Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


MENINGITIS
DI RUANG SYARAF A RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
PERIODE TANGGAL 3 JUNI 2002 S/D 7 JUNI 2002

DI SUSUN
OLEH :
SUBHAN
NIM 010030170 B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN
SURABAYA
2002

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGANG MENINGITIS
Defenisi
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri
dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis.
Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater.
Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui
sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang
belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di
dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki
cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret
hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat
menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan
lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak
melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan
penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat
yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal yang dapat
menyebabkan

kemunduran

neurologis

selanjutnya,

dan

eksudat

ini

dapat

menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan


hydrocephalus.
Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan
pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang
tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan
diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.
Meningitis Bakterial
Adalah reaksi keradangan yang mengenai salah satu atau semua selaput
meningen disekeliling otak dan medula spinalis. Bakteri yang paling sering
menyebabkan meningitis adalah Eschericia Coli, Streptococcus group B, L.
monocytogenesis, Haemofilus influenza, Stapilokokus pneumoniae ,Nersseria

meningitidis, Stapilokokus Aureus, Stapilokokus Epidermidis, Gram negative bacilli,


Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda
asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit
dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di
ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat
menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini
akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak
akan mengalami infark.
Meningitis Tuberkulosa
Adalah reaksi keradangan yang mengenai salah satu atau semua selaput
meningen disekeliling otak dan medula spinalis yang disebabkan oleh karena kuman
tuberkulosa.
Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok,
herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis
bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur
cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak.
Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada
jenis sel yang terlibat.
Pencegahan
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik
faktor predisposisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC)
dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting
adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah
hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk
mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan
terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius.
Pengkajian Pasien dengan meningitis
Riwayat penyakit dan pengobatan
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui
jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul

seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu
diketahui adalah status kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor
presdiposisi seperti infeksi saluran napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll.
Manifestasi/Gejala Klinik
Dibagi dalam 3 stadium :
1.

Keluhan non spesifik

Pada awal penyakit : Kelemahan umum, Apatis, Anoreksia, Nausea, Demam


(subfebril), Nyeri kepala yang kumat-kumatan, Nyeri pada otot-otot. Bingun
yang kumat-kumatan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku dan
kaku kuduk biasanya terjadi 1 3 minggu sesudah keluhan

2.

Stadium rangsang meningeal

Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit klien terjadi Nyeri kepala


bertambah, Vomiting, Irritabel, Kebingungan bertambah, kelumpuhan syaraf
otak, Hidrosefalus, Penurunan kesadaran (stupor), Adanya disfungsi pada saraf
III, IV, dan VI, Papil edema yang ringan. Reaksi pupil terhadap cahaya.
Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata klien, Terjadi vaskulitis dan
gangguan fokal, Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal
dan pada tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan
tonus otot serta kemungkinan Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari
korteks cerebri atau hiponatremia. Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+)
pada bakterial meningitis dan tidak terdapat pada virus meningitis. Takikardia

3.

Stadium lanjut

Kebingungan bertambah, delirium berfluktuasi dan gejala fokal makin


menghebat dan nyata.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan
otak. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Punksi Lumbal : tekanan meningkat, jumlah sel meningkat sampai ribuan terutama
polimorfonuklear, kadar protein meningkat, kadar glukosa menurun. Punksi Lumbal
tidak bisa dikerjakan pada klien dengan kesadaran menurun/peningkatan tekanan
intra kranial lebih baik CT scan. Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah
merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum
glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama
hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak.
Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada

pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.
Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit
saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat
parah.
Pengobatan
Pengobatab biasanya diberikan antibiotik yang paling sesuai.
Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis :
DOSIS TOTAL
SEHARI UNTUK
DEWASA
20 juta U/hr

2 4 jam

Ampicillin

18 gr/hr

4 jam

Cefotaxime

12 gr/hr

4 jam

Ceftazidime

6 gr/hr

4 jam

Ceftriaxone

4 gr/hr

6 jam

4 gr/hr

6 jam

Amikacin

15 mg/kg/hr

12 jam

Bactrim

10 mg/kg/hr

8 jam

Metronidazole

1 2 gr/hr

12 jam

Sulbenicillin

12 gr/hr

4 jam

Cloxacillin

12 gr/hr

4 jam

ANTIBIOTIK
Penicilin G

ORGANISME
Pneumoccocci

INTERVAL
PEMBERIAN

Meningoccocci
Streptoccocci

Chlorampenikol

Haemofilus
Influenza

Gentamicyn

Klebsiella
Pseudomonas
Proleus

Terapi TBC

Micobacterium
Tuber culosis

INH

5 - 10 mg/kg/hr

24 jam

Rifampisin

15 - 20 mg/kg/hr

24 jam

Pyrazinamide

30 - 35 mg/kg/hr

6 8 jam

Streptomicyn

15 mg/kg/hr i.m.

