Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TEKNIK KIMIA 2

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015

MODUL

: KOMPRESSOR

PEMBIMBING

: Yunus Tonapa Sarungu, IR, MT

Praktikum : 13 April 2015


Penyerahan : 5 Mei 2015

Oleh :
Kelompok

: II (dua)

Nama

: 1. Irfanty widyastuti

131411012

2. Noer Khoiriyah

131411018

3. Shofiyah Wardah N

131411026

Kelas

: 2A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam industri terdapat berbagai macam proses dengan menggunakan fluida gas. Untuk
memperlancar proses, fluida gas tersebut dialirkan menggunakan sebuah alat. Kompresor,
fan dan blower yang merupakan alat untuk mentransportasikan gas yang sering digunakan.
Kompresor adalah mesin untuk memapatkan udara atau gas. Kompresor udara biasanya
menghisap udara dari atmosfer. Namun ada pula yang menghisap udara atau gas yang
bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Dalam hal ini kompresor bekerja sebagai
penguat

( Booster ). Sebaliknya kompresor ada yang menghisap gas yang bertekanan

lebih rendah dari pada tekanan atmosfer. Dalam hal ini kompresor disebut Pompa Vakum.

I.2 Tujuan Praktikum

Keterampilan mengoperasikan peralatan jenis pembangkit dan pengumpul tekanan


pneumatic tipe compressor positif displacement

Kemampuan penerapan pengetahuan akan proses kompresi berbasis penggerak motor


listrik dan kemungkinan kesalahan yang terjadi

Peningkatan daya piker dalam meningkatkan logika mekanik dalam suatu proses secara
umum.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Pengertian Kompresor
Kompresor adalah mesin untuk memapatkan udara atau gas. Kompresor udara
biasanya menghisap udara dari atmosfer. Namun ada pula yang menghisap udara atau
gas yang bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Dalam hal ini kompresor
bekerja sebagai penguat

( Booster ). Sebaliknya kompresor ada yang menghisap gas

yang bertekanan lebih rendah dari pada tekanan atmosfer. Dalam hal ini kompresor
disebut Pompa Vakum.

2.2

Asas Kerja dan Klasifikasi Kompresor


2.2.1

Azas Pemampatan Zat


Kompresor pada dasarnya bekerja memampatkan gas. Adapun gas yang
bisa dimapatkan bukan hanya gas saja melainkan juga zat padat. Benda padat
yang dapat dimapatkan dan dapat menyimpan energi, contohnya adalah pegas.
Energi regangan akan diperoleh kembali jika pegas diberi kesempatan memuai
kedalam semula. Namun energi rengangan benda padat tidak mudah disalurkan
ketempat lain yang memerlukan.

Gambar 1. Kompresi Fluida


2.2.2

Azas Kompresor

Azas kerja kompresor jika suatu zat di dalam sebuah ruangan tertutup
diperkecil volumenya, maka gas akan mengalami kompresi. Adapun
pelaksanaannya dalam praktek memerlukan konstruksi seperti diperlihatkan
pada gambar 1. disini digunakan torak yang bekerja bolak- balik didalam sebuah
silinder untuk menghisap, menekan, dan mengeluarkan gas secara berulangulang. Dalam hal ini gas yang ditekan tidak boleh bocor melalui celah antara
dinding yang saling bergerak. Untuk itu digunakan cincin tolak sebagai perapat.
Pada kompresor ini torak tidak digerakkan dengan tangan melainkan
dengan motor melalui poros engkol seperti terlihat pada gambar 1. dalam hal ini
katup isap dan katup keluar dipasang pada kepala silinder. Adapun yang
digunakan sebagai penyimpan udara dipakai tanki udara. Kompresor semacam
ini dimana tolak bergerak bolak- balik disebut kompresor bolak- balik.

Gambar 2. Unit Kompresor

Kompresor bolak- balik banyak menimbulkan getaran yang terlalu keras


sehingga tidak sesuai untuk beroperasi pada putaran tinggi. Karena itu berbagai
kompresor putar ( rotary ) telah dikembangkan dan telah banyak dipasaran.

