Anda di halaman 1dari 17

Definisi

Gangguan yang ditandai oleh banyak gejala


somatik yang tidak dapat dijelaskan secara
adekuat oleh pemeriksaan fisik dan
laboratorium, melibatkan sistem organ yang
multipel, bersifat kronis (dengan gejala
ditemukan selama beberapa tahun dan
dimulai sebelum usia 30 tahun) dan disertai
dengan penderitaan psikologis bermakna,
gangguan sosial dan pekerjaan, dan perilaku
mencari bantuan medis secara berlebihan.

Prevalensi
Prevalensi seumur hidup menderita gangguan

somatisasi pada populasi umum adalah 0,1-0,2 %.


Wanita lebih banyak dibandingkan dengan lakilaki, yaitu 5:1.
Prevalensi seumur hidup gangguan somatisasi
pada wanita pada populasi umum adalah 1 atau 2
%.
Diantara pasien yang datang ke tempat praktek
dokter umum dan dokter keluarga, +5-10%
mungkin memenuhi kriteria diagnostik untuk
gangguan somatisasi.

Gangguan somatisasi seringkali bersama-

sama dengan gangguan mental lainnya.


+ 2/3 dari semua pasien dengan gangguan
somatisasi memiliki gejala psikiatrik yang
dapat diidentifikasi, dan separuh pasien
dengan gangguan somatisasi memiliki
gangguan mental lainnya.

Faktor Predisposisi
Masa dewasa awal
Kepribadian histrionik
Faktor kecemasan yang tinggi
Lingkungan rumah yang tidak stabil
Pernah mengalami penyiksaan fisik
Faktor sosial, kultural, dan etnik yang tidak

mendorong ekspresi emosi secara terbuka

Gejala Klinis
Pasien memiliki banyak keluhan somatik dan

riwayat medis yang lama dan sulit.


Gejalanya seperti : mual dan muntah (selain
selama kehamilan), kesulitan menelan, nyeri di
lengan dan tungkai, nafas pendek yang tidak
berhubungan dengan aktivitas, amnesia, dan
komplikasi kehamilan dan menstruasi adalah
gejala yang paling sering.
Ditandai pula oleh penderitaan psikologis dan
masalah interpersonal.
Kondisi psikiatrik yang paling menonjol adalah
kecemasan dan depresi.

Pasien biasanya (namun tidak selalu)

menggambarkan keluhannya dengan cara yang


dramatik, emosional, dan berlebih-lebihan,
dengan bahasa yang gamblang dan bermacammacam.
Terkadang pasien tidak dapat membedakan
gejala lampau dan gejala sekarang.
Pasien wanita dengan gangguan somatisasi
mungkin berpakaian dengan cara yang
eksibionostik.
Pasien mungkin dirasakan sebagai orang yang
tergantung, berpusat pada diri sendiri, haus
akan sanjungan atau pujian, dan manipulatif.

Tanda Klinis
Keluhan fisik yang bersifat multipel, samar-

samar, berlangsung lama, dan berubah-ubah.


Tidak ditemukannya kelainan pada organ
tubuh yang dikeluhkan.
Pasien tampak cemas, gelisah karena merasa
penyakitnya tidak sembuh-sembuh.

Kriteria Diagnosis
Menurut PPDGJ-III :
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :
(a)adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang
bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan
atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah
berlangsung sedikitnya 2 tahun;
(b)tidak mau menerima nasehat atau penjelasan
dari beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan
fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya;
(c)terdapat disabilitas dalam fungsinya di
masyarakat dan keluarga, yang berkaitan dengan
sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari
perilakunya.

Menurut DSM-IV :
A.Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai
sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama
periode beberapa tahun dan menyebabkan
terapi yang dicari atau gangguan bermakna
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting lain.
B.Tiap kriterian berikut ini harus ditemukan,
dengan gejala individual yang terjadi sembarang
pada waktu selama perjalanan gangguan :
(1) empat gejala nyeri : riwayat nyeri yang
berhubungan dengan sekurangnya empat
tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya,
kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak,
dada,
rektum, selama menstruasi, selama
hubungan
seksual, atau selama miksi)

(2) dua gejala gastrointestinal : riwayat


sekurangnya dua gejala gastrointestinal selain
dari nyeri
(misalnya, mual, kembung,
muntah selain dari selama kehamilan, diare,
atau intoleransi
terhadap beberapa jenis
makanan)
(3) satu gejala seksual : riwayat sekurangnya
satu gejala
seksual atau reproduktif selain
dari nyeri (misalnya,
indeferensi seksual,
disfungsi erektil atau ejakulasi,
mendtruasi
yang tidak teratur, perdarahan
menstruasi yang berlebihan, muntah sepanjang
kehamilan)

(4) satu gejala pseudoneurologis : riwayat


sekurangnya satu gejala atau defisit yang
mengarahkan pada kondisi neurologis yang
tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi
seperti gangguan koordinasi atau
keseimbangan, paralisis atau kelemahan
setempat, sulit menelan atau benjolan di
tenggorokan, afonia, retensi urin,
halusinasi,
hilangnya sensasi sentuh atau
nyeri, pandangan ganda, kebutaan,
ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti
amnesia; atau hilangnya kesadaran selain
pingsan)

C. Salah satu (1) atau (2):


(1) setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala
dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum
yang dikenal atau efek langsung dari suatu zat
(misalnya, efek cedera, medikasi, obat, atau
alkohol)
(2) jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik
atau gangguan sosial atau pekerjaan yang
ditimbulkannya adalah melebihi apa yang
diperkirakan dari riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, atau temuan laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau
dibuatbuat (seperti pada gangguan buatan atau purapura).

Penatalaksanaan
Meningkatkan kesadaran pasien tentang
kemungkinan bahwa faktor psikologis terlibat
di dalam gejala.
Psikoterapi dapat membantu pasien
mengurangi gejalanya, untuk
mengekspresikan emosi yang mendasari, dan
untuk mengembangkan strategi alternatif
untuk mengekspresikan perasaan pasien.
Pendekatan behavioral menekankan pada
menghilangkan sumber dari reinforcement
sekunder (keuntungan sekunder) yang dapat
dihubungkan dalam keluhan-keluhan fisik.

Terapis behavioral membantu orang tersebut

belajar dalam menangani stress atau


kecemasan dengan cara yang lebih adaptif.
Memberikan medikasi psikotropik bila
gangguan somatisasi ada bersama-sama
dengan gangguan mood dan kecemasan.
Pengobatan harus dimonitor karena pasien
dengan gangguan somatisasi cenderung
menggunakan obat secara berlebihan dan
tidak dapat dipercaya.

Pemaparan atau terapi kognitif dapat

digunakan untuk mengatasi ketakutan,


berkurangnya rasa takut dapat membantu
mengurangi berbagai keluhan somatik.
Terapi keluarga membantu pasien dan
keluarga mengubah jaringan hubungan yang
bertujuan untuk membantu usahanya menjadi
lebih mandiri.
Training asersi dan keterampilan sosial
bermanfaat untuk membantu menguasai atau
menguasai kembali berbagai cara untuk
berhubungan dengan orang lain dan
mengatasi berbagai tantangan.

Dokter tidak menghindari validitas keluhan-

keluhan fisik, namun meminimalkan


penggunaan berbagai tes diagnostik dan
pemberian obat, serta mempertahankan
kontak dengan pasien.
Teknik-teknik seperti training relaksasi dan
berbagai bentuk terapi kognitif juga terbukti
bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai