POTENSIAL
Disusun Oleh:
Dede Yoga Ahmadi
11 / 318051 / TK / 38100
1. Pendahuluan
Metana merupakan senyawa hidrokarbon paling sederhana yang banyak
terkandung dalam gas alam. Metana menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi kalangan
pebisnis dan para pemegang kekuasaan saat ini. Kebutuhan metana (gas alam) di dunia
yang terus meningkat menyebabkan harganya terus melonjak sehingga perusahaan
perusahaan tambang pun berlomba lomba memproduksi metana dalam jumlah yang
besar. Namun demikian, jumlah metana dari tambang konvensional sangat terbatas
jumlahnya dan suatu saat akan habis bersamaan dengan minyak bumi yang terkandung
dalam wilayah tambang tersebut.
Metana dapat diproduksi oleh mikroorganisne yang ada di dasar laut.
Mikroorganisme tersebut memiliki kemampuan untuk mensintesis metana dari karbon
dioksida (CO2) dan hidrogen (H2) dari aktifitas vulkanis yang terjadi di dasar laut.
Mikroorganisme tersebut dapat bertahan pada keadaan yang ekstrim, pada temperatur lebih
dari 80oC, pH lingkungan sekitar 0,5 6 dan tekanan yang sangat tinggi (K.O.Setter,
1990). Baik secara aerobik maupun anaerobik, mikroorganisme tersebut dalam jumlah
yang sangat besar menghasilkan gas metana yang langsung dilepaskan ke atmosfer dan
menimbulkan efek gas rumah kaca yang efeknya 20 kali lebih besar dari gas CO2[1].
Dasar laut menjadi alternatif sumber metana yang ada di dunia. Pengembangan
teknologi untuk memanen metana dari dasar laut menjadi prospek yang sangat
menguntungkan untuk terus digalakkan.
melakukan proses metabolisme di dasar laut dengan mengambil CO2 yang terlarut di air
laut dan H2 dari aktivitas vulkanis di lingkungannya[1].
Metana hidrat merupakan padatan yang terbentuk dari molekul metana yang
dikelilingi oleh kristal air akibat tekanan yang sangat besar di dasar laut. Padatan tersebut
sangat melimpah di dasar laut, diperkirakan terdapat sekitar 300.000 tcf (trillion cubic feet)
metana hidrat mengendap di dasar laut[3]. Angka tersebut sangatlah fantastis dan sangat
potensial menjadi sumber metana yang baru selain dari tambang minyak konvensional.
(b)
(
a
Gambar 1. Padatan
MetanaHidrat (a) dan Struktur Molekul Kristal
Metana
Hidrat (b)
Gambar
2.
Klasifikasi
Bakteri
Hipertermofil
menjadi
formil
tetrahidromethanopterin
(Formil-H4MPT)
dengan
mentransfer gugus formil pada senyawa formil methanofuran. Reaksi tersebut melibatkan
katalis formil transferase. Langkah ketiga adalah reaksi reduksi dimana molekul formil
tetrahidromethanopterin
kehilangan
molekul
airnya
menjadi
senyawa
methenyl
(HMD).
Hasil
reaksi
H2-dependent N5-N10-methylene-H4MPT
dari
langkah
ini
adalah
methylene
enzim
kompleks
transmembran
coenzym-M
N5-methyl-H4MPT
methyltranferase (MTR). Enzim ini diketahui sangat penting untuk menghasilkan energi
pada bakteri methanococcus jannaschii. Ketika MTR mentransfer gugus metil ke koenzim
M terjadi perbedaan konsentrasi proton sepanjang membran sehingga membentuk sodium
pump . Pada langkah selanjutnya, Na+ atau H+ porter akan membantu proses pembentukan
metana. Metana kemudian dihasilkan pada langkah terakhir siklus dengan melibatkan
enzim methyl coenzyme M reductase[4].
Metana hidrat mulai terbentuk pada kedalaman sekitar 500 meter dari permukaan
laut. Pada kondisi dekat dengan titik beku dan tekanan yang sangat tinggi akibat dari
tekanan hidrostatis air laut, satu molekul metana terperangkap di dalam kristal es yang
terbentuk dari molekul air. Metana tidak membentuk ikatan dengan molekul air, namun
karena telah terbungkus oleh lapisan kristal air, metana dapat tetap mengendap dan
terakumulasi di dasar laut[5]. Metana hidrat memiliki sifat fisis yang unik. Formasi molekul
metana hidrat dapat rusak akibat perubahan kondisi laut seperti perubahan temperatur dan
konsentrasi.
Hampir di setiap laut dalam terkandung metana hidrat. Beberapa lokasi sudah
dilakukan survey dan pengambilan sampel. Sejak tahun 1982 sampai 1992, U.S.
Geological Survey (USGS) melakukan riset di berbagai tempat dan menemukan deposit
metana hidrat pada lapisan offshore.
7. Kesimpulan
Metana hidrat adalah pilihan yang paling memungkinkan untuk menjadi sumber
energi pengganti dari bahan bakar fosil. Jumlahnya yang sangat melimpah di alam
menjadi pertimbangan yang perlu dikaji lebih dalam sehingga nantinya dapat dimanfaatkan
untuk kesejahteraan umat manusia. Kajian mengenai metana hidrat akan terus berkembang
sehingga diharapkan dapat muncul teknologi baru yang bisa membantu umat manusia
memanfaatkan kekayaan alam yang telah tersedia.
8. Referensi
[1]
http://worldoceanreview.com/en/wor-1/ocean-chemistry/climate-change-and-
http://www.bbc.com/news/science-environment-28898223,
diakses
pada
Januari 2015.
[3]
[4]
https://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Methanococcus_jannaschii,
diakses
http://science.howstuffworks.com/environmental/green-tech/energy-
K.O.,
et.al.,1990,Hiperthemophilic
Microorganism,
Regensburg,