Pemakaian bahan tambahan pangan (BTP) di Indonesia diatur oleh Departemen Kesehatan.
Sementara, pengawasannya dilakukakan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan (Dirjen POM).
Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila :
Dimaksudakan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan
Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah
Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak
memenuhi persyaratan
Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan
Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis dibawah ambang batas yang
telah ditentukan. Jenis BTP ada 2 yaitu GRAS (Generally Recognized as Safe), zat ini aman dan
tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa). Sedangkan jenis lainnya yaitu ADI (Acceptable
Daily Intake), jenis ini selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) demi
menjaga/ melindungi kesehatan konsumen.
Di Indonesia telah disusun peraturan tentang Bahan Tambahan Pangan yang diizinkan
ditambahkan dan yang dilarang (disebut Bahan Tambahan Kimia) oleh Depertemen Kesehatan
diatur
dengan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1168/MenKes/Per/X/1999.
Menurut Depkes RI (2004) yang dikutip oleh Sari (2010), pada dasarnya pesyaratan bahan
tambahan pangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Harus telah mengalami pengujian dan evaluasi toksikologi
2. Harus tidak membahayakan kesehatan konsumen pada kadar yang diperlukan dalam
penggunaanya.
3. Harus selalu dipantau terus-menerus dan dilakukan evaluasi kembali jika perlu sesuai dengan
perkembangan teknologi dan hasil evaluasi toksikologi.
4. Harus selalu memenuhi persyaratan spesifikasi dan kemurnian yang telah ditetapkan.
5. Harus dibatasi penggunaannya hanya untuk tujuan tertentu dan hanya jika maksud penggunaan
tersebut tidak dapat dicapai dengan cara lain secara ekonomis dan teknis.
6. Sedapat mungkin penggunaannya dibatasi agar makanan tertentu dengan maksud tertentu dan
kondisi tertentu serta dengan kadar serendah mungkin tetapi masih berfungi seperti yang
dikehendaki.
(Viana, Aktia. 2012. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Guru Sekolah Dasar tentang
Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan pada Sekolah Dasar di
Kelurahan
Mabar
Kecamatan
Medan
Deli
Tahun
2011. Diakses
di:http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31260 pada tanggal 9 Januari 2016)
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran makanan yang ditambahkan
kedalam bahan pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. BTP atau Food Additive juga
dapat diartikan sebagai bahan yang ditambahkan saat pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu.
Adapun tujuan dari penambahan BTP secara umum adalah sebagai berikut :
Pewarna
Pemanis buatan
Pengawet
Antioksida
Antikempal
Pengatur Keasaman
Pengemulsi
Pengeras
Sekuestran
Mari Kita bedah satu persatu setiap golongan bahan pengawet diatas :
Pewarna
Pewarna merupakan bahan tambahan pangan pangan yang berfungsi untuk memberi warna pada bahan
pangan. Beberapa pewarna alami yang diijinkan dalam pangan, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No 772/Menkes/RI/Per/IX/88 diantaranya adalah :
Karamel, yaitu pewarna alami berwarna coklat yang dapat digunakan untuk mewarnai jem/jeli
(200 mg/kg), acar ketimun dalam botol (300 mg/kg) dan yogurt beraroma (150 mg/kg)
Beta-karoten, yaitu pewarna alami berwarna merah orange yang dapat digunakan untuk
mewarnai es krim (100 mg/kg), keju (600 mg/kg)
Kurkumin, yaitu pewarna alami yang berwarna kuning-orange yang dapat digunakan untuk
mewarnai es krim dan sejenisnya (50 mg/kg)
Ada beberapa pewarna terlarang yang tidak boleh digunakan untuk bahan pangan adalah :
Kedua pewarna ini dilarang digunakan dalam bahan pangan walaupun jumlahnya sedikit, karena dapat
menyebabkan kanker.
Pemanis buatan
Zat pemanis buatan adalah zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam
penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedang kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada gula.
Pemanis buatan yang sering digunakan dalam bahan pangan adalah siklamat dan sakarin yang
mempunyai tingkat kemanisan masing-masing 30-80 dan 300 kali gula alami. Menurut menteri Kesehatan
No 722/Menkes/RI/Per/IX/88, sebenarnya siklamat hanya boleh digunakan dalam pangan khusus untuk
penderita diabetes yang sedang menjalani diet kalori.
Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 300 mg 3 gram/kg bahan, sedangkan batas maksimum
penggunaan sakarin adalah 50-300 mg/kg bahan. Keduanya hanya boleh digunakan untuk pangan
rendah kalori, dan dibatasi tingkat konsumsinya sebesar 0.5 mg/kg berat badan perhari.
Pengawet
Pengawet biasanya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan
ini dapat menghambat proses fermentasi, pengasaman atau peruraian dari mikroba.
