Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Demam Dengue merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh
virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, dan ditularkan melalui

perantara

nyamuk

Aedes aegypti atau Aedes albopictus.


Dari 4 serotipe dengue yang terdapat di Indonesia, DEN-3 merupakan
serotipe yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat, diikuti
dengan serotipe DEN-2. World Health Organization - South-East Asia Regional
Office (WHO-SEARO) melaporkan bahwa pada tahun 2009 terdapat 156052
kasus dengue dengan 1396 jumlah kasus kematian di Indonesia dan case-fatality
rates (CFR)0.79%.

BAB 2
KASUS

2.1 Identitas
Nama

: Tn. Markutup

Usia

: 47 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-Laki

Alamat

: Ds. Sungsum

Pekerjaan

: Swasta

Tanggal masuk

: 15 September 2015

No RM

: 025108

2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara langsung kepada pasien saat masuk di Bangsal
RSUD Balangan.
2.2.1

Keluhan Utama :
Pasien mengeluh demam terus menerus sejak 2 hari SMRS

2.2.2

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari hidung 1 jam SMRS.
Perdarahan terjadi 1 kali, darah berwarna merah kehitaman dan kental,
jumlahnya sendok teh. Keluhan ini baru pertama kali dialami, tidak ada
riwayat kepala terkena benturan serta mengorek-ngorek hidung. 2 hari SMRS
pasien mengalami demam. Demam dirasakan mendadak tinggi dan terus
menerus.
Selain itu pasien juga mengeluh sakit di bagian ulu hati, mual, kurang
nafsu makan dan sakit kepala. Dua hari setelah timbul panas, timbul bintik
bintik merah di kulit yang tidak terasa gatal pada tangan. Belum BAB sejak 3
hari yang lalu, BAK tidak ada keluhan.
Pasien baru pertama kali menderita sakit seperti ini. Riwayat
perdarahan lama, mudah berdarah, dan mudah memar tidak ada. Riwayat

minum obat-obatan tertentu (sakit kepala, panas badan) dalam waktu lama
tidak ada. Riwayat berpergian (+)
2.2.3

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya.

2.2.4

Riwayat Penyakit Keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti ini.

2.2.5

Riwayat Psikososial
Pasien tinggal bersama dengan istri dan kedua anaknya. Jumlah
anggota keluarga keseluruhan 4 orang. Cahaya matahari langsung masuk ke
dalam rumah. Sumber air minum dari PDAM.

2.2.6

Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan merokok

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


1.

Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

2.

Status Gizi

: Tinggi Badan : 160 cm


Berat Badan : 56 kg
IMT

2.

3.

: 21,8 (Normal)

Tanda Vital

Status Gizi
: TD

: Baik
: 90/70 mmHg

Kulit

Nadi
: 100 kali/menit
suhu
: 38,3 oC
Respirasi
: 22 kali/menit
berat badan
: 56 kg
: Kulit berwarna kuning langsat, tidak terdapat
adanya sianosis dan hemangioma, turgor baik,
kelembaban cukup, tidak pucat/anemis. Tampak

4.

Kepala/leher
Rambut

bintik kemerahan di lipatan tangan.


:
: Rambut berwarna hitam, tipis, karakteristik lurus,

Kepala
Mata

tidak ada alopesia


: Normosefal, simetris, wajah simetris.
: Palpebra tidak edema, alis dan bulu mata tidak
mudah dicabut, konjungtiva tidak pucat, sklera

tidak ikterik, pupil berdiameter 3 mm/3 mm,


Telinga
Hidung

isokor, reflek cahaya +/+.


: Bentuk simetris, tidak ada sekret dan serumen.
: Bentuk simetris, pernapasan cuping hidung tidak
ada, tampak darah yang mengering, kotoran

Mulut

hidung.
: Bentuk simetris, mukosa bibir lembab, gusi tidak
mudah berdarah, pembengkakan tidak ada, anemis

5.
6.

