DI SUSUN
OLEH :
SUBHAN
NIM 010030170 B
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGANG MENINGITIS
Defenisi
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri
dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis.
Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater.
Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui
sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang
belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di
dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki
cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret
hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat
menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan
lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak
melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan
penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat
yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal yang dapat
menyebabkan
kemunduran
neurologis
selanjutnya,
dan
eksudat
ini
dapat
seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu
diketahui adalah status kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor
presdiposisi seperti infeksi saluran napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll.
Manifestasi/Gejala Klinik
Dibagi dalam 3 stadium :
1.
2.
3.
Stadium lanjut
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan
otak. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Punksi Lumbal : tekanan meningkat, jumlah sel meningkat sampai ribuan terutama
polimorfonuklear, kadar protein meningkat, kadar glukosa menurun. Punksi Lumbal
tidak bisa dikerjakan pada klien dengan kesadaran menurun/peningkatan tekanan
intra kranial lebih baik CT scan. Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah
merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum
glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama
hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak.
Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada
pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.
Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit
saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat
parah.
Pengobatan
Pengobatab biasanya diberikan antibiotik yang paling sesuai.
Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis :
DOSIS TOTAL
SEHARI UNTUK
DEWASA
20 juta U/hr
2 4 jam
Ampicillin
18 gr/hr
4 jam
Cefotaxime
12 gr/hr
4 jam
Ceftazidime
6 gr/hr
4 jam
Ceftriaxone
4 gr/hr
6 jam
4 gr/hr
6 jam
Amikacin
15 mg/kg/hr
12 jam
Bactrim
10 mg/kg/hr
8 jam
Metronidazole
1 2 gr/hr
12 jam
Sulbenicillin
12 gr/hr
4 jam
Cloxacillin
12 gr/hr
4 jam
ANTIBIOTIK
Penicilin G
ORGANISME
Pneumoccocci
INTERVAL
PEMBERIAN
Meningoccocci
Streptoccocci
Chlorampenikol
Haemofilus
Influenza
Gentamicyn
Klebsiella
Pseudomonas
Proleus
Terapi TBC
Micobacterium
Tuber culosis
INH
5 - 10 mg/kg/hr
24 jam
Rifampisin
15 - 20 mg/kg/hr
24 jam
Pyrazinamide
30 - 35 mg/kg/hr
6 8 jam
Streptomicyn
15 mg/kg/hr i.m.
12 24 jam
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :
1.
Gangguan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan
intrakranial.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
Gangguan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan
intrakranial
Tujuan
Kriteria hasil
Kesadaran meningkat
Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meningkat.
Rencana Tindakan
INTERVENSI
RASIONALISASI
Pasien bed rest total dengan posisi tidur Perubahan pada tekanan intakranial akan
terlentang tanpa bantal
dapat
meyebabkan
resiko
untuk
keadaan
normal
autoregulasi
Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada mempertahankan keadaan tekanan darah
hipertensi sistolik
sistemik
berubah
secara
fluktuasi.
Kegagalan
autoreguler
akan
menyebabkan
kerusakan
vaskuler
penurunan
Sedangkan
Monitor intake dan output
tekanan
peningkatan
diastolik.
suhu
dapat
IWL dan
meningkatkan
tidak
sadra,
nausea
yang
batuk.
Anjurkan
pasien
untuk intrakranial
dan
intraabdomen.
Kolaborasi
Berikan cairan perinfus dengan perhatian Meminimalkan
ketat.
fluktuasi
pada
beban
edema cerebral
Monitor AGD bila diperlukan pemberian Adanya kemungkinan asidosis disertai
oksigen
dapat
menyebabkan
terjadinya
iskhemik serebral
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti:
Steroid, Aminofel, Antibiotika.
2.
Rencana Tindakan
INTERVENSI
RASIONALISASI
Independent
Usahakan membuat lingkungan yang Menurukan reaksi terhadap rangsangan
aman dan tenang
menganjurkan
beristirahat
Kompres dingin (es) pada kepala dan Dapat
menyebabkan
pasien
untuk
vasokontriksi
disconfort
3.
RASIONALISASI
Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
monitor kejang pada tangan, kaki, mulut memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
dan otot-otot muka lainnya
terjadinya komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman seperti Melindungi pasien bila kejang terjadi
batasan ranjang, papan pengaman, dan
alat suction selalu berada dekat pasien.
Pertahankan bedrest total selama fae akut
Kolaborasi
Catatan
Phenobarbital
dapat
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8, EGC,
Jakarta.
Brunner / Suddarth., (1984). Medical Surgical Nursing, JB Lippincot Company,
Philadelphia.