2.3

Teori Kompresi

2.3.1

Hubungan antara tekanan dan volume


Jika selama gas, temperatur gas dijaga tetap ( tidak bertambah panas )
maka pengecilan volume menjadi kali akan menaikkan tekanan menjadi dua
kali lipat. Demikian juga volume manjadi 1/3 kali, tekanan akan menjadi tiga
kali lipat dan seterusnya. Jadi secara umum dapat dikatakan sebagai berikut
jika gas dikompresikan ( atau diekspansikan ) pada temperature tetap, maka
tekanannya akan berbanding terbalik dengan volumenya . Peryataan ini disebut
Hukum Boyle dan dapat dirumuskan pula sebagai berikut : jika suatu gas
mempunyai volume V1 dan tekanan P1 dan dimampatkan ( atau diekspansikan )
pada temperature tetap hingga volumenya menjadi V2, maka tekanan akan
menjadi P2 dimana :

P1V1 = P2V2 = tetap


Disini tekanan dapat dinyatakan dalam kgf/ cm2 ( atau Pa ) dan volume dalam m3.

2.3.2

Hubungan antara temperature dan volume


Seperti halnya pada zat cair. Gas akan mengembang jika dipanaskan pada
tekanan tetap. Dibandingkan dengan zat padat dan zat cair, gas memiliki
koefisien muai jauh lebih besar. Dari pengukuran koefisien muai berbagai gas
diperoleh kesimpulan sebagai berikut : semua macam gas apabila dinaikkan
temperaturnya sebesar 1oC pada tekanan tetap, akan mengalami pertambahan
volume sebesar 1/273 dari volumenya pada 0 oC. Sebaliknya apabila diturunkan
temperaturnya sebesar 1oC akan mengalami jumlah yang sama.
Peryataan diatas disebut Hukum Charles.

2.4

Proses Kompresi
2.4.1

Kompresi Isotermal
Bila suatu gas dikompresikan, maka ini ada energi mekanik yang
diberikan dari luar pada gas. Energi ini diubah menjadi energi panas sehingga
temperature gas akan naik jika tekanan semakin tinggi. Namun jika proses

kompresi ini juga dengan pendinginan untuk mengeluarkan panas yang terjadi,
temperature dapat dijaga tetap. Kompresor secara ini disebut kompresor
Isotermal ( temperatur tetap ). Hubungan antara P dan V untuk T tetap dapat
diperoleh dari persamaan :
P1V1 = P2V2 = tetap ...............................................

2.4.2

(1)

Kompresi Adiabatik
Yaitu kompresi yang berlangsung tanpa ada panas yang keluar/ masuk
dari gas. Dalam praktek proses adiabatik tidak pernah terjadi secara sempurna
karena isolasi didalam silinder tidak pernah dapat sempurna pula.

2.4.3

Kompresi Politropik
Kompresi pada kompresor yang sesungguhnya bukan merupakan proses
Isotermal, namun juga bukan proses adiabatik, namun proses yang
sesungguhnya ada diantara keduannya dan disebut Kompresi Politropik.
Hubungan antara P dan V pada politropik ini dapat dirumuskan sebagai :
P. Vn = tetap ..........................................................

(2)

Untuk n disebut indek politropik dan harganya terletak antara 1

( proses

isotermal ) dan k ( proses adiabatik ). Jadi 1<n<k. Untuk kompresor basanya, n


= 1,25 1,4. yaitu kompresor yang terjadi karena adanya panas yang
dipancarkan keluar.

2.5

Efisiensi Volumetrik

Gambar 3. Langkah Torak Kerja Tunggal

Sebuah kompresor dengan silinder D ( cm ), langkah tolak S ( cm), dan putaran N


( rpm ) seperti terlihat pada gambar 2. dengan ukuran seperti ini kompresor akan
memampatkan volume gas sebesar Vs= ( /4 ) D2 x S ( cm3 ). Untuk setiap langkah
kompresor yang dikerjakan dalam setiap putaran poros engkol. Jumlah volume gas yang
dimampatkan per menit disebut perpindahan tolak. Jadi jika poros kompresor
mempunyai putaran N ( rpm ) maka :
Vs = ( /4 ) D2 x S ( cm3 ) ..................................................

(3)

Perpindahan torak :
Vs x N = ( /4 ) D2 x S x N ( cm3 / min )...........................

