PENDAHULUAN
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great imitator karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke), ginjal (gagal
ginjal), jantung, mata, kaki (gangren diabetik). Gejala DM dapat timbul perlahan
-lahan sehingga pasien tidak menyadari adanya perubahan pada dirinya seperti
minum menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air kecil lebih sering (poliuri) ,
makan lebih banyak (polifagi) ataupun berat badan menurun tanpa sebab yang
jelas.
DM sering disertai berbagai komplikasi jangka pendek maupun panjang.
Komplikasi tersebut menyebabkan meningkatnya angka morbiditas, mortalitas, dan
penurunan kualitas hidup. Jumlah penderita DM di dunia tahun 1995 sebanyak 135
juta jiwa dan tahun 2005 diestimasikan menjadi 300 juta jiwa. Kebanyakan kasus
baru tersebut adalah DM tipe 2, dengan peningkatan jumlah kasus 42%, di Negara
maju dan 170% di Negara sedang berkembang. Seiring dengan peningkatan jumlah
penderita DM, maka komplikasi yang terjadi juga semakin meningkat, satu
diantaranya adalah ulserasi yang mengenai tungkai bawah, dengan atau tanpa
infeksi dan menyebabkan kerusakan jaringan di bawahnya yang selanjutnya disebut
dengan kaki diabetes.
Ganggren diabetikum merupakan salah satu komplikasi menahun diabetes
mellitus (DM). Komplikasi menahun ini terutama berupa kelainan pembuluh darah
yaitu aterosklerosis yang mengenai pembuluh darah kecil dan kapiler atau
mikroangiopati , maupun pembuluh darah sedang dan besar atau makroangiopati
Meskipun ada kemajuan perkembangan obat-obat baru anti diabetikum oral
(OAD) tetapi DM tetap berlanjut kearah morbiditas yang serius. Infeksi merupakan
morbiditas yang paling sering. Disamping kejadian infeksi pada penderita DM
lebih sering, juga lebih berat dibandingkan penderita Non DM. Resiko amputasi
pada penderita ulkus diabetikum 15 kali lebih tinggi dibanding non DM. Rata-rata
85 % dari semua amputasi pada pasien DM oleh karena infeksi.
Oleh karena tingginya morbiditas dan mortalitas serta dampak ekonomi
daripada ulkus atau gangren diabetikum maka diperlukan pengetahuan akan faktor
resiko, aspek klinik gangren diabetikum serta penanganan yang tepat dengan
pendekatan team multidisiplin. Diperkirakan dengan cara demikian dapat
menurunkan angka amputasi sampai 85%.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, Diabetes Melitus
(DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang
kedua-duanya.1
Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes mellitus. Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti
penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya
kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit
pun berkurang.2
Gangren diabetikum adalah kematian jaringan yang disebabkan oleh
penyumbatan pembuluh darah (nekrosis iskemik), yang disebabkan oleh
mikroemboli aterotrombosis akibat adanya penyakit vaskular perifer oklusi yang
menyertai penderita diabetes. Gangren ini dapat diikuti oleh invasi bakteri sehingga
terjadi infeksi dan pembusukan, dan dapat terjadi di setiap bagian tubuh terutama di
bagian distal tungkai bawah. 3
2.2 Insidensi
Menurut The National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
Disease, diperkirakan 16 juta orang Amerika Serikat diketahui menderita diabetes,
dan jutaan diantaranya beresiko untuk menderita diabetes. Dari keseluruhan
penderita diabetes, 15% menderita ulkus di kaki, dan 12-14% dari yang menderita
ulkus di kaki memerlukan amputasi.
Separuh lebih amputasi non trauma merupakan akibat dari komplikasi ulkus
diabetes, dan disertai dengan tingginya angka mortalitas, reamputasi dan amputasi
kaki kontralateral. Bahkan setelah hasil perawatan penyembuhan luka bagus, angka
kekambuhan diperkirakan sekitar 66%, dan resiko amputasi meningkat sampai
12%.
Menurut Medicare, prevalensi diabetes sekitar 10% dan 90% diantaranya
adalah penderita diabetes tipe II. Neuropati diabetik cenderung terjadi sekitar 10
tahun setelah menderita diabetes, sehingga kelainan kaki diabetik dan ulkus
diabetes dapat terjadi setelah waktu itu.4
2.3 Patogenesis
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penderita DM
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati ,
baik sensorik motorik ataupun otonom akam mengakibatkan berbagai perubahan
pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi
tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus.
Adanya kerentanan terhadap infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas.
Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya
pengelolaan kaki diabetes.2
Karakteristik kaki
6
Derajat 0
Derajat I
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
Derajat V
II
III
Luka
superfisial
Luka sampai
tendon, kapsul
sendi atau tulang
Luka dengan
abses, selulitis,
atau sepsis
sendi
Infeksi
Infeksi
Infeksi
Infeksi
Iskemik
Iskemi
Iskemik
Iskemik
Infeksi dan
iskemik
Infeksi dan
iskemik
Infeksi dan
iskemik
Infeksi dan
iskemik
T
A
G
E
2.5 Diagnosis
Aspek Klinis Gangren Diabetik
Kelainan-kelainan di kaki seperti adanya ulkus, infeksi dan gangren
merupakan pencetus pasien DM datang berobat ke rumah sakit, bahkan tidak
sedikit dari mereka membutuhkan amputasi di sekitar daerah kaki ataupun diatas
pergelangan kaki sebagai konsekuensi dari infeksi yang berat atau iskemia perifer.
Dengan demikian spektrum klinik dari suatu gangren diabetikum tidak hanya
terfokus pada suatu aspek klinis saja, tetapi perlu evaluasi beberapa aspek seperti :
8
a.
b.
c.
d.
e.
a. Diabetes Melitus
Sampai saat ini telah disepakati secara internasional berdasarkan kriteria
WHO diagnosis DM berdasarkan kadar glukosa darah yaitu ;
b. Neuropati
Sebanyak 50 60 % penderita DM mengalami neuropati perifer, dan lebih dari
80% pada penderita dengan kelainan kaki. Dengan demikian terdapat hubungan
langsung antara neuropati dan kejadian ulkus dikaki. Neuropati memungkinkan
adanya tekanan berulang pada kaki tanpa disadari penderita, sampai akhirnya
menimbulkan ulkus. Deformitas struktural dan mobilitas sendi yang terbatas,
meningkatkan tekanan pada plantar dan sering kali menghasilkan pembentukan
callus. Jika callus menetap atau tekanan tidak dihilangkan oleh karena neuropati,
ulkus mungkin akan terjadi sehingga menetapkan titik mana yang kehilangan
sensasi merupakan hal yang penting. Dengan menggunakan Semmes Weinstein
Monofilament Wire atau biothesiometer neuropati dapat dideteksi. Bagian-bagian
kaki yang dites adalah :
9
c. Iskemia
Iskemia merupakan pertimbangan yang paling mendasar bagi ahli bedah
vaskuler bila berhadapan dengan penderita kaki diabetes. Terdapat tiga prinsip
dasar yang dipakai sebagai pertimbangan yaitu :
1. Semua ulkus diabetikum di kaki hendaknya dilakukan evaluasi terhadap
komponen iskemia.
2. Koreksi terhadap iskemia akan bisa memperbaiki penyembuhan ulkus.
3. Kapan saja bila memungkinkan, hendaknya direncanakan untuk membuat
normal kembali sirkulasi dan tekanan arteri didaerah iskemia, melalui
rekonstruksi arteri.
Mengidentifikasi adanya iskemia pada pasien kaki diabetik dapat lebih sulit
daripada yang diperkirakan karena diabetesnya sendiri menutupi iskemianya.
Keadaan-keadaan berikut dapat menyulitkan diantaranya :
1. Inaktifitas dan neuropati ;
Kedua kondisi tersebut dapat meniadakan keluhan-keluhan klaudikasio dan
nyeri istirahat.
2. A-V Shunting ;
Dapat membatasi timbulnya pucat dan dingin, kaki bisa saja terasa hangat
dan berwarna merah dengan capillary refill normal walaupun sebenarnya sudah
terjadi insufisiensi aliran darah.
Iskemia mencerminkan adanya kelainan atau gangguan daripada integritas
vaskular. Integritas vaskular adalah keutuhan pembuluh darah baik anatomi
maupun fungsinya. Integritas vaskular tampaknya memegang peranan penting
10
lebih lambat.
Ulkus terutama didaerah tumit, kaput metatarsal I dan V, maleolus
lateralis.
2. Palpasi
Dilakukan pengukuran palpasi a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis
atau a. tibialis posterior. Pada palpasi, dinilai ada atau tidaknya denyut atau
pulsasi arteri perifir. Tidak terabanya pulsasi dapat diasumsikan bahwa ada
oklusi arteri.
Pengukuran Tekanan Darah
a. Ankle Pressure
11
tingkat tersebut.
12
Rest Pain.
Hasil pemeriksaan non invasif abnormal.
