Hingga paroh terakhir abad 20, janin tetap sendirian, terbungkus dan
tersembunyi dari penglihatan di dalam kandungan, yang mengambang tanpa
gangguan selama kehamilan hingga tiba saatnya kelahiran. Alasan utama untuk
kehidupan terasing janin yang lama bukan karena ketidakmauan menerima
kemungkinan pengobatan, namun karena ketiadaan cara yang pasti dalam mengamati
ultrasonografi
in
utero
kelainan
bawaan
pada
tahun
1970-an,
yang pertama mengkaji gerakan janin. Zunt pada tahun 1877 dan kemudian Preyer
pada tahun 1885, mengkaji janin marmut utuh yang disuspensikan dalam saline
hangat dan mencatat bahwa begitu janin dibiarkan bernapas, janin tersebut tidak bisa
dikembalikan kepada induknya dan tetap bertahan hidup. Pada tahun 1918, Mayer
mengangkat janin marmut dari rahim dan menempatkannya di dalam rongga perut.
Sebagian janin ini bertahan hidup selama beberapa hari. Pada tahun 1919 Wolff
mengulangi percobaan ini pada janin kelinci dan memperoleh hasil serupa. Pada
tahun 1925 Bors melaporkan prosedur bedah janin yang berhasil pertama. Ia
mengamputasi anggota gerak janin marmut melalui incisi rahim kecil. Incisi ditutup
dan janin yang bisa bertahan hidup akhirnya dilahirkan. Di tahun yang sama,
Nicholas juga mencapai kelangsungan hidup setelah mengablasi satu mata, tungkai
atau ekor pada janin tikus. Prosedur ini menghasilkan perkembangan teknik untuk
studi fisiologi janin dengan bedah ablasi yang lebih canggih. Hooker dan Nicholas
pada tahun 1930 Ton melaksanakan adrenalectomy janin, dan kemudian Jost
mengkaji efek donadectomy pada berbagai tahap perkembangan janin, dan pada
tahun 1946
Penggunaan primata sebagai model untuk bedah janin relatip terbatas. Primata
mahal dan kehamilan lebih sulit dipelihara. Akan tetapi, banyak model untuk bedah
janin dikembangkan secara eksklusif untuk primata. Di penghujung tahun 1960-an,
Chez melaksanakan percobaan yang mengamati fungsi ginjal pada berbadai model
kera. Ini merupakan studi kateterisasi berjangka waktu relatip singkat. Pada tahun
1969, Parshall dan Silverstein melaporkan tentang penggunaan janin kera Rhesus
untuk studi immunologik, yang meliputi cangkok kulit, splenectomy dan
thymectomy. Peneliti ini beroperasi atas janin yang sama, sebanyak empat kali, tanpa
adanya peningkatan dalam kesakitan induk atau janin. Dalam waktu yang kira-kira
sama, Myers mengkaji hasil ligasi vena carotid dan vena jugular internal dalam
perkembangan otak janin. Peneliti ini bisa mengeksteriorisasi secara total janin pada
kera rhesus, sambil memelihara tali pusar dengan hati-hati.
Selama periode ini, bedah janin digunakan dalam penelitian percobaan
binatang untuk mengamati perkembangan dan fisiologi normal janin dan untuk
meneliti patofisiologi kelainan bawaan.
Setelah diperkenalkannya ultrasonografi untuk diagnosis in utero kelainan
bawaan manusia pada tahun 1970-an, dimungkinkanlah memulai penelitian tentang
perbaikan intrauterin penyakit janin manusia.
BEDAH JANIN TERAPEUTIK
Bedah janin terapeutik tidak bisa dimulai sebelum tersedia cara-cara untuk
mendiagnosa penyakit janin.
sacrococcygeal
besar,
cacat
adenomatoid
kista
paru
bawaan,
mungkin dipulihkan secara total, jika prosedur perbaikan dilaksanakan cukup dini
pada kehidupan janin.
Pada tahun 1980-an, pengalaman bertahun-tahun bekerja di laboratorium
binatang diterjemahkan ke kamar operasi, dan bedah janin terbuka dilaksanakan
pertama kali pada manusia. Tidak sedikit penelitian ini dilaksanakan di University of
California, Fetal Treatment Center at the San Francisco di bawah pengawasan
Michael Harrison. Teknik bedah, anesthetik dan tocolytik untuk bedah janin
dikembangkan pada primata nonmanusia dan diterapkan secara klinik, pada kondisi
yang dalam hal lainnya mematikan. Untuk setiap cacat lahir, tahap-tahapnya meliputi:
klarifikasi patofisiologi yang relevan pada janin binatang laboratorium, pembuktian
efikasi intervensi janin pada binatang laboratorium, definisi substrat anatomik dengan
menggunakan ultrasonografi pada manusia dengan studi serial tentang janin manusia,
pengembangan kriteria seleksi yang tepat untuk intervensi pralahir, dan hanya bila
prasyarat ini dipenuhi, teknik diterapkan pada janin manusia.