Lidah

tidak ada.
: Bentuk simetris, tidak anemis, tremor (-), kotor (-),

Pharing
Tonsil
Vena jugularis

warna lidah merah muda.


: Hiperemis (-), edema (-), abses (-)
: Warna merah muda, pembesaran (-)
: Pulsasi tidak tampak, tekanan tidak meningkat,

Leher
Toraks
Inspeksi
a. Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
b. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

pembesaran kelenjar leher (-), massa (-).


: Kuduk kaku tidak ada, tidak tortikolis
:
: Bentuk simetris, gerak napas simetris, retraksi (-).
: Bentuk simetris, inspirasi dan ekspirasi tidak
memanjang, frekuensi 22 kali/menit.
: Fremitus vokal simetris
: Sonor
: suara napas vesikuler, suara tambahan tidak ada.
: Vousseure cardiaque, pulsasi dan iktus tidak
terlihat.
: Thrill tidak ditemukan.
: Batas kanan : ICS II - VI LPS kanan
Batas kiri

7.

Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi

: ICS II - V LMK kiri

Batas atas : ICS II LPS kanan


: S1 dan S2 tunggal, tidak ada takikardia
: Bentuk simetris, dinding perut lebih tinggi dari
dinding dada.
: Supel, nyeri tekan (-), defend muscular (-), hati
tidak teraba, lien tidak teraba, massa (-), nyeri ulu

Perkusi

hati (+)
: timpani (+), shifting dullness (-)

8.

Auskultasi
Ekstremitas
Atas

: Bising usus positif normal


: Akral hangat, gerak aktif, edema (-/-), parese (-/-),
sianosis (-/-), tampak bintik-bintik di lipatan

Bawah

tangan.
: Akral hangat, gerak aktif, edema (-/-), parese (-/-),

Tonus otot
Refleks

sianosis (-/-)
: Normal
: Fisiologis : biceps (+/+), triceps (+/+), patella
(+/+), achilles (+/+)
Patologis : banimsky (-), chaddok (-),
oppenheim (-)
Rangsang

meningeal : kaku

kuduk (-),

Brudzinsky (-), kernig (-).


2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.4.1. Pemeriksaan Laboratorium
16-09-15

17-09-15

18-09-15

19-09-15

13,7

13,2

12,8

12,5

11,6

4.0 10.5

11,7

13,2

12,6

5.5

5,2

l)

3.50 5.20

4,76

4,52

4,38

4,32

3,92

Eritrosit ( juta /u l)

29 43

39,1

37,3

36,0

35,7

32,5

Hematokrit (%)

150 450

75000

72000

67000

66.000

86000

Trombosit(ribu/u l)

82,1

82,2

82,7

82,7

82,7

MCV (fl)

28,7

29,2

29

29,0

29,6

MCH (pg)

35

35,5

35,1

35,1

35,7

Jenis pemeriksaan
Hb (g/dl)
Leukosit

(ribu /u

Nilai
Normal
9.5 14.0

15-09-15

MCHC (g/dl

2.5 DAFTAR MASALAH


Daftar masalah yang terdapat pada pasien yaitu sebagai berikut :
Dengue Haemorragic Fever Grade II
2.6 TATALAKSANA
1. Non Medikamentosa
Tirah Baring

Banyak Minum
Observasi Vital Sign
Awasi Perdarahan
Periksa laboratorium DLO tiap 6-12 jam
2. Medikamentosa
IVFD RL guyur 1 kolf selanjutnya Maintenance
IVFD RL 30 tpm + drip Neurobat 1amp/hr
Inf. Paracetamol 1 flash/ 8 jam
Inj. Cefotaxim 1 gr iv / 12 jam
Inj. Ranitidine 50 mg iv/ 12 jam
Inj. Ondancentron 4 mg iv/ 8 jam
PO : syr Sucralfat 3 x II cth
2.7 PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Follow up
Tgl/DPH S
16/9/2015 Demam
DPH I

