Laporan Kompressor
Laporan Kompressor
MODUL
: KOMPRESSOR
PEMBIMBING
Oleh :
Kelompok
: II (dua)
Nama
: 1. Irfanty widyastuti
131411012
2. Noer Khoiriyah
131411018
3. Shofiyah Wardah N
131411026
Kelas
: 2A
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam industri terdapat berbagai macam proses dengan menggunakan fluida gas. Untuk
memperlancar proses, fluida gas tersebut dialirkan menggunakan sebuah alat. Kompresor,
fan dan blower yang merupakan alat untuk mentransportasikan gas yang sering digunakan.
Kompresor adalah mesin untuk memapatkan udara atau gas. Kompresor udara biasanya
menghisap udara dari atmosfer. Namun ada pula yang menghisap udara atau gas yang
bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Dalam hal ini kompresor bekerja sebagai
penguat
lebih rendah dari pada tekanan atmosfer. Dalam hal ini kompresor disebut Pompa Vakum.
Peningkatan daya piker dalam meningkatkan logika mekanik dalam suatu proses secara
umum.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Kompresor
Kompresor adalah mesin untuk memapatkan udara atau gas. Kompresor udara
biasanya menghisap udara dari atmosfer. Namun ada pula yang menghisap udara atau
gas yang bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Dalam hal ini kompresor
bekerja sebagai penguat
yang bertekanan lebih rendah dari pada tekanan atmosfer. Dalam hal ini kompresor
disebut Pompa Vakum.
2.2
Azas Kompresor
Azas kerja kompresor jika suatu zat di dalam sebuah ruangan tertutup
diperkecil volumenya, maka gas akan mengalami kompresi. Adapun
pelaksanaannya dalam praktek memerlukan konstruksi seperti diperlihatkan
pada gambar 1. disini digunakan torak yang bekerja bolak- balik didalam sebuah
silinder untuk menghisap, menekan, dan mengeluarkan gas secara berulangulang. Dalam hal ini gas yang ditekan tidak boleh bocor melalui celah antara
dinding yang saling bergerak. Untuk itu digunakan cincin tolak sebagai perapat.
Pada kompresor ini torak tidak digerakkan dengan tangan melainkan
dengan motor melalui poros engkol seperti terlihat pada gambar 1. dalam hal ini
katup isap dan katup keluar dipasang pada kepala silinder. Adapun yang
digunakan sebagai penyimpan udara dipakai tanki udara. Kompresor semacam
ini dimana tolak bergerak bolak- balik disebut kompresor bolak- balik.
2.3
Teori Kompresi
2.3.1
2.3.2
2.4
Proses Kompresi
2.4.1
Kompresi Isotermal
Bila suatu gas dikompresikan, maka ini ada energi mekanik yang
diberikan dari luar pada gas. Energi ini diubah menjadi energi panas sehingga
temperature gas akan naik jika tekanan semakin tinggi. Namun jika proses
kompresi ini juga dengan pendinginan untuk mengeluarkan panas yang terjadi,
temperature dapat dijaga tetap. Kompresor secara ini disebut kompresor
Isotermal ( temperatur tetap ). Hubungan antara P dan V untuk T tetap dapat
diperoleh dari persamaan :
P1V1 = P2V2 = tetap ...............................................
2.4.2
(1)
Kompresi Adiabatik
Yaitu kompresi yang berlangsung tanpa ada panas yang keluar/ masuk
dari gas. Dalam praktek proses adiabatik tidak pernah terjadi secara sempurna
karena isolasi didalam silinder tidak pernah dapat sempurna pula.
2.4.3
Kompresi Politropik
Kompresi pada kompresor yang sesungguhnya bukan merupakan proses
Isotermal, namun juga bukan proses adiabatik, namun proses yang
sesungguhnya ada diantara keduannya dan disebut Kompresi Politropik.
Hubungan antara P dan V pada politropik ini dapat dirumuskan sebagai :
P. Vn = tetap ..........................................................
(2)
( proses
2.5
Efisiensi Volumetrik
(3)
Perpindahan torak :
Vs x N = ( /4 ) D2 x S x N ( cm3 / min )...........................
(4)
( 3 ) torak
mencapai titik mati atas, yaitu titik mati akhir gerakan torak pada langkah kompresi dan
pengeluaran.
