Anda di halaman 1dari 16

Peranan Keluarga dalam Pencegahan Penyalahgunaan Obat-Obatan Terlarang

Abstrak
Objective
Study design

Methods
Discussions

Conclusion

Key Words

: Laporan kasus ini menjelaskan mengenai peranan keluarga dalam pencegahan penyalahgunaan
obat-obatan terlarang .
: Penulis menyajikan kasus berdasar dari seorang pria berusia 31 tahun yang telah menggunakan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif (napza) sejak dia duduk di kelas empat SD. Residen
(sebutan untuk pengguna napza yang sedang menjalani terapi dan rehabilitasi ) sudah menjalani
proses detoksifikasi dan rehabilitasi sebanyak sembilan belas kali. Sekarang residen kembali
masuk pada tahap detoksifikasi.
: Wawancara residen dan penjelasan staff yang berada didalam Rumah Sakit Ketergantungan
Obat Cibubur, Jakarta dan studi literatur.
: Napza adalah suatu ancaman serius bagi keluarga, masyarakat, negara serta dampak yang buruk
untuk kesehatan maupun lingkungan sosial. Para pengguna napza terjerumus dengan berbagai
macam latar belakang, latar belakang yang sering berupa permasalahan psikis yang berasal dari
keluarga maupun lingkungan pergaulan. Untuk itu perilaku keluarga berperan penting baik
sebagai pemicu penggunaan napza maupun pencegahan penyalahgunaan obat-obatan terlarang
tersebut.
: Peran keluarga berpengaruh untuk mencegah anggota keluarganya terjerumus kedalam
penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

: Peran keluarga, penyalahgunaan napza

Latar Belakang
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang terus meningkat, berdasarkan
penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama Pusat Penelitian Kesehatan Universitas
Indonesia periode 2011, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 2,2 persen atau setara
dengan 3,8-4,2 juta orang. Sedangkan proyeksi angka prevalensi internasional sebesar 2,32
persen. Pada tahun 2015 diproyeksikan bahwa tingkat prevalensi penyalahgunaan napza akan
mencapai 2,8 persen atau sekitar 5,1 juta orang dari penduduk Indonesia (Tanjung, Chaidir
Anwar, 2013). Masalah penyalahgunaan napza sangat kompleks, baik latar belakang maupun
cara memperoleh serta tujuan penggunaannya. Ada berbagai macam latar belakang yang dapat
memicu penggunaan napza, salah satunya yang memberikan kontribusi secara signifikan berupa
perilaku keluarga.

Keluarga sangat berperan terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian


individu. Orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam keluarga terhadap pendidikan
sosial dan pendidikan keagamaan (Kamal, Marconi, 2012). Keluarga memiliki potensi untuk
menjadi kekuatan pelindung yang paling kuat dalam kehidupan anak-anak dan remaja .
Hubungan keluarga yang sehat bahkan dapat mencegah anak-anak dan remaja untuk terlibat
1

dalam penggunaan narkoba, kenakalan dan perilaku seksual berisiko. Mendukung orang tua
dalam merawat anak-anak mereka dengan lebih baik telah terbukti merupakan strategi yang
efektif untuk mencegah penggunaan narkoba dan berbagai perilaku berisiko dan bermasalah.
Keluarga ditandai dengan orangtua / anak terawat dan sehat , pengawasan orangtua dan
penanaman kedisiplinan yang efektif serta lingkungan keluarga kohesif dan terorganisir
membantu melindungi anak dari penggunaan narkoba dan berkontribusi terhadap kapasitas
mereka untuk mengatasi kesulitan dan mencapai hasil positif dalam hidup.
Sebaliknya, keluarga dengan hubungan anak-orang tua acuh tak acuh dan lingkungan
rumah kacau meningkatkan risiko anak-anak dan remaja untuk memulai penggunaan narkoba
atau perilaku berisiko lainnya.