12 24 jam

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :
1.

Gangguan

perfusi

jaringan

berhubungan

dengan

peningkatan

tekanan

intrakranial.
2.

Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan


edema serebral yang mengubah/menghentikan aliran darah arteri/vena.

3.

Sakit kepala berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak.

4.

Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status


mental dan penurunan tingkat kesadaran.

5.

Resiko tinggi terhadap trauma / cedera berhubungan dengan defisit sensorik


motorik.

6.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi tracheobronchial.

7.

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kesukaran mengunyah dan menelan.

8.

Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan tentang resiko potogen.

9.

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan anggota gerak.

10. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelumpuhan anggota


gerak.
11. Gangguan komunikasi berhubungan dengan aphasia.
12. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan.
13. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan
perawatan.

1.

Gangguan

perfusi

jaringan

berhubungan

dengan

peningkatan

tekanan

intrakranial
Tujuan

Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit

Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria hasil

Tanda-tanda vital dalam batas normal

Rasa sakit kepala berkurang

Kesadaran meningkat

Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meningkat.

Rencana Tindakan
INTERVENSI
RASIONALISASI
Pasien bed rest total dengan posisi tidur Perubahan pada tekanan intakranial akan
terlentang tanpa bantal

dapat

meyebabkan

resiko

untuk

terjadinya herniasi otak


Monitor tanda-tanda status neurologis Dapat mengurangi kerusakan otak lebih
dengan GCS.
lanjt
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Pada

keadaan

normal

autoregulasi

Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada mempertahankan keadaan tekanan darah
hipertensi sistolik

sistemik

berubah

secara

fluktuasi.

Kegagalan

autoreguler

akan

menyebabkan

kerusakan

vaskuler

cerebral yang dapat dimanifestasikan


dengan peningkatan sistolik dan diiukuti
oleh

penurunan

Sedangkan
Monitor intake dan output

tekanan

peningkatan

diastolik.

suhu

dapat

menggambarkan perjalanan infeksi.


hipertermi
dapat
menyebabkan
peningkatan

IWL dan

meningkatkan

resiko dehidrasi terutama pada pasien


yang

tidak

sadra,

nausea

yang

menurunkan intake per oral


Bantu pasien untuk membatasi muntah, Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan

batuk.

Anjurkan

pasien

untuk intrakranial

dan

intraabdomen.

mengeluarkan napas apabila bergerak Mengeluarkan napas sewaktu bergerak


atau berbalik di tempat tidur.

atau merubah posisi dapat melindungi diri


dari efek valsava

Kolaborasi
Berikan cairan perinfus dengan perhatian Meminimalkan
ketat.

fluktuasi

pada

beban

vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi


cairan dan cairan dapat menurunkan

edema cerebral
Monitor AGD bila diperlukan pemberian Adanya kemungkinan asidosis disertai
oksigen

dengan pelepasan oksigen pada tingkat


sel

dapat

menyebabkan

terjadinya

iskhemik serebral
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti:
Steroid, Aminofel, Antibiotika.

Terapi yang diberikan dapat menurunkan


permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunka metabolik sel / konsumsi dan
kejang.

2.

Sakit kepala berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak


Tujuan
Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol
Kriteria evaluasi

Pasien dapat tidur dengan tenang

Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.

Rencana Tindakan
INTERVENSI

RASIONALISASI

Independent
Usahakan membuat lingkungan yang Menurukan reaksi terhadap rangsangan
aman dan tenang

ekternal atau kesensitifan terhadap cahaya


dan

menganjurkan

beristirahat
Kompres dingin (es) pada kepala dan Dapat
menyebabkan

pasien

untuk

vasokontriksi

kain dingin pada mata


pembuluh darah otak
Lakukan latihan gerak aktif atau pasif Dapat membantu relaksasi otot-otot yang
sesuai kondisi dengan lembut dan hati- tegang dan dapat menurunkan rasa sakit /
hati
Kolaborasi

disconfort

Berikan obat analgesik

Mungkin diperlukan untuk menurunkan


rasa sakit. Catatan : Narkotika merupakan
kontraindikasi karena berdampak pada
status neurologis sehingga sukar untuk
dikaji.

3.

Resiko terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan status


mental dan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan:
Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
Rencana Tindakan
INTERVENSI
Independent

RASIONALISASI
Gambaran tribalitas sistem saraf pusat

monitor kejang pada tangan, kaki, mulut memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
dan otot-otot muka lainnya

intervensi yang tepat untuk mencegah

terjadinya komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman seperti Melindungi pasien bila kejang terjadi
batasan ranjang, papan pengaman, dan
alat suction selalu berada dekat pasien.
Pertahankan bedrest total selama fae akut

Mengurangi resiko jatuh / terluka jika

Kolaborasi

vertigo, sincope, dan ataksia terjadi


Untuk mencegah atau mengurangi

Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; kejang.


diazepam, phenobarbital, dll.

