PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Gua itu merupakan gua yang sejuk panjangnya 4 hasta, lebarnya 1,75 hasta
dengan ukuran dzira al-Hadid (hasta ukuran besi)3. Beliau tinggal di dalam gua
itu pada waktu bulan Ramadhan. Disana beliau memberi makan orang-orang
miskin yang dikunjunginya, menghabiskan waktunya dalam beribadah dan
berfikir mengenai pemandangan alam disekitarnya dan kekuasaan yang
menciptakan sedemikaian sempurna dibalik itu. Beliau tidak dapat tenang melihat
kondisi kaumnya yang masih terbelenggu oleh keyakinan syirik yang usang dan
gambaran tentang dirinya yang demikian rapuh.
Beliau menjalani hidup didalam gua itu (beruzlah) selama sebulan hingga
akhirnya Allah menurunkan wahyunya, yaitu datanglah seorang mailakat kepada
beliau, dan malaikat itu adalah malaikat Jibril dengan membawa wahyu untuk
disampaikan kepada beliau dan menyuruh neliau untuk membacanya, yang
awalnya beliau tidak mampu untuk membaca, sampai tibalah akhirnya beliau
mampu mengusainya semunya.
Pasca pengangkatannya menjadi rasul, beliau langsung diperintahkan
untuk memberikan peringatan ditengah-tengah masyarakat mulai dari keluarga
terdekat dan para sahabatnya. Yaitu dengan cara sembunyi-sembunyi sebagaimana
menurut firman yang diturunkan Allah kepadanya yakni dalam surat Al Mudassir:
1-7. Dakwah secara sembunyi-sembunyi ini dilakukan beliau selama 3 tahun.
Kemudian beliau diperintahkan utuk berdakwah secara terang-terangan.
Kedua, Nabi Muhammad melakukan penataan aqidah. Sejak awal, nabi
Muhammad Saw memproklamasikan La ilaha illa Allah, Muhammad
Rasulullah. Menaati Allah SWT hendaknya dengan mengikuti utusan-Nya,
disembah, diibadahi dan dipatuhi.
Ketiga, Dakwah nabi Muhammad Saw, menyerukan pengurusan
masyarakat (riayah syuun al-ummahi). Ayat-ayat Makkiyah banyak mengajari
3 Syaikh Syafuyurrahman al-Mubarakfuri, Perjalanan hidup Rasul yang
agung Muhammad, Darul haq Jakarta,..hal 81
akidah seperti takdir, hidayah dan dhalalah, rezeki, tawakal kepada Allah Swt.
Ratusan ayat berbicara tentang Hari Kiamat, tentang pengaturan akhirat yang
berkaitan dengan nasehat dan bimbingan, membangkitkan rasa takut terhadap
azab Allah Swt, serta memberikan semangat untuk terus beramal demi menggapai
ridha Allah Swt. Selain itu ratusan Ayat Al-Quran dan hadits di Mekah dan
Madinah diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw tentang pengaturan
masyarakat di dunia.
Keempat, Nabi Muhammad melakukan pergaulan pemikiran. Pemikiran
dan pemahaman bathil masyarakat Arab pada waktu itu dapat direformasi oleh
Nabi Muhammad Saw. Konsekwensinya, hukum-hukum dan undang-undang yang
berlaku pada waktu itu digantikan dengan pemikiran dan pemahaman agama
Islam.
Nabi Muhammad dalam Al-Quran menyerang kekufuran, syirik,
kepercayaan terhadap berhala, ketidak percayaan dengan hari berbangkit,
anggapan nabi Isa sebagai anak Tuhan, dan lain-lain dengan menggunakan senjata
yang sangat ampuh yaitu dengan menggunakan senjata hikmah, nasehat, dan
debat secara sesehat. Hal ini tertuang pada Quran : Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S. An-Nahl : 125).
Kelima, Para pembesar Quraisy banyak menzalimi masyarakat, kasar,
menyebarkan fitnah, dan banyak bersumpah tanpa ditepati. Rasulullah Saw,
dengan sangat tegas menantang dan melawan mereka karena kesombongan
mereka dan penentangan mereka. Rasulullah melakukan penyerangan atas
perintah dari Allah SWT. Disamping memerangi kesombongan kaum Quraisy,
Rasulullah juga menyampaikan wahyu yang berisi pembongkaran terhadap tipu
daya dan kesombongan para penguasa Quraisy.