Depkes RI. (1996). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Diknakes, Jakarta.
Donnad. (1991). Medical Surgical Nursing. WB Saunders.
Doenges,
M.E.,Moorhouse
M.F.,Geissler
A.C.
(2000).
Rencana
Asuhan
10
11
: Subhan
NIM
: 010030170 B
Ruangan
1.
No. Regester
: 10169216
Diagnosa Medis
: Meningoencephalitis.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn Rahmad.
Umur
: 43 Tahun.
Jenis Kelamin
: Laki-laki.
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Status Marietal
: Kawin
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Swasta
: Indonesia
Alamat
: Tanjungsari Rt 31 Sidoarjo.
Cara Masuk
Keluhan Utama
2.
kesadarannya
dan
tidak
bisa
bicara
sehingga
sulit
untuk
12
: 36,8 0C
Nadi
Tekanan darah
: 90/60 mmHg.
Respirasi
: 20 x/menit
3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 20 x/menit. Trachea tidak ada
kelainan. Terdapat retraksi dada, napas dangkal. Suara tambahan terdengar
bunyi ronchi. Bentuk dada simestris.
Hasil foto Thorax PA tanggal 3 Juni 2002 :
Cor
Pulmo
Kesimpulan
: TB Milier.
C. Palpitasi tidak ada, clubbing fingger tidak ada. Suara jantung normal.
13
Bau : Khas.
Kiri
Kanan
Kiri
Bawah :
Warna kulit
: Kuning kecoklatan.
Akral
: Dingin basah.
Turgor
: Lambat.
14
: 3 Juni 2002.
Hb
: 15,0 mg/dl
Leukosit
: 24.000
(4000 11.000)
Trombosit
: 777.000/cmm
(150.000 450.000/cmm).
Hematokrit/PCV : 0,44 %
(L : 40 54 %
LED
(L 0 15/jam P 0 20/jam
P : 37 47 %)
Gula darah
-
Glukosa ad random
Faal Hati
-
SGOT
: 55 U/L
Faal Ginjal
-
Serum Creatinin
Elektrolit
-
Natrium
Kalium
Clorida
: 114
( 97 113 ).
: 352/3
Nonna
: Positif (+3).
Pandy
: Positif (+4).
: 112/3
: 240/3.
: 26,3.
Eritrosit
: 2560/3
Bentuk
: Normal.
TERAPI :
1.
2.
3.
15
4.
Dexamethasone 2 x 1 amp,iv.
5.
Cimetidin 3 x 1 amp,iv.
6.
Novalgin 3 x 1 amp,iv.
7.
8.
9.
OAT :
-
Rifampisin
: 1 x 450 mg.
INH
: 1 x 300 mg.
Pyrazinamide
: 1 x 1000 mg.
Tanda tangan mahasiswa
(Subhan)
16
NO
1.
2.
3.
4.
5.
D ATA
S:
KEMUNGKINAN
ETIOLOGI
Sekresi
tracheobronchial.
O:
Terdapat retraksi dada,
napas dangkal, Suara
tambahan
terdengar
bunyi
ronchi,
Kesimpulan hasil foto
Thorax PA tanggal 3 Juni
2002 :TB Milier.
S:
Kesukaran mengunyah
dan menelan.
O:
Turgor kulit jelek
Membran Mukosa kering
Terpasang NGT sejak
MRS, Diet sonde TKTP,
klien sudah beberapa hari
belum
buang
air
besar.obstipasi (+),
S:
Kurangnya pengetahuan
Keluarga Klien
tentang resiko potogen.
mengatakan kurang
mengetahui tentang
proses penularan
penyakit serta sifat
penyakit.
O:
Kesimpulan hasil foto
Thorax PA tanggal 3 Juni
2002 :TB Milier. Hasil
pemeriksaan
laboratorium Leukosit :
24.000
S:
kelumpuhan
anggota
gerak.
O:
Keadaan Umum : lemah.
Kesadaran yang
menurun, Tingkat
kesadaran : Delirium.
Kemampuan pergerakan
sendi lengan dan tungkai
terbatas.
Parese (+), Paralise (+),
Hemiparese (+)
S:
Ancaman terhadap status
kesehatan.
O:
MASALAH
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Kerusakan
fisik
mobilitas
Cemas
17
6.
S:
Keluarga Klien
mengatakan kurang
mengetahui tentang
proses penyakit, sifat
penyakit, pemeriksaan
diagnostik, tujuan
tindakan perawatan
maupun pengobatan yang
diprogramkan. serta
kurangnya pengetahuan
tentang diet dan
Lamanya perawatan,
banyaknya biaya
perawatan dan
pengobatan.