Ulkus dan infeksi yang sukar sembuh.
Gangren disebelah distal.
Terabanya pulsasi a. dorsalis pedis tergantung dari keadaan a. poplitae,
adanya kolateral, dan tingginya tekanan arteriola kaki, maka arteriografi
diajukan secara rutin pada gangren diabetikum ada atau tidak pulsasi a.
darsalis pedis.
Ada rencana melakukan revaskularisasi.
d. Infeksi
Infeksi kaki DM umumnya lebih berat dan lebih sulit diobati daripada non
DM karena :
1.Gangguan sirkulasi Mikrovaskuler
2.Neuropati
3.Perubahan anatomis
4.Penurunan imunitas
13
Oleh karena itu setiap ulkus hendaknya digambar, diukur atau difoto serta
dicatat mengenai :
Lokasi Ulkus
14
gangren.3
2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Manajemen perawatan luka diabetik
a. Debridement
Nekrotik adalah perubahan morfologi yang diindikasi kan oleh adanya sel
mati yang disebabkan oleh degradasi enzim secara progresif, ini merupakan respon
yang normal dari tubuh terhadap jaringan yang rusak.
Jaringan nekrotik dapat dibedakan menjadi 2 bentuk :
a) Eschar yang berwarna hitam, keras, serta dehidrasi
Impermeable dan lengket pada permukaan luka.
b) Slough-basah, kuning, berupa cairan dan tidak lengket pada luka.
Jaringan nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan luka dengan
menyediakan tempat untuk pertumbuhan bakteri.untuk menolong penyembuhan
luka, tindakan debridement sangat dibutuhkan.
Debridemen yang baik adalah mengangkat semua benda asing dan jaringan
nekrotik yang terinfeksi maupun yang avaskuler sampai kejaringan yang sehat. Hal
ini sangat esensial untuk penyembuhan yang optimal. Debridemen akan
15
mengurangi kolonisasi bakteri didaerah luka, hal ini penting oleh karena protease
yang berasal dari bakteri dapat mengurangi dan menghambat faktor pertumbuhan
dan penyembuhan jaringan. Debridement juga memungkinkan visualisasi area
ulkus lebih baik, sehingga staging ulkus lebih akurat.3
Debridement dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti mekanikal,
surgical, enzimatik, autolysis, dan biochemical.
Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka cairan fisiolofis,
Ultrasonic laser, dan sebagainya, dalam rangka untuk membersihkan jaringan
nekrotik. Debridemen secara enzimatik dilakukan dengan pemberian enzim
eksogen secara topikal pada permukaan lesi. Enzim tersebut akan menghancurkan
residu-residu protein. Contohnya, kolagenasi akan melisikan kolagen dan elastin.
Beberapa jenis debridement yang sering dipakai adalah papin, DNAse dan
fibrinolisin. Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila seseorang terkena
luka. Proses ini melibatkan makrofag dan enzim proteolitik endogen yang secara
alami akan melisiskan jaringan nekrotik. Secara sintetis preparat hidrogel dan
hydrocolloid dapat menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit
tubuh dan bertindak sebagai agent yang melisiskan jaringan nekrotik serta memacu
proses granulasi. Belatung (Lucilla serricata) yang disterilkan sering digunakan
untuk
debridemen
biologi.
Belatung
menghasilkan
enzim
yang
dapat
16
Off-loading
Off-loading
adalah
eliminisasi
titik-titik
tekanan
abnormal
agar
Teknik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan metode moist
wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Luka akan menjadi
cepat sembuh apabila eksudat dapat dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan
lembab, luka tidak lengket dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan
permeable terhadap gas. Tindakan dressing merupakan salah satu komponen
penting dalam mempercepat penyembuhan lesi.
17
Hydrokoloid
Jenis topikal terapi yang berfungsi untuk mempertahankanluka dalam
keadaan lembab, melindungi luka dari trauma, dan menghindari dari resiko infeksi,
mampumenyerap eksudat minimal. Baik digunakan pada luka yang berwarna
merah, abses tau luka yang terinfeksi. Bentuknya adaberupa lembaran tipis serta
pasta. Keunggulannya adalah berbentuk lembaran, tidak memerlukan balutan lain
diatasnya sebagai penutup, cukup ditempel dan ganti jika sudah bocor.
