Tugas Evapro Dhyaksa-Bunga
Tugas Evapro Dhyaksa-Bunga
Disusun Oleh
Dhyaksa Cahya P.
G4A013036
Bunga Wiharning SP
G4A013040
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS
PERMASALAHAN TB PARU PADA PROGRAM P2M
DI PUSKESMAS I SUMPIUH
Disusun Oleh
Dhyaksa Cahya P.
G4A013036
Bunga Wiharning SP
G4A013040
Telah disetujui
Tanggal .
Pembimbing Lapangan
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Program pencegahan penyakit menular adalah salah satu upaya
preventif untuk menurunkan dan mengurangi angka kesakitan dan angka
kematian akibat penyakit menular, diantaranya adalah tuberculosis (TB) paru.
TB adalah salah satu penyakit menular yang paling sering dan disebabkan
oleh kuman TB (Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Hasil
survey terbaru tahun 2008, terdapat 9,4 juta pasien TB dan 1,3 juta kematian
akibat TB diseluruh dunia. Di Indonesia, TB merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat, tahun 2008 jumlah pasien TB di Indonesia merupakan
ke-5 terbanyak di dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan dan Nigeria. Total
kasus TB di Indonesia sekitar 429.682 atau 189 per 100.000 penduduk.
Di Kabupaten Banyumas, penyakit tuberkulosis masih merupakan
masalah kesehatan yang serius. Menurut data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas, didapatkan hasil bahwa total kasus TB pada tahun
2007 adalah sebesar 1.212 kasus yang meningkat dari tahun sebelumnya,
yaitu sebesar 1.136 kasus. Peningkatan kasus dan kematian yang disebabkan
oleh TB paru antara lain karena tidak diobati, tidak mengerti telah terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis, angka cakupan pengobatan yang rendah,
cakupan pengobatan tinggi tetapi hasil pengobatan rendah serta adanya kasuskasus baru akibat transisi demografi.
TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi
komitmen global dalam MDGs. Pada awal tahun 1995 WHO telah
merekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai
strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective),
yang terdiri dari 5 komponen kunci 1) Komitmen politis; 2) Pemeriksaan
dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka pendek
yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat,
termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OAT
Sumpiuh
menjadikan
pengembangan
Puskesmas
Sumpiuh
sebesar 81,54 %,
II.
Kelurahan Kebokura
: 202.985 Ha
Desa Karanggedang
: 202.458 Ha
Desa Kemiri
: 248,914 Ha
Desa Kuntili
: 327.050 Ha
Desa Pandak
: 275.935 Ha
Desa Lebeng
: 228.656 Ha
Desa Ketanda
: 542.117 Ha
Aksesibilitas/Kemudahan
: 100 % aspal 40 km
: 0,5 6 km
Keadaan Demografi
Jumlah penduduk keseluruhan 7 Desa wilayah kerja Puskesmas 1
Sumpiuh 25.755 Jiwa, dengan rincian sebagai berikut:
Kelurahan Kebokura
: 3.737 Jiwa
Desa Karanggedang
: 1.992 Jiwa
Desa Kemiri
: 5.114 Jiwa
Desa Kuntili
: 4.488 Jiwa
Desa Pandak
: 3.255 Jiwa
Desa Lebeng
: 2.723 Jiwa
Desa Ketanda
: 4.446 Jiwa
10
11
12
13
14
f. Layanan pengobatan
Layanan pengobatan adalah pelayan yang meliputi kuratif dan
rehabilitatif. Bentuk pelayanan ini adalah diagnosis kemudian
dilakukan pengobatan oleh seorang dokter. Selama tahun 2013
terdapat 606 kasus penyakit tidak menular di wilayah Puskesmas I
Sumpiuh. Lima penyakit tidak menular dengan angka prevalensi
terbesar sesuai angka kunjungan, antara lain: Hipertensi esensial,
Asma Bronkiale, DM Tipe 2, Dekompensasio Cordis dan Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Kasus tertinggi PTM adalah
kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 52,6% (319
kasus) dan 65,52% diantaranya adalah Hipertensi esensial.
15
B. TUJUAN PENULISAN
1.