Pengawet yang diijinkan dalam pangan :
No Nama Pengawet
Ukuran Maksimum
yang diijinkan
dan kecap
Sari buah, saus tomat, saus sambal,
1 gr/kg
Keju olahan
3 gr/kg
500 mg nitrat/kg
Sorbat
1 gr/kg
Sulfit
500 kg/kg
Menurut menteri Kesehatan No 722/Menkes/RI/Per/IX/88 pengawet yang dilarang adalah Formalin dan
Boraks. Formalin sebenarnya merupakan pengawet yang digunakan untuk mengawetkan mayat dan
organ tubuh yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Penyedap Rasa
Salah satu penyedap rasa yang sangat terkenal luas di Indonesia adalah vetsin atau bumbu masak, yang
terdapat dengan berbagai merk dipasaran. Penyedap rasa tersebut mengandung senyawa yang disebut
Monosodium Glutamat (MSG). Dalam peraturan menteri Kesehatan No 722/Menkes/RI/Per/IX/88
penggunaan MSG dibatasi secukupnya, artinya tidak boleh berlebih.
Agar
Dekstrin
Gelatin
Gom
Karagen
Lecitin
Pektin
Ukuran Maksimum
yang diijinkan
2 gram/kg
10 gram/kg
Keju
8 gram/kg
Yogurt
5 gram/kg
Es Krim
30gr/kg
Keju
10gr/kg
Kaldu
secukupnya
Keju
10 gr/kg
Yogurt
5 gr/kg
Es Krim
10 gr/kg
Keju
8 gr/kg
Saus Selada
7.5 gr/kg
Yogurt
5 gr/kg
Sardine
20 gr/kg
Es Krim
10 gr/kg
Yogurt
5 gr/kg
Secukupnya
Sardine
20 gr/kg
Es Krim
10 gr/kg
Keju
5 gr/kg
Es Krim
30 gr/kg
10 gr/kg
No
Ukuran Maksimum
yang diijinkan
mengandung mentega
Antioksidan
Antioksidan merupakan BTP yang digunakan untuk mencegah terjadinya ketengikan pada pangan akibat
terjadinya proses oksidasi lemak atau minyak yang terdapat dalam bahan pangan.
Bahan Antioksidan yang Diijinkan Dalam Pangan
No Nama Antioksidan
Kaldu
1 gr/kg
500 mg/kg
Ikan Beku
400 mg/kg
Butil Hidroksianisol
200 mg/kg
(BHA)
Margarin
100 mg/kg
Ikan Beku
1 gr
200 mg/kg
Askorbat
Butil Hidroksitoluen
Propil Galat
Tokoferol
100 mg/kg
300 mg/kg
Pengatur Keasaman
Pengatur keasaman yang diijinkan menurut menteri Kesehatan No 722/Menkes/RI/Per/IX/88 adalah
sebagai berikut :
No Nama Pengatur Keasaman
1
Aluminium,
ammonium/kalium/natrium
Asam Laktat
Asam Sitrat
Soda kue
Secukupnya
15 gr/kg
2 gr/kg
5 gr/kg
Mentega
2 gr/kg
Secukupnya
1 Alumunium Siklat
3 Magnesium Karbonat
4
Diijinkan
1 gr/kg
20 gr/kg
Gula Bubuk
15 gr/kg
Garam Meja
10 gr/kg
Magnesium Silikat
Tepung
200 mg/kg
Adonan kue
5 mg/kg
Asam Askorbat
Natrium Steroi-2-laktat
Pengeras
No
Nama Bahan
Pengeras
Kalsium Glukonat
dalam kaleng
Jam dan Jelly
Kalsium Klorida
Kalsium Sulfat
Sekuestran
260 mg/kg
Sekuestran adalah bahan yang dapat mengikat ion logam pada pangan sehingga memantapkan warna
dan tekstur pangan atau mencegah perubahan warna pangan. Beberapa sekuesteran yang diijinkan
untukpangan dapat dilihat dibawah ini :
No Nama Bahan Sekuestran Penggunaan Dalam Pangan
Asam Fosfat
Isopropil Sitrat
3
4
5 gr/kg
100 mg/kg
100 mg/kg
Udang Kaleng
150 mg/kg
(EDTA)
Jamur Kaleng
200 mg/kg
Monokalium Fosfat
100 mg/kg
Keputusan Menteri Kesehatan RI No 23/Menkes/SKI/78 tentang Pedoman Cara Produksi Yang Baik
Untuk Pangan
Dalam peraturan ini disebutkan antara lain sebagai berikut :
BTP yang digunakan untuk memproduksi pangan tidak boleh merugikan atau membahayakan
kesehatan dan harus memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan
BTP yang standar mutu atau persyaratannya belum ditetapkan oleh Menteri yang digunakan
dengan izin khusus Menteri.
Terhadap BTP yang disebut dalam nomor 1 sebelum digunakan harus dilakukan pemeriksaan
secara organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi dan atau biologi