Anda di halaman 1dari 3

PENILAIAN OTENTIK

Pengertian Penilaian Otentik


Menurut Jon Mueller (2006), penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian
yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya
yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang
bermakna. Oleh karena itu penilaian otentik lebih sering dinyatakan sebagai penilaian
berbasis kinerja (performance based assessment) atau penilaian kinerja (performance
assessment). Penilaian otentik (alternative assessment) sering digunakan karena merupakan
alternatif dari penilaian yang biasa digunakan (traditional assessment). Beberapa ahli
menyebutnya sebagai directassessment, karena penilaian otentik menyediakan lebih banyak
bukti langsung dari penerapan keterampilan dan pengetahuan. Ini berbeda dengan seorang
siswa dapat mengerjakan dengan baik tes pilihan ganda, maka secara tidak langsung
(indirectly), siswa tersebut dapat menerapkan pengetahuan yang telah dipelajarinya dalam
konteks dunia yang sesungguhnya. Penilaian otentik dapat menilai target-target belajar
berikut:
1) Penalaran: Target penalaran dan keterampilan memecahkan masalah dapat dinilai
dengan penilaian kinerja melalui pemberian masalah yang kompleks yang harus
dipecahkan siswa. Siswa harus terlibat dalam berfikir dan proses penalaran yang
melibatkan beberapa langkah.
2) Keterampilan: Kekuatan penilaian kinerja adalah kemampuannya untuk menilai siswa
dalam mempertunjukkan keterampilan-keterampilan tertentu: Aktivitas yang
ditampilkan siswa dapat dijadikan target asesmen seperti keterampilan berkomunikasi
ataupun keterampilan manual siswa.
3) Produk: Kekuatan lain dari penilaian kinerja adalah untuk menilai pencapaian daya
cipta siswa yang berhubungan dengan produk. Kualitas produk menunjukkan hasil
kinerja siswa berdasarkan standar tertentu. Produk dapat berupa paper, laporan
penelitian, bentuk kerajinan dan produk-produk dari suatu keterampilan.
4) Afektif : Aspek afektif seperti sikap, nilai, minat, motivasi, pilihan, dan konsep diri
didasarkan pada tindakan siswa atau apa yang kita lihat pada produk yang diciptakan
siswa, maka dari itu penilaian kinerja dapat digunakan pula untuk menilai aspek-aspek
afektif.

Unsur-unsur Penilaian Otentik


Menurut Permendikbud No. 66 Tahun 2013 penilaian otentik merupakan penilaian
yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan
keluaran (output) pembelajaran. Dalam rangka melaksanakan penilaian otentik yang baik,
guru harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya

pada diri sendiri, khususnya berkaitan dengan: (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa
yang akan dinilai; (2) fokus penilaian akan dilakukan; dan (3) tingkat pengetahuan apa yang
akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses.
a. Penilaian Kognitif
Aspek pengetahuan biasanya dinilai dengan cara:
1. Tes tulis,
2. Tes lisan,
3. Penugasan.
Penilaian pengetahuan terdiri dari: (a) Nilai Proses (Nilai Harian = NH), (b) Nilai
Ulangan Tengah Semester (UTS), (c) Nilai Ulangan Akhir Semester (UAS).
b. Penilaian Psikomotorik
Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara:
1. Penilaian kinerja
2. Penilaian proyek
3. Penilaian portofolio
c. Penilaian Afektif
Penilaian apek sikap dilakukan melalui:
1. observasi,
2. penilaian diri,
3. penilaian antarteman, dan
4. jurnal.
Penilaian sikap ini bukan merupakan penilaian yang terpisah dan berdiri sendiri, namun
merupakan penilaian yang pelaksanaannya terintegrasi dengan penilaian pengetahuan dan
keterampilan, sehingga bersifat otentik. Penilaian sikap meliputi dari:
(a) Sikap (spiritual dan sosial) untuk LHB terdiri atas sikap dalam mata pelajaran dan
sikap antar mata pelajaran. Sikap dalam mata pelajaran diisi oleh setiap guru mata
pelajaran berdasarkan rangkuman hasil pengamatan guru, penilaian diri, penilaian
sejawat, dan jurnal, ditulis dengan predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C),
atau Kurang (K). Sikap antar mata pelajaran diisi oleh wali kelas setelah berdiskusi
dengan semua guru mata pelajaran, disimpulkan secara utuh dan ditulis dengan
deskripsi koherensi.
(b) Penilaian sikap dalam mata pelajaran diperoleh dari hasil penilaian observasi
(Penilaian Proses), penilaian diri sendiri, penilaian antar teman, dan jurnal catatan
guru.
(c) Nilai observasi diperoleh dari hasil pengamatan terhadap proses sikap tertentu
sepanjang proses pembelajaran satu Kompetensi Dasar (KD).
Mengembangkan Penilaian Otentik dalam Pembelajaran
Tahun-tahun terakhir ini ada reaksi terhadap penekanan berlebihan terhadap tes
tertulis. Beberapa kritik diajukan terhadap pengimbang tes tulis, yakni perlunya penekanan
lebih pada asesmen otentik, berupa tugas-tugas kehidupan sesungguhnya (Gronlund,
1998:2). Langkah-langkah Mengembangkan Penilaian Otentik menurut Mueller (2006: 1819), yaitu:
1. Mengidentifikasi standar seperti tujuan umum (goal)
Standar merupakan pernyataan yang harus diketahui dan dapat dilakukan siswa, tetapi
ruang lingkupnya lebih sempit dan lebih mudah dicapai daripada tujuan umum.
2. Memilih suatu tugas otentik

Pemilihan memilih tugas otentik, pertama-tama kita perlu mengkaji standar yang kita
buat, dan mengkaji kenyataan (dunia) sesungguhnya.
3. Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)
Kriteria tidak lain adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik pada sebuah tugas.
a. Contoh sejumlah indikator tidak dalam ururtan (dalam matematika):
- ketepatan kalkulasi;
- ketepatan pengukuran pada model skala;
- label-label pada model skala;
- organisasi kalkulus;
- kerapihan menggambar;
- kejelasan keterangan/eksplanasi.
b. Karakteristik suatu kriteria yang baik kriteria yang baik antara lain adalah sebagai
berikut.
1) Dinyatakan dengan jelas, singkat;
2) Pernyataan tingkah laku, dapat diamati;
3) Ditulis dalam bahasa yang dipahami siswa.
c. Jumlah Kriteria untuk sebuah task
1) Batasi jumlah kriteria, hanya pada unsur-unsur yang esensial dari suatu tugas
(antara 3-4, di bawah 10);
2) Tidak perlu mengukur setiap detil tugas;
3) Kriteria yang lebih sedikit untuk tugas-tugas yang lebih kecil atau sederhana.
4) Menciptakan standar kriteria atau rubrik (rubrics)
(a) Menyiapkan suatu rubrik analitis
Dalam rubrik tidak selalu diperlukan descriptor. Deskriptor merupakan
karakteristik perilaku yang terkait dengan level-level tertentu, seperti
observasi mendalam, prediksinya beralasan, kesimpulannya berdasarkan
hasil observasi.
(b) Menyiapkan suatu rubrik yang holistic
(c) Mencek rubrik yang telah dibuat
Referensi:
Gronlund, N.E. 1998. Assessment of Student Achievement. 6th ed. Boston: Allynand Bacon
Mueller, J. (2006). Authentic Assessment. North Central College. Tersedia:
http://jonatan.muller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisist.htm
Permendikbud No. 66 Tahun 2013.
Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan
College Publishing Company.

Anggota Kelompok 5:
Risky Amalia
(201310060311070)
Dewi Masithah
(201310060311076)
Ratih Rizqi
(201310060311083)
Arif Zulhilmi
(201310060311090)

Anda mungkin juga menyukai