adalah anak-anak yang dibawa ke puskesmas karena adanya tujuan vaksinasi, dan
tidak memiliki riwayat diare dan pneumonia selama tiga bulan sebelum survei.
Kuesioner dipreteskan pada 30 ibu yang memiliki anak berusia 7-24
bulan, yang mengunjungi institusi kesehatan. Kemudian koreksi dibuat
berdasarkan temuan pretes. Pengawasan dilakukan oleh dua pengawas dan
penyidik utama. Setiap hari, pewawancara menyerahkan semua kuesioner yang
sudah selesai dan masing-masing kuesioner diperiksa untuk akurasi dan
kelengkapan. Selain itu, kuesioner dari empat puluh responden (5,0%) dikelola
oleh pengawas dan penyidik utama. Data dimasukkan ke dalam komputer, dan
SPSS versi 16.0 digunakan untuk analisis statistik. Sekitar 10% data ganda
dimasukkan untuk menjamin akurasi entri data. Regresi logistik biner digunakan,
dan
kemungkinan
hubungan
dan
signifikansi
statistik
dinilai
dengan
diperoleh
sebelum
wawancara.
Kerahasiaan
tanggapan
responden
33.6% ibu dari kasus dan kontrol bekerja. Hampir 70% ibu berusia kurang dari 30
tahun. Sekitar 63%, dan 35% ibu mengaku memiliki lebih dari 3 anak (Tabel 2).
Tabel 3 menunjukkan faktor-faktor yang memiliki hubungan yang
signifikan secara statistik dengan kejadian pneumonia, dan diare pada studi ini.
Sebagaimana ditunjukkan pada tabel tersebut, berat badan lahir rendah, ASI
eksklusif, pendapatan ibu per bulan, dan pemberian makanan tambahan terbukti
merupakan determinan pneumonia, dan diare. Anak-anak dengan riwayat berat
badan lahir rendah, pemberian makanan tambahan, dan ASI non-eksklusif ialah
12, 16, dan 83 kali lebih memungkinkan untuk terjadinya kasus. Bahkan, anakanak yang lahir dari ibu dengan pendapatan per bulan kurang dari 850 Birr hampir
2 kali lebih mungkin untuk terjadinya kasus dibandingkan ibu dengan pendapatan
per bulan lebih dari 850 Birr. Namun, pada studi ini, status pendidikan ibu rendah
di bawah tingkat signifikansi statistik (Tabel 3).
4. PEMBAHASAN
Tujuan studi ini ialah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian diare, dan pneumonia di antara anak-anak berusia 7
24 bulan. Untuk melihat lebih baik peran ASI eksklusif dalam pencegahan
diare, dan pneumonia, kasus dan kontrol dibandingkan.
Studi ini mengungkapkan bahwa anak-anak dengan riwayat berat badan
lahir rendah, pemberian makanan tambahan, dan ASI non-eksklusif ialah 12, 16,
dan 83 kali lebih mungkin untuk terjadinya kasus. Bahkan, anak-anak yang lahir
dari ibu dengan pendapatan per bulan kurang dari 850 Birr hampir 2 kali lebih
mungkin untuk terjadinya kasus dibandingkan ibu dengan pendapatan per bulan
lebih dari 850 Birr. Namun, pada studi ini, status pendidikan ibu rendah di bawah
tingkat signifikansi statistik.
Berat badan lahir rendah, salah satu faktor determinan untuk mengalami
serangan diare dan pneumonia berulang pada studi ini. Hal ini sebagian dapat
dijelaskan oleh fakta bahwa bayi BBLR memiliki sistem imun yang terganggu
kejadian diare dan pneumonia) dapat setara dengan AOR sebesar 8. Hal ini masih
menjanjikan hubungan yang sangat kuat. Juga dapat diingat bahwa desain studi
kasus kontrol memiliki keuntungan yang lebih dari desain studi kohort: murah,
dapat dilakukan dalam periode singkat dan tidak ada hilang follow-up.
5. KESIMPULAN
ASI eksklusif pada usia 6 bulan pertama merupakan elemen penting dalam
mencegah diare dan pneumonia. Oleh karena itu, ibu dapat terdorong untuk secara
eksklusif memberikan ASI pada bayi mereka, dan pengaturan serupa dimana
akses air bersih, dan sanitasi dan hygiene masih menjadi tantangan.