Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut telinga tengah.Penyakit ini masih
merupakan masalah kesehatan khususnya pada anak-anak. Diperkirakan 70% anak
mengalami satu atau lebih episode otitis media menjelang usia 3 tahun. Penyakit ini terjadi
terutama pada anak dari baru lahir sampai umur sekitar 7 tahun, dan setelah itu insidennya
mulai berkurang.1
Otitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa
t e l i n g a t e n g a h , t u b a eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.otitis
media terbagi atas otitis media supuratif dan non-supuratif, dimana masingmasing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis media akut termasuk kedalam jenis
otitis media supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis media spesifik, yaitu otitis media
tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitismedia adhesiva.5
Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tibatiba.Telinga tengah adalah organ yang memilki penghalang yang biasanya dalam keadaan
steril.Bila terdapat infeksi bakteri pada nasofaring dan faring, secara alamiah terdapat
mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung
dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachius.Otitis media akut (OMA) ini terjadi
akibat tidak berfungsinya sistem pelindung tadi.Sumbatan atau peradangan pada tuba
eustachius merupakan faktor utama terjadinya otitis media.Pada anak-anak, semakin
seringnya terserang infeksi saluran pernapasan atas, kemungkinan terjadinya otitis media akut
juga semakin besar. Dan pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba
Eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal.5
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak mengalami
serangan OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya.2 Insidens tertinggi kasus OMA yang
dilaporkan di Amerika Serikat adalah pada umur 6 sampai dengan 20 bulan.3
Di Indonesia, dari penelitian yang dilakukan di Poli THT sub-bagian Otologi THT
RSCM dan Poli THT RSAB Harapan Kita pada Agustus 2004 sampai dengan Februari 2005,
terhadap 43 orang pasien yang didiagnosis dengan OMA, sebanyak 30,2% dijumpai pada
anak-anak yang berumur kurang dari 2 tahun. Anak-anak yang berumur 2 sampai dengan 5
tahun adalah sebanyak 23,3%. Golongan umur 5 sampai dengan 12 tahun adalah paling tinggi
yaitu 32,6%. Anak-anak yang berumur 12 sampai dengan 18 tahun adalah 4,7% dan bagi
yang berumur 18 tahun ke atas adalah 9,2%.4
1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Telinga Luar

Gambar 1. Anatomi Telinga


Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membrantimpani. Daun
telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.Liang telinga berbentuk huruf S, dengan
rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkandua pertiga bagian dalam
rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3cm.6
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut.
Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.Pada duapertiga bagiandalam hanya
sedikit dijumpai kelenjar serumen.6,8

Gambar 2. Anatomi Telinga Luar


Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga.
Bagian atas disebut pars flaksida (membran Sharpnell), sedangkan bagian bawah pars tensa
(membran propria). Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani
disebut sebagai umbo.Dari umbo bermula suatu reflek cahaya ke arah bawah yaitu pada
pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan.Reflek
cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani. Secara klinis, reflek
cahaya ini dinilai, misalnya bila letak reflek cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada
tuba eustachius.6

Gambar 3. Anatomi membran timpani

2.2. Anatomi Telinga Tengah

Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yaitu maleus, inkus dan
stapes.Tulang pendengaran dalam telinga tengah saling berhubungan.Prosesus longus maleus
melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada
stapes.Stapes terletak pada fenestra ovale yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antara
tulang-tulang pendengaran adalah persendian.6,8,9,10
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Pada tempat ini terdapat aditus
ad antrum yang merupakan lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum
mastoid. Tuba eustachius termasuk telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring
dengan telinga tengah.Tuba eustachiusberfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara
dalam cavum tymphani. Bagian lateral berupa dinding dari tulang dan selalu terbuka,
sedangkan di dinding medial tersusun dari tulang rawan yang biasanya menutup kecuali bila
menelan, mengunyah atau menguap.6,8,9,10
Telinga tengah terisi udara dapat dibayangkan sebagai kotak dengan enam
sisi.Dinding posteriornya jauh lebih luas daripada dinding anteriornya sehingga kotak
tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke arah lateral ke arah
umbo dari membran timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah.9,10
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :6,9,10
Batas lateral : membran timpani
Batas anterior : tuba eustachius
Batas inferior : bulbus jugularis
Batas posterior : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars verikalis
Batas superior : lantai fossa kranii media
Batas medial : kanalis semisirkularis horizontalis, kanalis fasialis, fenestra
ovale, fenestra rotundum dan promontorium