Catatan

Phenobarbital

dapat

menyebabkan respiratorius depresi dan


sedasi.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8, EGC,
Jakarta.
Brunner / Suddarth., (1984). Medical Surgical Nursing, JB Lippincot Company,
Philadelphia.
Depkes RI. (1996). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Diknakes, Jakarta.
Donnad. (1991). Medical Surgical Nursing. WB Saunders.
Doenges,

M.E.,Moorhouse

M.F.,Geissler

A.C.

(2000).

Rencana

Asuhan

Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.


Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume
3, EGC, Jakarta.
Harsono. (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Harsono. (2000). Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hudak C.M.,Gallo B.M. (1996). Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik. Edisi
VI, Volume II, EGC, Jakarta.
Ignatavicius D.D., Bayne M.V. (1991). Medical Surgical Nursing, A Nursing
Process Approach An HBJ International Edition, W.B. Saunders
Company, Philadelphia.
Ignatavicius D.D., Workman M.L., Mishler M.A. (1995). Medical Surgical Nursing,
A Nursing Process Approach. 2nd edition, W.B. Saunders Company,
Philadelphia.
Juwono, T. (1996). Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek. EGC, Jakarta.

10

Lismidar, (1990). Proses Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.


Mardjono M., Sidharta P. (1981). Neurologi Klinis Dasar. PT Dian Rakyat, Jakarta.
Price S.A., Wilson L.M.

(1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 4, Buku II, EGC, Jakarta.


Satyanegara. (1998). Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

11

LAPORAN KASUS (PROSES KEPERAWATAN)


Nama Mahasiswa

: Subhan

NIM

: 010030170 B

Ruangan

: Syaraf A Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.

Pengkajian diambil tanggal

: 4 Juni 2002. Jam 08.00 BBWI

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 4 Juni 2002

1.

No. Regester

: 10169216

Diagnosa Medis

: Meningoencephalitis.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn Rahmad.

Umur

: 43 Tahun.

Jenis Kelamin

: Laki-laki.

Suku/Bangsa

: Jawa/Indonesia

Agama

: Islam

Status Marietal

: Kawin

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Swasta

Bahasa yang digunakan

: Indonesia

Alamat

: Tanjungsari Rt 31 Sidoarjo.

Cara Masuk

: Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Keluhan Utama
2.

: Demam dan Sakit kepala.

RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


1) Riwayat Sebelum Sakit
Satu bulan yang lalu klien pernah MRS selama 10 hari dengan gejala typhoid.
Selain itu klien juga menderita batuk yang lama tetapi tidak berobat. Lima hari
sebelum MRS (30 Mei 2002) Klien mengeluh demam dan sakit kepala
kemudian dibawa ke dokter praktek dan diberikan obat tetapi tidak sembuhsembuh kemudian tanggal 3 juni 2002 klien dibawa ke RS Anwar Medika
Taman Sidoarjo dan dirawat tetapi pada sore harinya jam 16.00 klien mulai
menurun

kesadarannya

dan

tidak

bisa

bicara

sehingga

sulit

untuk

berkomunikasi. Karena terbentur masalah biaya sehingga keluarga klien


meminta untuk dipindahkan ke RSUD dr Soetomo dan pada malam harinya
klien dibawa ke RSUD dr Soetomo

12

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Hari Senin tanggal 3 juni 2002 jam 22.00 klien mulai dirawat di Ruang Saraf A
RSUD dr Soetomo dengan kesadaran yang menurun.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit seperti
yang diderita klien saat ini.
4) Keadaan Kesehatan Lingkungan
Keluarga klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup
bersih.
3.

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1) Keadaan Umum : lemah
2) Tanda-tanda vital
Suhu

: 36,8 0C

Nadi

: 80 X/menit. Kuat dan teratur

Tekanan darah

: 90/60 mmHg.

Respirasi

: 20 x/menit

3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 20 x/menit. Trachea tidak ada
kelainan. Terdapat retraksi dada, napas dangkal. Suara tambahan terdengar
bunyi ronchi. Bentuk dada simestris.
Hasil foto Thorax PA tanggal 3 Juni 2002 :
Cor

: besar dan bentuk normal.

Pulmo

: Tampak infiltrat granuler tersebar di kedua lapanganparu.


Kedua sinus phrenicocostalis tajam.

Kesimpulan

: TB Milier.

