gejala khas adalah panas
yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga
yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani maka secret mengalir ke liang telinga, suhu
tubuh turun dan anak tertidur tenang.5,6,7
2.9. Pemeriksaan OMA
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa nyeri telinga
disamping suhu tubuh yang tinggi.Dapat disertai pula keluarnya sekret encer, bening
sampai kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur
biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.
Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada besarnya
edema yang terjadi dan telah menyumbat liang telinga.
Didapatkan riwayat faktor predisposisi misalnya infeksi saluran pernafasan atas yang
merupakan media penyebaran infeksi.
Pemeriksaan fisik pada pasien biasanya menunjukkan:
Nyeri telinga
Membran timpani hiperemis, menonjol atau bahkan sudah perforasi
Suhu tubuh yang tinggi, dapat sampai 39,5C (pada stadium supurasi)
Sekret yang bening atau purulen
Pendengaran normal atau sedikit berkurang
Tidak adanya partikel jamur
2.10. Penatalaksanaan OMA
Penatalaksanaan OMA bergantung pada stadium penyakitnya.5,6,7
Pada stadium oklusi, diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% untuk anak <12
tahun, HCL efedrin 1% untuk anak >12 tahun dan dewasa dan pemberian antibiotik. Stadium
9
pre-supurasi diberikan analgetika, obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% dan pemberian
antibiotik. Antibiotik yang dianjurkan adalah dari golongan penisilin atau ampisilin.Bila
pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.
Stadium supurasi diberikan antibiotika dan obat-obat simptomatik.Dapat juga
dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh untuk mencegah perforasi.Pada
stadium perforasi, diberikan H2O2 3% selama 3-5 hari dan antibiotik yang adekuat. Biasanya
sekret akan menghilang dan perforasi menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
2.11. Komplikasi OMA
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif
kronis bila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.5,6
2.12. Prognosis OMA
Otitis media akut adalah suatu kondisi yang dapat diobati dan biasanya sembuh
dengan cepat dengan pengobatan yang tepat.Apabila OMA diterapi dengan cepat dan
adekuat, dapat mencegah kemungkinan berlanjutnya OMA menjadi OMSK.
BAB III
KESIMPULAN
Otitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media
supuratif dan non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis media
akut termasuk kedalam jenis otitis media supuratif.
Otitis media akut terjadi karena terganggunya faktor pertahanan tubuh. Sumbatan
pada tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya penyakit ini. Dengan
terganggunya fungsi tuba Eustachius, terganggu pula pencegahan invasi kuman ke dalam
telinga tengah sehingga kuman masuk dan terjadi peradangan.Gangguan fungsi tuba
Eustachius ini menyebabkan terjadinya tekanan negative di telinga tengah yang menyebabkan
transudasi cairan hingga supurasi. Pencetus tejadinya OMA adalah infeksi saluran pernafasan
atas (ISPA).
Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien. Pada anak
umumnya keluhan berupa rasa nyeri di telinga dan demam.Biasanya ada riwayat infeksi
10
saluran pernafasan atas sebelumnya.Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri
terdapat gangguan pendengaran dan telinga terasa penuh.Pada bayi gejala khas adalah panas
yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga
yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani maka secret mengalir ke liang telinga, suhu
tubuh turun dan anak tertidur tenang.
Penatalaksanaan OMA bergantung pada stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi,
diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% untuk anak <12 tahun, HCL efedrin 1% untuk
anak >12 tahun dan dewasa dan pemberian antibiotik. Stadium pre-supurasi diberikan
analgetika, obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% dan pemberian antibiotik. Antibiotik yang
dianjurkan adalah dari golongan penisilin atau ampisilin.Bila pasien alergi terhadap penisilin,
maka diberikan eritromisin.
Stadium supurasi diberikan antibiotika dan obat-obat simptomatik.Dapat juga
dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh untuk mencegah perforasi.Pada
stadium perforasi, diberikan H2O2 3% selama 3-5 hari dan antibiotik yang adekuat. Biasanya
sekret akan menghilang dan perforasi menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
LAPORAN KASUS
I.