Bedah janin terbuka dilaksanakan di beberapa pusat medis selama dekade
yang lalu. Prosedur bedah yang paling umum dilaksanakan pada janin meliputi:
perbaikan hernia diafragma bawaan, reseksi kelainan adenomatoid kista paru,
vesicostomy untuk hydronephrosis obstruktif, perbaikan meningomyocele, dan
ekscisi teratoma sacrococcygeal besar. Akan tetapi, prosedur terbuka ini mengalami
kerugian besar dengan pelaksanaan bedah pada janin yang stres, karena air ketuban
diangkat dan janin dipaparkan pada lingkungan panggung operasi. Akibatnya,
kematian janin yang dirawat setelah bedah janin terbuka tinggi, dan bisa mencapai
9
50%. Fetal Treatment Center in San Francisco mempunyai pengalaman paling luas,
dan setelah 20 tahun bedah terbuka, pusat medis ini sekarang meninggalkan sebagian
besar operasi janin terbuka. Kematian ibu yang terkait dengan hysterectomy besar
tinggi. Selain itu, persalinan prematur, yang terjadi pada semua kasus sering sulit
dikontrol. Tindak lanjut jangka panjang atas mereka yang selamat dari bedah janin
terbuka menunjukkan kejadian 21% cedera sistem saraf pusat berat pada bayi, yang
mungkin terkait dengan hipotensi selama intervensi bedah, keterpaparan janin selama
operasi, atau keterpaparan pada pengobatan dengan obat yang diberikan kepada ibu.
Baru-baru ini, penyatuan fetoscopy dan bedah video-endoskopik canggih
menjadi basis dari bedah janin endoskopik. Visualisasi endoskopik langsung janin
dideskripsikan Westin pertama kali pada tahun 1954. Masalah utamanya adalah
penglihatan terbatas yang dimungkinkan oleh air ketuban kental dan penuh-debris.
MacMahon et al melaksanakan vesicostomy endoskopik pertama pada tahun 1992.
Pada 17,5 minggu usia kehamilan, ia dapat melaksanakan vesicostomy fungsional
dengan menggunakan endoskop 3 mm dan fiber laser Nd:YAG.
Keberhasilan penjepitan fetoskopik trachea janin untuk mempercepat
pertumbuhan paru pada hernia diafragma bawaan dilaporkan pada enam kasus
manusia. Empat dari enam yang selamat, dan sekali lagi, modifikasi fetoskopik
prosedur tampaknya mengurangi perlunya tocolytic untuk prosedur yang sama
dengan hysterectomy. Walaupun masih tetap dalam fase klinik awal, bedah janin
endoskopik memberikan harapan baru untuk terapi janin bedah.
10
11
Intervensi bedah layak pada kondisi, yang mengganggu perkembangan normal janin
dan bila diperbaiki akan memungkinkannya berkembang secara normal. Ini
kontraindikasi pada kondisi yang tidak selaras dengan kehidupan apakah itu karena
keparahan penyakit, cacat yang mengancam-nyawa terkait lainnya atau kelainan
kromosom. Persyaratan sebelum intervensi sedemikian adalah penelitian percobaan
untuk membuktikan patofisiologi cacat dan studi yang cermat atas riwayat penyakit
yang tidak diobati. Penelitian pada bedah janin memang kontroversial dari segi etika
karena menimbulkan risiko pada janin dan wanita hamil. Mengembangkan teknik
bedah yang tepat, mengajukan pemonitoran janin dan rahim dan mencegah kontraksi
rahim
setelah
bedah
(tocolysis)
adalah
perkembangannya.
12
kendala-kendala
utama
dalam
Prosedur janin terapeutik yang berhasil pertama dilaporkan oleh Sir A.W.
Liley, yang mentransfus janin hydropik dengan penyakit Rh pada tahun 1965. Dr
Michael Harrison dan timnya di University of California memprakarsai bedah janin
modern setelah penelitian yang ekstensif pada model binatang. Akan tetapi, banyak
keberhasilan pada model binatang yang tidak bisa diterjemahkan pada kondisi
manusia. Timnya melaksanakan prosedur bedah janin terbuka pada tahun 1982 untuk
uropathy obstruktif. Bayi meninggal pada periode neonatus karena dysplasia paru dan
ginjal yang tidak diketahui. Namun demikian, ini merupakan fajar era baru intervensi
janin. Intervensi janin yang berhasil sekarang dilaksanakan untuk kondisi bedah
seperti
hernia
diafragma
bawaan,
cacat
cystadenomatoid
paru,
teratoma
13
kompleks. Dengan teknik scanning ultracepat, citra janin bisa diperoleh dalam 300400 ms tanpa sedasi.
