Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great imitator karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke), ginjal (gagal
ginjal), jantung, mata, kaki (gangren diabetik). Gejala DM dapat timbul perlahan
-lahan sehingga pasien tidak menyadari adanya perubahan pada dirinya seperti
minum menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air kecil lebih sering (poliuri) ,
makan lebih banyak (polifagi) ataupun berat badan menurun tanpa sebab yang
jelas.
DM sering disertai berbagai komplikasi jangka pendek maupun panjang.
Komplikasi tersebut menyebabkan meningkatnya angka morbiditas, mortalitas, dan
penurunan kualitas hidup. Jumlah penderita DM di dunia tahun 1995 sebanyak 135
juta jiwa dan tahun 2005 diestimasikan menjadi 300 juta jiwa. Kebanyakan kasus
baru tersebut adalah DM tipe 2, dengan peningkatan jumlah kasus 42%, di Negara
maju dan 170% di Negara sedang berkembang. Seiring dengan peningkatan jumlah
penderita DM, maka komplikasi yang terjadi juga semakin meningkat, satu
diantaranya adalah ulserasi yang mengenai tungkai bawah, dengan atau tanpa
infeksi dan menyebabkan kerusakan jaringan di bawahnya yang selanjutnya disebut
dengan kaki diabetes.
Ganggren diabetikum merupakan salah satu komplikasi menahun diabetes
mellitus (DM). Komplikasi menahun ini terutama berupa kelainan pembuluh darah
yaitu aterosklerosis yang mengenai pembuluh darah kecil dan kapiler atau
mikroangiopati , maupun pembuluh darah sedang dan besar atau makroangiopati
Meskipun ada kemajuan perkembangan obat-obat baru anti diabetikum oral
(OAD) tetapi DM tetap berlanjut kearah morbiditas yang serius. Infeksi merupakan
morbiditas yang paling sering. Disamping kejadian infeksi pada penderita DM
lebih sering, juga lebih berat dibandingkan penderita Non DM. Resiko amputasi

pada penderita ulkus diabetikum 15 kali lebih tinggi dibanding non DM. Rata-rata
85 % dari semua amputasi pada pasien DM oleh karena infeksi.
Oleh karena tingginya morbiditas dan mortalitas serta dampak ekonomi
daripada ulkus atau gangren diabetikum maka diperlukan pengetahuan akan faktor
resiko, aspek klinik gangren diabetikum serta penanganan yang tepat dengan
pendekatan team multidisiplin. Diperkirakan dengan cara demikian dapat
menurunkan angka amputasi sampai 85%.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, Diabetes Melitus
(DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya.1
Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes mellitus. Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti
penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya
kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit
pun berkurang.2
Gangren diabetikum adalah kematian jaringan yang disebabkan oleh
penyumbatan pembuluh darah (nekrosis iskemik), yang disebabkan oleh
mikroemboli aterotrombosis akibat adanya penyakit vaskular perifer oklusi yang
menyertai penderita diabetes. Gangren ini dapat diikuti oleh invasi bakteri sehingga
terjadi infeksi dan pembusukan, dan dapat terjadi di setiap bagian tubuh terutama di
bagian distal tungkai bawah. 3
2.2 Insidensi
Menurut The National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
Disease, diperkirakan 16 juta orang Amerika Serikat diketahui menderita diabetes,
dan jutaan diantaranya beresiko untuk menderita diabetes. Dari keseluruhan
penderita diabetes, 15% menderita ulkus di kaki, dan 12-14% dari yang menderita
ulkus di kaki memerlukan amputasi.

Separuh lebih amputasi non trauma merupakan akibat dari komplikasi ulkus
diabetes, dan disertai dengan tingginya angka mortalitas, reamputasi dan amputasi
kaki kontralateral. Bahkan setelah hasil perawatan penyembuhan luka bagus, angka
kekambuhan diperkirakan sekitar 66%, dan resiko amputasi meningkat sampai
12%.
Menurut Medicare, prevalensi diabetes sekitar 10% dan 90% diantaranya
adalah penderita diabetes tipe II. Neuropati diabetik cenderung terjadi sekitar 10
tahun setelah menderita diabetes, sehingga kelainan kaki diabetik dan ulkus
diabetes dapat terjadi setelah waktu itu.4
2.3 Patogenesis
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penderita DM
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati ,
baik sensorik motorik ataupun otonom akam mengakibatkan berbagai perubahan
pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi
tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus.
Adanya kerentanan terhadap infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas.
Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya
pengelolaan kaki diabetes.2

Gambar 1. Patofisiologi terjadinya ulkus pada kaki diabetik


(Sumber : Boulton AJM.Diabetic Med.2000:3)

2.4 Gangren diabetikum


2.4.1 Faktor-faktor resiko gangren diabetik
Menurut Jarret dan Kein (1975), Levin dan ONeal (1997), WHO (1985),
Zimmet dan King (1985) yang dikutip dari Heyder (1992) kejadian gangren
diabetik pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat digolongkan
sebagai berikut :
a. Faktor Aterogen
Termasuk kolesterol frigliserida, hipertensi, aktivitas tubuh atau olah raga
dan kebiasaan merokok semaunya berperan dalam proses terbentuknya trombus.
b. Faktor DM
Antara lain lama menderita DM, kadar gula darah dan faktor pengendalian atau
kontrol DM, keadaan ini berpengaruh terhadap proses terjadinya angiopati.
c. Faktor Usia dan Jenis Kelamin
5

Faktor usia selalu dihubungkan dengan proses aterosklerosis sedangkan faktor


jenis kelamin tergantung pada ras dan letak geografis. Di Indonesia kebanyakan
peneliti melaporkan bahwa wanita lebih banyak dari pada pria.
d. Faktor Pencetus Berupa Trauma dan Infeksi
Trauma merupakan faktor pencetus paling sering dan paling berperan, tetapi
perannya harus dilandasi kelainan neuropati atau angiopati. Infeksi bukan
merupakan faktor primer pada kejadian gangren diabetik, tetapi lebih bertangggung
jawab terhadap perluasan gangren.

Gambar 2. Skema Patogenesis Gangren Diabetik.