Pada waktu torak mencapai titik mati atas ini antara sisi atas torak dan kepala
silinder masih ada volume sisa yang besarnya Vc. Volume ini idealnya harus sama
dengan 0 agar gas dapat didorong seluruhnya keluar silinder tanpa sisa. Namun dalam
praktek harus ada jarak ( Clearance ) diatas torak agar torak tidak membentur kepala
silinder.
Karena adanya volume sisa ini ketika torak mengakhiri langkah kompresinya
diatas torak masih ada sejumlah gas dengan volume sebesar Vc, dan tekanan sebesar Pd,
jika kemudian torak memuai langkah isapnya ( bergerak kekanan ), katup isap tidak
dapat terbuka sebelum sisa gas diatas torak berekspansi sampai tekanannya turun dari
Pd menjadi Ps. Disini pemasukan gas baru mulai terjadi dan proses pengisapan ini
berlangsung sampai titik mati bawah.
Adapun efisiensi volumetric dapat kita lihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 1.1 v ( Efisiensi volumetris )
Perbandingan
Putaran
Kompresi
Tinggi
Rendah
P2/ P1
92
85
86
80
84
76
78
71
10
75
66
12
72
60
Adapun harga v yang sesungguhnya adalah sedikit lebih kecil dari harga yang
diperoleh dari rumus diatas karena adanya kebocoran melalui cincin torak, katup serta
tahanan pada katup.
Untuk volume langkah torak ( VL ) adalah jumlah volume yang diisap dikurangi dengan
volume sisa. Maka rumus dari volume langkah torak dapat didefisinikan sebagai berikut
:
VL = /4 .D2.S.N ................................................................
(5)
(6)
v = Efisiensi Volumetrik ( % )
N = Jumlah Putaran ( Rpm )
2.6
P2 k-1 - 1 .....................( 7 )
P1
Ni = Nth .....................................................................
(8)
m
Ne = Ni ......................................................................
(9)
m
Keterangan :
Nth = Daya teoritis yang digunakan untuk menggerakkan Kompresor
( HP )
P1 = Tekanan Gas awal ( kg/ cm2 )
P2 = Tekanan akhir kompresi ( kg/ cm2 )
k
= Eksponen adiabatik
Ni = Daya Indikator
Ne = Daya Efektif
Nm = Daya Mekanis
Diasumsikan untuk eksponen adiabatik udara adalah k: 1,4
( 1 TK = 1 HP dan 1 HP = 0,746 kW )
Untuk efisiensi volumetrik dan efisiensi adiabatik keseluruhan sebenarnya tidak tetap
harganya berubah- ubah menurut konstruksi dan tekanan keluar kompresor. Karena itu
perhitungan daya tidak dapat dilakukan semudah cara diatas. Namun untuk perhitungan
efisiensi adiabatik dapat diambil kira- kira 80 85% untuk kompresor besar, 75 80%
untuk kompresor sedang dan 65 70% untuk kompresor kecil.
2.7
Motor Listrik
Motor listrik dapat diklasifikasikan secara kasar atas motor induksi dan
motor sinkron. Motor induksi mempunyai faktor daya efisiensi yang lebih
rendah dari pada motor sinkron. Arus awal motor induksi juga sangat besar.
Namun motor induksi sampai 600 KW banyak dipakai karena harganya relative
murah dan pemeliharaannya mudah. Motor induksi ada dua jenis sangkar bajing
( squirrel cage ) dan jenis rotor lilit ( wound rotor). Akhir- akhir ini jenis motor
sangkar bajing lebih banya dipakai karena mudah pemeliharaannya. Meskipun
motor sinkron mempunyai faktor daya dan efisiensi yang tinggi, namun
harganya mahal. Dengan demikian motor ini hanya dipakai bila diperlukan daya
besar dimana pemakaian daya merupakan faktor yang sangat menentukan.
2.7.2
merupakan kompresor portable. Untuk daya kecil sampai 5.5 kW dapat dipakai
motor bensin dan untuk daya yang lebih besar dipakai motor diesel.
2.7.3
2. Kopling Tetap
Hubungan dengan kopling tetap memberikan efisiensi keseluruhan yang
tinggi serta pemeliharaan yang mudah. Namun cara ini memerlukan motor
dengan putaran rendah dan motor dengan putaran rendah adalah mahal.
Karena itu, cara ini hanya sesuai untuk kompresor berdaya antara 150 450
kW.
4. Kopling Gesek
Cara ini dipakai untuk menggerakkan kompresor kecil dengan motor bahan
bakar torak. Disini motor dapat distart tanpa beban dengan membuka
hubungan kopling. Namun untuk kompresor dengan fluktuasi momen puter
yang besar diperlukan kopling yang dapat meneruskan momen puter yang
besar pula.