Tujuan Umum
Mengetahui, menganalisis, dan memberi metode pemecahan
prioritas masalah dari 6 program pokok Puskesmas I Sumpiuh.
2.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui
gambaran
umum
keadaan
kesehatan
di
wilayah
Puskesmas I Sumpiuh.
b. Mengenal dan mengetahui gambaran umum Puskesmas I Sumpiuh
sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
c. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Puskesmas I
Sumpiuh.
d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program-program kesehatan
di Puskesmas I Sumpiuh Kabupaten Banyumas.
e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan programprogram Puskesmas I Sumpiuh.
f. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah pada
program-program kesehatan di Puskesmas I Sumpiuh Kabupaten
Banyumas.
C. MANFAAT PENULISAN
a. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan
yang mungkin masih ada dalam 6 program pokok Puskesmas I Sumpiuh.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas untuk melakukan evaluasi
dalam kinerja Puskesmas.
c. Sebagai bahan untuk perbaikan Puskesmas kearah yang lebih baik guna
mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada umumnya dan
individu pada khususnya.
d. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan yang masih dimiliki oleh
Puskesmas.
16
2.
3.
Tenaga Farmasi
Di Puskesmas I Sumpiuh Pada tahun 2013 mempunyai tenaga
kefarmasian sebanyak 1 orang (Apoteker)
4.
Tenaga Gizi
Puskesmas I Sumpiuh pada tahun 2013 mempunyai tenaga gizi
sebanyak 1 orang
5.
6.
Tenaga Sanitasi
Puskesmas I Sumpiuh pada tahun 2013 mempunyai tenaga sanitasi
sebanyak 1 orang
2) Desa Karanggedang
3) Desa Kemiri
4) Desa Kuntili
5) Desa Pandak
: 4 posyandu (Purnama = 4 )
6) Desa Lebeng
7) Desa Ketanda
17
18
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
19
20
D. EFFECT
Dengan adanya laporan kasus dari masyarakat diharapkan masyarakat
lebih berperan aktif dalam menjaga kesehatan dan lingkungan terutama
lingkungan rumah, serta masyarakat agar lebih waspada terhadap tanda gejala
TB paru sehingga angka penemuan kasus dapat meningkat.
E. OUTCOME (IMPACT)
Dampak program yang diharapkan adalah meningkatnya angka temuan
kasus (CDR) dan meningkatnya angka kesembuhan penyakit TB paru.
Indikator yang paling peka untuk menentukan status kesembuhan pengobatan
adalah dengan pemeriksaan sputum BTA di akhir masa pengobatan.
21
Weakness
Hambatan pada sumber daya P2M TB paru:
1. Pelaksana tenaga P2M TB paru kurang mengakibatkan:
a. Sistem pendataan kurang efisien.
b. Belum adanya dokumentasi kegiatan berupa foto sebagai bukti
telah terlaksananya kegiatan P2M.
c. Frekuensi penyuluhan belum mencukupi dan pembaharuan di
setiap kegiatan penyuluhan baik materi ataupun metodenya
mengakibatkan sasaran penyuluhan belum sepenuhnya tercapai.
2.
3.
22
1.
2.
3.
4.
3.
Opportunity
Adanya perhatian dari pemerintah mengenai pemberantasan penyakit
TB paru dengan menyediakan paket obat gratis dalam pengobatan TB paru
hingga tuntas.
4.
Treat
Masyarakat sulit diajak kerja sama dalam kegiatan pemberantasan
penyakit menular. Jumlah kasus TB paru positif tahun 2013 sebanyak 21
kasus, sementara pada tahun sebelumnya didapatkan 25 kasus TB paru
positif atau mengalami penurunan sebanyak 4 kasus. Penemuan kasus baru
TB BTA positif (Case Detection Rate) pada tahun 2013 telah terealisasi
81,54%. Angka ini masih di bawah target penemuan penderita penyakit TB
paru BTA + Kabupaten Banyumas Tahun 2013 sebesar 100%. Angka
kesembuhan (Cure Rate) TB paru Puskesmas I Sumpiuh tahun 2013
sebesar 0 lebih rendah dibanding 2012 sebesar 100% dan belum melebihi
target nasional (90%). Alternatif pemecahan dari masalah belum
tercapainya target Case Detection Rate kejadian penyakit TB paru adalah
dengan pembentukan tim P2M, agar lebih aktif dalam meningkatkan
pelayanan program pokok Puskesmas (comprehensive health care service
yang meliputi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan terminal stage
health care), guna menurunkan angka kejadian penyakit menular
(terutama TB paru).