(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)


Nadi 80 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 90/60 mmHg, Suhu 36,8
0

C. Palpitasi tidak ada, clubbing fingger tidak ada. Suara jantung normal.

Edema : tidak ada.

13

(3) Persyarafan (B 3 : Brain)


Tingkat kesadaran : Delirium.
GCS : Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Menyuarakan bunyi yang tidak bermakna (2)
Motorik : Melokalisasi nyeri (5)
Kepala dan wajah : tak da kelainan.
Mata : sklera putih, Conjungtiva :merah muda, pupil : isokor.
Leher : tak ada kelaianan.
Reflek batuk ada, tapi tidak keras.
(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Terpasang Polly Catheter sejak MRS. Jumlah urine 1200 cc/24 jam.
Warna urine kuning muda.

Bau : Khas.

(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)


Terpasang NGT sejak MRS. Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen
normal, Peristaltik normal, tidak kembung, obstipasi (+), klien sudah
beberapa hari belum buang air besar.
Diet sonde TKTP.
(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai terbatas
Parese (+), Paralise (+), Hemiparese (+)
Ekstrimitas :
Atas :
Kanan

: Tidak ada kelainan

Kiri

: Tidak ada kelainan

Kanan

: Tidak ada kelainan

Kiri

: Terdapat kelainan akibat dislokasi pada

Bawah :

panggul akibat Kecelakaan Lalulintas


sebelumnya.
Tulang Belakang

: Tidak ada kelainan.

Warna kulit

: Kuning kecoklatan.

Akral

: Dingin basah.

Turgor

: Lambat.

Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.

14

DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil pemeriksaan Laboratorium.
Darah lengkap tanggal

: 3 Juni 2002.

Hb

: 15,0 mg/dl

(L 13,5 18,0 P 11,5 16,0 mg/dl).

Leukosit

: 24.000

(4000 11.000)

Trombosit

: 777.000/cmm

(150.000 450.000/cmm).

Hematokrit/PCV : 0,44 %

(L : 40 54 %

LED

(L 0 15/jam P 0 20/jam

P : 37 47 %)

Gula darah
-

Glukosa ad random

: 169 mg/dl ( 140 mg/dl)

Faal Hati
-

SGOT

: 55 U/L

(L < 37 P < 31 U/L)

Faal Ginjal
-

Serum Creatinin

: 1,52 mg/dl (L : 0,9 1,5 P : 0,7 1,3)

Elektrolit
-

Natrium

: 154 mmol/l (135 145 mmol/l)

Kalium

: 4,08 mmol/l (3,5 5,5 mmol/l)

Clorida

: 114

( 97 113 ).

Hasil pemeriksaan Liquor Cerebrospinalis tanggal 5 Juni 2002.


Jumlah Sel

: 352/3

Nonna

: Positif (+3).

Pandy

: Positif (+4).

: 112/3

: 240/3.

Jumlah protein: 300.


Glukose

: 26,3.

Eritrosit

: 2560/3

Bentuk

: Normal.

TERAPI :
1.

Infus NaCl 0,9 % 2000 cc / 24 jam.

2.

Streptomisin 1 x 1 gram, intramuskuler.

3.

Ceftriaxone 2 x 1 gram, iv.

15

4.

Dexamethasone 2 x 1 amp,iv.

5.

Cimetidin 3 x 1 amp,iv.

6.

Novalgin 3 x 1 amp,iv.

7.

Neurobion 1 x 1 amp, IM.

8.

Paracetamol 3 x 500 mg.

9.

OAT :
-

Rifampisin

: 1 x 450 mg.

INH

: 1 x 300 mg.

Pyrazinamide

: 1 x 1000 mg.
Tanda tangan mahasiswa

(Subhan)

16

ANALISA DAN SINTESA DATA

NO
1.

2.

3.

4.

5.

D ATA
S:

KEMUNGKINAN
ETIOLOGI
Sekresi
tracheobronchial.

O:
Terdapat retraksi dada,
napas dangkal, Suara
tambahan
terdengar
bunyi
ronchi,
Kesimpulan hasil foto
Thorax PA tanggal 3 Juni
2002 :TB Milier.
S:
Kesukaran mengunyah
dan menelan.
O:
Turgor kulit jelek
Membran Mukosa kering
Terpasang NGT sejak
MRS, Diet sonde TKTP,
klien sudah beberapa hari
belum
buang
air
besar.obstipasi (+),
S:
Kurangnya pengetahuan
Keluarga Klien
tentang resiko potogen.
mengatakan kurang
mengetahui tentang
proses penularan
penyakit serta sifat
penyakit.
O:
Kesimpulan hasil foto
Thorax PA tanggal 3 Juni
2002 :TB Milier. Hasil
pemeriksaan
laboratorium Leukosit :
24.000
S:
kelumpuhan
anggota
gerak.
O:
Keadaan Umum : lemah.
Kesadaran yang
menurun, Tingkat
kesadaran : Delirium.
Kemampuan pergerakan
sendi lengan dan tungkai
terbatas.
Parese (+), Paralise (+),
Hemiparese (+)
S:
Ancaman terhadap status
kesehatan.
O:

MASALAH
Bersihan jalan nafas
tidak efektif

Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Resiko tinggi terhadap


penyebaran infeksi

Kerusakan
fisik

mobilitas

Cemas

17

6.