(4)

Seperti pada gambar 4. torak memuai langkah kompresinya pada titik ( 1 )


( dalam diagram P-V ). Torak bergerak ke kiri dan gas dimampatkan hingga tekanan
naik ketitik ( 2 ) pada titik ini tekanan di dalam silinder mencapai harga tekanan Pd yang
lebih tinggi dari pada tekanan di dalam pipa keluar ( atau tanki tekan ), sehingga katup
keluar pada kepala silinder akan terbuka. Jika torak terus bergerak ke kiri maka gas
akan didorong keluar silinder pada tekanan tetap sebesar Pd di titik

( 3 ) torak

mencapai titik mati atas, yaitu titik mati akhir gerakan torak pada langkah kompresi dan
pengeluaran.

Gambar 4. Diagram P-V dari Kompresor

Pada waktu torak mencapai titik mati atas ini antara sisi atas torak dan kepala
silinder masih ada volume sisa yang besarnya Vc. Volume ini idealnya harus sama
dengan 0 agar gas dapat didorong seluruhnya keluar silinder tanpa sisa. Namun dalam
praktek harus ada jarak ( Clearance ) diatas torak agar torak tidak membentur kepala
silinder.
Karena adanya volume sisa ini ketika torak mengakhiri langkah kompresinya
diatas torak masih ada sejumlah gas dengan volume sebesar Vc, dan tekanan sebesar Pd,
jika kemudian torak memuai langkah isapnya ( bergerak kekanan ), katup isap tidak
dapat terbuka sebelum sisa gas diatas torak berekspansi sampai tekanannya turun dari
Pd menjadi Ps. Disini pemasukan gas baru mulai terjadi dan proses pengisapan ini
berlangsung sampai titik mati bawah.

Adapun efisiensi volumetric dapat kita lihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 1.1 v ( Efisiensi volumetris )
Perbandingan

Putaran

Kompresi

Tinggi

Rendah

P2/ P1

92

85

86

80

84

76

78

71

10

75

66

12

72

60

Adapun harga v yang sesungguhnya adalah sedikit lebih kecil dari harga yang
diperoleh dari rumus diatas karena adanya kebocoran melalui cincin torak, katup serta
tahanan pada katup.
Untuk volume langkah torak ( VL ) adalah jumlah volume yang diisap dikurangi dengan
volume sisa. Maka rumus dari volume langkah torak dapat didefisinikan sebagai berikut
:
VL = /4 .D2.S.N ................................................................

(5)

Dimana VL = Volume Langkah Torak ( cm3 )


D = Diameter Torak ( cm )
N = Jumlah Silinder
Dengan diketahuinya volume langkah dari torak maka kita dapat mengetahui volume
yang diisap oleh kompresor ( Va ). Volume yang dihisap oleh kompresor ( Va ) adalah
volume langkah yang dilakukan di kalikan dengan efisiensi volumetrik dari kompresor.
Va = VL x v x N ................................................................
Dimana VL = Volume Langkah ( cm3/ detik )

(6)

v = Efisiensi Volumetrik ( % )
N = Jumlah Putaran ( Rpm )
2.6

Perhitungan Daya Pada Kompresi Adiabatik


Besarnya daya kompresor secara teoritis dapat kita hitung dengan menggunakan
rumus :
Nth = 0,037. P1 V1. k
k-1

P2 k-1 - 1 .....................( 7 )
P1

Ni = Nth .....................................................................

(8)

m
Ne = Ni ......................................................................

(9)

m
Keterangan :
Nth = Daya teoritis yang digunakan untuk menggerakkan Kompresor
( HP )
P1 = Tekanan Gas awal ( kg/ cm2 )
P2 = Tekanan akhir kompresi ( kg/ cm2 )
k

= Eksponen adiabatik

Ni = Daya Indikator
Ne = Daya Efektif
Nm = Daya Mekanis
Diasumsikan untuk eksponen adiabatik udara adalah k: 1,4
( 1 TK = 1 HP dan 1 HP = 0,746 kW )

Untuk efisiensi volumetrik dan efisiensi adiabatik keseluruhan sebenarnya tidak tetap
harganya berubah- ubah menurut konstruksi dan tekanan keluar kompresor. Karena itu
perhitungan daya tidak dapat dilakukan semudah cara diatas. Namun untuk perhitungan
efisiensi adiabatik dapat diambil kira- kira 80 85% untuk kompresor besar, 75 80%
untuk kompresor sedang dan 65 70% untuk kompresor kecil.

Dengan diketahuinya daya yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor ( Wc


), kita dapat menghitung daya motor yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor.