Laporan Kasus
Tn. T, berusia 31 tahun memiliki latar belakang pendidikan lulusan sekolah konselor
dengan status belum menikah merupakan salah satu residen di Rumah Sakit Ketergantungan
Obat Cibubur. Residen yang sebelumnya berprofesi sebagai seorang konselor rehabilitasi
penggunaan obat-obatan terlarang sudah 4 kali mengikuti program rehabilitasi dan 19 kali
menjalani program detoksifikasi. Residen pertama kali menggunakan napza saat duduk di
bangku kelas 4 SD, kemudian aktif menjadi pemakai sejak tahun 1994, bermula dari kakaknya
yang mengenalkannya terhadap heroin dan morfin, namun jenis narkotika yang sering
digunakannya berupa heroin.
Rehabilitasi pertama kali dilakukan pada tahun 2003 di RS Fatmawati atas intervensi dari
orang tua residen, rehabilitasi dilakukan sampai selesai, namun residen mengalami relaps sampai
pada tahun 2013, sehingga kembali berulang kali melakukan rehabilitasi dan detoksifikasi
sebanyak 19 kali. Pada saat kondisi relaps (kambuh) residen cenderung brutal, dia tidak segansegan menjambret dan menusuk untuk dapat membeli narkoba.
Latar belakang residen menggunakan napza adalah akibat perilaku keluarganya. Residen
tinggal didalam keluarga yang broken home, sang ayah tidak dapat menjadi sosok panutan,
ayahnya memiliki watak yang kasar, pemukul dan senang bermain perempuan. Ayah dan ibunya
sibuk bekerja sehingga yang merawat residen dari kecil adalah pembantunya. Residen memiliki
dua orang kakak, pada tahun 1994 kakaknya berpacaran dengan pengedar narkoba dan ia adalah
seorang pemakai. Sang kakak meminta residen untuk mencoba heroin dan morfin, sejak saat itu
ditambah dengan tekanan dari ayahnya residen menjadi pemakai aktif narkoba. Residen
2

menganut agama Kristen pada masa kecilnya, namun ayah dan ibunya tidak pernah
menuntunnya untuk melaksanakan ibadah sehingga ketika beranjak dewasa sampai sekarang
residen tidak memeluk agama apapun, namun ia mempercayai bahwa Tuhan itu ada. Pada tahun
2007 ketika ayahnya wafat, residen mengakui bahwa ia tidak sedih dan merasa bersyukur atas
kepergian ayahnya. Sejak saat itu residen tetap tinggal dengan ibunya. Penyebab residen tidak
lepas dari penggunaan napza adalah karena pergaulannya yang hedon, dia mengatakan bahwa
ketika berkumpul dengan teman-temannya, tidak cukup hanya meminum minuman keras kalau
tidak sampai mabuk, lalu berlanjut melakukan hubungan sex, memakai ekstasi dan shabu-shabu
dan berakhir dengan menggunakan heroin maupun putaw.
Akibat dari residen yang telah sering menjalani rehabilitasi dan detoksifikasi, ia
memutuskan untuk mengikuti sekolah konselor dan menjadi konselor untuk membantu
pelaksanaan rehabilitasi. Namun pada awal Oktober 2013 residen merasa jenuh terhadap
pekerjaan yang dihadapinya karena tetap berkaitan dengan napza, sehingga ia kembali
menggunakan obat-obatan terlarang tersebut. Residen mengaku bahwa sesungguhnya dia telah
lelah dengan kondisinya yang tidak kunjung berubah, dia bahkan sempat berpikiran untuk bunuh
diri. Residen kemudian memutuskan untuk kembali menjalani proses detoksifikasi pada akhir
Oktober 2013 hingga sekarang di RSKO, Cibubur. Alasan utama residen ingin mengikuti
detoksifikasi adalah karena ibunya dan inisiatif dari dalam diri sendiri, bahwa residen ingin
kembali ke jalan yang benar dan memperbaiki hidup, serta mendekatkan diri kepada tuhan.
Residen nantinya diharapkan dapat kembali berinteraksi di dalam komunitas tempat residen
berasal sebagai makhluk sosial.
Diskusi
Definisi keluarga yang di kemukakan oleh Departemen Kesehatan 1988 adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Effendy,
1998).
Keluarga memiliki peran penting dalam pencegahan maupun intervensi penyalahgunaan
obat-obatan terlarang, baik memberikan dorongan dan motivasi untuk berbagai kegiatan yang
positif, menanamkan nilai-nilai resiko penggunaan napza dan memberikan perlindungan serta
kasih sayang bagi setiap anggota keluarganya. Namun keluarga juga merupakan faktor internal
yang berpengaruh atas terjadinya penyalahgunaan obat-obatan terlarang, hal ini dikarenakan
3