S:
Keluarga Klien
mengatakan kurang
mengetahui tentang
proses penyakit, sifat
penyakit, pemeriksaan
diagnostik, tujuan
tindakan perawatan
maupun pengobatan yang
diprogramkan. serta
kurangnya pengetahuan
tentang diet dan
Lamanya perawatan,
banyaknya biaya
perawatan dan
pengobatan.
O:

Kurangnya
informasi
tentang proses penyakit
dan
penatalaksanaan
perawatan.

Kurangnya
pengetahuan mengenai
kondisi,
aturan
pengobatan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi tracheobronchial.

2.

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kesukaran mengunyah dan menelan.

3.

Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan tentang resiko potogen.

4.

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan anggota gerak.

5.

Cemas berhubungan dengan Ancaman terhadap status kesehatan.

6.

Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan


dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan
perawatan.

18

RENCANA TINDAKAN
NO
1.

2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan Sekresi
tracheobronchial.

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.

TUJUAN
Tujuan :
1.
Tidak terjadi gangguan pada
bersihan jalan napas klien dalam
waktu 7 x 24 jam
2.
Kriteria hasil :
RR teratur, tidak ada stridor,
3.
ronchi, whezing, RR: 16 20 x /
mnt, reflek batuk klien ada.
4.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi


dapat terpenuhi dalam waktu
7x24 jam.
Kriteria hasil :
1. Turgor baik, intake dapat
masuk sesuai kebutuhan,
terdapat kemampuan
menelan, sonde dilepas, BB
meningkat 1kg.
2. Berat badan dan tinggi
badan ideal.
3. Keluarga Klien mematuhi
dietnya.

RENCANA TINDAKAN
Observasi kecepatan, kedalaman dan suara
napas klien.

1.

Lakukan suction dengan ekstra hati-hati


bila terdengar stridor.
Pertahankan posisi duduk , tidak
menekan ke salah satu sisi.

2.

Lakukan chest fisioterapi.

4.

3.

5.

Jelaskan pada keluarga tentang perubahan


posisi tiap 2 jam sekali.

1.
2.
3.
4.

Observasi texture, turgor kulit.


Observasi intake out put.
Observasi posisi dan kebersihan sonde.
Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

1.
2.
3.
4.

5.

Anjurkan kaluarga klien untuk mematuhi


diet yang telah diprogramkan.

5.

6.

Timbang berat badan setiap seminggu


sekali.

6.

RASIONAL
kecepatan pernapasan menunjukkan adanya
upaya tubuh untuk memenuhi kebutuhan
O2
reflek batuk yang menurun menyebabkan
hambatan pengeluaran sekret
ventilasi lebih mudah bila posisi kepala
dalam posisi netral, penekanan ke satu titik
menyebabkan peningkatan TIK.
claping dan vibrating merangsang cilia
bronkus untuk mengeluarkan sekret

mengetahui status nutrisi klien.


mengetahui keseimbangan nutrisi klien.
untuk menghindari resiko infeksi / iritasi.
Untuk mengetahui tentang keadaan dan
kebutuhan nutrisi klien sehingga dapat
diberikan tindakan dan pengaturan diet
yang adekuat.
Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
komplikasi terjadinya
hipoglikemia/hiperglikemia.
Mengetahui perkembangan berat badan
pasien (berat badan merupakan salah satu
indikasi untuk menentukan diet).

19

4.

Kadar gula darah dalam


batas normal.
Tidak ada tanda-tanda
hiperglikemia/hipoglikemia
.

7.

Identifikasi perubahan pola makan.

7.

8.

Kerja sama dengan tim kesehatan lain


untuk pemberian diet sonde TKTP.

8.

Tujuan : klien mengalami


penurunan potensi untuk
menularkan penyakit
seperti yang ditunjukkan
oleh kegagalan kontak
klien untuk mengubah tes
kulit positif.
Kriteria hasil : Klien
mengalami penurunan
resiko menularkan penyakit
yang ditunjukkan oleh
kegagalan kontak klien.

1.

Identifikasi orang lain yang berisiko.


Contah anggota rumah, sahabat.

1.

2.

Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan


mengeluarkan pada tisu dan hindari
meludah serta tehnik mencuci tangan yang
tepat.
Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara,
contoh masker atau isolasi pernafasan.