2.7

Jenis Penggerak dan Transmisi Daya Poros


Sebagai penggerak kompresor umumnya dipakai motor listrik atau motor bakar
torak. Adapun macam, sifat dan penggunaan masing- masing jenis penggerak tersebut
adalah sebagai berikut :
2.7.1

Motor Listrik
Motor listrik dapat diklasifikasikan secara kasar atas motor induksi dan
motor sinkron. Motor induksi mempunyai faktor daya efisiensi yang lebih
rendah dari pada motor sinkron. Arus awal motor induksi juga sangat besar.
Namun motor induksi sampai 600 KW banyak dipakai karena harganya relative
murah dan pemeliharaannya mudah. Motor induksi ada dua jenis sangkar bajing
( squirrel cage ) dan jenis rotor lilit ( wound rotor). Akhir- akhir ini jenis motor
sangkar bajing lebih banya dipakai karena mudah pemeliharaannya. Meskipun
motor sinkron mempunyai faktor daya dan efisiensi yang tinggi, namun
harganya mahal. Dengan demikian motor ini hanya dipakai bila diperlukan daya
besar dimana pemakaian daya merupakan faktor yang sangat menentukan.

2.7.2

Motor Bakar Torak


Motor bakar torak dipergunakan untuk penggerak kompresor bila tidak
tersedia sumber listrik ditempat pemasangannya atau bila kompresor tersebut

merupakan kompresor portable. Untuk daya kecil sampai 5.5 kW dapat dipakai
motor bensin dan untuk daya yang lebih besar dipakai motor diesel.

2.7.3

Transmisi Daya Poros


Untuk mentranmisikan daya dari poros motor penggerak ke poros
kompresor ada beberapa cara yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Sabuk V
Keuntungan cara ini adalah pada putaran kompresor dapat lebih bebas
sehingga dapat dipakai motor putaran tinggi. Namun kerugiannya adalah
pada kerugian daya yang disebabkan oleh slip antara puli dan sabuk serta
kebutuhan ruangan yang lebih besar untuk pemasangan. Cara transmisi ini
sering dipergunakan untuk kompresor kecil dengan daya kurang dari 75 kW.

2. Kopling Tetap
Hubungan dengan kopling tetap memberikan efisiensi keseluruhan yang
tinggi serta pemeliharaan yang mudah. Namun cara ini memerlukan motor
dengan putaran rendah dan motor dengan putaran rendah adalah mahal.
Karena itu, cara ini hanya sesuai untuk kompresor berdaya antara 150 450
kW.

3. Rotor Terpadu ( Direct Rotor )


Pada cara ini poros engkol kompresor menjai satu dengan poros motor.
Dengan cara ini ukuran mesin dapat menjadi lebih ringkas sehingga tidak
memerlukan banyak ruang. Pemeliharaannyapun mudah.

4. Kopling Gesek
Cara ini dipakai untuk menggerakkan kompresor kecil dengan motor bahan
bakar torak. Disini motor dapat distart tanpa beban dengan membuka
hubungan kopling. Namun untuk kompresor dengan fluktuasi momen puter

yang besar diperlukan kopling yang dapat meneruskan momen puter yang
besar pula.

2.8

Kapasitas
Pada kompresor torak, angka kapasitas yang tertulis didalam katalog menyatakan
perpindahan torak dan bukan laju volume yang dihasilkan. Untuk kompresor putar,
yang tertulis dalam katalog pada umumnya menyatakan volume yang sesungguhnya
dihasilkan. Pada kapasitas normal, kompresor mempunyai efisiensi adiabatik
keseluruhan yang maksimum.
Apabila kompresor dioperasikan pada kapasitas atau beban yang lebih rendah,
maka efisiensinya menurun. Karena itu pemilihan kapasitas kompresor harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga dalam pemakaianya nanti kompresor akan dapat dioperasikan
pada atau disekitar titik normalnya. Selain itu, apabila kebutuhan udara atau gas sangat
fluktuasi sebaiknya dipilih kompresor dengan kapasitas normal sebesar puncak
kebutuhan.