( Diambil dari Heyder AF. Disertasi Doktor Universitas Gajah Mada. Yogyakarta , 1992 )

2.4.2 Klasifikasi kaki diabetes


Berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi dan derajat gangren ,maka
dibuat klasifikasi derajat lesi pada kaki diabetik menurut Wagner.
Tingkat

Karakteristik kaki
6

Derajat 0

Tidak didapatkan ulserasi pada penderita yang beresiko


tinggi

Derajat I

Ulkus superfisial terlokalisir

Derajat II

Ulkus dalam yang mengenai ligamen, otot , tetapi tanpa


disertai tulang atau pembentukan abses

Derajat III

Ulkus dalam dengan selulitis atau abses dengan osteomielitis

Derajat IV

Gangren jari kaki atau kaki bagian distal

Derajat V

Gangren seluruh kaki

Tabel 1. Klasifikasi Wagner untuk kaki diabetik6

Klasifikasi ini menggunakan matriks, dimana gradasi luka pada aksis


horisontal dan stadium luka pada aksis vertikal.
GRADE
0
S

II

III

Tidak ada luka

Luka
superfisial

Luka sampai
tendon, kapsul
sendi atau tulang

Luka dengan
abses, selulitis,
atau sepsis
sendi

Infeksi

Infeksi

Infeksi

Infeksi

Iskemik

Iskemi

Iskemik

Iskemik

Infeksi dan
iskemik

Infeksi dan
iskemik

Infeksi dan
iskemik

Infeksi dan
iskemik

T
A
G
E

Tabel 2. Klasifikasi Texas (University Of Texas Diabetic Wound Classification


System)5

2.5 Diagnosis
Aspek Klinis Gangren Diabetik
Kelainan-kelainan di kaki seperti adanya ulkus, infeksi dan gangren
merupakan pencetus pasien DM datang berobat ke rumah sakit, bahkan tidak
sedikit dari mereka membutuhkan amputasi di sekitar daerah kaki ataupun diatas
pergelangan kaki sebagai konsekuensi dari infeksi yang berat atau iskemia perifer.
Dengan demikian spektrum klinik dari suatu gangren diabetikum tidak hanya
terfokus pada suatu aspek klinis saja, tetapi perlu evaluasi beberapa aspek seperti :
8

a.
b.
c.
d.
e.

DM sebagai penyakit primer.


Neuropati sebagai faktor predisposisi.
Iskemia sebagai faktor predisposisi.
Infeksi dan trauma sebagai faktor pencetus
Ulkus atau gangren

a. Diabetes Melitus
Sampai saat ini telah disepakati secara internasional berdasarkan kriteria
WHO diagnosis DM berdasarkan kadar glukosa darah yaitu ;

Gambar 3. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus

b. Neuropati
Sebanyak 50 60 % penderita DM mengalami neuropati perifer, dan lebih dari
80% pada penderita dengan kelainan kaki. Dengan demikian terdapat hubungan
langsung antara neuropati dan kejadian ulkus dikaki. Neuropati memungkinkan
adanya tekanan berulang pada kaki tanpa disadari penderita, sampai akhirnya
menimbulkan ulkus. Deformitas struktural dan mobilitas sendi yang terbatas,
meningkatkan tekanan pada plantar dan sering kali menghasilkan pembentukan
callus. Jika callus menetap atau tekanan tidak dihilangkan oleh karena neuropati,
ulkus mungkin akan terjadi sehingga menetapkan titik mana yang kehilangan
sensasi merupakan hal yang penting. Dengan menggunakan Semmes Weinstein
Monofilament Wire atau biothesiometer neuropati dapat dideteksi. Bagian-bagian
kaki yang dites adalah :
9

Bagian plantar digiti I, III, V.

Bagian plantar kaput metatarsal I, III, V.

Bagian medial dan lateral dari pertengahan kaki bagian plantar.

Bagian plantar tumit.

c. Iskemia
Iskemia merupakan pertimbangan yang paling mendasar bagi ahli bedah
vaskuler bila berhadapan dengan penderita kaki diabetes. Terdapat tiga prinsip
dasar yang dipakai sebagai pertimbangan yaitu :
1. Semua ulkus diabetikum di kaki hendaknya dilakukan evaluasi terhadap
komponen iskemia.
2. Koreksi terhadap iskemia akan bisa memperbaiki penyembuhan ulkus.
3. Kapan saja bila memungkinkan, hendaknya direncanakan untuk membuat
normal kembali sirkulasi dan tekanan arteri didaerah iskemia, melalui
rekonstruksi arteri.
Mengidentifikasi adanya iskemia pada pasien kaki diabetik dapat lebih sulit
daripada yang diperkirakan karena diabetesnya sendiri menutupi iskemianya.
Keadaan-keadaan berikut dapat menyulitkan diantaranya :
1. Inaktifitas dan neuropati ;
Kedua kondisi tersebut dapat meniadakan keluhan-keluhan klaudikasio dan
nyeri istirahat.
2. A-V Shunting ;
Dapat membatasi timbulnya pucat dan dingin, kaki bisa saja terasa hangat
dan berwarna merah dengan capillary refill normal walaupun sebenarnya sudah
terjadi insufisiensi aliran darah.
Iskemia mencerminkan adanya kelainan atau gangguan daripada integritas
vaskular. Integritas vaskular adalah keutuhan pembuluh darah baik anatomi
maupun fungsinya. Integritas vaskular tampaknya memegang peranan penting
10

dalam kejadian dan meluasnya gangren diabetik. Dasar-dasar pemeriksaan


integritas vaskular adalah :
Anamnesis
1. Claudicatio Intermittens
Adalah rasa sakit yang khas yaitu dirasakan sakit waktu berjalan dan hilang
selama istirahat, namun bila berjalan lagi pada jarak tertentu yang umumnya tetap
maka sakit mulai timbul lagi dan keluhan ini berkurang atau hilang beberapa menit
setelah istirahat. Letak keluhan ini dapat memperkirakan kemungkinan letak
kelainan arteri.
2. Rest Pain
Bila penyumbatan arteri makin hebat, maka penderita akan mengeluh sakit
meskipun sedang dalam keadaan istirahat. Keluhan sakit dirasakan terutama
didaerah distal biasanya jari-jari dan kaki.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi

Atropi otot terutama dibawah lutut.


Tidak ada rambut atau pertumbuhannya terhambat.
Atropi kulit dan subkutis.
Kulit kasar.
Pertumbuhan kuku terganggu.
Bila kaki di elevasi lebih cepat pucat, bila direndahkan pengisian vena

lebih lambat.
Ulkus terutama didaerah tumit, kaput metatarsal I dan V, maleolus
lateralis.

2. Palpasi
Dilakukan pengukuran palpasi a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis
atau a. tibialis posterior. Pada palpasi, dinilai ada atau tidaknya denyut atau
pulsasi arteri perifir. Tidak terabanya pulsasi dapat diasumsikan bahwa ada
oklusi arteri.
Pengukuran Tekanan Darah
a. Ankle Pressure

11

Merupakan tekanan sistolik pada

a. dorsalis pedis atau a. tibialis

posterior. Caranya mudah dengan memakai manset, tetapi kurang peka.


Critical Limb Ischemia adalah bila rest pain yang menetap selama lebih dari
dua minggu dan atau ulkus atau gangren pada kaki atau jari disertai tekanan
sistolik kaki kurang dari 50 mmHg.
b. Ankle Brachial Index ( ABI )
Yaitu suatu perbandingan antara tekanan sistolik di kaki dan lengan
atas. Normalnya adalah tekanan darah di kaki lebih tinggi atau sama dengan
lengan atas (1 ). Index < 0,8 sudah menunjukan adanya insufisiensi atau
sumbatan arteri di kaki, makin rendah index makin berat sumbatannya. Index
< 0,5 menunjukkan iskemia berat. Tetapi ABI tidak dapat dipercaya, apabila
ada kalsifikasi dinding pembuluh darah, sehingga kelenturan dinding arteri
hilang dan akan menaikkan tekanan darah melebihi tekanan yang sebenarnya.
c. Toe Pressure ( Tekanan Darah Ibu Jari Kaki)
Dengan memakai manset kecil yang dipasang di ibu jari atau jari
lainnya bila ibu jari kaki teramputasi atau gangren, toe pressure lebih dapat
dipercaya karena arteri pada daerah ini kurang mengalami kalsifikasi.
d. Tekanan Segmental
Informasi hasil pengukuran tekanan sistolik beberapa tempat ditungkai
seperti paha atas, atas lutut, bawah lutut, dan pada sendi kaki dapat
memperkirakan lokasi sumbatan arteri. Pada pengukuran semua tingkat probe
dopler diletakkan diatas a. dorsalis pedis atau tibialis posterior, Normal
perbedaan tekanan antara dua tingkat tidak lebih dari 20 30 mm Hg, bila
lebih dari

30 mm Hg menunjukkan adanya sumbatan arteri diantara kedua

tingkat tersebut.

12

Pengukuran yang tidak mengandalkan kompresibilitas dinding arteri seperti


doppler pulse volume waveform atau transcutaneous oxygen toe pressure lebih
dapat dipercaya untuk menilai adanya sumbatan arteri.
Arteriografi
Merupakan prosedur diagnostik yang invasif dengan kemungkinan terjadi
komplikasi berupa perdarahan atau infeksi, tetapi menjadi Gold Standard pada
pemeriksaan vaskular karena akan memberikan informasi mengenai ada tidaknya
sumbatan, luas sumbatan, serta kolateral. Arteriografi dengan teknik pilihan Intra
Arterial Digital Subtraction Anteriografi (IADSA). Dengan teknik ini mampu
memvisualisasikan runoff distal lebih akurat dibandingkan teknik standar. Pasien
dengan gangguan fungsi ginjal dapat terjadi komplikasi Transient Contrast Medium
Induced Renal Failure resiko ini dapat dikurangi dengan hidrasi adeknat pre
arteriografi dan penberian osmotik diuretik.
Indikasi Arteriogarafi adalah :

Rest Pain.
Hasil pemeriksaan non invasif abnormal.
Ulkus dan infeksi yang sukar sembuh.
Gangren disebelah distal.
Terabanya pulsasi a. dorsalis pedis tergantung dari keadaan a. poplitae,
adanya kolateral, dan tingginya tekanan arteriola kaki, maka arteriografi
diajukan secara rutin pada gangren diabetikum ada atau tidak pulsasi a.

darsalis pedis.
Ada rencana melakukan revaskularisasi.

d. Infeksi
Infeksi kaki DM umumnya lebih berat dan lebih sulit diobati daripada non
DM karena :
1.Gangguan sirkulasi Mikrovaskuler
2.Neuropati
3.Perubahan anatomis
4.Penurunan imunitas

13

Diagnosa adanya infeksi pada ulkus DM berdasarkan kriteria klinik luka


dengan sekret purulen, dan atau 2 tanda-tanda lokal seperti febris, eritema,
limfangitis atau limfodenopati, edema, nyeri, functio laesa, disertai biakan
spesimen menunjukkan positif kuman. Seringkali pasien dengan infeksi berat
adalah afebril, leukosit darah normal, tanda-tanda lokal maupun sistemik minimal.
Tanda-tanda dan gejala sepsis terjadi lambat dan sering kali tidak ada, tetapi pasien
pada suatu waktu ada dalam kondisi buruk yang dapat mengancam jiwa maupun
kaki. Satu-satunya tanda yang ada adalah heperglikemia yang tidak bisa
diterangkan dan tidak terkontrol. Kurang dari sepertiga pasien menunjukan
peningkatan leukosit dan hanya 8% peningkatan suhu tubuh, oleh karena itu
kewaspadaan tetap diperlukan untuk kemungkinan timbulnya infeksi yang lebih
berat.
Infeksi digolongkan dalam :
1. Infeksi ringan atau non limb threatening infections;
Adalah infeksi superfisial, selulitis < 2 cm tanpa ada tanda-tanda
iskemia yang berat, toksisitas umum maupun mengenai tulang atau
sendi.
2. Infeksi berat atau limb threatening infections;
Adalah ulserasi dalam, dengan selulitis > 2 cm, disertai tanda-tanda
iskemia berat, toksitsitas sistemik dan telah mengenai tulang atau sendi.

e. Ulkus atau Gangren.


Pencatatan karakteristik ulkus atau gangren merupakan hal yang menentukan,
dan sangat penting untuk :

Menentukan strategi pengobatan


Monitoring efektitivitas pengobatan
Prediksi hasil pengobatan
Media komunikasi diantara pusat pelayanan kesehatan

Oleh karena itu setiap ulkus hendaknya digambar, diukur atau difoto serta
dicatat mengenai :

Lokasi Ulkus
14

Lokasi adalah penting didalam menilai penyebab ulkus tersebut;

Ulkus di plantar pedis, karena tekanan berulang dari kaput metatorsal

atau tulang sesamoid yang prominen.


Ulkus di medial, lateral dan regio digiti sebagai akibat tekanan sepatu.