2.

4.

Identifikasi faktor resiko individu terhadap


pengatifan berulang tuberkulasis.

4.

5.

Tekankan pentingnya tidak menghentikan


terapi obat.

5.

6.

Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter.

6.

5.

3.

Resiko tinggi terhadap penyebaran


infeksi berhubungan dengan
Kurangnya pengetahuan tentang
resiko potogen.

3.

3.

Mengetahui apakah keluarga klien telah


melaksanakan program diet yang
ditetapkan.
Pemberian diet sonde TKTP yang sesuai
dapat mempercepat pemulihan terhadap
kekurangan kalori dan protein dan
membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
klien karena klien terjadi penurunan reflek
menelan.
Orang yang terpajan ini perlu program
terapi obat intuk mencegah penyebaran
infeksi.
Perilaku yang diperlukan untuk mencegah
penyebaran infeksi.
Dapat membantu menurunkan rasa
terisolasi klien dengan membuang stigma
sosial sehubungan dengan penyakit
menular.
Pengetahuan tentang faktor ini membantu
klien untuk mengubah pola hidup dan
menghindari insiden eksaserbasi.
Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari
setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya
rongga atau penyakit luas, sedang resiko
penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3
bulan.
Membantu mengidentifikasi lembaga yang
dapat dihubungi untuk menurunkan
penyebaran infeksi.

20

4.

Kerusakan mobilitas fisik


berhubungan dengan kelumpuhan
anggota gerak

Tujuan : kerusakan mobilitas


fisik dapat membaik selama
dalam perawatan
Kriteria hasil : Klien mampu
menggerakkan
extremitas
bagian atas dan bawah baik
sebelah kanan maupun sebelah
kiri secara minimal, tidak terjadi
kontraktur sendi, klien mampu
mempertahankan
posisi
seoptimal mungkin

1.

Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi


dengan skala 0 4.

1.

2.

Pertahan posisi klien dalam letak anatomis


dengan memberi ganjal bantal sewaktu
posisi miring.
Jelaskan pada keluarga klien tentang
mobilisasi pasif.
Lakukan mobilisasi pasif pada kedua
extremitas.
Rubah posisi dengan mengangkat sisi yang
tidak berfungsi.
Lakukan masage, kompres hangat,
perawatan kulit.
Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh
pasien.

2.
3.

Beri kesempatan pada pasien untuk


mengungkapkan rasa cemasnya.
Gunakan komunikasi terapeutik.

4.

Beri informasi yang akurat tentang proses


penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut
serta dalam tindakan keperawatan.

5.

Berikan keyakinan pada pasien bahwa


perawat, dokter, dan tim kesehatan lain
selalu berusaha memberikan pertolongan
yang terbaik dan seoptimal mungkin.

3.
4.
5.
6.

5.

Cemas berhubungan dengan


kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.

Tujuan : rasa cemas


berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat
mengidentifikasikan sebab
kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.

1.

2.
3.

4.
5.

Memantau tingkat ketergantungan klien


serta mengobservasi fungsi sensorik
motorik.
Mencegah terjadinya kontraktur.
.
mengurangi atropi otot, meningkatkan
sirkulasi, mencegah kontraktur
merangsang perfusi pada sisi yang lumpuh.

6.

merangsang vasodilatasi untuk


memperlancar peredaran darah

1.

Untuk menentukan tingkat kecemasan yang


dialami pasien sehingga perawat bisa
memberikan intervensi yang cepat dan
tepat.
Dapat meringankan beban pikiran pasien.

Agar terbina rasa saling percaya antar


perawat-pasien sehingga pasien kooperatif
dalam tindakan keperawatan.
Informasi yang akurat tentang penyakitnya
dan keikutsertaan pasien dalam melakukan
tindakan dapat mengurangi beban pikiran
pasien.
Sikap positif dari timkesehatan akan
membantu menurunkan kecemasan yang
dirasakan pasien.

21

6.

Berikan kesempatan pada keluarga untuk


mendampingi pasien secara bergantian.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan
nyaman.

1.

Kaji patologi masalah individu.

1.

2.

Identifikasi kemungkinan kambuh atau


komplikasi jangka panjang.

2.

3.

Kaji ulang tanda atau gejala yang


memerlukan evaluasi medik cepat (contoh,
nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress
pernafasan).
Kaji ulang praktik kesehatan yang baik
(contoh, nutrisi baik, istirahat, latihan).

7.

6.

Kurangnya pengetahuan tentang


proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.

Tujuan :
Keluarga Klien tahu mengenai
kondisi dan aturan pengobatan.
Keluarga klien memperoleh
informasi yang jelas dan benar
tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1. Keluarga Klien menyatakan
pemahaman penyebab
masalah.
2. Keluarga Klien mampu
mengidentifikasi tanda dan
gejala yang memerlukan
evaluasi medik.
3. Keluarga Klien mengikuti
program pengobatan dan
menunjukkan perubahan
pola hidup yang perlu
untuk mencegah
terulangnya masalah.
4. Keluarga Klien
memperlihatkan
peningkatan tingkah
pengetahuan mengenai
perawatan diri.

3.

4.
5.
6.
7.

4.

5.
Kaji kemampuan keluarga klien untuk
belajar mengetahui masalah, kelemahan,
lingkungan, media yang terbaik bagi klien. 6.
Identifikasi gejala yang harus dilaporkan
keperawatan, contoh demam, sakit kepala
atau kesulitan bernafas.
7.
Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian,
kerja yang diharapkan dan alasan
pengobatan lama, kaji resiko interaksi
dengan obat lain.
8.

Pasien akan merasa lebih tenang bila ada


anggota keluarga yang menunggu.
Lingkung yang tenang dan nyaman dapat
membantu mengurangi rasa cemas pasien.
Informasi menurunkan takut karena
ketidaktahuan. Memberikan pengetahuan
dasar untuk pemahaman kondisi dinamik
dan pentingnya intervensi terapeutik.
Penyakit paru yang ada seperti Tuberkulosa,
penyakit paru infeksi dan keganasan dapat
meningkatkan insiden kambuh.
Berulangnya demam dan sakit kepala
memerlukan intervensi medik untuk
mencegah, menurunkan resiko komplikasi.
Mempertahankan kesehatan umum
meningkatkan penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan.
Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan
fisik dan ditingkatkan pada tahapan
individu.
Dapat menunjukkan kemajuan atau
pengaktifan ulang penyakit atau efek obat
yang memerlukan evaluasi lanjut.
Meningkatkan kerjasama dalam program
pengobatan dan mencegah penghentian obat
sesuai perbaikan kondisi klien.
Mencegah dan menurunkan

22

5.

6.

Keluarga Klien mengetahui


tentang proses penyakit,
diet, perawatan dan
pengobatannya dan dapat
menjelaskan kembali bila
ditanya.
Keluarga Klien dapat
melakukan perawatan diri
sendiri berdasarkan
pengetahuan yang
diperoleh.

8.

Kaji resiko efek samping pengobatan dan


pemecahan masalah.
9.

9.

Dorong klien atau orang terdekat untuk


menyatakan takut akan masalah, jawab
pertanyaan secara nyata.
10.
10. Berikan instruksi dan imformasi tertulis
khusus pada keluarga klien untuk rujukan
contoh jadwal obat.
11.
11. Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien
tentang penyakit Tuberkulosa.
12.
12. Kaji latar belakang pendidikan
keluargaklien .
13.
13. Jelaskan tentang proses penyakit, diet,
perawatan dan pengobatan pada keluarga
klien dengan bahasa dan kata-kata yang
mudah dimengerti.
14. Jelasakan prosedur yang akan dilakukan,
manfaatnya bagi klien dan libatkan
keluarga klien didalamnya.

ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi


dan meningkatkan kerjasama dalam
program.
Memberikan kesempatan untuk
memperbaiki kesalahan konsepsi /
peningkatan ansietas.
Informasi tertulis menurunkan hambatan
klien untuk mengingat sejumlah besar
informasi. Pengulangan penguatkan belajar.
Untuk memberikan informasi pada
pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui
sejauh mana informasi atau pengetahuan
yang diketahui pasien/keluarga.
Agar perawat dapat memberikan penjelasan
dengan menggunakan kata-kata dan kalimat
yang dapat dimengerti keluarga klien sesuai
tingkat pendidikan keluarga klien .
Agar informasi dapat diterima dengan
mudah dan tepat sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman.

14. Dengan penjelasan yang ada dan ikut secra


langsung dalam tindakan yang dilakukan,
keluarga klien akan lebih kooperatif dan
cemasnya berkurang.

23

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP)


DIAGNOSA
1.

2.

KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
berhubungan dengan
Sekresi
tracheobronchial.

Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake makanan yang
kurang.

TINDAKAN KEPERAWATAN
1.

Mengobservasi kecepatan, kedalaman dan suara napas klien.

S:

2.
3.

Melakukan suction dengan ekstra hati-hati bila terdengar stridor.


Mempertahankan posisi duduk , tidak menekan ke salah satu sisi.

O : RR teratur, stridor (+), ronchi (+), whezing (-),


RR: 16 20 x / mnt, reflek batuk klien ada (-).

4.

Melakukan chest fisioterapi.

A : Tujuan tercapai sebagian

5.