Pembentukan tim khusus untuk penanganan kejadian penyakit TB
paru disini sangat diperlukan, guna meningkatkan temuan kejadian
penyakit TB paru. Tim ini bekerjasama dengan masyarakat, perangkat desa
yang daerahnya angka kejadian TB parunya tinggi untuk terus memantau
warganya yang memiliki risiko tertular penyakit TB paru agar
23
24
Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit granulomatosa kronis menular
dimana biasanya bagian tengah granuloma tuberkular mengalami nekrosis
perkijuan (Sudoyo et al., 2009).
B.
Penyebab
Penyebab tuberkulosis paru adalah Mycobacterium tuberculosis.
Mikobakterium adalah organisme berbentuk batang langsing, tidak
25
berspora, tidak berkapsul, dan non motil yang tahan asam (yaitu
mengandung banyak lemak kompleks dan mudah mengikat pewarna ZiehlNeelsen dan kemudian sulit didekolorisasi).
Bakteri M. tuberculosis (MTB) adalah aerob obligat, oleh karena itu,
kompleks MTB sering ditemukan di lobus
pertumbuhan bakteri ini cukup lambat, sekitar 15-20 jam, dengan bentuk
saprofit cenderung tumbuh lebih cepat,berkembang baik pada suhu 22-23
derajat C (Werdhani & Asti, 2002).
C.
Penularan
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Daya penularan
seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut (Depkes RI, 2007). Penularan penyakit ini sebagian
besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya
yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang
mengandung basil tahan asam (BTA) (Sudoyo et al, 2009).
D.
26
27
3) Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan
dapat dinyatakan sbb (terutama pada kasus BTA dahak negatif) :
- Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua
paru dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas
chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus
dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5 (sela iga 2)
dan tidak dijumpai kaviti.
- Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal. (Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia, 2011)
28
Pengobatan tuberculosis dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (23 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Panduan obat yang digunakan
terdiri dari panduan obat utama dan tambahan.
Obat anti tuberculosis (OAT)
Obat yang dipakai :
1.
2.
Kemasan
a.
b.
Obat tunggal,
Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination-FDC)
c.
2.
3.
29
5.
6.
30
31
VI.
A. KESIMPULAN
1. Pemilihan program P2M sebagai salah satu masalah dalam program
Puskesmas I Sumpiuh adalah belum tercapainya target angka penemuan
kasus TB paru BTA + yaitu hanya sebesar 21 kasus (81,54%).
2. Dampak program yang diharapkan adalah meningkatnya angka penemuan
dan kesembuhan pengobatan penyakit menular khususnya TB paru BTA +
3. Beberapa hal yang menjadi dasar kurang tercapainya program P2M di
Puskesmas I Sumpiuh adalah :
a.
b.
c.
b.
c.
b.
c.
B. SARAN
1. Untuk
mengatasi
permasalahan
yang
ditemukan
adalah
dengan
32
2. Adapun kegiatan yang perlu disusun dalam Rencana Tindak Lanjut (RTL)
dalam kegiatan Penyusunan Profil Kesehatan antara lain: validasi data,
koordinasi lintas program dan sektoral dan penguasaan data bagi masingmasing pemegang program, sehingga dalam pemecahan masalah dan
penyusunan rencana kegiatan bisa sesuai dengan kebutuhan yang ada.
33
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2009. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB). Avalaible from
URL:http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BPN_2007.pdf. diakses pada tanggal
30 Juli 2014
Mukono HJ. Prinsip dasar kesehatan lingkungan. Edisi 2. Surabaya : Airlangga
university press, 2006.
Muwarni dan Yuliana. 2007. Tingkat Keberhasilan Penyembuhan Tuberkulosis
Paru Di Desa Cibuntu Cibitung Bekasi Dengan Pendekatan Pola
perawatan 2007. Yogyakarta: Jurnal kesehatan Surya Medika.
Notoadmojo. S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.