2.8
Kapasitas
Pada kompresor torak, angka kapasitas yang tertulis didalam katalog menyatakan
perpindahan torak dan bukan laju volume yang dihasilkan. Untuk kompresor putar,
yang tertulis dalam katalog pada umumnya menyatakan volume yang sesungguhnya
dihasilkan. Pada kapasitas normal, kompresor mempunyai efisiensi adiabatik
keseluruhan yang maksimum.
Apabila kompresor dioperasikan pada kapasitas atau beban yang lebih rendah,
maka efisiensinya menurun. Karena itu pemilihan kapasitas kompresor harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga dalam pemakaianya nanti kompresor akan dapat dioperasikan
pada atau disekitar titik normalnya. Selain itu, apabila kebutuhan udara atau gas sangat
fluktuasi sebaiknya dipilih kompresor dengan kapasitas normal sebesar puncak
kebutuhan.
2.9
Isap
Bila proses engkol berputar dalam arah panah, torak bergerak ke bawah
oleh tarikan engkol. Maka terjadilah tekanan negative ( di bawah tekanan
atmosfer ) di dalam silinder, dan katup isap terbuka oleh perbedaan tekanan,
sehingga udara terhisap.
Piston bergerak dari TDC ke BDC
Intake valve membuka & exhaust valve menutup
Udara luar terisap ( karena didalam ruang bakar kevakumannya lebih
tinggi )
Efisiensi Volumetrik
Efisiensi volumetrik adalah persentase pemasukan udara yang diisap
terhadap volume ruang bakar yang tersedia.
Kompresi
Bila torak bergerak dari titik mati bawah ketitik mati atas, katup isap
tertutup dan udara di dalam silinder dimampatkan.
Piston bergerak dari BDC ke TDC
Kedua valve menutup
Udara dikompresikan Panas ( karena ruangnya dipersempit )
Power Stroke
Gas sisa pembakaran mengembang ( ekspansi karena panas, yang
menyebabkan gaya dorong )
Kedua valve menutup
Piston terdorong turun ke BDC
2.9.2
dari proses kompresi, dinding luar silinder diberi sirip- sirip. Gunanya adalah
untuk memperluas permukaan yang memancarkan panas pada kompresor
dengan pendinginan udara.
Tutup silinder terbagi atas 2 ruangan, satu sebagai sisip isap dan sebagai sisip
keluar. Pada kompresor kerja ganda terdapat tutup atas silinder dan tutup bawah
silinder. Sebagai mana pada silinder, tutup silinder harus kuat, maka terbuat dari
besi cor dan dinding luarnya diberi sirip- sirip pemancar panas/ selubung air
pendingin.
2.9.3
Cincin torak dipasang pada alur- alur dikeliling torak dan berfungsi mencegah
kebocoran antara permukaan torak dan silinder. Jumlah cincin torak bervariasi
tergantung pada perbedaan tekanan antara sisi atas dan sisi bawah torak. Tetapi
biasanya pemakaian 2 sampai 4 buah cincin dapat dipandang cukup untuk
kompesor dengan tekanan kurang dari 10 kgf/ cm2. dalam hal kompresor kerja
tunggal dengan silinder tegak, juga diperlukan cincin penyapu minyak yang
dipasang pada alur paling bawah dari alur cincin yang lain. Cincin ini tidak
dimaksud untuk mencegah kebocoran udara dan melulu untuk menyeka minyak
yang terpercik pada dinding dalam silinder.
BAB III
METODELOGI
Membuka katup
udara
BAB IV
= 24C
No
Pin
Pout
Qin
Qout
(cmH2O
(cmH2O
(L/min
(L/min
1.
30.5
32
2.
38
3.
41
T di Vout (oC)
Pulley piston
Nin
Nout
(rpm
(rpm
(rpm
(rpm
75
90
)
2985
)
2986
)
406.8
)
406.7
28.
32.
50.
49.
29.
24.
54.
54.3
47
75
90
2962
1481
405.4
405.2
9
29.
9
27.
2
56.
7
55.
1
28.
9
26.
9
56.
55.1
49
75
90
2987
2978
406.5
407.3
1
29.
4
32.
4
57.
8
57.
4
29.
5
34.
3
51.