Kedalaman dan karakteristik ulkus


Tepi jaringannya : granulasi, fibrotik, nekrotik.
Tepi luka : hiperkeratosis, maserasi.
Cairan yang keluar: purulen, serous.
Bau.
Sekitar luka : edema,eritema,selulitis, hangat, fluktuasi (Abses).
Kedalaman luka diukur dengan probe.

Menetapkan klasifikasi ulkus atau

derajat luas dan beratnya ulkus atau

gangren.3
2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Manajemen perawatan luka diabetik

a. Debridement
Nekrotik adalah perubahan morfologi yang diindikasi kan oleh adanya sel
mati yang disebabkan oleh degradasi enzim secara progresif, ini merupakan respon
yang normal dari tubuh terhadap jaringan yang rusak.
Jaringan nekrotik dapat dibedakan menjadi 2 bentuk :
a) Eschar yang berwarna hitam, keras, serta dehidrasi
Impermeable dan lengket pada permukaan luka.
b) Slough-basah, kuning, berupa cairan dan tidak lengket pada luka.
Jaringan nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan luka dengan
menyediakan tempat untuk pertumbuhan bakteri.untuk menolong penyembuhan
luka, tindakan debridement sangat dibutuhkan.
Debridemen yang baik adalah mengangkat semua benda asing dan jaringan
nekrotik yang terinfeksi maupun yang avaskuler sampai kejaringan yang sehat. Hal
ini sangat esensial untuk penyembuhan yang optimal. Debridemen akan
15

mengurangi kolonisasi bakteri didaerah luka, hal ini penting oleh karena protease
yang berasal dari bakteri dapat mengurangi dan menghambat faktor pertumbuhan
dan penyembuhan jaringan. Debridement juga memungkinkan visualisasi area
ulkus lebih baik, sehingga staging ulkus lebih akurat.3
Debridement dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti mekanikal,
surgical, enzimatik, autolysis, dan biochemical.
Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka cairan fisiolofis,
Ultrasonic laser, dan sebagainya, dalam rangka untuk membersihkan jaringan
nekrotik. Debridemen secara enzimatik dilakukan dengan pemberian enzim
eksogen secara topikal pada permukaan lesi. Enzim tersebut akan menghancurkan
residu-residu protein. Contohnya, kolagenasi akan melisikan kolagen dan elastin.
Beberapa jenis debridement yang sering dipakai adalah papin, DNAse dan
fibrinolisin. Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila seseorang terkena
luka. Proses ini melibatkan makrofag dan enzim proteolitik endogen yang secara
alami akan melisiskan jaringan nekrotik. Secara sintetis preparat hidrogel dan
hydrocolloid dapat menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit
tubuh dan bertindak sebagai agent yang melisiskan jaringan nekrotik serta memacu
proses granulasi. Belatung (Lucilla serricata) yang disterilkan sering digunakan
untuk

debridemen

biologi.

Belatung

menghasilkan

enzim

yang

dapat

menghancurkan jaringan nekrotik. Debridemen bedah merupakan jenis debridemen


yang paling cepat dan efisien.
Cara yang paling efektif dalam membuat dasar luka yang baik adalah
dengan metode autolysis debridement. Autolysis debridement adalah suatu cara
peluruhan jaringan nekrotik yang dilakukan oleh tubuh sendiri dengan syarat utama
lingkungan luka harus dalam keadaan lembab. Pada keadaan lembab, proteolytic
enzim secara selektif akan melepas jaringan nekrosis dari tubuh. Pada keadaan
melunak jaringan nekrosis akan mudah lepas dengan sendirinya ataupun dibantu
dengan surgical atau mechanical debridement.
Tindakan debridement lain yang biasa digunakan adalah dengan cara
biomechanical menggunakan magots atau larva. Larva akan dengan sendirinya
secara selektif memakan jaringan nekrosis sehingga dasar luka menjadi merah.

16

Off-loading
Off-loading

adalah

eliminisasi

titik-titik

tekanan

abnormal

agar

penyembuhan cepat dan mencegah rekurensi. Memindahkan tekanan pada ulkus


dengan cara mengistirahatkan dan elevasi kaki hendaknya dimulai sesegera
mungkin. Idealnya pasien tidak menumpu berat badannya dengan menggunakan
kruk, walker, kursi roda. Bila tetap menumpu berat badan, maka alas kaki harus
diganti sandal atau sepatu khusus. Pada saat dimana terdapat tulang-tulang
prominen seperti kaput metatarsal, tulang sesamoid, bunion, hammertoe,
diperlukan intervensi bedah lebih awal untuk mengoreksi deformitas.3
Dressing
Memilih balutan merupakan suatu kebutuhan suatu keputusan yang harus
dilakukan untuk memperbaiki kerusakan jaringan integument. Berhasil tidaknya
luka membaik, tergantung pada kemampuan perawat dalam memilih balutan yang
tepat, efektif dan efisien.
Tujuan Memilih Dressing

Balutan dapat mengontrol kejadian infeksi serta melindungi luka dari


trauma dan invasi bakteri

Mampu mempertahankan kelembaban

Mempercepat proses penyembuhan luka

Absorbsi cairan luka

Nyaman digunakan, steril dan Cost Effective.

Teknik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan metode moist
wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Luka akan menjadi
cepat sembuh apabila eksudat dapat dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan
lembab, luka tidak lengket dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan
permeable terhadap gas. Tindakan dressing merupakan salah satu komponen
penting dalam mempercepat penyembuhan lesi.

17

Prinsip dressing adalah bagaimana menciptakan suasana dalam keadaan


lembab sehingga dapat meminimalisasi trauma dan risiko operasi. Berikut ini akan
dikenalkan beberapa jenis bahan

topical terapi yang dapat digunakan untuk

penatalaksanaan perawatan luka diabetic, diantaranya adalah calcium alginate,


hydrokoloid, hydroaktif gel, metcovazin, gamgee, polyurethane foam, silver
dressing. 7
Calcium Alginate
Berasal dari rumput laut, dapat berubah menjadi gel jika bercampur dengan
luka. Berupa jenis balutan yang dapat menyerap jumlah cairan luka yang
berlebihan. Dan keunggulannya adalah kemampuannya menstimulasi proses
pembekuan darah jika terjadi perdarahan minorserta barier terjadi kontaminasi oleh
psedomonas.