2.9

Konstruksi Kompresor Torak


Kompresor torak atau kompresor bolak- balik dibuat sedemikian rupa sehingga
gerakan putar penggerak mula diubah menjadi gerak bolak- balik pada torak. Gerakan
torak ini akan menghisap torak udara didalam silinder dan memampatkannya.
2.9.1

Konstruksi Kompresor Torak


Seperti diperlihatkan pada gambar dibawah ini, kompresor torak atau
kompresor bolak- balik pada dasarnya dibuat sedemikian rupa hingga gerakan
putar dari penggerak mula menjadi gerak bolak- balik. Gerakan ini diperoleh
dengan menggunakan poros engkol dan batang penggerak yang menghasilkan
gerak bolak- balik pada torak.
-

Isap
Bila proses engkol berputar dalam arah panah, torak bergerak ke bawah
oleh tarikan engkol. Maka terjadilah tekanan negative ( di bawah tekanan

atmosfer ) di dalam silinder, dan katup isap terbuka oleh perbedaan tekanan,
sehingga udara terhisap.
Piston bergerak dari TDC ke BDC
Intake valve membuka & exhaust valve menutup
Udara luar terisap ( karena didalam ruang bakar kevakumannya lebih
tinggi )

Gambar 5. Kompresor Langkah Isap


-

Efisiensi Volumetrik
Efisiensi volumetrik adalah persentase pemasukan udara yang diisap
terhadap volume ruang bakar yang tersedia.

Kompresi
Bila torak bergerak dari titik mati bawah ketitik mati atas, katup isap
tertutup dan udara di dalam silinder dimampatkan.
Piston bergerak dari BDC ke TDC
Kedua valve menutup
Udara dikompresikan Panas ( karena ruangnya dipersempit )

Gambar 6. Kompresor Langkah Kompresi

Power Stroke
Gas sisa pembakaran mengembang ( ekspansi karena panas, yang
menyebabkan gaya dorong )
Kedua valve menutup
Piston terdorong turun ke BDC

Keluar atau Buang


Bila torak bergerak keatas, tekanan didalam silinder akan naik, maka katup
keluar akan terbuka oleh tekanan udara atau gas, dan udara atau gas akan
keluar.
Piston bergerak dari BDC ke TDC
Exhaust valve membuka
Sisa pembakaran terbuang ( melalui exhaust valve & exhaust manifold )

Gambar 7. Kompresor Langkah Keluar

2.9.2

Silinder dan Kepala Silinder


Gambar berikut memberikan potongan kompresor torak kerja tunggal
dengan pendinginan udara. Silinder mempunyai bentuk silinder dan merupakan
bejana kedap udara dimana torak bergerak bolak- balik untuk menghisap dan
memampatkan udara.
Silinder harus cukup kuat untuk menahan tekanan yang ada. Untuk tekanan
yang kurang dari 50 kgf/ cm2 ( 4.9 Mpa ) umumnya dipakai besi cor sebagai
bahan silinder. Permukaan dalam silinder harus disuperfinis sebab licin torak
akan meluncur pada permukaan ini. Untuk memancarkan panas yang timbul

dari proses kompresi, dinding luar silinder diberi sirip- sirip. Gunanya adalah
untuk memperluas permukaan yang memancarkan panas pada kompresor
dengan pendinginan udara.

Gambar 8. Silinder dan Kepala Silinder

Tutup silinder terbagi atas 2 ruangan, satu sebagai sisip isap dan sebagai sisip
keluar. Pada kompresor kerja ganda terdapat tutup atas silinder dan tutup bawah
silinder. Sebagai mana pada silinder, tutup silinder harus kuat, maka terbuat dari
besi cor dan dinding luarnya diberi sirip- sirip pemancar panas/ selubung air
pendingin.

2.9.3

Torak dan Cincin Torak


Torak harus cukup tebal untuk menahan tekanan dan terbuat dari bahan
yang cukup kuat. Untuk mengurangi gaya inersia dan getaran yang mungkin
ditimbulkan oleh getaran bolak- balik, harus dirancang seringan mungkin.

Gambar 9. Torak dari Kompresor Bebas Minyak

Cincin torak dipasang pada alur- alur dikeliling torak dan berfungsi mencegah
kebocoran antara permukaan torak dan silinder. Jumlah cincin torak bervariasi
tergantung pada perbedaan tekanan antara sisi atas dan sisi bawah torak. Tetapi
biasanya pemakaian 2 sampai 4 buah cincin dapat dipandang cukup untuk
kompesor dengan tekanan kurang dari 10 kgf/ cm2. dalam hal kompresor kerja
tunggal dengan silinder tegak, juga diperlukan cincin penyapu minyak yang
dipasang pada alur paling bawah dari alur cincin yang lain. Cincin ini tidak
dimaksud untuk mencegah kebocoran udara dan melulu untuk menyeka minyak
yang terpercik pada dinding dalam silinder.