18
Hydroaktif gel
Jenis topikal terapi yang mampu melakukan peluruhan jaringan nekrotik
oleh tubuh sendiri. Banyak mengandung air, akan membuat suasana luka yang
kering karena jaringan nekrosis menjadi lembab. Air yang berbentuk gel akan
masuk ke sela-sela jaringan yang mati dan kemudian akan menggembung jaringan
nekrosis seperti lebam mayat yang kemudian akan memisahkan antara jaringan
yang sehat dan jaringan mati. Pada keadaan lunak inilah biasanya akan lebih
mudah melakukan surgical debridemen atau biarkan tubuh sendiri yang
melakukannya.
Polyurethane Foam
Jenis balutan dengan daya serap yang tinggi, sehingga sering digunakan
pada keadaan luka yang cukup banyak mengeluarkan eksudat/cairan tang
berlebihan dan pada dasar luka yang berwarna merajh sajka. Kemampuannya
menampung cairan dapat memperpanjang waktu penggantian balutan. Selain itu
balutan ini juga tidak memerlukan balutan tambahan, langsung dapat ditempel pada
luka, dan membuat dasar luka menjadi rata, terutama pada hypergranulasi
19
Metcovazin
Jenis topical terapi dengan paten wocare klinik. Sangat mudah digunakan
karena hanya tinggal mengoles saja. Bentuk salep, berwarna putih dan kemasan.
Berfungsi untuk support autolisis debridement (meluruhkan jaringan nekrosis atau
mempersiapkan dasar luka berwarna merah) menghindari trauma saat membuka
balutan, mengurangi bau tidak sedap, mempertahankan suasana lembab dan suport
20
granulasi. Keunggulannya dapat digunakan untuk semua warna dasar luka dan
mempersiapkan dasar luka menjadi sehat.
Silver dressing
Kondisi infeksi yang ssulit ditangani, luka mengalami fase statis, dasar luka
menebal seperti membentuk agar-agar atau yang dikenal dengan biofilm,
penggunaan silver dressing merupakan pilihan paling tepat. Pada keadaan ini luka
mengalami sakit yang berat, eksudat dapat menjadi purulen dan mengeluarkan bau
yang tidak sedap. Dressing ini digunakan dalam jumlah pemakaian 4 x ganti
balutan dimana silver menempel pada luka sekurangnya 5-7 hari saja. dengan
daya.7
Penanganan
Infeksi (Antibiotika)
ampicillin/sulbactam,
ticarcillin/clavulanate,
piperacillin/
tazobactam,
Cefotaxime
atau ceftazidime + clindamycin, fluoroquinolone + clindamycin.
Sementara pada infeksi berat yang bersifat life threatening infection dapat
ampicillin/sulbactam +
aztreonam,
piperacillin/tazobactam +vancomycin,
vancomycin+metronbidazole+ceftazidime, imipenem/cilastatin
atau fluoroquinolone +vancomycin + metronidazole.
Pada infeksi berat pemberian antibiotika diberikan selama 2 minggu atau
lebih. Bila ulkus disertai osteomielitis penyembuhannya menjadi lebih lama dan
sering kambuh. Maka pengobatan osteomielitis di samping pemberian antibiotika
juga harus dilakukan reseksi bedah. Antibiotika diberikan secara empiris, melalui
parenteral selama beberapa minggu dan kemudian dievaluasi kembali melalui
22
fotopolos radiologi. Apabila jaringan nekrotik tulang telah direseksi sampai bersih,
pemberian antibiotika dapat dipersingkat, biasanya memerlukan waktu 2 minggu.8
Osteomielitis
Diagnosis dan penanganan osteomielitis yang tidak adekuat, meningkatkan
risiko amputasi, kekambuhan, penggunaan antibiotika berkepanjangan dan masa
rawat yang lebih lama. Oleh karena itu diagnosis awal dan akurat sangat
diperlukan. Beberapa pedoman yang dianjurkan sebagai langkah-langkah diagnotik
dan terapi osteomielitis adalah :
1. Periksa secara teliti ukuran dan dalamnya ulkus, apakah tampak atau teraba
tulang bila perlu dengan melakukan probing ke tulang atau sendi. Probing
mempunyai nilai prediktive terhadap kejadian osteomielitis, ulkus yang
dalam dan teraba tulang 80% terjadi osteomielitis.
2. Melakukan pemeriksaan radiologi secara rutin pada foto polos, kelainan
tidak terlihat dalam periode 10
99 m
Perawatan Luka.
23
Setelah luka bersih kasa polos dibasahi dengan larutan garam fisiologis
atau saline atau antiseptik isotonik, dipakai sebagai pembalut. Beberapa
pembalut tertutup seperti hidrokoloid, alginat, hidropilik, film, bisa dipakai
tetapi tidak selalu cocok untuk berbagai situasi.