apabila ada salah satu dari anggota keluarga yang diketahui seorang pemakai, ia dapat memberi
dampak negatif bagi anggota keluarganya yang lain. Menurut (Velleman, dkk. 2005) ada 6
komponen dari aspek keluarga yang berpengaruh terhadap kemungkinan terjadi atau tidaknya
penggunaan napza, yaitu struktur dalam keluarga; ikatan keluarga; komunikasi keluarga; perilaku
orangtua dan manajemen keluarga.
Struktur keluarga
Aspek di dalam struktur keluarga meliputi kelengkapan orang tua, ukuran keluarga serta
urutan kelahiran. Pengertian keluarga yang ideal yaitu terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan
ibu tidak terpisah tetapi bahu membahu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua
dan mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. Tiga eksponen menpunyai fungsi tertentu dalam
mencapai tujuan keluarga tergantung dari kesediaan individu menolong mencapai tujuan
bersama dan bila tercapai maka semua anggota mengenyam apakah peranan masing-masing.

Peranan ayah :
Sumber kekuasaan, dasar identifikasi
Penghubung dengan dunia luar
Pelindung terhadap ancaman luar
Pendidik segi rasional
Peranan ibu :
Pemberi rasa aman dan sumber kasih sayang
Tempat mencurahkan isi hati
Pengatur kehidupan rumah tangga
Pembimbing kehidupan rumah tangga
Pendidik segi emosional
Penyimpan tradisi
Peranan anak :
Anak anak melaksanakan peran psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
Mental,fisik,sosial dan spiritual.

Pemegang Kekuasaan

Patriakal : Yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah di pihak ayah.
Matriakal : Yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah di pihak ibu.
Equilitarian : Yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh UNSW diketahui bahwa aspek struktur tidak
berpengaruh besar dibanding dengan aspek keluarga dalam kemungkinan penyalahgunaan obatobatan (Velleman, dkk. 2005).
Ikatan keluarga
Ikatan antara orang tua terhadap anaknya merupakan aspek penting dalam pencegahan
penggunaan napza. Orang tua idealnya digambarkan menjadi panutan dalam keluarganya,
seorang anak cenderung ingin menjadi seperti orang tuanya. Namun apabila ikatan dalam
keluarga tidak terbentuk dengan baik maka orang tua tidak memegang pengaruh maupun kontrol
yang cukup terhadap anaknya, sehingga anak memiliki kemungkinan lebih besar dalam
penyimpangan perilaku.
Komunikasi keluarga
Komunikasi antara orang tua terhadap anak harus berjalan dengan baik. Orang tua harus
dapat menanamkan norma-norma yang baik terhadap anaknya, mereka juga harus bisa
menerapkan kedisiplinan. Komunikasi yang baik dapat terjalin apabila orang tua bisa
meluangkan waktunya untuk mendengarkan anaknya, baik itu suatu bentuk kemauan maupun
permasalahan yang dihadapi oleh anak, dan orang tua mampu untuk memberikan saran yang baik
serta kasih sayang untuk anaknya. Sebaliknya, apabila orang tua sering memarahi anaknya maka
akan timbul keinginan dalam diri anaknya untuk memberontak. Komunikasi yang terjalin dalam
setiap anggota keluarga harus berjalan secara teratur agar orang tua dapat memantau perilaku
anaknya, kemudian dapat memberikan dukungan dan motivasi dalam setiap kegiatan positif yang
dilakukan sang anak, dan dapat menerapkan disiplin secara konsisten sehingga orang tua dapat
menghambat masalah perilaku pada anak.
Aspek komunikasi yang diharapkan dapat dijelaskan oleh orang tua terhadap anaknya
yaitu mengenai penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan sikap terhadap obat-obatan tersebut.
Orang tua diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup luas mengenai napza, dan mereka
mampu untuk menjadi figur yang baik sebagai contoh sosok yang tidak menggunakan barangbarang tersebut. Karena terkadang orang tua kehilangan pengaruhnya terhadap anak ketika
mereka menyampaikan pelarangan yang mereka sendiri lakukan, misalnya seorang ayah
melarang anaknya untuk minum minuman beralkohol namun sang ayah didapati terkadang
5

