PENDAHULUAN
dini karies gigi sangat penting. Karies adalah penyebab utama kehilangan
gigi yang terlalu cepat (premature loss) gigi sulung (Fiereza, 2012).
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentil
dan sementum,yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragukan. Tandanya adalah adanya demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.
Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya
ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Walaupun demikian,
mengigit mungkinnya remineralisasi terjadi, pada stadium yang sangat dini
penyakit ini dapat dihentikan (Edwina, 2012).
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras, yaitu email, dentin, dan
sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat difermentasikan (Bakar, 2011).
Gigi karies, juga dikenal sebagai kerusakan gigi atau rongga, adalah infeksi,
biasanya berasal dari bakteri, yang menyebabkan demineralisasi jaringan keras
(enamel, dentil dan sementum) dan perusakan materi organik gigi dengan
produksi asam oleh hidrolisasi dari akumulasi sisa-sisa makanan pada
permukaan gigi. Jika demineralisasi melebihi air liur dan faktor remineralisasi
lain seperti kalsium dan pasta gigi fluoride, jaringan ini semakin rusak,
memproduksi gigi karies (gig berlubang, lubang pada gigi). Dua bakteri yang
paling umum bertanggun jawab untuk gigi berlubang adalah streptococcus
mutans dan lactobacillus. Jika dibiarkan tidak diobati, penyakit dapat
menyebabkan rasa sakit, kehilangan gigi dan infeksi.
Patut diketahui bahwa karies gigi terdapat terutama pada manusia dan
jarang pada hewan. Pada manusia yang hidup berkelompok secara primitif,
penyakit ini lebih sedikit dibandingkan dengan golongan yang lebih beradab.
Di Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang
sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma. Karies
merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak.
Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari lima puluh
tahun mengalami karies. Jumlah kasus karies menurun di berbagai negara
berkembang, karena adanya peningkatan kesadaran atas kesehatan gigi dan
tindakan pencegahan dengan terapi florida (Fiereza, 2012).
Pada usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensive karena pada
usia tersebut terjadi pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Anak
memasuki usia sekolah mempunyai resiko mengalami karies makin tinggi.
Banyaknya jajanan di sekolah, dengan jenis makanan dan minuman yang
manis, sehingga mengancam kesehatan gigi anak. Ibu perlu mengawasi pola
jajan anak di sekolah. Jika memungkinkan, anak tidak dibiasakan untuk jajan
di sekolah sama sekali. Misalnya dengan membawa bekal makanan sendiri
dari rumah yang ibu persiapan. Itu akan lebih baik daripada anak terlalu
sering mengkonsumsi jajanan anak di sekolah yang lebih rentan terhadap
masalah kebersihan dan kandungan gizinya. Kalaupun anak masih ingin jajan
di sekolah, lebih baik diarahkan untuk tidak memilih makanan yang manis.
Makanan manis dengan konsistensi lengket jauh lebih berbahaya, karena lebih
sulit dibersihkan dari permukaan gigi. Makanan yang lengket akan melekat
pada permukaan gigi dan terselip didalam celah-celah gigi sehingga
merupakan makanan yang paling merugikan kesehatan gigi. Kerugian ini
terjadi akibat proses metabolisme oleh bakteri yang berlangsung lama
sehingga menurunkan pH mulut untuk waktu lama (Ramadhan, 2010).
Menurut WHO diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di
seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies.
Menurut penelitian di negara-negara Eropa, Amerika dan Asia, termasuk
Indonesia, ternyata 80-95% dari anak-anak dibawah umur 18 tahun terserang
karies gigi.
Angka kerusakan gigi di Indonesia berdasarkan survey kesehatan yang
dilakukan Departemen Kesehatan RI pada 2001 menemukan sekitar 70 persen
penduduk Indonesia berusia 10 tahun ke atas mengalami kerusakan gigi. Pada
usia 12 tahun, jumlah kerusakan gigi mencapai 43,9 persen, usia 15 tahun
mencapai 37,4 persen, usia 18 tahun 51,1 persen, usia 35-44 mencapai 80,1
persen, dan usia 65 tahun ke atas mencapai 96,7 persen. Hal ini menunjukkkan
bahwa penyakit karies atau gigi berlubang masih menjadi masalah bagi penduduk
Indonesia, data ini tentu saja tidak bisa di anggap ringan. Hal ini karena
beberapa penyakit berbahaya seperti jantung, paru-paru, berat bayi lahir yang
rendah, kelahiran prematur, bisa di awali dari masalah kebersihan gigi dan
mulut (Ghofur, 2012).
Selanjutnya Hasil Surkesnas 1998 menyatakan bahwa 62,40% penduduk
merasa terganggu aktivitasnya selama 4 hari akibat dari karies gigi dan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi
yang bermanfaat bagi mahasiswa tetang faktor-faktor yang mempengaruhi
perawatan gigi dan pola makan anak usia sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan secara praktis bagi mahasiswa khususnya terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi perawatan gigi dan pola makan anak usia sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Abu. (2011). Kedokteran Gigi Klinis. Yokyakarta: CV Kita Jonior.
Fiereza, (2012). Menurut Data WHO. http://fiereza2.blogspot.com 20 Maret 2015.
Harun, Achmad, dkk. (2010). Karies dan Perwatan Pulpa pada Anak Secara
Komprehensif. Makassar: Bimer.