Sejarah mencatat bahwa kota hijrah nabi adalah sebuah lingkungan oase
yang subur dan dihuni oleh orang-orang pagan dari suku utama Aus dan Khazraj,
dan juga orang-orang yahudi dari suku-suku utama bani Nadzir, Bani Qoinuqo,
Bani Quraizhah. Kota ini awalnya adalah bernama Yatsrib lalu diubah oleh nabi
menjadi Madinah. Madinah yang digunakan oleh Nabi untuk menukar nama kota
hijrah beliau itu kita menangkapnya sebagai isyarat langsung bahwa ditempat baru
itu hendak mewujudkan suatu masyarakat yang teratur sebagaimana sebuah
masyarakat. Maka sebuah konsep Madinah adalah pola kehidupan social yang
sopan, yang ditegakkan atas dasar kewajiban dan kesadaran umum untuk patuh
pada peraturan atau hukum yang berlaku.
Kalau menganalisis sejarah, system pemerintahan yang dibentuk oleh nabi
Muhammad adalah bercorak system Teodemokratis, disatu sisi tatanan masyarakat
harus berdasarkan pada hukum-hukum yang mana hukum tersebut berdasarkan
pada wahyu yang diturunkan oleh Tuhan dalam menyikapi setiap peristiwa waktu
itu. Disisi lain bentuk pemerintahan dan tatanan social dirumuskan lewat proses
musyawarah yang dilakukan secara bersama suku-suku yang ada dalam
masyarakat Madinah. Bila dikontekskan dengan system pemerintahan sekarang,
bentuk struktur tatanan pemerintahan terdiri dari Eksekutiv, yudikatif dan
legislative. Eksekutiv dimana kepala pemerintahan dipegang oleh Nabi
Muhammad, begitupun dalam mahkamah konstitusi dan hukum semua ditentukan
oleh Nabi sebagai pengambil kebijakan selain dalam masalah menentukan bentuk
tatanan masyarakat yang menyangkut pluralitas warga Negara Madinah. Dalam
ranah legislativ, setiap suku yang ada di Madinah mempunyai persamaan hak
dalam menyampaikan pendapat dalam menentukan tatanan social masyarakat
seperti dalam menciptakan konstitusi Piagam Madinah.
Dalam Piagam Madinah : orang-orang yang tinggal di Madinah, baik
Muhajirin, Anshor maupun dari berbagai etnis dan agama lainnya seperti Yahudi
membuat skenario untuk hidup bersama-sama dengan damai dan sekaligus saling
peperangan
dan
kedaulatan
pemimpin.
Nabi
Muhammad
10
11
Islam lahir pada awal kelahirannya bukan hanya kritik terhadap relijiusitas
masyarakat arab yang menyembah berhala pada waktu itu tetapi merupakan
gerakan ekonomi. Islam dengan Al Quran sangat menentang struktur social yang
tidak adil dan menindas yang secara umum melingkupi kota makkah sebagai
tempat asal mula Islam. Bagi orang yang memperhatikan Al Quran secara teliti,
keadilan untuk golongan masyarakat lemah merupakan ajaran Islam yang sangat
pokok. Al Quran mengajarkan pada umat Islam untuk berlaku adil dan berbuat
kebaikan dan dalam Al Quran keadilan merupakan bagian integral dari ketakwaan.
Takwa dalam Islam bukan Cuma dalam tataran ritualistic namun sangat terkait
erat dengan keadilan ekonomi dan social.
Al Quran bukan saja menentang penimbunan harta (dalam arti tidak
disumbangkan untuk fakir miskin, janda-janda, dan anak yatim) namun juga
menentang kemewahan dan tindakan yang menghambur-hamburkan uang untuk
kesenangan diri sementara banyak sekali orang yang miskin dan membutuhkan.
Kedua tindakan tersebut adalah kejahatan dan merusak keseimbangan social.