minum minuman tersebut dengan teman kantornya dan ia menyimpan minuman tersebut
dirumahnya.
Penelitian menunjukkan bahwa orang tua terkadang jarang menanyakan kepada anak apa
yang mereka inginkan dalam hal informasi maupun bentuk komunikasi itu sendiri. Akibatnya,
meskipun anak merasa bahagia dengan pendekatan yang dilakukan oleh orang tuanya, namaun
untuk keterangan mengenai penyalahgunaan obat-obatan terlarang maupun pendidikan seks
banyak orang tua yang cenderung tidak dapat menyampaikan secara benar atau bahkan enggan
untuk menyampaikannya, sehingga anak berusaha untuk mencari informasi sendiri baik dari
teman-temannya, tv atau sosial media yang kemungkinan dapat berdampak negatif terhadap
perilaku sang anak.
Manajemen dan Sikap Keluarga
Berpikir tentang bagaimana agar setiap komponen di dalam keluarga dapat melakukan
fungsinya dengan baik dan terorganisir disebut manajemen keluarga. Manfaat manajemen
keluarga meliputi :

Membawa kedekatan terhadap setiap anggota keluarga


Memudahkan orang tua untuk berkomunikasi kepada anaknya
Mengurangi stress dan membuat anggota keluarga lebih terorganisir
Dapat memanajemen waktu hingga tidak terbuang sia-sia dan mengatur keuangan
Memberikan cara untuk menyampaikan nilai-nilai dalam keluarga
Membantu anak mengembangkan keterampilan sosial yang penting bagi kehidupan
Membantu keluarga mengatur waktu untuk melakukan kegiatan bersama

Konsep manajemen keluarga meliputi :

Komunikasi
Bertujuan untuk membicarakan masalah keluarga dengan semua anggota keluarga
termasuk anak.
Waktu, kasih sayang dan perhatian positif
Setiap anggota keluarga perlu merasa dicintai dan dihargai. Orang tua harus bisa
memberikan dorongan, umpan balik dan tanda-tanda kasih sayang positif kepada anaknya.
Disini juga diaatur mengenai waktu berkualitas yang harus dilakukan bersama oleh anggota

keluarga.
Rutinitas
Mempertimbangkan rutinitas harian dan mencari tahu sistem apa yang terbaik untuk
semua anggota keluarga. Rutinitas membuat anak merasa aman karena anak memiliki
6

kesibukan yang teratur. Rutinitas dapat membantu keluarga menghabiskan lebih banyak
waktu bersama-sama. Misalnya, pengaturan meja dan mencuci piring dengan anak-anak

memberi orang tua kesempatan untuk saling berkomunikasi.


Berbagi tugas
Berbagi tugas dalam pekerjaan rumah tangga dapat meringankan beban setiap orang.
Selain itu, berbagi pekerjaan rumah tangga dengan anak-anak dapat membantu mereka
merasa penting dan dihargai oleh anggota keluarganya. Orang tua dapat menulis sebuah
bagan yang menjelaskan siapa melakukan apa dan kapan. Kemudian, mengadakan pertemuan
keluarga informal untuk melihat bagaimana setiap orang menemukan rencana . Ini juga akan
memberi kesempatan kepada orang tua untuk memuji anaknya untuk prestasi mereka , atau

menyarankan cara yang lebih baik untuk melakukan pekerjaan .


