PENDAHULUAN
Demam Dengue merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh
virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, dan ditularkan melalui
perantara
nyamuk
BAB 2
KASUS
2.1 Identitas
Nama
: Tn. Markutup
Usia
: 47 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Alamat
: Ds. Sungsum
Pekerjaan
: Swasta
Tanggal masuk
: 15 September 2015
No RM
: 025108
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara langsung kepada pasien saat masuk di Bangsal
RSUD Balangan.
2.2.1
Keluhan Utama :
Pasien mengeluh demam terus menerus sejak 2 hari SMRS
2.2.2
minum obat-obatan tertentu (sakit kepala, panas badan) dalam waktu lama
tidak ada. Riwayat berpergian (+)
2.2.3
2.2.4
2.2.5
Riwayat Psikososial
Pasien tinggal bersama dengan istri dan kedua anaknya. Jumlah
anggota keluarga keseluruhan 4 orang. Cahaya matahari langsung masuk ke
dalam rumah. Sumber air minum dari PDAM.
2.2.6
Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan merokok
Keadaan Umum
2.
Status Gizi
2.
3.
: 21,8 (Normal)
Tanda Vital
Status Gizi
: TD
: Baik
: 90/70 mmHg
Kulit
Nadi
: 100 kali/menit
suhu
: 38,3 oC
Respirasi
: 22 kali/menit
berat badan
: 56 kg
: Kulit berwarna kuning langsat, tidak terdapat
adanya sianosis dan hemangioma, turgor baik,
kelembaban cukup, tidak pucat/anemis. Tampak
4.
Kepala/leher
Rambut
Kepala
Mata
Mulut
hidung.
: Bentuk simetris, mukosa bibir lembab, gusi tidak
mudah berdarah, pembengkakan tidak ada, anemis
5.
6.
Lidah
tidak ada.
: Bentuk simetris, tidak anemis, tremor (-), kotor (-),
Pharing
Tonsil
Vena jugularis
Leher
Toraks
Inspeksi
a. Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
b. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
7.
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
hati (+)
: timpani (+), shifting dullness (-)
8.
Auskultasi
Ekstremitas
Atas
Bawah
tangan.
: Akral hangat, gerak aktif, edema (-/-), parese (-/-),
Tonus otot
Refleks
sianosis (-/-)
: Normal
: Fisiologis : biceps (+/+), triceps (+/+), patella
(+/+), achilles (+/+)
Patologis : banimsky (-), chaddok (-),
oppenheim (-)
Rangsang
meningeal : kaku
kuduk (-),
17-09-15
18-09-15
19-09-15
13,7
13,2
12,8
12,5
11,6
4.0 10.5
11,7
13,2
12,6
5.5
5,2
l)
3.50 5.20
4,76
4,52
4,38
4,32
3,92
Eritrosit ( juta /u l)
29 43
39,1
37,3
36,0
35,7
32,5
Hematokrit (%)
150 450
75000
72000
67000
66.000
86000
Trombosit(ribu/u l)
82,1
82,2
82,7
82,7
82,7
MCV (fl)
28,7
29,2
29
29,0
29,6
MCH (pg)
35
35,5
35,1
35,1
35,7
Jenis pemeriksaan
Hb (g/dl)
Leukosit
(ribu /u
Nilai
Normal
9.5 14.0
15-09-15
MCHC (g/dl
Banyak Minum
Observasi Vital Sign
Awasi Perdarahan
Periksa laboratorium DLO tiap 6-12 jam
2. Medikamentosa
IVFD RL guyur 1 kolf selanjutnya Maintenance
IVFD RL 30 tpm + drip Neurobat 1amp/hr
Inf. Paracetamol 1 flash/ 8 jam
Inj. Cefotaxim 1 gr iv / 12 jam
Inj. Ranitidine 50 mg iv/ 12 jam
Inj. Ondancentron 4 mg iv/ 8 jam
PO : syr Sucralfat 3 x II cth
2.7 PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Follow up
Tgl/DPH S
16/9/2015 Demam
DPH I
(+),
O
(+),mual KU: Baik
muntah
makan
A
DHF
sedikit,
nafsu
makan
kurang,
II
P
grade IVFD RL 30 tpm +
drip
Neurobat
1amp/hr
TD : 90/70
Inf. Paracetamol 1
Suhu: 38,0 C
flash/ 8 jam
Nadi : 82x/menit
Inj. Cefotaxim 1 gr
RR: 20x/menit
iv / 12 jam
Kepala: CA (-/-),
bibir
Inj. Ranitidine 50
mg iv/ 12 jam
Inj. Ondancentron
(-).
4 mg iv/ 8 jam
PO : syr Sucralfat
3 x II cth
wh -/Abdomen:
supel,
peristaltik
14x/
menit, Timpani, NT
di
ulu
hati.
Ekstremitas: Akral
hangat, CRF < 2
detik.
17/9/2015 Demam(+),mual(+)
DPH II
KU: Baik
DHF
Vital sign
II
Neurobat
1amp/hr
TD: 100/70
Inf. Paracetamol 1
mulai
ada,
Suhu: 37,8,0 C
flash/ 8 jam
terasa
pahit
Nadi : 84x/menit
Inj. Cefotaxim 1 gr
RR: 20x/menit
iv / 12 jam
lidah
(-),
Inj. Ranitidine 50
BAK (+)
mg iv/ 12 jam
mukosa
bibir
lembab.