Gambar 4. Anatomi Telinga Tengah


Peradangan pada telinga tengah dapat dilihat dari membran timpani.Sumbatan pada
tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya OMA.Tuba Eustachius meluas
sekitar 35 mm dari sisi anterior rongga timpani ke sisi posterior nasofaring dan berfungsi
untuk ventilasi, membersihkan dan melindungi telinga tengah.Lapisan mukosa tuba dipenuhi
oleh sel mukosiliar, penting untuk fungsi pembersihannya.Bagian dua pertiga antromedial
dari tuba Eustachius berisi fibrokartilaginosa, sedangkan sisanya adalah tulang.Dalam
keadaan istirahat, tuba tertutup.Pembukaan tuba dilakukan oleh otot tensor veli palatine,
dipersarafi oleh saraf trigeminal.Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan lebih
horizontal dari tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada anak
dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.7

Gambar 5. Anatomi Membran Timpani


2.3. Anatomi Telinga Dalam

Gambar 6. Anatomi Telinga Dalam


Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran
dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.6

Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani
sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala
timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.6
Dasar skala vestibule disebut sebagai membrane vestibuli (Reissners membrane)
sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis. Pada membran ini terletak organ
corti.6
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel
rambut luar dan kanalis Corti.6
2.4. Definisi OMA
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis
media supuratif dan otitis media non supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut
dan kronis.Selain itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa, otitis
media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesive. 5

Otitis media akut didefinisikan bila proses peradangan pada telinga tengah yang
terjadi secara cepat dan singkat (dalam waktu kurang dari 3 minggu) yang disertai dengan
gejala lokal dan sistemik.7
2.5. Etiologi OMA
Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri yang paling sering
ditemukan adalah Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh Haemophilus influenza (2530%), Moraxella catarrhalis (10-15%), Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus.
Beberapa mikroorganisme lain yang jarang ditemukan adalah Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia pneumoniae dan Chlamydia tracomatis.3,7
Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan
neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit.Haemophilus influenzae sering dijumpai
pada anak balita. Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa juga sama dengan
yang dijumpai pada anak-anak.3
Titisari menemukan bakteri penyebab OMA pada pasien yang berobat di RSCM dan
RSAB Harapan Kita Jakarta pada bulan Agustus 2004 Februari 2005 yaitu S.aureus 78,3%,
S.pneumoniae 13% dan H.influenza 8,7%.4
Virus terdeteksi pada secret pernafasan pada 40-90% anak dengan OMA dan
terdeteksi pada 20-48% cairan telinga tengah anak dengan OMA.Virus yang sering sebagai
penyebab OMA adalah respiratory syncytial virus. Selain itu bisa disebabkan virus
parainfluenza (tipe 1,2 dan 3), influenza A dan B, rinovirus, adenovirus, enterovirus dan
koronavirus. Penyebab yang jarang yaitu sitomegalovirus dan herpes simpleks. Infeksi bisa
disebabkan oleh virus sendiri atau kombinasi dengan bakteri lain.7
7

2.6. Patofisiologi OMA


Otitis media akut terjadi karena terganggunya faktor pertahanan tubuh.Sumbatan pada
tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya penyakit ini.Dengan
terganggunya fungsi tuba Eustachius, terganggu pula pencegahan invasi kuman ke dalam
telinga tengah sehingga kuman masuk dan terjadi peradangan.Gangguan fungsi tuba
Eustachius ini menyebabkan terjadinya tekanan negative di telinga tengah yang menyebabkan
transudasi cairan hingga supurasi. Pencetus tejadinya OMA adalah infeksi saluran pernafasan
atas (ISPA).1,7
Makin sering anak-anak terkena ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya OMA.
Pada bayi dan anak terjadinya OMA dipermudah karena: 1. Morfologi tuba Eustachius yang
pendek, lebar dan letaknya agak horizontal; 2. Sistem kekebalan tubuh masih dalam
perkembangan; 3. Adenoid pada anak relative lebih besar disbanding orang dewasa dan
sering terinfeksi sehingga infeksi dapat menyebar ke telinga tengah.7
2.7. Klasifikasi OMA
Ada 5 stadium OMA berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah, yaitu:5,6,7
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius, stadium ini ditandai dengan gambaran retraksi
membran timpani akibat tekanan negatif telinga tengah. Membran timpani kadang
tampak normal atau berwarna suram.
2. Stadium Hiperemis (pre-supurasi), pada stadium ini tampak pembuluh darah yang
melebar di sebagian atau seluruh membran timpani, membran timpani tampak
3.

hiperemis disertai edem.