Hydrokoloid
Jenis topikal terapi yang berfungsi untuk mempertahankanluka dalam
keadaan lembab, melindungi luka dari trauma, dan menghindari dari resiko infeksi,
mampumenyerap eksudat minimal. Baik digunakan pada luka yang berwarna
merah, abses tau luka yang terinfeksi. Bentuknya adaberupa lembaran tipis serta
pasta. Keunggulannya adalah berbentuk lembaran, tidak memerlukan balutan lain
diatasnya sebagai penutup, cukup ditempel dan ganti jika sudah bocor.

18

Hydroaktif gel
Jenis topikal terapi yang mampu melakukan peluruhan jaringan nekrotik
oleh tubuh sendiri. Banyak mengandung air, akan membuat suasana luka yang
kering karena jaringan nekrosis menjadi lembab. Air yang berbentuk gel akan
masuk ke sela-sela jaringan yang mati dan kemudian akan menggembung jaringan
nekrosis seperti lebam mayat yang kemudian akan memisahkan antara jaringan
yang sehat dan jaringan mati. Pada keadaan lunak inilah biasanya akan lebih
mudah melakukan surgical debridemen atau biarkan tubuh sendiri yang
melakukannya.

Polyurethane Foam
Jenis balutan dengan daya serap yang tinggi, sehingga sering digunakan
pada keadaan luka yang cukup banyak mengeluarkan eksudat/cairan tang
berlebihan dan pada dasar luka yang berwarna merajh sajka. Kemampuannya
menampung cairan dapat memperpanjang waktu penggantian balutan. Selain itu
balutan ini juga tidak memerlukan balutan tambahan, langsung dapat ditempel pada
luka, dan membuat dasar luka menjadi rata, terutama pada hypergranulasi
19

Gamgee, balutan anti mikrobial dan pengikat bakteri


Gamgee adalah jenis topikal terapi berupa tumpukan bahan balutan yang
tebal dengan daya serap cukup tinggi dan diklaim jika bercampur dengan cairan
luka dapat mengikat bakteri.palingh sering digunakan sebagain balutan tambahan
setelah balutan utama yang menempel pada luka. Beberapa balutan pada jenis ini
ada yang mengandung antimikrobial dan hydrophobic atau mengikat bakteri.

Metcovazin
Jenis topical terapi dengan paten wocare klinik. Sangat mudah digunakan
karena hanya tinggal mengoles saja. Bentuk salep, berwarna putih dan kemasan.
Berfungsi untuk support autolisis debridement (meluruhkan jaringan nekrosis atau
mempersiapkan dasar luka berwarna merah) menghindari trauma saat membuka
balutan, mengurangi bau tidak sedap, mempertahankan suasana lembab dan suport

20

granulasi. Keunggulannya dapat digunakan untuk semua warna dasar luka dan
mempersiapkan dasar luka menjadi sehat.

Silver dressing
Kondisi infeksi yang ssulit ditangani, luka mengalami fase statis, dasar luka
menebal seperti membentuk agar-agar atau yang dikenal dengan biofilm,
penggunaan silver dressing merupakan pilihan paling tepat. Pada keadaan ini luka
mengalami sakit yang berat, eksudat dapat menjadi purulen dan mengeluarkan bau
yang tidak sedap. Dressing ini digunakan dalam jumlah pemakaian 4 x ganti
balutan dimana silver menempel pada luka sekurangnya 5-7 hari saja. dengan
daya.7

Penanganan

Infeksi (Antibiotika)

Adapun prinsip-prinsip penggunaan antibiotik pada kaki diabetik :

Pilihlah antibiotik yang paling potent terhadap bakteri - bakteri ditempat

yang dicurigai sebagai lokasi (site infeksi).


Harus diketahui potensi antibiotik yang kita pilih terhadap bakteri-bakteri
tertentu. Antibiotik yang mempunyai potensi baik, memungkinkan
pemberian dosis yang kecil khususnya pada infeksi yang ringan - sedang.
21

Spektrum antibiotik. Pada infeksi yang dalam dan mengancam jiwa


biasanya penyebabnya polymicrobial. Sehingga gunakan antibiotik yang
melawan aerob gram positif, aerob gram negatif, dan anaerob. Pada ulkus
diabetika ringan/sedang antibiotika yang diberikan difokuskan pada patogen
Gram positif. Pada ulkus terinfeksi yang berat (limb or life threatening
infection) kuman lebih bersifat polimikrobial (mencakup bakteri Gram
positif berbentuk coccus, Gram negatif berbentuk batang, dan bakteri
anaerob). Antibiotika harus bersifat broad spectrum dan diberikan secara
injeksi.
Pada infeksi berat yang bersifat limb threatening infection dapat diberikan

beberapa alternatif antibiotika seperti:

ampicillin/sulbactam,
ticarcillin/clavulanate,
piperacillin/
tazobactam,
Cefotaxime
atau ceftazidime + clindamycin, fluoroquinolone + clindamycin.
Sementara pada infeksi berat yang bersifat life threatening infection dapat

diberikan beberapa alternatif antibiotika seperti berikut:

ampicillin/sulbactam +
aztreonam,
piperacillin/tazobactam +vancomycin,
vancomycin+metronbidazole+ceftazidime, imipenem/cilastatin
atau fluoroquinolone +vancomycin + metronidazole.
Pada infeksi berat pemberian antibiotika diberikan selama 2 minggu atau

lebih. Bila ulkus disertai osteomielitis penyembuhannya menjadi lebih lama dan
sering kambuh. Maka pengobatan osteomielitis di samping pemberian antibiotika
juga harus dilakukan reseksi bedah. Antibiotika diberikan secara empiris, melalui
parenteral selama beberapa minggu dan kemudian dievaluasi kembali melalui

22

fotopolos radiologi. Apabila jaringan nekrotik tulang telah direseksi sampai bersih,
pemberian antibiotika dapat dipersingkat, biasanya memerlukan waktu 2 minggu.8
Osteomielitis
Diagnosis dan penanganan osteomielitis yang tidak adekuat, meningkatkan
risiko amputasi, kekambuhan, penggunaan antibiotika berkepanjangan dan masa
rawat yang lebih lama. Oleh karena itu diagnosis awal dan akurat sangat
diperlukan. Beberapa pedoman yang dianjurkan sebagai langkah-langkah diagnotik
dan terapi osteomielitis adalah :
1. Periksa secara teliti ukuran dan dalamnya ulkus, apakah tampak atau teraba
tulang bila perlu dengan melakukan probing ke tulang atau sendi. Probing
mempunyai nilai prediktive terhadap kejadian osteomielitis, ulkus yang
dalam dan teraba tulang 80% terjadi osteomielitis.
2. Melakukan pemeriksaan radiologi secara rutin pada foto polos, kelainan
tidak terlihat dalam periode 10

- 20 hari setelah infeksi. Beberapa

pemeriksaan lainya mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi


seperti :

99 m

TC Scanning, In labeled leukocyte scan, dan MRI.