(+),

O
(+),mual KU: Baik

muntah

makan

A
DHF

(-), Ks: Compos mentis

sedikit- Vital sign

sedikit,

nafsu

makan

kurang,

II

P
grade IVFD RL 30 tpm +
drip

Neurobat

1amp/hr

TD : 90/70

Inf. Paracetamol 1

Suhu: 38,0 C

flash/ 8 jam

lidah terasa pahit,

Nadi : 82x/menit

Inj. Cefotaxim 1 gr

nyeri ulu hati (+),

RR: 20x/menit

iv / 12 jam

BAB(-), BAK (+),

Kepala: CA (-/-),

perdarahan gusi (-), mukosa

bibir

Inj. Ranitidine 50
mg iv/ 12 jam

perdarahan hidung lembab.

Inj. Ondancentron

(-).

4 mg iv/ 8 jam

Thx: BJ I-II reguler,

murmur (-),Bisig (-)

PO : syr Sucralfat

Vesikuler +/+, rh-/-,

3 x II cth

wh -/Abdomen:

supel,

peristaltik

14x/

menit, Timpani, NT
di

ulu

hati.

Ekstremitas: Akral
hangat, CRF < 2
detik.
17/9/2015 Demam(+),mual(+)
DPH II

KU: Baik

DHF

, muntah(-),makan Ks: Compos mentis


sedikit-sedikit,

Vital sign

II

grade IVFD RL 30 tpm +


drip

Neurobat

1amp/hr

nafsu makan sudah

TD: 100/70

Inf. Paracetamol 1

mulai

ada,

Suhu: 37,8,0 C

flash/ 8 jam

terasa

pahit

Nadi : 84x/menit

Inj. Cefotaxim 1 gr

RR: 20x/menit

iv / 12 jam

lidah
(-),

nyeri ulu hati (+)

berkurang, BAB(+), Kepala:CA(-/-),

Inj. Ranitidine 50

BAK (+)

mg iv/ 12 jam

mukosa

bibir

lembab.
Thx:BJI-II reguler,

PO : syr Sucralfat

murmur(-),Bising(-)

3 x II cth

Vesikuler +/+, rh-/-,


wh -/Abdomen:

supel,

peristaltik

14x/

menit, Timpani, NT
di

ulu

hati.

Ekstremitas: Akral
hangat, CRF < 2

detik..

18/9/2015 Panas (-),BAB (+), KU: Baik

DHF Grade IVFD RL 30 tpm +

DPH III

II

mual(-),muntah(-),

Ks: Compos mentis

drip

Neurobat

minum baik. Intake Vital sign

1amp/hr

baik, nyeri ulu hati

TD: 100/70

Inf. Paracetamol 1

(-)

Suhu: 36,8 0 C

flash (k/p)

Nadi : 84x/menit

Inj. Cefotaxim 1 gr

RR: 20x/menit

iv / 12 jam

Kepala:CA(-/-),

Inj. Ranitidine 50

mukosa

mg iv/ 12 jam

bibir

lembab.
Thx:BJI-II reguler,

PO : syr Sucralfat

murmur(-),Bising(-)

3 x II cth

Vesikuler +/+, rh-/-,


wh -/Abdomen:

supel,

peristaltik

14x/

menit, Timpani, NT
di

ulu

hati

(-).

Ekstremitas: Akral
hangat, CRF < 2
detik..
19/9/2015 Panas (-),BAB (+), KU: Baik

DHF Grade IVFD RL 30 tpm +

DPH IV

II

mual(-),muntah(-),

Ks: Compos mentis

drip

Neurobat

minum baik. Intake Vital sign

1amp/hr

baik, nyeri ulu hati

TD: 110/80

Inf. Paracetamol 1

(-).

Suhu: 36,8 0 C

flash (k/p)

Nadi : 80x/menit

Inj. Cefotaxim 1 gr

RR: 20x/menit

iv / 12 jam

Kepala:CA(-/-),

Inj. Ranitidine 50

mukosa

mg iv/ 12 jam

bibir

lembab.