Menjelaskan pada keluarga tentang perubahan posisi tiap 2 jam


sekali.

P : Intervensi terus dilakukan

1.
2.
3.
4.
5.

Mengobservasi texture, turgor kulit.


Mengobservasi intake out put
Mengobservasi posisi dan keberhasilan sonde
Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Menganjurkan keluarga klien untuk mematuhi diet yang telah
diprogramkan.
Menimbang berat badan setiap seminggu sekali.
Mengidentifikasi perubahan pola makan.
Bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet sonde
TKTP.

S:

Mengidentifikasi orang lain yang berisiko. Contah anggota rumah,

S:

6.
7.
8.

3.

Resiko terhadap

EVALUASI (SOAP)

1.

O:
1. Turgor membaik, intake dapat masuk sesuai
kebutuhan, belum terdapat kemampuan
menelan, sonde masih terpasang.
2. Berat badan dan tinggi badan belum dapat
ditimbang dan diukur.
3. Keluarga Klien mematuhi dietnya.
4. Kadar gula darah dalam batas normal.
5. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/
hipoglikemia.
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi terus dilakukan.

24

transmisi infeksi yang


berhubungan dengan
kurangnya
pengetahuan tentang
resiko potogen.

2.
3.
4.

4.

5.

Kerusakan mobilitas
fisik berhubungan
dengan kelumpuhan
anggota gerak

Cemas berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan tentang
penyakitnya.

5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

1.
2.
3.
4.
5.

sahabat.
Menganjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada
tisu dan hindari meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat.
Mengkaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau
isolasi pernafasan.
Mengidentifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang
tuberkulasis.
Menekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
Mengkolaborasikan dan melaporkan ke tim dokter.
Mengkoreksi tingkat kemampuan mobilisasi dengan skala 0 4.
Mempertahankan posisi klien dalam letak anatomis dengan memberi
ganjal bantal sewaktu posisi miring.
Menjelaskan pada klien tentang mobilisasi pasif.
Melakukan mobilisasi pasif pada kedua extremitas.
Merubah posisi dengan mengangkat sisi yang tidak berfungsi.
Melakukan masage, kompres hangat, perawatan kulit.

Mengkaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.


Memberi kesempatan pada keluarga klien untuk mengungkapkan
rasa cemasnya.
Menggunakan komunikasi terapeutik.
Memberikan informasi yang akurat tentang proses penyakit dan
anjurkan keluarga klien untuk ikut serta dalam tindakan
keperawatan.
Memberikan keyakinan pada keluarga klien bahwa perawat, dokter,
dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan

O : Klien mengalami penurunan resiko


menularkan penyakit yang ditunjukkan oleh
kegagalan kontak klien.
A : Tujuan tercapai
P : Intervensi dihentikan
S:
O:
1. Klien belum mampu menggerakkan
extremitas bagian atas dan bawah baik
sebelah kanan maupun sebelah kiri secara
minimal.
2. Tidak terjadi kontraktur sendi.
3. Klien belum mampu mempertahankan posisi
seoptimal mungkin
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi terus dilakukan.
S:
O:
1. keluarga klien dapat mengidentifikasikan
sebab kecemasan.
2. Emosi keluarga klien stabil., keluarga klien
tenang.
3. Istirahat cukup.

25

6.
6.

Kurangnya
pengetahuan tentang
proses penyakit, diet,
perawatan, dan
pengobatan
berhubungan dengan
kurangnya informasi.

7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

yang terbaik dan seoptimal mungkin.


Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi klien
secara bergantian.
Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
Mengkaji patologi masalah individu.
Mengidentifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka
panjang.
Mengkaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik
cepat (contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress pernafasan).
Mengkaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik,
istirahat, latihan).
Mengkaji kemampuan keluarga klien untuk belajar mengetahui
masalah, kelemahan, lingkungan, media yang terbaik bagi klien.
Mengidentifikasi i gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh
demam, sakit kepala atau kesulitan bernafas.
Menjelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan
dan alasan pengobatan lama, kaji resiko interaksi dengan obat lain.
Mengkaji resiko efek samping pengobatan dan pemecahan masalah.
Mendorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut akan
masalah, jawab pertanyaan secara nyata.
Memberikan instruksi dan imformasi tertulis khusus pada keluarga
klien untuk rujukan contoh jadwal obat.
Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit
Tuberkulosa.
Mengkaji latar belakang pendidikan keluarga klien.
Menjelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan pada keluarga klien dengan bahasa dan kata-kata yang
mudah dimengerti.
Menjelasakan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi
pasien dan libatkan keluarga klien didalamnya.

A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan.
S:
O:
1. keluarga klien mengetahui tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya
dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. keluarga klien dapat melakukan perawatan
diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan

26

Anda mungkin juga menyukai