3. Bila ada osteomielitis, diperlukan debridement yang agresif, semua tulang


yang terinfeksi, tulang yang tidak vital dan tulang yang menonjol sebagai
penyebab ulkus harus dibuang. Selanjutnya harus dibuat kultur dan tes
kepekaan kuman dari spesimen tulang tersebut. Kontroversi terjadi pada
osteomilitis, dimana tulang tersebut tidak tertutup jaringan dan tidak
nekrosis apakah dibuang atau dipertahankan. Bagi yang tidak membuang
pertimbangannya adalah sebagai upaya mempertahankan weight bearing
surpace, dan bila integritas vaskuler baik serta pemberian antibiotika 4 6
minggu, maka jaringan granulasi akan menutupi tulang dan memberikan
kesembuhan. Pendapat lain mengatakan bahwa dengan membuang tulang
yang terinfeksi akan mencegah kekambuhan, memperpendek masa
mempergunakan antibiotika serta masa rawat.
4.

Perawatan Luka.

23

Setiap melakukan perawatan luka harus diawali dengan debridemen yang


adekuat, setelah itu baru pembalutan luka atau dressing. Karena dressing
tidak dapat menggantikan kedudukan debridement. Tujuan yang ingin
dicapai dari pembalutan luka adalah memberikan suasana lingkungan yang
hangat, basah, dan bebas dari kontaminasi luar. 3
Teknik perawatan luka yang dianjurkan :

Diawali dengan debridement adekuat.

Setelah luka bersih kasa polos dibasahi dengan larutan garam fisiologis
atau saline atau antiseptik isotonik, dipakai sebagai pembalut. Beberapa
pembalut tertutup seperti hidrokoloid, alginat, hidropilik, film, bisa dipakai
tetapi tidak selalu cocok untuk berbagai situasi.

Pembalut diganti 2 hari sekali atau tergantung dari perkembangan luka.

Non Weight Bearing.

Elevasi tungkai atau dengan elastik stoking untuk mengurangi edema


karena edema merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perfusi
jaringan.

Hal-hal yang tidak dianjurkan:


1. Wet to dry dressing changes.
Karena dapat melepaskan jaringan granulasi yang baru tumbuh.
2. Whirlpool bath
Menyemprot luka dengan keras,dapat merusak jaringan dan
mempermudah penyebaran kuman.
3. Retentive Dressing.
Penggunaan film, hydrokoloid sebagai pembalut tertutup akan
memungkinkan bakteri berdiam dibwah balutan dan beresiko infeksi serius.
4. Memakai larutan hipertonis, larutan panas serta meredam luka karena
bisa merusak jaringan.

Penambahan tunjangan nutrisi terutama pasien-pasien kronis, geriatri dan


gangguan imunologi.
24

Bila ulkus telah sembuh, konsultasi ke ahli podiatrik atau ortotik untuk
modifikasi alas kaki yang sesuai.3

Surgical Management (Tindakan Pembedahan)


a. Koreksi Iskemia ( Revaskularisasi )
Pasien dengan iskemia perifer yang memiliki signifikan Cacat fungsional
harus menjalani bedah revaskularisasi jika manajemen medis yang gagal. Ini dapat
menurunkan amputasi risiko pada pasien dengan iskemik DFUs. Brem et al.
menganjurkan awal revaskularisasi setelah pengendalian infeksi di kasus iskemik
DFUs. Prosedur yang termasuk terbuka (bypass grafting atau Endarterektomi) atau
Endovaskuler teknik (angioplasty dengan atautanpa stent) Metode tradisional
pengobatan untuk iskemik tungkai bedah bypass. Autologous vena (lebih disukai)
atau sintetis cangkokan dapat digunakan. Peroneal dan dorsalis pedis bypass telah
digunakan dan telah diterima tingkat penyelamatan ekstremitas. Berkaitan dengan
angioplasti, hasil yang baik dalam persyaratan pos rendah prosedur amputasi
tingkat (5,2%) telah dilaporkan dengan menggunakan balon angioplasti dari
infrapopliteal arteri. Namun Cochrane review oleh Berridge et al. menemukan no
perbedaan dalam penyelamatan atau kematian pada satu tahun antara awal operasi
dan adakalanya thrombolysis awal. Para penulis menyimpulkan bahwa risiko yang
lebih tinggi komplikasi yang berhubungan dengan adakalanya thrombolysis harus
seimbang terhadap risiko bedah dalam setiap kasus.5

b. Wound Closure (Skin Graft)


Penutupan luka mencoba sekali ulkus bersih dengan jaringan sehat
granulasi. Penutupan primer muka kecil luka; hilangnya jaringan dapat ditutupi
dengan bantuan cangkok kulit, flap atau tersedia secara komersial kulit pengganti.
Split-ketebalan kulit cangkokan yang lebih disukai daripada cangkokan ketebalan
penuh. Dalam satu studi, fenitoin topikal aplikasi sebelum autografting
dipromosikan pembentukan jaringan granulasi dan ditemukan untuk meningkatkan
penyerapan korupsi dalam DFUs besar. Yamaguchi et Al. digunakan metode
25

gabungan memperlakukan DFUs oleh gesekan terkena tulang sampai berdarah dan
menutupinya dengan epidermal lembar yang diperoleh dari hisap lepuh pasien.
Penulis menyatakan tingkat keberhasilan 100% dengan teknik ini. Studi lain yang
membandingkan pencangkokan kulit dan standar berpakaian dalam pengelolaan
DFUs menemukan hasil yang lebih baik dalam Grup cangkok kulit penurunan
waktu penyembuhan dan panjang Hospital menginap. DFUs dengan terkena
tendon, ligamen atau tulang memerlukan cakupan dengan lipatan otot. Flaps dapat
berupa setempat (untuk luka kecil) atau freeflaps (untuk area besar). Latissimus
dorsi, gracilis atau rektus abdominis yang umumnya digunakan flaps gratis.
Keterbatasan flaps standar termasuk donor situs morbiditas, kesulitan dalam
membentuk flaps dan gangguan alas kaki.5