Pertimbangan dan Risiko Ibu dan Janin
Fisiologi unik janin dengan masalah tambahan cacat terkait dan perbedaan
dalam fisiologi wanita hamil dari wanita tidak-hamil menjadikan anesthesia dan
bedah lebih rumit. Semua studi prosedur intervensi janin berulang kali dan secara
konsisten menunjukkan kelahiran prematur, sering sebelum 30 minggu usia
kehamilan yang dipicu oleh pelanggaran rahim, apakah itu dengan tusukan atau
incisi. Karena itu, terapi tocolytik selalu dibutuhkan, yang sering menyebabkan
edema paru. Kelahiran setelah bedah janin dan semua kehamilan masa mendatang
membutuhkan bedah Cesar, karena hysterectomy untuk bedah janin dilaksanakan
pada segmen rahim atas. Material yang bisa diserap digunakan untuk menutup rahim,
karena penggunaan stapler yang tidak bisa diserap/logam ternyata mempengaruhi
fertilitas pada model binatang. Kehilangan darah intra-operatif yang membutuhkan
transfusi, kebocoran air ketuban dari tempat yang dioperasi/vagina, infeksi luka,
infeksi intrauterin dan juga perubahan perilaku juga bisa terjadi. Dalam kasus
hydrops, ibu harus dimonitor untuk sindrom cermin ibu, yaitu si ibu
mengembangkan fagal jantung output tinggi dan manifestasi fisiologik yang
mencerminkan yang dialami janin yang ditimpa distres. Bedah janin, sayangnya,
sering tidak menyembuhkan ini.
14
15
16
17
setelah keterpaparan, hemoclip digunakan. Kriteria seleksi saat ini adalah CDH
tersendiri < 26 minggu usia kehamilan, herniasi liver dan LHR 1,0. Akan tetapi, ini
terkait dengan edema scalp janin, ascites dan iritabilitas ibu yang membutuhkan
kelahiran dini, sering sebelum 34 minggu usia kehamilan. Oklusi juga bisa dicapai
dengan teknik FETO (fetoskopik) dengan menggunakan balon. Peningkatan dalam
kelangsungan hidup dicatat dengan penggunaannya pada trimester kedua bukan
trimester ketiga, dan pengangkatan balon pada periode pralahir segera.
Kesakitan pada yang selamat meliputi aliran-balik gastro-esophageal yang
membutuhkan fundoplication, cedera trachea yang membutuhkan perbaikan atau
tracheostomy dan hernia kambuhan setelah perbaikan diafragma. Ruptur membran
prematur dan kelahiran prematur terbukti lebih tinggi secara signifikan pada
kelompok yang menerima intervensi daripada kelompok yang menerima perawatan
standar (p < 0,001). Perubahan-perubahan patologik yang terkait dengan hypoplasia
paru tetap bertahan, paru tetap abnormal dengan jumlah alveolar radial rendah dan
ukuran alveolar meningkat. Tanpa adanya perbaikan dalam kesakitan atau
kelangsungan hidup, banyak pusat medis sekarang meninggalkan oklusi tracheal
janin.
Prosedur pengobatan intrapartum ex-utero (EXIT) digunakan untuk
pengangkatan jepitan. Hanya kepala dan bahu yang dilahirkan yang mempertahankan
sirkulasi fetoplacental. Setelah pengangkatan jepitan, janin diintubasi yang
memungkinkan kelahiran dengan saluran napas yang aman. EXIT juga digunakan
18
untuk memantapkan saluran napas dengan cara terkontrol pada massa leher dan
obstruksi saluran napas tinggi bawaan.
Cacat Adenomatoid Kista Bawaan (CCAM)
Diagnosis ditetapkan dengan US, ekokardiogram dan Doppler berwarna.
Kemunculan hydrops pada janin dengan CCAM tersendiri dan paru yang immature
pasti menyebabkan kematian janin. Sekarang inilah satu-satunya indikasi untuk
intervensi janin. Lesi besar membutuhkan pengawasan US yang cermat untuk
mendeteksi hydrops secara dini. Begitu placentomegaly terdeteksi dan pre-eclampsia
ibu terjadi, sudah terlambat untuk intervensi janin terapeutik. Pemasukan shunt
thoracoamniotik ke dalam kista dominan, penggunaan laser intrauterin percutan dan
reseksi in utero digunakan. Pada semua yang lainnya, perlunya bedah hanya boleh
didasarkan pada penyelidikan pascalahir yang tepat.