Reaksi yang dipilih
Berbicara bagaimana keinginan dari setiap anggota keluarga dalam menyikapi situasi
sulit atau menantang seperti kelelahan, marah atau tekanan dari segi keuangan.
Kehidupan sosial

Bentuk Perilaku Orang Tua


Pengaruh orang tua terhadap perkembangan kepribadian anak mencakup pengembangan
emosi dan perilaku. Regulasi emosional , atau kemampuan untuk mengendalikan emosi dan
tanggapan emosional, berasal dari tingkat respon dan keterlibatan orang tua dalam kehidupan
anak. Misalnya, orang tua bertindak sebagai sumber daya untuk anak mereka dalam referensi
sosial. Ketika seorang anak ditempatkan dalam situasi yang merangsang takut dan orang tua
hadir pada saat itu, anak akan melihat ke arah orang tua dan memeriksa ekspresi wajahnya. Jika
orangtua tidak menunjukkan gangguan emosi, maka anak akan berusaha menampilkan ekspresi
seperti orang tuanya dan mengusir rasa takut ( Bornstein , 2002). Sebagai akibat dari regulasi
emosional dan referensi sosial, anak juga mengalami tingkat stabilitas emosional ( Hay &
Ashman, 2003).
Seperti regulasi emosional, peraturan perilaku muncul sebagai akibat dari keterlibatan
orang tua dan respon terhadap berbagai aspek kehidupan anak. Misalnya, orang tua yang
menerima anak-anak mereka, memberi mereka otonomi yang lebih, dan menerapkan tingkat
lebih tinggi dari kontrol perilaku dalam hal aturan dan pedoman memiliki anak yang
menampilkan tingkat tinggi orientasi pengaturan-diri, kematangan, identitas, dan kerja perilaku

(Bornstein , 2002). Oleh karena itu, orang tua memainkan peran penting dalam pengembangan
emosi dan perilaku regulasi diri pada anak mereka.
Pembangunan moral
Perkembangan moral, seperti perkembangan emosional, hasil pengaruh positif dari orang
tua pada anak . Menurut Lawrence Kohlberg, partisipasi orangtua dalam perkembangan moral
tidak perlu bagi seseorang untuk mencapai tingkat tinggi penalaran moral karena sekolah dan
pengaturan lainnya dapat menyediakan lingkungan moral yang sama (1969 , seperti dikutip
dalam Bornstein , 2002). Namun , Hoffman (1983, seperti dikutip dalam Bornstein, 2002 )
menyatakan bahwa pertemuan disipliner dengan orang tua sangat penting untuk internalisasi
standar moral . Ketika campur tangan orang tua dalam perilaku negatif anak dalam upaya untuk
memperbaiki perilaku dan kemudian disiplin anak, orangtua berupaya untuk membantu anak
membangun standar moral. Hoffman menyatakan bahwa agar tindakan disiplin berpengaruh pada
anak, orang tua harus menggunakan teknik induktif di mana mereka menunjukkan pengaruh
perilaku anak pada orang lain (1983 , seperti dikutip dalam Bornstein , 2002). Dalam hal
penilaian moral, orang tua yang mendorong anak mereka untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi
dan pengambilan keputusan berkaitan dengan dirinya sendiri dan keluarga lebih mungkin untuk
membantu fungsi anak mereka pada tingkat yang lebih tinggi penalaran moral ( Bornstein ,
2002) . Orang tua juga memfasilitasi pertumbuhan moral dan tingkat tinggi penalaran moral
ketika mereka menarik keluar pendapat dan penalaran anak dengan pertanyaan dan parafrase
yang tepat untuk memeriksa pemahaman tentang situasi. Secara keseluruhan , orang tua yang
menggunakan penalaran induktif, merangsang penalaran moral dengan diskusi moral, dan
mendukung dan mendorong pemikiran otonom akan memiliki anak yang berfungsi pada tingkat
yang lebih tinggi penalaran moral.
Pengawasan Orang Tua
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengawasan orang tua atau
pemantauan terhadap anak, yaitu mengetahui di mana anak berada dan apa yang mereka lakukan,
dapat mencegah timbulnya penggunaan obat-obatan terlarang. Hubungan yang kuat telah
ditemukan antara inisiasi dini dan masalah penyalahgunaan napza. Hal ini menggaris bawahi
perlunya intervensi yang efektif dalam mencegah inisiasi dini. Pengganti pemantauan orang tua
8

oleh orang dewasa yang bertanggung jawab atau para staff terstrukur selama program sekolah
juga dapat bertindak efektif dalam mengawasi.
Pengawasan orang tua dapat berdampak langsung yaitu menjauhi anak dari pemakaian
narkoba, maupun tidak langsung yaitu mengurangi kemungkinan kontak sang anak terhadap
orang-orang atau temannya yang mungkin menggunakan napza. Kurangnya pengawasan orang
tua dapat memungkinkan terjadinya proses penggunaan napza. Kombinasi dari faktor rendahnya
pengawasan orang tua ditambah dengan kemungkinan banyaknya pengguna narkoba yang mulai
berkeliaran secara terbuka merupakan penanda meningkatnya kerentanan pada anak-anak praremaja.
Peranan Keluarga dalam Pencegahan Penyalahgunaan Obat-Obatan Terlarang Ditinjau dari
Agama Islam

Dalil Pengharaman Narkoba


Para ulama sepakat haramnya mengkonsumsi narkoba ketika bukan dalam keadaan
darurat. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Narkoba sama halnya dengan zat yang
memabukkan diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama. Bahkan setiap zat yang dapat
menghilangkan akal, haram untuk dikonsumsi walau tidak memabukkan (Majmu Al Fatawa,
34: 204).
Dalil-dalil yang mendukung haramnya narkoba:
Pertama: Allah Taala berfirman,

Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk (QS. Al Arof: 157). Setiap yang khobits terlarang dengan ayat ini. Di antara
makna khobits adalah yang memberikan efek negatif.

Kedua: Allah Taala berfirman,



Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan (QS. Al Baqarah: 195).

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu (QS. An Nisa: 29).
Dua ayat di atas menunjukkan akan haramnya merusak diri sendiri atau membinasakan
diri sendiri. Yang namanya narkoba sudah pasti merusak badan dan akal seseorang. Sehingga
dari ayat inilah kita dapat menyatakan bahwa narkoba itu haram.

Ketiga: Dari Ummu Salamah, ia berkata,


- -
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang dari segala yang memabukkan dan mufattir
(yang membuat lemah) (HR. Abu Daud no. 3686 dan Ahmad 6: 309. Syaikh Al Albani
mengatakan

bahwa

hadits

ini dhoif).

Jika khomr itu

haram,

maka

demikian

pula

dengan mufattir atau narkoba.

Keempat: Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


,
,

10

Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga mati, maka dia di neraka
Jahannam dalam keadaan menjatuhkan diri di (gunung dalam) neraka itu, kekal selama
lamanya. Barangsiapa yang sengaja menenggak racun hingga mati maka racun itu tetap
ditangannya dan dia menenggaknya di dalam neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama
lamanya. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu akan ada
ditangannya dan dia tusukkan ke perutnya di neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama
lamanya (HR Bukhari no. 5778 dan Muslim no. 109).
Hadits ini menunjukkan akan ancaman yang amat keras bagi orang yang menyebabkan
dirinya sendiri binasa. Mengkonsumsi narkoba tentu menjadi sebab yang bisa mengantarkan
pada kebinasaan karena narkoba hampir sama halnya dengan racun. Sehingga hadits ini pun bisa
menjadi dalil haramnya narkoba.

Kelima: Dari Ibnu Abbas, Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda,



Tidak boleh memberikan dampak bahaya, tidak boleh memberikan dampak bahaya (HR. Ibnu
Majah no. 2340, Ad Daruquthni 3: 77, Al Baihaqi 6: 69, Al Hakim 2: 66. Kata Syaikh Al Albani
hadits ini shahih). Dalam hadits ini dengan jelas terlarang memberi mudhorot pada orang lain
dan narkoba termasuk dalam larangan ini.

Cara Mendidik Anak dalam Islam


Mendidik anak memerlukan ilmu pengetahuan yang cukup dan seorang role model untuk
diteladani. Bagi umat Islam, contoh teladan yang terbaik adalah rasul junjungan yang
mulia, Rasulullah Muhammad S.A.W. Semua anak yang dilahirkan adalah pembawa rahmat dan
rezeki untuk keluarganya. Mereka dilahirkan penuh dengan kelebihan dan keistimewaan. Tidak
ada istilah mereka dilahirkan membawa nasib malang atau tidak baik untuk kita.