BAB III

METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat
Kompressor
Thermometer infra red
Tacho meter

3.2 Skema Kerja


Persiapan Alat, menyambungkan alat ke stopkontak kontak

Membuka katup
udara

Mengamati dan mencatat


beda tekan

Mengukur suhu laju alir masuk dan laju alir keluar


menggunakan thermometer infrared

Mengukur putaran (rpm) pada pulley diameter kecil


dan diameter besar dengan mengggunakan tacho
meter

BAB IV

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Data Pengamatan
1

Berikut adalah data pengamatan pada kompresor dengan Pulley I


Temperatur udara luar

= 24C

Diameter Motor Pulley = 27,5 cm


Diameter Piston Pulley = 7,5 cm

No

Pin

Pout

Qin

Qout

(cmH2O

(cmH2O

(L/min

(L/min

1.

30.5

32

2.

38

3.

41

T di Vout (oC)

Pulley piston
Nin
Nout

(rpm

(rpm

(rpm

(rpm

75

90

)
2985

)
2986

)
406.8

)
406.7

28.

32.

50.

49.

29.

24.

54.

54.3

47

75

90

2962

1481

405.4

405.2

9
29.

9
27.

2
56.

7
55.

1
28.

9
26.

9
56.

55.1

49

75

90

2987

2978

406.5

407.3

1
29.

4
32.

4
57.

8
57.

4
29.

5
34.

3
51.

33.4

Masuk
I
II

= 24C

Masuk
I
III

Keluar
I
II

9
1
Rata-rata

4
1
Rata-rata

6
Rata-rata

1: 406.75

1: 30.9

1: 49.95

1: 27.0

1: 54.6

2: 405.3

2: 28.25

2: 56.1

2: 27.45

2: 55.7

3: 406.9

3: 31.1

3: 57.5

3: 31.75

3: 42.5

Berikut adalah data pengamatan pada kompresor dengan Pulley II


Temperatur udara luar

Keluar
I
II

3
9
Rata-rata

Rata-rata:

T di Vin (oC)

Pulley Motor
Nin
Nout

Diameter Motor Pulley = 33 cm


Diameter Piston Pulley = 7,5 cm
T di Vin (oC)

No

Pin

Pou2O)

Qin

Qout

(cmH2O

(L/min

(L/min

Pulley Motor

T di Vout (oC)

Pulley Piston
Masuk

Keluar

Masuk

Keluar

Nin

Nout

Nin

Nout

(rpm

(rpm

(rpm

(rpm

II

II

III

II

1.

33

38

65

75

)
1488

)
1487

)
225.7

)
225.5

29.6

32.3

46.1

50.4

30.4

34.6

53.4

54.0

2.

41

48.5

65

75

1484

1483

225.6

225.4

29.8

33.8

55.8

48.6

30

34.6

57.4

57.5

3.

42

54

65

75

1483

1486

225.7

225.9

31.6

37.7

58.4

58.4

30.8

38.3

58.9

59.1

Rata-rata:
1: 225.6
2: 225.5
3: 225.8

Pengolahan Data
1

Perhitungan Temperatur Keluaran (T2) Teoritis


Rumus :
n1
T 2 P2 n
=
T 1 P1

( )

Rata-rata :

Rata rata:

Rata-rata :

Rata-rata :

30.95

48.25

32.5

53.7

31.8

52.2

32.3

57.45

34.65

58.4

34.55

59

1 cmH2O = 0.133 kPa = 133 Pa


10C = 273 K
a Pulley I
No
.
1.

Pout
(Pa)
42.56

Pada Laju Alir Masuk Pada Laju Alir Keluar


T1 (K) T2 Teoritis (K) T1 (K) T2 Teoritis (K)
303.9
304.61
322.95
326.55

2.

Pin
(Pa)
40.56
5
50.54

62.51

301.25

316.396

329.1

345.65

3.

54.53

65.17

304.1

316.87

330.5

344.38

b Pulley II

No
.
1.

Pin
(Pa)
43.89

Pout
(Pa)
50.54

2.