33.4
Masuk
I
II
= 24C
Masuk
I
III
Keluar
I
II
9
1
Rata-rata
4
1
Rata-rata
6
Rata-rata
1: 406.75
1: 30.9
1: 49.95
1: 27.0
1: 54.6
2: 405.3
2: 28.25
2: 56.1
2: 27.45
2: 55.7
3: 406.9
3: 31.1
3: 57.5
3: 31.75
3: 42.5
Keluar
I
II
3
9
Rata-rata
Rata-rata:
T di Vin (oC)
Pulley Motor
Nin
Nout
No
Pin
Pou2O)
Qin
Qout
(cmH2O
(L/min
(L/min
Pulley Motor
T di Vout (oC)
Pulley Piston
Masuk
Keluar
Masuk
Keluar
Nin
Nout
Nin
Nout
(rpm
(rpm
(rpm
(rpm
II
II
III
II
1.
33
38
65
75
)
1488
)
1487
)
225.7
)
225.5
29.6
32.3
46.1
50.4
30.4
34.6
53.4
54.0
2.
41
48.5
65
75
1484
1483
225.6
225.4
29.8
33.8
55.8
48.6
30
34.6
57.4
57.5
3.
42
54
65
75
1483
1486
225.7
225.9
31.6
37.7
58.4
58.4
30.8
38.3
58.9
59.1
Rata-rata:
1: 225.6
2: 225.5
3: 225.8
Pengolahan Data
1
( )
Rata-rata :
Rata rata:
Rata-rata :
Rata-rata :
30.95
48.25
32.5
53.7
31.8
52.2
32.3
57.45
34.65
58.4
34.55
59
Pout
(Pa)
42.56
2.
Pin
(Pa)
40.56
5
50.54
62.51
301.25
316.396
329.1
345.65
3.
54.53
65.17
304.1
316.87
330.5
344.38
b Pulley II
No
.
1.
Pin
(Pa)
43.89
Pout
(Pa)
50.54
2.
54.53
64.51
3.
55.86
71.82
315.62
317.39
325.93
V 1 P1
=
V 2 P2
( )
1
n
V1 = 1L = 0.001 m3
1 Pa = 1 kg/m2
a
Pulley I
No.
1.
Pin
(kg/m2)
40.565
Pout
(kg/m2)
42.56
V2
(m3)
0.00096
2.
50.54
62.51
0.00085
3.
54.53
65.17
0.00087
Pout
(kg/m2)
V2
(m3)
b Pulley II
No.
Pin
(kg/m2)
337.52
343.53
351.84
1.
43.89
50.54
0.00115
2.
54.53
64.51
0.00138
3.
55.86
71.82
0.00121
Pulley I
FAD actual per stroke = Qin 75 L//min
Pemindahan oleh kompresor = Qout 90 L/min
vol =
75
=0.833
90
pi T s
p s T i vol (inlet )
Pulley I
Pin (kg/m2)
40.565
50.54
54.53
b
Tin (K)
303.9
301.25
304.1
vol (SSL)
0.473
0.442
0.4729
Tin (K)
305.5
305.3
307.55
vol (SSL)
0.455
0.566
0.575
Pulley II
Pin (kg/m2)
43.89
54.53
55.86
Pulle
y
I
II
D1 N 1
=
D2 N 2
D1
D2
N1 (rpm)
(cm (cm Var I Var II
Var
)
7.5
)
27.
406.7
7.5
5
33
5
225.6
405.3
225.5
N2 aktual (rpm)
Var I Var II Var III
III
406.9
1491.4
1486.
1490.8
225.8
2
992.64
1
992.2
7
993.52
BAB V
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
5.1 Pembahasan
Pada praktikum laboratorium teknik kimia II kali ini berjudul kompresor. Kompresor
adalah suatu mesin fluida yang berfungsi untuk merubah energi kinetik menjadi energi tekan
dengan prinsip kerjanya memindahkan fluida kompresibel dari tekanan rendah ke tekanan lebih
tinggi untuk menghasilkan udara bertekanan. Secara garis besar kompresor dapat
diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu Positive Displacement compressor dan Dynamic
compressor (Turbo). Pada praktikum kali ini digunakan kompresor jenis positive displacement.
Pada jenis positive displacement compressor ini, sejumlah udara atau gas di kompres dalam
ruang kompresi dan volumenya secara mekanik menurun, menyebabkan peningkatan tekanan
kemudian di alirkan keluar. Pada kecepatan konstan, aliran udara tetap konstan dengan variasi
pada tekanan pengeluaran. kompresor ini dibagi dalam dua jenis yaitu reciprocating dan rotary,
dimana yang digunakan pada praktikum kali ini adalah jenis reciprocating.