Identitas pasien
Nama
: Tn. A
Umur
: 14 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
:-
Pendidikan
:-
Anamnesis
Keluhan utama
Keluar cairan dari telinga kiri sejak 3 hari SMRS
Keluhan tambahan
11
Pemeriksan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum
Kesan sakit
: Ringan
Kesadaran
: Compos mentis
12
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 82x/menit
Suhu
: 37.5C
Pernapasan
: 19x/menit
Pemeriksaan sistemik
Kepala
Mata
Leher
Thorax
Jantung
Paru
Abdomen
Kiri
Normotia
Bentuk
Normotia
(-)
Kelainan kongenital
(-)
(-)
Inflamasi
(-)
(-)
Tumor
(-)
b. Pre-auricula
Kanan
Kiri
(-)
(-)
(-)
Fistel
(-)
(-)
Auricular accessories
(-)
13
(-)
Abses
(-)
c. Retro-auricula
Kanan
Kiri
(-)
Pembengkakan
(-)
(-)
Abses
(-)
(-)
Fistel
(-)
(-)
Sikatriks
(-)
(-)
Nyeri tekan
(-)
d. Liang telinga
Kanan
Kiri
Lapang
Lapang/sempit
Lapang
Merah muda
Warna epidermis
Merah muda
(-)
Serumen
(-)
(-)
Sekret
(+)
(-)
Kelainan lain
(-)
e. Membran timpani
Kanan
Kiri
Intak
Intak/tidak
Tidak Intak
Hiperemis
Warna
Suram
(-)
Reflex cahaya
(-)
(-)
Perforasi
(+)
f. Test penala
Kanan
(+)
Kiri
Rinne
(-)
14
Weber
Sama dengan
pemeriksa
Schwabach
Lateralisasi ke
kiri
Memendek
2. Hidung
Kanan
Kiri
Simetris
Bentuk luar
Simetris
(-)
Deformitas
(-)
(-)
Nyeri tekan
(-)
(-)
Krepitasi
(-)
(-)
Hiperemis
(-)
Rinoskopi
Anterior
Tidak hiperemis
Vestibulum
Tidak hiperemis
Lapang
Cavum nasi
Lapang
Merah muda
Mukosa
Merah muda
(-)
Sekret
(-)
Tidak deviasi
Septum
Tidak deviasi
Eutrofi
Tidak hiperemis
Konka inferior
Eutrofi
Tidak hiperemis
Eutrofi
Tidak hiperemis
Konka media
Eutrofi
Tidak hiperemis
Tidak terlihat
Meatus inferior
Tidak terlihat
Tidak terlihat
Meatus media
Tidak terlihat
(-)
Tumor/polip
(-)
Rinoskopi
15
Posterior
Tidak dilakukan
Koana
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Mukosa konka
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Secret
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Muara tuba
eustachii
Adenoid
Fossa
Russenmuller
Atap nasofaring
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Palpasi sinus
Nyeri (-)
Sinus maxillaris
Nyeri (-)
Nyeri (-)
Sinus frontalis
Nyeri (-)
3. Tenggorok
Kanan
Kiri
Mulut
Normal
Mukosa
Normal
Normal
Gigi
Normal
Normal
Gusi
Normal
Normal
Lidah
Normal
Simetris
Uvula
Simetris
Arkus faring
(+)
Simetris
(+)
(-)
Hiperemis
(-)
Mukosa faring
(-)
Hiperemis
(-)
(-)
Granul
(-)
Tonsil
16
IV.
T1
Besar
T1
Merah muda
Warna
Merah muda
(-)
Krypta
(-)
(-)
Detritus
(-)
Resume
Dari anamnesis didapatkan pasien, seorang laki-laki berumur 6 tahun, datang dibawa
ibunya dengan keluar cairan di telinga kiri sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga mengeluh telinga kanan terasa nyeri dan pendengaran pada telinga kiri
berkurang. Awalnya nyeri juga dirasakan pada telinga kiri tapi sekarang hanya dirasakan
pada telinga kanan. Sebelumya, pasien batuk dan pilek disertai demam yang sudah
berlangsung selama 2 minggu.
Dari pemeriksaan fisik telinga, pada telinga kiri ditemukan CAE lapang, tidak
hiperemis, sekret (+), membran timpani perforasi sentral, warna suram, refleks cahaya
(-). Telinga kanan ditemukan CAE lapang, tidak hiperemis, sekret (-), membran timpani
utuh, hiperemis, refleks cahaya (-).
Dari pemeriksaan fisik hidung ditemukan cavum nasi lapang, sekret (-)/(-). Dari
pemeriksaan tenggorok ditemukan tonsil T1/T1 tidak hiperemis, mukosa faring tidak
hiperemis.
Dari pemeriksaan dengan penala didapatkan tes Rinne +/-, tes Weber lateralisasi ke
arah telinga kiri, tes Swabach pada telinga kanan sama dengan pemeriksa dan pada
telinga kiri memendek.
V.
Diagnosa
Diagnosa kerja
Diagnosa banding :
VI.
VII.
17
VIII.
IX.
Prognosis
Quo Ad Vitam
Quo Ad Functionam
Quo Ad Sanationam
: Ad Bonam
: Dubia Ad Bonam
: Dubia Ad Bonam
Edukasi
Saat mandi atau berenang jangan sampai telinga dan hidung kemasukan air, jangan
18