Stadium supurasi, stadium ini ditandai dengan edem telinga tengah yang hebat
disertai hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulent di kavum
timpani sehingga membran timpani tampak menonjol (bulging) ke arah liang telinga

luar.
4. Stadium perforasi, pada stadium ini terjadi rupture membran timpani sehingga nanah
keluar dari telinga tengah ke liang telinga.
5. Stadium resolusi, pada stadium ini membran timpani berangsur normal, perforasi
membran timpani kembali menutup dan secret purulent tidak ada lagi. Bila daya tahan
tubuh baik atau virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan.

2.8. Diagnosis OMA


Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut:7
1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)

2. Ditemukannya tanda efusi di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di
antara tanda berikut: menggembungnya membran timpani, terbatas/tidak adanya gerakan
membran timpani, adanya bayangan cairan di belakang membran timpani, cairan yang keluar
dari telinga
3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di
antara tanda berikut: kemerahan pada membran timpani, nyeri telinga yang menganggu tidur
dan aktivitas normal

Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien. Pada anak
umumnya keluhan berupa rasa nyeri di telinga dan demam.Biasanya ada riwayat infeksi
saluran pernafasan atas sebelumnya.Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri
terdapat gangguan pendengaran dan telinga terasa penuh.Pada bayi gejala khas adalah panas
yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga
yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani maka secret mengalir ke liang telinga, suhu
tubuh turun dan anak tertidur tenang.5,6,7
2.9. Pemeriksaan OMA
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa nyeri telinga
disamping suhu tubuh yang tinggi.Dapat disertai pula keluarnya sekret encer, bening
sampai kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur
biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.
Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada besarnya
edema yang terjadi dan telah menyumbat liang telinga.
Didapatkan riwayat faktor predisposisi misalnya infeksi saluran pernafasan atas yang
merupakan media penyebaran infeksi.
Pemeriksaan fisik pada pasien biasanya menunjukkan:
Nyeri telinga
Membran timpani hiperemis, menonjol atau bahkan sudah perforasi
Suhu tubuh yang tinggi, dapat sampai 39,5C (pada stadium supurasi)
Sekret yang bening atau purulen
Pendengaran normal atau sedikit berkurang
Tidak adanya partikel jamur
2.10. Penatalaksanaan OMA
Penatalaksanaan OMA bergantung pada stadium penyakitnya.5,6,7
Pada stadium oklusi, diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% untuk anak <12
tahun, HCL efedrin 1% untuk anak >12 tahun dan dewasa dan pemberian antibiotik. Stadium
9

pre-supurasi diberikan analgetika, obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% dan pemberian
antibiotik. Antibiotik yang dianjurkan adalah dari golongan penisilin atau ampisilin.Bila
pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.
Stadium supurasi diberikan antibiotika dan obat-obat simptomatik.Dapat juga
dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh untuk mencegah perforasi.Pada
stadium perforasi, diberikan H2O2 3% selama 3-5 hari dan antibiotik yang adekuat. Biasanya
sekret akan menghilang dan perforasi menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
2.11. Komplikasi OMA
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif
kronis bila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.5,6
2.12. Prognosis OMA
Otitis media akut adalah suatu kondisi yang dapat diobati dan biasanya sembuh
dengan cepat dengan pengobatan yang tepat.Apabila OMA diterapi dengan cepat dan
adekuat, dapat mencegah kemungkinan berlanjutnya OMA menjadi OMSK.

BAB III
KESIMPULAN
Otitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media
supuratif dan non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis media
akut termasuk kedalam jenis otitis media supuratif.

Otitis media akut terjadi karena terganggunya faktor pertahanan tubuh. Sumbatan
pada tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya penyakit ini. Dengan
terganggunya fungsi tuba Eustachius, terganggu pula pencegahan invasi kuman ke dalam
telinga tengah sehingga kuman masuk dan terjadi peradangan.Gangguan fungsi tuba
Eustachius ini menyebabkan terjadinya tekanan negative di telinga tengah yang menyebabkan
transudasi cairan hingga supurasi. Pencetus tejadinya OMA adalah infeksi saluran pernafasan
atas (ISPA).
Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien. Pada anak
umumnya keluhan berupa rasa nyeri di telinga dan demam.Biasanya ada riwayat infeksi
10

saluran pernafasan atas sebelumnya.Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri
terdapat gangguan pendengaran dan telinga terasa penuh.Pada bayi gejala khas adalah panas
yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga
yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani maka secret mengalir ke liang telinga, suhu
tubuh turun dan anak tertidur tenang.
Penatalaksanaan OMA bergantung pada stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi,
diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% untuk anak <12 tahun, HCL efedrin 1% untuk
anak >12 tahun dan dewasa dan pemberian antibiotik. Stadium pre-supurasi diberikan
analgetika, obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% dan pemberian antibiotik. Antibiotik yang
dianjurkan adalah dari golongan penisilin atau ampisilin.Bila pasien alergi terhadap penisilin,
maka diberikan eritromisin.
Stadium supurasi diberikan antibiotika dan obat-obat simptomatik.Dapat juga
dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh untuk mencegah perforasi.Pada
stadium perforasi, diberikan H2O2 3% selama 3-5 hari dan antibiotik yang adekuat. Biasanya
sekret akan menghilang dan perforasi menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.