Uropathy Obstruktif
Lebih dari 90% ginjal bisa dilihat secara layak pada 22 minggu usia
kehamilan dengan US ibu transabdominal. Kelainan ginjal menyebabkan sekitar 17%
dari semua kelainan yang didiagnosa pada masa pralahir, di mana 50% di antaranya
adalah dilatasi pelvis ginjal. Ini bisa disebabkan obstruksi pada tempat temu
ureteropelvis, tempat temu vesicoureterik dan saluran aliran-keluar kandung kemih,
atau karena aliran balik. Dalam bentuk yang lebih ringan, ini sering merupakan varian
normal. Diameter anteroposterior (APD) dari pelvis yang diukur pada bidang axial
adalah informasi yang paling umum diperoleh. Hasil patologik lebih besar
19
20
21
22
Spina bifida
Gerakan tungkai dan kaki yang tampak secara dini pada US sering tidak
tampak kemudian pada kehamilan yang menyatakan secara tak langsung adanya
kerusakan pada plak neural terbuka oleh air ketuban. Intervensi janin dini dianggap
meningkatkan hasil neurologik dan mengurangi herniasi otak tersembunyi yang
terkait dengan cacat Arnold-Chiari. Kesimpulan sebuah studi atas 178 janin yang
menjalani perbaikan intrauterin menunjukkan bahwa janin dengan ukuran ventricular
di bawah 14 mm pada waktu bedah, < 25 minggu usia kehamilan dan cacat yang
berlokasi pada atau di bawah level L4 lebih kecil kemungkinannya membutuhkan
shunt ventriculoperitoneal untuk hydrocephalus selama tahun pertama kehidupan.
Hasil sebuah percobaan acak prospektif MOMS (Management Of
Myelomeningocele Study), yang membandingkan perbaikan meningomyelocele
pralahir dengan perbaikan pascalahir tidak sabar untuk ditunggu. Studi 5-tahun ini,
yang dimulai pada awal tahun 2003 di 3 pusat medis di USA, akan merekrut 200
wanita. Setengahnya akan dialokasikan secara acak untuk menjalani intervensi
pralahir (perbaikan terbuka atau endoskopik) sebelum 25 minggu usia kehamilan
sementara setengah lainnya akan diobati dengan bedah pascalahir. Penempatan
intrauterin percutan shunt ventrikuler juga pernah dicoba sebelumnya untuk
meringankan hydrocephalus bawaan.
23
Skenario India
Sekarang ini, para penulis tidak mengetahui adanya pusat medis di India, yang
menawarkan bedah janin. Sebagian pusat medis mengupayakan intervensi janin
dengan cara aspirasi kista dan yang sejenisnya. Tetapi ini merupakan pengecualian
bukan ketentuan. Penulis berhasil melakukan di tahun delapan-puluhan, bedah janin
percobaan pada kera rhesus. Akan tetapi, di lingkungan India, kelainan bawaan nyata
umumnya terlewatkan (44%) atas scan ultrasound pralahir rutin karena pengalaman
ahli sonologi yang bervariasi, yang berlokasi di berbagai tempat. Angka negatip palsu
(kegagalan mendeteksi) 38% dan angka positip palsu 6% juga ada dilaporkan.
KESIMPULAN
Etika pelaksanaan bedah janin masih menjadi perdebatan. Tingkat risiko yang
tinggi pada ibu dan janin, penanganan komplikasi berat yang terkait dengan
prematuritas dan biaya yang tinggi haruslah tetap dicamkan sebelum menggeluti
bedah janin. Di negara ini dengan memperhatikan skenario ini, orangtua lebih besar
kemungkinannya condong terhadap anak lainnya. Pusat janin di USA sedang
menjauh dari metode terbuka menuju teknik invasif minimal. Trend kedua adalah
gerakan menjauh dari perbaikan total in utero ke arah hanya kejadian yang
mengancam-nyawa, mengurangi waktu operasi dan mengurangi kesakitan.
Sekarang ini, diagnosis pralahir yang akurat adalah apa yang harus menjadi
fokus dari ahli bedah yang mempunyai sumberdaya terbatas. Ini akan membantu kita
memutuskan dimuka tentang waktu dan tempat kelahiran di pusat medis tertier
menjelang aterm sedapat mungkin, yang memberikan harapan terbaik bagi pasien
yang belum lahir ini.
24