54.53

64.51

3.

55.86

71.82

Pada Laju Alir Masuk


T1 (K) T2 Teoritis (K)
305.5
305.3
307.55

315.62
317.39
325.93

Menghitung Perolehan Volume Keluaran (V2)


Rumus :

V 1 P1
=
V 2 P2

( )

1
n

V1 = 1L = 0.001 m3
1 Pa = 1 kg/m2
a

Pulley I
No.
1.

Pin
(kg/m2)
40.565

Pout
(kg/m2)
42.56

V2
(m3)
0.00096

2.

50.54

62.51

0.00085

3.

54.53

65.17

0.00087

Pout
(kg/m2)

V2
(m3)

b Pulley II
No.

Pin
(kg/m2)

Pada Laju Alir Keluar


T1 (K) T2 Teoritis (K)
326.7
330.4
5
332

337.52
343.53
351.84

1.

43.89

50.54

0.00115

2.

54.53

64.51

0.00138

3.

55.86

71.82

0.00121

Menghitung Efisiensi Volumetrik (vol)


a

Pulley I
FAD actual per stroke = Qin 75 L//min
Pemindahan oleh kompresor = Qout 90 L/min

FADactual per stroke (V )


pemindahan oleh kompresor

vol =

75
=0.833
90

Menghiturng efisiensi volumetric pada kondisi standar (SSL)


Rumus :
vol (SSL) =

pi T s

p s T i vol (inlet )

Tekananstandar (Ps) = 93,8 cmH2O


Tstandar (Ts) = 297 K

Pulley I

Pin (kg/m2)
40.565
50.54
54.53
b

Tin (K)
303.9
301.25
304.1

vol (SSL)
0.473
0.442
0.4729

Tin (K)
305.5
305.3
307.55

vol (SSL)
0.455
0.566
0.575

Pulley II

Pin (kg/m2)
43.89
54.53
55.86

Menghitung Jumlah Putaran Motor Aktual (N2)


D1 = Diameter Piston; D2 = Diameter Motor; N1 = Jumlah putaran piston
Rumus:

Pulle
y
I
II

D1 N 1
=
D2 N 2
D1
D2
N1 (rpm)
(cm (cm Var I Var II
Var
)
7.5

)
27.

406.7

7.5

5
33

5
225.6

405.3
225.5

N2 aktual (rpm)
Var I Var II Var III

III
406.9

1491.4

1486.

1490.8

225.8

2
992.64

1
992.2

7
993.52

BAB V
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

5.1 Pembahasan
Pada praktikum laboratorium teknik kimia II kali ini berjudul kompresor. Kompresor
adalah suatu mesin fluida yang berfungsi untuk merubah energi kinetik menjadi energi tekan
dengan prinsip kerjanya memindahkan fluida kompresibel dari tekanan rendah ke tekanan lebih
tinggi untuk menghasilkan udara bertekanan. Secara garis besar kompresor dapat

diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu Positive Displacement compressor dan Dynamic
compressor (Turbo). Pada praktikum kali ini digunakan kompresor jenis positive displacement.
Pada jenis positive displacement compressor ini, sejumlah udara atau gas di kompres dalam
ruang kompresi dan volumenya secara mekanik menurun, menyebabkan peningkatan tekanan
kemudian di alirkan keluar. Pada kecepatan konstan, aliran udara tetap konstan dengan variasi
pada tekanan pengeluaran. kompresor ini dibagi dalam dua jenis yaitu reciprocating dan rotary,
dimana yang digunakan pada praktikum kali ini adalah jenis reciprocating.
Pada dasarnya, kompresor reciprocating dilengkapi dengan sebuah motor sebagai
penggerak kompresor melalui sebuaH sabuk (V-belt) transmisi daya. Kompresor reciprocating
bekerja dengan prinsip tekanan bolak-balik dari piston yang digerakkan oleh poros engkol.
Bagian utama peralatan ini terdiri dari piston dan silinder dengan pegas masukan dan kerangan
(valve) pengeluaran yang dikendalikan secara otomatis. Gas keluaran dari piston
diakumulasikan di dalam tangki penampung (yang biasanya difungsikan sebagai energy
penggerak peralatan dengan udara tekan).
Pada praktikum ini dilakukan 2 variasi ukuran diameter pulley motor dengan masingmasing 3 variasi laju alir. Selama percobaan dilakukan pengamatan suhu masukan-keluaran,
jumlah putaran pulley motor maupun piston, dan beda tekanan pada laju alir masukan maupun
keluaran.