c. Amputasi
Amputasi umumnya digunakan sebagai pengobatan terakhir Resort ketika
langkah-langkah lain gagal. Namun, mereka dapat juga dilakukan sebelumnya
untuk memungkinkan sebelumnya kembali ke pekerjaan atau lebih fungsional
status. Untuk Misalnya, amputasi lebih disukai atas terapi antibiotik yang
berkepanjangan di Kasus infeksi kaki (kecuali jari). Penderita DM account untuk
sekitar 40-60% dari semua amputasi ekstremitas bawah dan sebagian besar hasil
dari kerusakan ulkus kaki Schaper et Al. menyebutkan bahwa pasien dengan
diabetes yang memiliki infeksi kaki sekitar 50 kali lebih mungkin untuk dirawat di
rumah sakit dan 150 kali lebih mungkin untuk menjalani amputasi ekstremitas
lebih rendah daripada mereka tanpa kaki infeksi. Menentukan tingkat amputasi
memerlukan pengorbanan antara vaskularisasi dan panjang ekstremitas. Sebagai

26

prinsip umum, penting untuk menyimpan panjang ekstremitas sebanyak mungkin.


Pemeriksaan klinis, ABI dan pengukuran transcutaneous oksigen (sebelum dan
sesudahmenghirup oksigen) dapat digunakan untuk menentukan tingkat amputasi,
tetapi oksigen ini transcutaneous pengukuran lebih disukai. The umumnya
dilakukan amputasi untuk DFUs iskemik meliputi toe, Ray, transmetatarsal,
tarsometatarsal (Lisfranc), midtarsal (Chopart), hindfoot dan pergelangan kaki
(Pirogoff, Boyd, Syme) dan tibialis trans. Dua-tahap teknik Syme amputasi telah
dijelaskan untuk mengurangi risiko infeksi dan penyembuhan luka dengan itu
dilaporkan pada pasien dengan diabetes Namun Pinzur et al. dalam uji kontrol acak
ditemukan singlestage Amputasi Syme efektif sebagai dua-tahap amputasi.
Pasca amputasi, kain kasa dibasahi sederhana dressing lebih disukai.
Depresi dan kecemasan yang sakit psikiatri umum di diamputasidan keputusan
untuk mengamputasi ekstremitas pasien harus dilakukan dalam konsultasi dengan
pasien dan komprehensif konseling. Exostectomies, arthrodesis dan amputasi
dilakukan untuk mengelola komplikasi seperti CN. Indikasi untuk operasi di CN
gagal Manajemen konservatif dengan kelainan sendi ketidakstabilan, infeksi dan
berulang ulserasi osteomielitis biasanya merespon terhadap antibiotik tanpa perlu
untuk operasi. Namun, jika diperlukan dapat tulang yang terinfeksi resected jika
tidak mempengaruhi arsitektur kaki.5
a. Kriteria terapi konservatif
Klinis :

Pulsasi arteri tungkai dan pedis teraba


Nutirisi kulit cukup
Tidak ada deformitas
Nekrosis atau jaringan infeksi dapat dikendalikan

Radiologis : tidak ada tanda-tanda osteomielitis


b.Kriteria amputasi lokal atau trans-metatarsal
Klinis :
27

Gangrene pada jari kaki atau meluas hanya ke distal kaki penderita
Nutrisi kulit cukup
Infeksi dapat dikendalikan
Pulsasi arteri poplitea dapat teraba

Radiologis : ada tanda-tanda osteomielitis


c. Kriteria amputasi bawah lutut
Klinis :

Gangrene dan edema pada kaki, menyebar sampai ke angkle


Infeksi tidak dapat dikendalikan
Pulsasi poplitea tidak teraba

Radiologi : ada tanda-tanda osteomielitis


d.Kriteria amputasi atas lutut
Klinis :

Gangrene menyebar ke atas pergelangan kaki sampai sepertiga tungkai


Infeksi tidak dapat dikendalikan
Nutrisi kulit buruk
Pulsasi poplitea tidak teraba

Radiologi : sirkulasi buruk, ada tanda-tanda osteomielitis, perubahan neuropati


pada sendi subtalar dan midtalar.
Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyembuhan luka.Adanya anemia dan hipoalbuminenia akan sangat berpengaruh
dalam proses penyembuhan. Perlu untuk monitor kadar Hb dan albumin darah
minimal satu minggu sekali. Usahakan Hb di atas 12 gr / dl dan albumin darah >
3,5 gr / dl. Besi, vitamin B12, asam folat membantu sel darah merah membawa
oksigen ke jaringan. Besi juga merupakan suatukofaktor dakam sintesis kolagen,
28

sedangkan vitamin C dan Zinc penting untuk perbaikan jaringan. Zinc juga
berperan dalam respon imun.
2.6.2 Pengelolaan Kaki Diabetik menurut klasifikasi Wagner
Wagner derajat I
Pada lokasi di tempat-tempat bertekanan tinggi, dilakukan pemeriksaan
identifikasi faktor risiko. Pengelolaan dapat berupa :

Menghilangkan tekanan
Pengangkatan kalus
Mengatasi gangguan vascular yang terjadi
Melakukan pemeriksaan kultur jaringan apabila telah terjadi infeksi,

memulai pemberian antibiotika serta melakukan x-ray foto.


Pengukuran ulkus setiap kali penggantian balutan.

Wagner derajat II & III


Pada stadium ini sudah terbentuk ulkus profunda, di mana proses yang
terjadi akibat dari ulkus superficial yang terus dipaksakan untuk mendapatkan
tekanan akibat gangguan berjalan seorang penderita neuropati. Hal ini
menimbulkan proses perusakan jaringan terus berlanjut, menyebabkan tendon otot
yang mendasarinya ikut terkena dan pada akhirnya terjadi osteomielitis.
Pemeriksaan yang dilakukan pada tahap ini adalah x-ray foto, kemudian menangani
sepsis dan debridement agresif. Tendon di bagian dalamnya harus tetap dijaga agar
tidak kering.
Wagner derajat IV
Pada umumnya ditemukan pada ujung jari-jari kaki dan tumit. Dalam
inspeksi dapat ditemukan gangrene akibat insufisensi arteri, dapat pula ditemukan
infeksi yang potensial menyebabkan vaskulitis. Pemeriksaan vascular merupakan
keharusan untuk pasien dalam stadium ini, kemudian dilakukan perawatan lanjutan
dengan perhatian utama terhadap kaki yang masih baik.
29