LAPORAN KASUS
I.

Identitas pasien
Nama

: Tn. A

Umur

: 14 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

:-

Pendidikan

:-

Tanggal pemeriksaan : 3 Juli 2014


II.

Anamnesis
Keluhan utama
Keluar cairan dari telinga kiri sejak 3 hari SMRS

Keluhan tambahan
11

Telinga kiri pendengaran berkurang, telinga kanan nyeri

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dibawa ibunya ke poliklinik THT RSU UKI dengan keluhan keluar cairan,
warna bening kekuningan, tidak berbau, sedikit, encer dari telinga kiri sejak 3 hari yang lalu.
Pasien juga mengeluh nyeri telinga kanan dan pendengaran berkurang secara perlahan,
semakin lama semakin memburuk pada telinga kiri. Menurut keterangan Ibu pasien, pasien
sering gelisah dan susah tidur karena merasakan nyeri pada telinga kanannya. Awalnya
keluhan nyeri telinga juga dirasakan pada telinga kiri tapi sekarang hanya telinga kanan.
Nyeri dirasakan bersamaan dengan munculnya keluhan utama. Keluhan ini dirasakan hilang
timbul sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya, 2 minggu sebelumnya pasien batuk dan pilek
disertai demam. Pasien belum pernah berobat ke dokter dan belum pernah mengkonsumsi
obat untuk mengurangi gejala, hingga batuk pilek dan demam sembuh dengan sendirinya.
Saat datang ke poli THT pasien sudah tidak demam, batuk dan pilek. Riwayat telinga
berdengung dan sakit tenggorok disangkal. Riwayat alergi disangkal. Riwayat trauma
disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku baru pertama kali mengalami keluham seperti ini. Riwayat keluar cairan dari
telinga sebelumnya disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mengalami keluhan seperti ini, riwayat tekanan darah,
kencing manis, asma, dan alergi dalam keluarga disangkal
Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku jarang membersihkan kedua telinga
III.

Pemeriksan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum

: Tampak sakit ringan

Kesan sakit

: Ringan

Kesadaran

: Compos mentis
12

Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi

: 82x/menit

Suhu

: 37.5C

Pernapasan

: 19x/menit

Pemeriksaan sistemik
Kepala

: Tidak ada deformitas, rambut tidak mudah dicabut

Mata

: Konjungtiva anemis -/- ; Sclera ikterik -/-

Leher

: Tidak ditemukan pembesaran KGB

Thorax

: Pergerakan dinding dada simetris

Jantung

: Dalam batas normal

Paru

: Dalam batas normal

Abdomen

: Dalam batas normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)


Integument : Sawo matang
Pemeriksaan THT
1. Telinga
a. Auricular
Kanan

Kiri

Normotia

Bentuk

Normotia

(-)

Kelainan kongenital

(-)

(-)

Inflamasi

(-)

(-)

Tumor

(-)

b. Pre-auricula
Kanan

Kiri

(-)

Nyeri tekan tragus

(-)

(-)

Fistel

(-)

(-)

Auricular accessories

(-)

13

(-)

Abses

(-)

c. Retro-auricula
Kanan

Kiri

(-)

Pembengkakan

(-)

(-)

Abses

(-)

(-)

Fistel

(-)

(-)

Sikatriks

(-)

(-)

Nyeri tekan

(-)

d. Liang telinga
Kanan

Kiri

Lapang

Lapang/sempit

Lapang

Merah muda

Warna epidermis

Merah muda

(-)

Serumen

(-)

(-)

Sekret

(+)

(-)

Kelainan lain

(-)

e. Membran timpani
Kanan

Kiri

Intak

Intak/tidak

Tidak Intak

Hiperemis

Warna

Suram

(-)

Reflex cahaya

(-)

(-)

Perforasi

(+)

f. Test penala
Kanan
(+)