Bila ulkus telah sembuh, konsultasi ke ahli podiatrik atau ortotik untuk
modifikasi alas kaki yang sesuai.3
gabungan memperlakukan DFUs oleh gesekan terkena tulang sampai berdarah dan
menutupinya dengan epidermal lembar yang diperoleh dari hisap lepuh pasien.
Penulis menyatakan tingkat keberhasilan 100% dengan teknik ini. Studi lain yang
membandingkan pencangkokan kulit dan standar berpakaian dalam pengelolaan
DFUs menemukan hasil yang lebih baik dalam Grup cangkok kulit penurunan
waktu penyembuhan dan panjang Hospital menginap. DFUs dengan terkena
tendon, ligamen atau tulang memerlukan cakupan dengan lipatan otot. Flaps dapat
berupa setempat (untuk luka kecil) atau freeflaps (untuk area besar). Latissimus
dorsi, gracilis atau rektus abdominis yang umumnya digunakan flaps gratis.
Keterbatasan flaps standar termasuk donor situs morbiditas, kesulitan dalam
membentuk flaps dan gangguan alas kaki.5
c. Amputasi
Amputasi umumnya digunakan sebagai pengobatan terakhir Resort ketika
langkah-langkah lain gagal. Namun, mereka dapat juga dilakukan sebelumnya
untuk memungkinkan sebelumnya kembali ke pekerjaan atau lebih fungsional
status. Untuk Misalnya, amputasi lebih disukai atas terapi antibiotik yang
berkepanjangan di Kasus infeksi kaki (kecuali jari). Penderita DM account untuk
sekitar 40-60% dari semua amputasi ekstremitas bawah dan sebagian besar hasil
dari kerusakan ulkus kaki Schaper et Al. menyebutkan bahwa pasien dengan
diabetes yang memiliki infeksi kaki sekitar 50 kali lebih mungkin untuk dirawat di
rumah sakit dan 150 kali lebih mungkin untuk menjalani amputasi ekstremitas
lebih rendah daripada mereka tanpa kaki infeksi. Menentukan tingkat amputasi
memerlukan pengorbanan antara vaskularisasi dan panjang ekstremitas. Sebagai
26
Gangrene pada jari kaki atau meluas hanya ke distal kaki penderita
Nutrisi kulit cukup
Infeksi dapat dikendalikan
Pulsasi arteri poplitea dapat teraba
sedangkan vitamin C dan Zinc penting untuk perbaikan jaringan. Zinc juga
berperan dalam respon imun.
2.6.2 Pengelolaan Kaki Diabetik menurut klasifikasi Wagner
Wagner derajat I
Pada lokasi di tempat-tempat bertekanan tinggi, dilakukan pemeriksaan
identifikasi faktor risiko. Pengelolaan dapat berupa :
Menghilangkan tekanan
Pengangkatan kalus
Mengatasi gangguan vascular yang terjadi
Melakukan pemeriksaan kultur jaringan apabila telah terjadi infeksi,
Wagner derajat V
Tampak nekrosis/gangrene kaki luas akibat kegagalan atau sumbatan arteri.
Pengelolaan yang dilakukan adalah amputasi primer dengan tindakan rekonstruksi.
2.6.3 Konsep Baru Dalam perawatan Luka.
Pada kasus-kasus dimana dengan terapi standar, memberikan respon yang jelek,
ulkus menjadi kronik dan tidak sembuh sembuh, maka dapat dipertimbangkan
jenis terapi berikut :
a. Oksigen Hiperbarik.
Hasil penelitian terakhir memperlihatkan bahwa infeksi, hipovolemia dan
hipoksia merupakan faktor penting yang menggamhambat penyembuhan luka.
Hipoksia (rendahnya tekanan parsial oksigen jaringan) menyebabkan kurang
efesiennya
penyembuhan luka ini juga sering dipakai dalam pengembangan obat baru yang
dapat mencegah Hipoksia dengan pemberian zat pembawa oksigen. Telah disintesis
senyawa kombinasi oksigen klorida yang nontoksik dalam bentuk obat generik
tetrachlorodecaoxide (TCDO) dengan nama dagang Oxoferin.
b. Bioengineered tissue.
Suatu material pengganti skin graft yang dibuat dari pembiakan fibroblas
yang diambil dari kulit ari bayi dan teranyam pada polygalactic acid mesh.
c. Aplikasi Tekanan Negatif (VAC Vaccum Assisted Closure)
30
31
BAB III
KESIMPULAN
32
DAFTAR PUSTAKA
Makalah
Kaki
Diabetik
Patogenesis
dan
33