O:
Kurangnya
informasi
tentang proses penyakit
dan
penatalaksanaan
perawatan.
Kurangnya
pengetahuan mengenai
kondisi,
aturan
pengobatan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
18
RENCANA TINDAKAN
NO
1.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan Sekresi
tracheobronchial.
TUJUAN
Tujuan :
1.
Tidak terjadi gangguan pada
bersihan jalan napas klien dalam
waktu 7 x 24 jam
2.
Kriteria hasil :
RR teratur, tidak ada stridor,
3.
ronchi, whezing, RR: 16 20 x /
mnt, reflek batuk klien ada.
4.
RENCANA TINDAKAN
Observasi kecepatan, kedalaman dan suara
napas klien.
1.
2.
4.
3.
5.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
5.
6.
6.
RASIONAL
kecepatan pernapasan menunjukkan adanya
upaya tubuh untuk memenuhi kebutuhan
O2
reflek batuk yang menurun menyebabkan
hambatan pengeluaran sekret
ventilasi lebih mudah bila posisi kepala
dalam posisi netral, penekanan ke satu titik
menyebabkan peningkatan TIK.
claping dan vibrating merangsang cilia
bronkus untuk mengeluarkan sekret
19
4.
7.
7.
8.
8.
1.
1.
2.
2.
4.
4.
5.
5.
6.
6.
5.
3.
3.
3.
20
4.
1.
1.
2.
2.
3.
4.
5.
3.
4.
5.
6.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
21
6.
1.
1.
2.
2.
3.
7.
6.
Tujuan :
Keluarga Klien tahu mengenai
kondisi dan aturan pengobatan.
Keluarga klien memperoleh
informasi yang jelas dan benar
tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1. Keluarga Klien menyatakan
pemahaman penyebab
masalah.
2. Keluarga Klien mampu
mengidentifikasi tanda dan
gejala yang memerlukan
evaluasi medik.
3. Keluarga Klien mengikuti
program pengobatan dan
menunjukkan perubahan
pola hidup yang perlu
untuk mencegah
terulangnya masalah.
4. Keluarga Klien
memperlihatkan
peningkatan tingkah
pengetahuan mengenai
perawatan diri.
3.
4.
5.
6.
7.
4.
5.
Kaji kemampuan keluarga klien untuk
belajar mengetahui masalah, kelemahan,
lingkungan, media yang terbaik bagi klien. 6.
Identifikasi gejala yang harus dilaporkan
keperawatan, contoh demam, sakit kepala
atau kesulitan bernafas.
7.
Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian,
kerja yang diharapkan dan alasan
pengobatan lama, kaji resiko interaksi
dengan obat lain.
8.
22
5.
6.
8.
9.
23
2.
KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
berhubungan dengan
Sekresi
tracheobronchial.
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake makanan yang
kurang.
TINDAKAN KEPERAWATAN
1.
S:
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
S:
S:
6.
7.
8.
3.
Resiko terhadap
EVALUASI (SOAP)
1.
O:
1. Turgor membaik, intake dapat masuk sesuai
kebutuhan, belum terdapat kemampuan
menelan, sonde masih terpasang.
2. Berat badan dan tinggi badan belum dapat
ditimbang dan diukur.
3. Keluarga Klien mematuhi dietnya.
4. Kadar gula darah dalam batas normal.
5. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/
hipoglikemia.
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi terus dilakukan.
24
2.
3.
4.
4.
5.
Kerusakan mobilitas
fisik berhubungan
dengan kelumpuhan
anggota gerak
Cemas berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan tentang
penyakitnya.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
sahabat.
Menganjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada
tisu dan hindari meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat.
Mengkaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau
isolasi pernafasan.
Mengidentifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang
tuberkulasis.
Menekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
Mengkolaborasikan dan melaporkan ke tim dokter.
Mengkoreksi tingkat kemampuan mobilisasi dengan skala 0 4.
Mempertahankan posisi klien dalam letak anatomis dengan memberi
ganjal bantal sewaktu posisi miring.
Menjelaskan pada klien tentang mobilisasi pasif.
Melakukan mobilisasi pasif pada kedua extremitas.
Merubah posisi dengan mengangkat sisi yang tidak berfungsi.
Melakukan masage, kompres hangat, perawatan kulit.
25
6.
6.
Kurangnya
pengetahuan tentang
proses penyakit, diet,
perawatan, dan
pengobatan
berhubungan dengan
kurangnya informasi.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan.
S:
O:
1. keluarga klien mengetahui tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya
dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. keluarga klien dapat melakukan perawatan
diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan
26