Pada pengolahan data, praktikan menghitung suhu teoritis dari suhu praktis. Dapat
dilihat bahwa suhu praktis cenderung lebih besar dari suhu teoritis, hal ini dapat disebabkan
oleh kurangnya ketelitian pada saat pembacaan alat ukur.Semakin besar tekanan maka semakin
T 2 P2
besar suhu teoritis. Menghitung suhu teoritis menggunakan persamaan : T 1 = P1

( )

n1
n

Menghitung Perolehan Volume Keluaran (V2) pada kedua Pulley menggunakan rumus
P1 V1n = P2 V2n
Menjadi

V 1 P1
=
V 2 P2

( )

1
n

Puley II meiliki V2 yang lebih besar berdasarkan perhitungan karena memiliki diameter
yang lebih besar dan menghasilkan tekanan yang lebih besar, karena tekanan dan volume keluar
berbanding lurus. Semakin tekanan besar maka volume akan semakin besar.
Efisiensi volumetrik adalah persentase pemasukan udara yang diisap terhadap volume
ruang bakar yang tersedia.Rumus yang digunakan untuk menghitung efisiensi volumetrik
adalah :
Efisiensi volumetrik ( vol )=

FAD actual per stroke(V )


pemindahan olehkompresor

Karena efisiensi volumetric biasanya dinyatakan pada kondisi standar (SSL), maka efisiensi
volumetric yang diamati pada kondisi udara masuk harus dikoreksi sebagai berikut:

Indeks s: standar; i: inlet

vol (SSL) =

pi T s

p s T i vol (inlet )

Efisiensi volumetrik yang dihasilkan dengan menggunakan pulley II lebih besar dari
pulley I karena diameter pulley II yang lebih besar dari pulley I maka tegangan belt yang
mengikat pulley I lebih kendor yang menyebabkan rugi-rugi energi.
5.2 Kesimpulan
1. Suhu keluar secara teoritis :
Pada Laju Alir Masuk

Pada Laju Alir Keluar

T1 (K)

T2
Praktis
(K)

T2
Teoritis
(K)

T1 (K)

T2
Praktis
(K)

T2
Teoritis
(K)

303.9

322.95

304.61

322.95

327.6

326.55

329.1

316.396

329.1

328.7

345.65

330

316.87

330.5

315.5

344.38

301.2
5
304.1
Pada
Laju
Alir
Masuk

Pulley I

Pada Laju Alir Keluar

T1 (K)

T2
Praktis
(K)

T2
Teoritis
(K)

T1 (K)

T2
Praktis
(K)

T2
Teoritis
(K)

305.5

48.25

315.62

53.7

327.6

337.52

305.3

52.2

317.39

57.45

328.7

343.53

307.55

58.4

325.93

59

315.5

351.84

Pulley II

2.Efisiensi volumetric berdasarkan perhitungan

No.

Pin
(kg/m2)

Pout
(kg/m2)

V2
(m3)

vol
(SSL)

1.

40.565

42.56

0.00096

0.473

2.

50.54

62.51

0.00085

0.442

3.

54.53

65.17

0.00087

0.4729

Pin
(kg/m2
)

No.

Pout
(kg/m2
)

V2
(m3)

vol
(SSL)

1.

43.89

50.54

0.00115

0.455

2.

54.53

64.51

0.00138

0.566

3.

55.86

71.82

0.00121

0.575

Pulley I

Pulley II

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

(Online)

Tersedia

http://www.scribd.com/doc/68359152/31/Prinsip-Kerja-

Kompresor. Diakses pada 25 April 2015.


Anonim. Axial Compressor. (Online) Tersedia : http://en.wikipedia.org/wiki/Axial_compressor.
Diakses pada 20 April 2015
Apriyahanda,

Onny.

Tipe-Tipe

Kompresor

Gas.

(Online)

Tersedia

http://onnyapriyahanda.com/tipe-tipe-kompresor-gas/. Diakses pada 20 April 2015.


Rahayu, Suparni Setyowati. Jenis Kompressor. (Online) Tersedia : http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-industri/utilitas-pabrik/jenis-kompresor. Diakses pada 08
September 2012.

Anda mungkin juga menyukai