(k/p)

Thx:BJI-II reguler,
murmur(-),Bising(-)

PO : syr Sucralfat

Vesikuler +/+, rh-/-,

3 x II cth

wh -/Abdomen:

supel,

peristaltik

14x/

BLPL

menit, Timpani, NT
di

ulu

hati

(-).

Ekstremitas: Akral
hangat, CRF < 2
detik..
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Dengue Hemorrhagic Fever


Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit
demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung
polanya berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi
perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang dapat menimbulkan
kematian1.
Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF), dan Syndrom Shock Dengue (SSD). Infeksi dengue
di jumpai sepanjang tahun dan meningkat pada musim hujan. Demam berdarah
dengue merupakan penyakit infeksi yang masih menimbulkan masalah
kesehatan. Hal ini masih disebabkan oleh karena tingginya angka morbiditas dan
mortalitas1
3.2 Etiologi

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropod-borne viruses)
artinya virus yang di tularkan melalui gigitan arthropoda misalnya nyamuk
aedes aegypti (betina). Arthropoda akan menjadi sumber infeksi selama hidupnya
sehingga selain menjadi vektor virus dia juga menjadi hospes reservoir virus
tersebut yang paling bertindak menjadi vektor adalah nyamuk1
3.3 Patogenesis
Fenomena patologis utama yang menentukan berat penyakit DHF adalah
meningkatnya

permeabilitas

dinding

pembuluh

mengakibatkan terjadinya perembesan atau

darah

(kapiler),

yang

kebocoran plasma, peningkatan

permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang


otomatis jumlah trombosit berkurang (trombositopenia), terjadinya hipotensi
(tekanan darah

rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, plasma

merembes selama perjalanan penyakit mulai dari permulaan masa demam dan
mencapai puncaknya pada masa terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit > 20 %) bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit menimbulkan dugaan
bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler
melalui kapiler yang rusak2.
3.4 Gejala Klinis
Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus Dengue juga
merupakan suatu self limiting infectious disease yang akan berakhir sekitar 2-7
hari. Infeksi virus Dengue pada manusia mengakibatkan suatu spektrum
manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit yang paling ringan, dengue
fever, dengue hemmorrhagic fever dan dengue shock syndrom2.
Demam
Demam mendadak disertai dengan gejala klinis yang tidak spesifik
seperti anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang sendi dan kepala.
Pada umumnya gejala klinik ini tidak mengkhawatirkan. Demam
berlangsung antara 2-7 hari kemudian turun secara lysis.
Perdarahan
Umumnya muncul pada hari kedua sampai ketiga demam bentuk
perdarahan dapat berupa uji rumple leed positif, petechiae, purpura,

10

echimosis, epistasis, perdarahan gusi dan yang paling parah adalah


melena.
Hepatomegali
Hati pada umumnya dapat diraba pada pemulaan demam, kadang kadang
juga di temukan nyeri, tetapi biasanya disertai ikterus.
Shock
Shock biasanya terjadi pada saat demam menurun yaitu hari ketiga dan
ketujuh sakit. Shock yang terjadi dalam

periode demam

biasanya

mempunyai prognosa buruk. Penderita DHF memperlihatkan kegagalan


peredaran darah dimulai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin
pada ujung hidung, jari dan kaki, sianosis sekitar mulut dan akhirnya
shock.
Trombositopenia
Trombositopenia adalah berkurangnya jumlah trombosit, apabila
dibawah 150.000/mm3 biasanya di temukan di antara hari ketiga sampai
ketujuh sakit.
Kenaikan Nilai Hematokrit
Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator yang peka terhadap
terjadinya shock sehingga perlu di lakukan pemeriksaan secara periodik.
Gejala Klinik Lain
Gejala Klinik Lain yang dapat menyertai penderita adalah epigastrium,
muntah-muntah, diare dan kejang-kejang 1
3.5 Derajat Dengue Hemorrhagic Fever

11

3.6 Pemeriksaan Penunjang


3.6.1

Laboratorium
Setiap penderita dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan

lengkap darah, sangat penting karena pemeriksaan ini berfungsi untuk mengikuti
perkembangan dan diagnosa penyakit.
Adapun pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan uji Tourniquet/Rumple leed
Untuk menguji ketahanan kapiler darah pada penderita DHF. Uji rumpel
leed merupakan salah satu pemeriksaan penyaring untuk mendeteksi
kelainan sistem vaskuler dan trombosit. Dinyatakan positif jika terdapat
lebih dari 10 ptechiae dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian
depan termasuk lipatan siku1.