Wagner derajat V
Tampak nekrosis/gangrene kaki luas akibat kegagalan atau sumbatan arteri.
Pengelolaan yang dilakukan adalah amputasi primer dengan tindakan rekonstruksi.
2.6.3 Konsep Baru Dalam perawatan Luka.
Pada kasus-kasus dimana dengan terapi standar, memberikan respon yang jelek,
ulkus menjadi kronik dan tidak sembuh sembuh, maka dapat dipertimbangkan
jenis terapi berikut :
a. Oksigen Hiperbarik.
Hasil penelitian terakhir memperlihatkan bahwa infeksi, hipovolemia dan
hipoksia merupakan faktor penting yang menggamhambat penyembuhan luka.
Hipoksia (rendahnya tekanan parsial oksigen jaringan) menyebabkan kurang
efesiennya

produksi zat-zat yang digunakan untuk regenerasi jaringan,

menghambat fagositosis dan terjadi proliferasi bakteri terutama anaerob. Dengan


terapi oksigen hiperbarik akan terjadi hiperoksia, selanjutnya akan merangsang
neovaskularisasi, aktifasi fagositosis, migrasi fibrosit untuk disposisi kolagen
sehingga terjadi akselerasi kontraksi dan penutupan luka secara sekunder.
Walaupun memberikan perbaikan klinis, masih diperlukan penelitian lebih lanjut
untuk mempertegas indikasi yang spesifik.

Konsep baru patofisiologis

penyembuhan luka ini juga sering dipakai dalam pengembangan obat baru yang
dapat mencegah Hipoksia dengan pemberian zat pembawa oksigen. Telah disintesis
senyawa kombinasi oksigen klorida yang nontoksik dalam bentuk obat generik
tetrachlorodecaoxide (TCDO) dengan nama dagang Oxoferin.
b. Bioengineered tissue.
Suatu material pengganti skin graft yang dibuat dari pembiakan fibroblas
yang diambil dari kulit ari bayi dan teranyam pada polygalactic acid mesh.
c. Aplikasi Tekanan Negatif (VAC Vaccum Assisted Closure)

30

Perawatan luka bertekanan negatif ( negative pressure wound therapy,


NPWT) atau vaccum assited closure (VAC) merupakan metode baru perawatan
luka yang sulit sembuh yaitu dengan membantu penyembuhan luka secara sekunder
lebih cepat, dengan mekanisme kerjanya yaitu
Menghilangkan edema dan eksudat
Meningkatkan angiogenesis
Mengurangi kolonisasi bakteri
Meningkatkan proliferasi seluler sehingga merangsang pembentukan
jaringan granulasi untuk menutup luka.
NPWT terdiri atas spons yang diletakkan di atas luka disambungkan dengan
tabung evakuasi, ditutup dengan film (dressing semi oklusif), selang penghubung
tabung evakuasi dengan pompa isap, penampung cairan dan debris serta
menometer.
Indikasi penggunaan NPWT antara lain luka kronik, seperti ulkus
diabetikum, ulkus varikosa, atau ulkus dekubitus, diatas skin graft atau skin
subtitute dan luka traumatik atau luka pembedahan yang lain. Kontraindikasinya
yakni luka pada keganasan.
d. Growth Factor
Growth Factor (GF) merangsang kemotaksis, mitogenesis, angiogenesis,
dan sintesis kolagen dan matriks ekstraseluler contoh GF adalah becaplermin
( Regranex) suatu rekombinan DNA yang mengandung kuman platelet derived
growth factor dalam bentuk jelly.
2.7 Prognosis
Menurut penelitian pada penderita kaki diabetik yang telah dilakukan
amputasi transtibial, dalam kurun waktu 2 tahun terdapat 36% penderita meninggal.
Prognosis penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia karena
semakin tua usia penderita diabetes mellitus semakin mudah untuk mendapatkan
masalah yang serius pada kaki dan tungkainya, lamanya menderita diabetes
mellitus, adanya infeksi yang berat, derajat kualitas sirkulasi, dan keterampilan dari
tenaga medis atau paramedis. 7

31

BAB III
KESIMPULAN

1. Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan


komplikasi kronik diabetes mellitus. Dengan manifestasi berupa dermopati,
selulitis, ulkus, osteomielitis dan gangren.
2. Faktor utama yang memegang peranan dalam patogenesis kaki diabetik
adalah adanya angiopati atau iskemi dan neuropati.
3. Menurut Wagner kaki diabetik diklasifikasikan menjadi 5 derajat.
4. Pencegahan kaki diabetes tidak terlepas dari pengendalian (pengontrolan)
penyakit secara umum mencakup pengendalian kadar gula darah, status
gizi, tekanan darah, kadar kolesterol, pola hidup sehat.
5. Prinsip terapi bedah pada kaki diabetik adalah mengeluarkan semua
jaringan nekrotik untuk maskud eliminasi infeksi sehingga luka dapat
sembuh. Terdiri dari tindakan bedah kecil seperti insisi dan penaliran abses,
debridemen dan nekrotomi. Tindakan bedah dilakukan berdasarkan indikasi
yang tepat

32

DAFTAR PUSTAKA

1. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2011. Konsensus Pengelolaan dan


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
2. Harbuwono, D.S., 2009. Kaki Diabetes. In:Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi,
I., Simadibrata, M., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V
.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, 1961-1966.
3. Yasa, Ketut Putu. 2004. Gangren Diabetikum. Divisi Bedah TorakKardiovaskular Lab/SMF Bedah FK UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar.
4. Hariani,Lynda, dkk. 2009. Perawatan Ulkus Diabetes. SMF Bedah Plastik
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSD dr. Soetomo Surabaya.
5. Singh, Simerji. 2013. Diabetic FootUlcer- Diagnosis and Management.
Departement of Orthopaedic, Melaka Manipal Medical College, Jalan Batu
Hampar, Bukit Baru, Melaka, Malaysia.
6. Munter, Christian. 2012. Diabetic Foot Ulcers-Prevention and Treatment, based
from International Concessus on the Diabetic Foot 2011.
7. Gitarja, Widasari Sri. 2008. Perawatan luka diabetes. Bogor : Wocare Indonesia
8. Waspadji S , Kaki Diabetik,Kaitannya Dengan Neuropati Diabetik
dalam

Makalah

Kaki

Diabetik

Patogenesis

dan

Penatalaksanaan,Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2000:


E1-16.

33

Anda mungkin juga menyukai