Thx:BJI-II reguler,
PO : syr Sucralfat
murmur(-),Bising(-)
3 x II cth
supel,
peristaltik
14x/
menit, Timpani, NT
di
ulu
hati.
Ekstremitas: Akral
hangat, CRF < 2
detik..
DPH III
II
mual(-),muntah(-),
drip
Neurobat
1amp/hr
TD: 100/70
Inf. Paracetamol 1
(-)
Suhu: 36,8 0 C
flash (k/p)
Nadi : 84x/menit
Inj. Cefotaxim 1 gr
RR: 20x/menit
iv / 12 jam
Kepala:CA(-/-),
Inj. Ranitidine 50
mukosa
mg iv/ 12 jam
bibir
lembab.
Thx:BJI-II reguler,
PO : syr Sucralfat
murmur(-),Bising(-)
3 x II cth
supel,
peristaltik
14x/
menit, Timpani, NT
di
ulu
hati
(-).
Ekstremitas: Akral
hangat, CRF < 2
detik..
19/9/2015 Panas (-),BAB (+), KU: Baik
DPH IV
II
mual(-),muntah(-),
drip
Neurobat
1amp/hr
TD: 110/80
Inf. Paracetamol 1
(-).
Suhu: 36,8 0 C
flash (k/p)
Nadi : 80x/menit
Inj. Cefotaxim 1 gr
RR: 20x/menit
iv / 12 jam
Kepala:CA(-/-),
Inj. Ranitidine 50
mukosa
mg iv/ 12 jam
bibir
lembab.
(k/p)
Thx:BJI-II reguler,
murmur(-),Bising(-)
PO : syr Sucralfat
3 x II cth
wh -/Abdomen:
supel,
peristaltik
14x/
BLPL
menit, Timpani, NT
di
ulu
hati
(-).
Ekstremitas: Akral
hangat, CRF < 2
detik..
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
permeabilitas
dinding
pembuluh
darah
(kapiler),
yang
merembes selama perjalanan penyakit mulai dari permulaan masa demam dan
mencapai puncaknya pada masa terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit > 20 %) bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit menimbulkan dugaan
bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler
melalui kapiler yang rusak2.
3.4 Gejala Klinis
Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus Dengue juga
merupakan suatu self limiting infectious disease yang akan berakhir sekitar 2-7
hari. Infeksi virus Dengue pada manusia mengakibatkan suatu spektrum
manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit yang paling ringan, dengue
fever, dengue hemmorrhagic fever dan dengue shock syndrom2.
Demam
Demam mendadak disertai dengan gejala klinis yang tidak spesifik
seperti anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang sendi dan kepala.
Pada umumnya gejala klinik ini tidak mengkhawatirkan. Demam
berlangsung antara 2-7 hari kemudian turun secara lysis.
Perdarahan
Umumnya muncul pada hari kedua sampai ketiga demam bentuk
perdarahan dapat berupa uji rumple leed positif, petechiae, purpura,
10
periode demam
biasanya
11
Laboratorium
Setiap penderita dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan
lengkap darah, sangat penting karena pemeriksaan ini berfungsi untuk mengikuti
perkembangan dan diagnosa penyakit.
Adapun pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan uji Tourniquet/Rumple leed
Untuk menguji ketahanan kapiler darah pada penderita DHF. Uji rumpel
leed merupakan salah satu pemeriksaan penyaring untuk mendeteksi
kelainan sistem vaskuler dan trombosit. Dinyatakan positif jika terdapat
lebih dari 10 ptechiae dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian
depan termasuk lipatan siku1.
12
Antibodi IgM anti dengue dapat dideteksi pada hari sakit ke-5
sakit, mencapai puncaknya pada hari sakit ke 10-14, dan akan
menurun/ menghilang pada akhir minggu keempat sakit.
3.6.2
Pemeriksaan radiologis
13
Pemeriksaan foto dada dalam posisi right lateral decubitus dilakukan atas
indikasi,
Distres pernafasan/ sesak
Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat
kelainan radiologis terjadi apabila pada perembesan plasma telah
mencapai 20%-40%
Kelainan radiologi yang dapat terjadi: dilatasi pembuluh darah paru
terutama daerah hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radioopak
dibandingkan yang kiri, kubah diafragma kanan lebih tinggi daripada
kanan, dan efusi pleura
Pada pemeriksaan ultrasonografi dijumpai efusi pleura, kelainan
dinding vesika felea, dan dinding buli-buli.
Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan, dan untuk
menilai edema paru karena overload pemberian cairan.
3.7 Tatalaksana
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan
cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat
perdarahan, tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi memerlukan perawatan
intensif. Diagnosis dini dan edukasi untuk segera dirawat merupakan hal penting
untuk mengurangi waktu kematian2.
14
.
3.8 Prognosis
Dengan diagnosis dini dan pemberian cairan, kematian karena DBD dapat
dicegah, namun kekambuhan DBD lebih ditekankan pada pemberantasan dengan
upaya preventif dengan penyemprotan massal sebelum musim penularan penyakit di
kelurahan yang endemis DBD, melakukan pembinaan pemberantasan sarang
nyamuk, melakukan penanggulangan fokus rumah pasien dan sekitar tempat
tinggalnya guna mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB) dan mengadakan
penyuluhan pada berbagai media2.
.
DAFTAR PUSTAKA
15
16