12

Prinsip : Bila dinding kapiler rusak maka dengan pembendungan akan


tampak sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit yang
di sebut Ptechiae4.
2. Pemeriksaan darah perifer, yaitu hemoglobin, leukosit, hitung jenis,
hematokrit, dan trombosit.
Antigen NS1 dapat dideteksi pada hari ke-1 setelah demam dan akan
menurun sehingga tidak terdeteksi setelah hari sakit ke-5-6. Deteksi
antigen virus ini dapat digunakan untuk diagnosis awal menentukan
adanya infeksi dengue, namun tidak dapat membedakan penyakit
DD/DBD .
3. Uji serologi IgM dan IgG anti dengue

Antibodi IgM anti dengue dapat dideteksi pada hari sakit ke-5
sakit, mencapai puncaknya pada hari sakit ke 10-14, dan akan
menurun/ menghilang pada akhir minggu keempat sakit.

Antibodi IgG anti dengue pada infeksi primer dapat terdeteksi


pada hari sakit ke-14. dan menghilang setelah 6 bulan sampai
4 tahun. Sedangkan pada infeksi sekunder IgG anti dengue
akan terdeteksi pada hari sakit ke-2.

Rasio IgM/IgG digunakan untuk membedakan infeksi primer


dari infeksi sekunder. Apabila rasio IgM:IgG >1,2 menunjukkan
infeksi primer namun apabila IgM:IgG rasio <1,2 menunjukkan
infeksi sekunder.

3.6.2

Pemeriksaan radiologis

13

Pemeriksaan foto dada dalam posisi right lateral decubitus dilakukan atas
indikasi,
Distres pernafasan/ sesak
Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat
kelainan radiologis terjadi apabila pada perembesan plasma telah
mencapai 20%-40%
Kelainan radiologi yang dapat terjadi: dilatasi pembuluh darah paru
terutama daerah hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radioopak
dibandingkan yang kiri, kubah diafragma kanan lebih tinggi daripada
kanan, dan efusi pleura
Pada pemeriksaan ultrasonografi dijumpai efusi pleura, kelainan
dinding vesika felea, dan dinding buli-buli.
Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan, dan untuk
menilai edema paru karena overload pemberian cairan.
3.7 Tatalaksana
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan
cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat
perdarahan, tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi memerlukan perawatan
intensif. Diagnosis dini dan edukasi untuk segera dirawat merupakan hal penting
untuk mengurangi waktu kematian2.

14

.
3.8 Prognosis
Dengan diagnosis dini dan pemberian cairan, kematian karena DBD dapat
dicegah, namun kekambuhan DBD lebih ditekankan pada pemberantasan dengan
upaya preventif dengan penyemprotan massal sebelum musim penularan penyakit di
kelurahan yang endemis DBD, melakukan pembinaan pemberantasan sarang
nyamuk, melakukan penanggulangan fokus rumah pasien dan sekitar tempat
tinggalnya guna mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB) dan mengadakan
penyuluhan pada berbagai media2.

.
DAFTAR PUSTAKA

15

1. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis dan Faktor Resiko.


Available
at:
www.ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/aspirator/article/download/295
1/2136. Accessed November 21, 2015.
2. Soedarmo S, Gama H, Hadinegoro SS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis Edisi Kedua: Bab 15. Ikatan Dokter Anak Indonesia: Jakarta.
2002.
3. Pearce EC. Anatomi dan Fisiologi Paramedis. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta. 2002
4. Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik.
2007.

Dian Rakyat: Jakarta.

5. World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive


Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic
Fever. India: WHO; 2011.p.1-67.

16

Anda mungkin juga menyukai