Pada dasarnya, kompresor reciprocating dilengkapi dengan sebuah motor sebagai
penggerak kompresor melalui sebuaH sabuk (V-belt) transmisi daya. Kompresor reciprocating
bekerja dengan prinsip tekanan bolak-balik dari piston yang digerakkan oleh poros engkol.
Bagian utama peralatan ini terdiri dari piston dan silinder dengan pegas masukan dan kerangan
(valve) pengeluaran yang dikendalikan secara otomatis. Gas keluaran dari piston
diakumulasikan di dalam tangki penampung (yang biasanya difungsikan sebagai energy
penggerak peralatan dengan udara tekan).
Pada praktikum ini dilakukan 2 variasi ukuran diameter pulley motor dengan masingmasing 3 variasi laju alir. Selama percobaan dilakukan pengamatan suhu masukan-keluaran,
jumlah putaran pulley motor maupun piston, dan beda tekanan pada laju alir masukan maupun
keluaran.
Pada pengolahan data, praktikan menghitung suhu teoritis dari suhu praktis. Dapat
dilihat bahwa suhu praktis cenderung lebih besar dari suhu teoritis, hal ini dapat disebabkan
oleh kurangnya ketelitian pada saat pembacaan alat ukur.Semakin besar tekanan maka semakin
T 2 P2
besar suhu teoritis. Menghitung suhu teoritis menggunakan persamaan : T 1 = P1
( )
n1
n
Menghitung Perolehan Volume Keluaran (V2) pada kedua Pulley menggunakan rumus
P1 V1n = P2 V2n
Menjadi
V 1 P1
=
V 2 P2
( )
1
n
Puley II meiliki V2 yang lebih besar berdasarkan perhitungan karena memiliki diameter
yang lebih besar dan menghasilkan tekanan yang lebih besar, karena tekanan dan volume keluar
berbanding lurus. Semakin tekanan besar maka volume akan semakin besar.
Efisiensi volumetrik adalah persentase pemasukan udara yang diisap terhadap volume
ruang bakar yang tersedia.Rumus yang digunakan untuk menghitung efisiensi volumetrik
adalah :
Efisiensi volumetrik ( vol )=
Karena efisiensi volumetric biasanya dinyatakan pada kondisi standar (SSL), maka efisiensi
volumetric yang diamati pada kondisi udara masuk harus dikoreksi sebagai berikut:
vol (SSL) =
pi T s
p s T i vol (inlet )
Efisiensi volumetrik yang dihasilkan dengan menggunakan pulley II lebih besar dari
pulley I karena diameter pulley II yang lebih besar dari pulley I maka tegangan belt yang
mengikat pulley I lebih kendor yang menyebabkan rugi-rugi energi.
5.2 Kesimpulan
1. Suhu keluar secara teoritis :
Pada Laju Alir Masuk
T1 (K)
T2
Praktis
(K)
T2
Teoritis
(K)
T1 (K)
T2
Praktis
(K)
T2
Teoritis
(K)
303.9
322.95
304.61
322.95
327.6
326.55
329.1
316.396
329.1
328.7
345.65
330
316.87
330.5
315.5
344.38
301.2
5
304.1
Pada
Laju
Alir
Masuk
Pulley I
T1 (K)
T2
Praktis
(K)
T2
Teoritis
(K)
T1 (K)
T2
Praktis
(K)
T2
Teoritis
(K)
305.5
48.25
315.62
53.7
327.6
337.52
305.3
52.2
317.39
57.45
328.7
343.53
307.55
58.4
325.93
59
315.5
351.84
Pulley II
No.
Pin
(kg/m2)
Pout
(kg/m2)
V2
(m3)
vol
(SSL)
1.
40.565
42.56
0.00096
0.473
2.
50.54
62.51
0.00085
0.442
3.
54.53
65.17
0.00087
0.4729
Pin
(kg/m2
)
No.
Pout
(kg/m2
)
V2
(m3)
vol
(SSL)
1.
43.89
50.54
0.00115
0.455
2.
54.53
64.51
0.00138
0.566
3.
55.86
71.82
0.00121
0.575
Pulley I
Pulley II
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(Online)
Tersedia
http://www.scribd.com/doc/68359152/31/Prinsip-Kerja-
Onny.
Tipe-Tipe
Kompresor
Gas.
(Online)
Tersedia