Kiri
Rinne

(-)
14

Weber
Sama dengan
pemeriksa

Schwabach

Lateralisasi ke
kiri
Memendek

2. Hidung
Kanan

Kiri

Simetris

Bentuk luar

Simetris

(-)

Deformitas

(-)

(-)

Nyeri tekan

(-)

(-)

Krepitasi

(-)

(-)

Hiperemis

(-)

Rinoskopi
Anterior
Tidak hiperemis

Vestibulum

Tidak hiperemis

Lapang

Cavum nasi

Lapang

Merah muda

Mukosa

Merah muda

(-)

Sekret

(-)

Tidak deviasi

Septum

Tidak deviasi

Eutrofi
Tidak hiperemis

Konka inferior

Eutrofi
Tidak hiperemis

Eutrofi
Tidak hiperemis

Konka media

Eutrofi
Tidak hiperemis

Tidak terlihat

Meatus inferior

Tidak terlihat

Tidak terlihat

Meatus media

Tidak terlihat

(-)

Tumor/polip

(-)

Rinoskopi

15

Posterior
Tidak dilakukan

Koana

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Mukosa konka

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Secret

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Muara tuba
eustachii
Adenoid
Fossa
Russenmuller
Atap nasofaring

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Palpasi sinus
Nyeri (-)

Sinus maxillaris

Nyeri (-)

Nyeri (-)

Sinus frontalis

Nyeri (-)

3. Tenggorok
Kanan

Kiri
Mulut

Normal

Mukosa

Normal

Normal

Gigi

Normal

Normal

Gusi

Normal

Normal

Lidah

Normal

Simetris

Uvula

Simetris

Arkus faring
(+)

Simetris

(+)

(-)

Hiperemis

(-)

Mukosa faring
(-)

Hiperemis

(-)

(-)

Granul

(-)

Tonsil
16

IV.

T1

Besar

T1

Merah muda

Warna

Merah muda

(-)

Krypta

(-)

(-)

Detritus

(-)

Resume
Dari anamnesis didapatkan pasien, seorang laki-laki berumur 6 tahun, datang dibawa
ibunya dengan keluar cairan di telinga kiri sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga mengeluh telinga kanan terasa nyeri dan pendengaran pada telinga kiri
berkurang. Awalnya nyeri juga dirasakan pada telinga kiri tapi sekarang hanya dirasakan
pada telinga kanan. Sebelumya, pasien batuk dan pilek disertai demam yang sudah
berlangsung selama 2 minggu.
Dari pemeriksaan fisik telinga, pada telinga kiri ditemukan CAE lapang, tidak
hiperemis, sekret (+), membran timpani perforasi sentral, warna suram, refleks cahaya
(-). Telinga kanan ditemukan CAE lapang, tidak hiperemis, sekret (-), membran timpani
utuh, hiperemis, refleks cahaya (-).
Dari pemeriksaan fisik hidung ditemukan cavum nasi lapang, sekret (-)/(-). Dari
pemeriksaan tenggorok ditemukan tonsil T1/T1 tidak hiperemis, mukosa faring tidak
hiperemis.
Dari pemeriksaan dengan penala didapatkan tes Rinne +/-, tes Weber lateralisasi ke
arah telinga kiri, tes Swabach pada telinga kanan sama dengan pemeriksa dan pada
telinga kiri memendek.

V.

Diagnosa
Diagnosa kerja

Diagnosa banding :
VI.

VII.

Otitis Media Akut Auricular Sinistra stadium perforasi


Otitis Media Akut Auricula Dextra stadium hiperemis
Otitis Media Efusi

Usulan pemeriksaan penunjang


Uji kultur dan resistensi
Audiometri
Foto mastoid
Penatalaksanaan
Irigasi liang telinga menggunakan H2O2 3% selama 3-5 hari
Analgetik
Per 5 mL Polymyxin B sulfate 50,000 iu, neomycin sulfate 25 mg,

fludrocortisone acetate 5 mg, lidocaine HCl 200 mg (3 x 3 tetes sehari)


Antibiotik: Clindamycin (3x300 mg)

17

VIII.

IX.

Prognosis
Quo Ad Vitam
Quo Ad Functionam
Quo Ad Sanationam

: Ad Bonam
: Dubia Ad Bonam
: Dubia Ad Bonam

Edukasi
Saat mandi atau berenang jangan sampai telinga dan hidung kemasukan air, jangan

sampai kepala menyelam.


Menghindari faktor predisposisi seperti trauma, dengan cara datang ke dokter THT

untuk dibersihkan telinganya secara berkala.


Menggunakan obat dengan teratur.
Jika nanti batuk atau pilek lagi segera ke dokter.

18

Anda mungkin juga menyukai