Maka keadilan didalam Al Quran bukan hanya berarti norma hukum namun juga
keadilan distribusi pendapatan. Keseimbangan social hanya dapat dijaga bila
kekayaan social dimanfaatkan secara merata untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Penumpukan kekayaan dan penggunaan yang tidak sebagaimana
mestinya tidak akan dapat menjaga keseimbangan tersebut dan akan berujung
kehancuran. Jika orang mengkaji Al Quran sebagai sumber ajaran Islam. Ia akan
banyak sekali menjumpai ayat tentang konsep keadilan distributive tersebut.
Misalnya ada ayat yang berbunyi dan manusia tidak akan mendapatkan kecuali
yang diusahakan (Al Quran 23:84). Ungkapan ini adalah penentangan secara
langsung terhadap system kapitalisme karena yang menjadi pemilik sebenarnya
adalah produsen, bukan pemilik alat produksi.
Nabi sangat memperhatikan berbagai praktek dalam perdagangan dan
perniagaan.satu penolakan yang tegas adalah penolakan terhadap spekulasi.
Sebenarnya sangat banyak masalah dalam masyarakat industrial atau niaga yang
berasal dari praktek-praktek spekulasi yang membuka jalan untuk meraih
12
keuntungan dengan cepat. Semua praktek ini ditentang tegas dalam Al Quran.
Dilarang menjual buah yang belum masak dan belum dipetik karena tidak
diketahui jumlahnya, juga tidak boleh menjual bayi hewan dalam kandungan,
tidak boleh mengurangi dan melebihkan takaran dalam jual beli, inilah prinsipprinsip yang perdagangan yang diatur dalam Islam.
Konsep tauhid dalam Islam bukan hanya berimplikasi pada tataran
teologis tentang pengesaan Tuhan dengan segala tata cara ritualnya, tetapi juga
berimplikasi pada tatanan masyarakat dan secara otomatis berpengaruh pada
sistem ekonomi. Dalam Islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan bersukusuku dan berbangsa-bangsa tujuannya adalah untuk saling mengenal, dan tidak
ada perbedaan stratifikasi social dalam Islam kecuali dalam hal ketakwaan. Islam
menginginkan bentuk system ekonomi sosialistis yang tidak ada kepemilikan alat
produksi mutlak oleh seseorang. Semua praktek yang mengarah pada eksploitasi
sesama manusia termasuk industry dan perniagaan yang tidak adil dianggap
sebagai riba. Dakwah Nabi pada waktu periode Makkah adalah merupakan kritik
terhadap system merkantilisme dan akumulasi kekayaan yang dilakukan oleh elitelit Quraisy sehingga mengakibatkan hancurnya kode etik kesukuan yang
berasaskan solidaritas dan egalitarianism berganti menjadi system untung rugi dan
eksploitasi. 8
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Islam adalah agama yang natural dimana factor kelahirannya sangat
dipengaruhi oleh kondisi social ekonomi pilitik yang ada. Muhammad tidak
pernah menetapkan sistem pemerintahan dalam Islam tetapi hal itu diserahkan
pada ummat Islam itu sendiri. Disatu sisi sistem masyarakat yang hendak
dibangun oleh Islam mempunyai implikasi langsung terhadap corak politik dan
bentuk pemerintahan yang dibentuk. Di sisi lain hal yang ingin dibangun oleh
Islam adalah civil society yang mana setiap warga Negara berhak mendapat
keadilan dalam hukum, ekonomi, politik dan kesetaraan dalam hubungan social.
Di zaman nabi Muhammad sistem pemerintahan ketika merujuk pada piagam
madinah terdiri dari Eksekutif, Yudikatif, dan legislative, dimana bidang Eksekutif
dan yudikatif dipegang oleh Nabi secara langsung, sementara legislative
diserahkan pada setiap suku dengan konsep musyawarah. Sistem kesetaraan
dalam Islam berimplikasi pada sistem Ekonomi yang hendak dibangun oleh Nabi
yaitu ekonomi yang tidak ada unsure eksploitatif dan akumulatif yang nantinya
melahirkan riba. Konsep ekonomi ini adalah kritik terhadap sistem merkantilis
yang dibentuk oleh elit Quraisy Makkah. Dalam sistem ekonomi Islam setiap
manusia mendapatkan dari hasil kerjanya dan setiap Muslim harus menafkahkan
kelebihan hartanya dari kebutuhan pokoknya.
14
DAFTAR PUSTAKA
15