11

Dilema orang tua saat ini apabila setiap usaha yang mereka lakukan untuk mendidik
anak-anak seperti menuangkan air didaun keladi. Tidak apa perubahan positif yang terjadi pada
tingkahlaku mereka. Baik guru, maupun pakar motivasi semuanya adalah manusia biasa. Tidak
ada suatu cara yang ideal dalam usaha membentuk anak-anak untuk menjadi orang yang
cemerlang. Apa yang terbaik kembali kepada fitrah dan sunnah yang telah sekian lama
diamalkan oleh Rasulullah S.A.W.
Empat tahap mendidik anak menurut Rasulullah s.a.w adalah :
1)

Umur anak-anak 0-6 tahun. Pada masa ini, Rasulullah s.a.w menyuruh kita untuk
memanjakan, mengasihi dan menyayangi anak dengan kasih sayang yang tidak berbatas.
Berikan mereka kasih sayang tanpa mengira anak sulung maupun bungsu dengan bersikap
adil terhadap setiap anak-anak. Tidak boleh dipukul apabila mereka melakukan kesalahan
walaupun atas dasar untuk mendidik, agar anak-anak akan lebih dekat dengan orang tua
dan merasa bahwa orang tua adalah tempat rujukan terbaik. Anak-anak merasa aman dalam
meniti masa kecil mereka karena mereka tahu bahwa orang tuanya berada disisi mereka.

2)

Umur anak-anak 7-14 tahun. Pada tahap ini kita mula menanamkan nilai disiplin dan
tanggung jawab kepada anak. Menurut hadits Abu Daud, Perintahlah anak-anak kamu
supaya mendirikan sholat ketika berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena
meninggalkan sholat ketika berumur sepuluh tahun dan asingkanlah tempat tidur di antara
mereka (lelaki dan perempuan). Memukul bukanlah untuk menyiksa melainkan hanya
untuk menegur mereka. Janganlah dipukul bagian muka karena muka adalah tempat
penghormatan seseorang. Hal ini diharapkan agar anak akan lebih bertanggung jawab pada
setiap suruhan terutama dalam mendirikan solat. Inilah masa terbaik bagi kita dalam
memprogramkan norma dan akhlak anak mengikut ajaran Islam.

3) Umur anak-anak 15- 21 tahun. Inilah fase remaja yang penuh sikap memberontak. Pada
tahap ini, orang tua mendekati anak-anak dengan cara berteman dengan mereka. Perbanyak
komunikasi dengan mereka tentang permasalahan yang mereka hadapi. Bagi anak remaja
perempuan, berbicaralah dengan mereka tentang kedatangan haid mereka dan perasaan
mereka ketika itu. Jadilah pendengar yang setia kepada anak. Apabila orang tua tidak setuju
12

dengan tindakan anaknya, jangan menghardik atau memarahi mereka terutama dihadapan
adik-beradik yang lain tetapi banyakkan pendekatan secara diplomasi walaupun kita adalah
orang tua mereka. Hal ini diharapkan agar tidak ada orang ketiga atau asing yang akan
hadir dalam hidup mereka sebagai tempat rujukan dan pendengar masalah mereka.
4) Umur anak 21 tahun ke atas. Fase ini adalah masa orang tua untuk memberikan sepenuhnya
kepercayaan kepada anak dengan kebebasan dalam membuat keputusan mereka sendiri.
Orang tua hanya perlu mengawasi, berikan nasehat dengan diiringi doa agar setiap tujuan
yang diambil sang anak adalah benar. Bermula pengembaraan kehidupan mereka yang
sebenarnya di luar rumah. InsyaAllah dengan displin yang telah diterapkan sejak tahap ke2 sebelum ini cukup menjadi benteng bagi diri sang anak. Orang tua tidak boleh lelah
dalam menasehati anaknya, kerana mengikut kajian nasihat yang diucap sebanyak 200 kali
terhadap anak-anak mampu membentuk tingkah laku yang baik seperti yang diinginkan.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Keluarga berperan sangat penting dalam menciptakan suasana yang dapat menghindarkan
penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada anak. Peran yang sangat penting tersebut harus
didukung dengan beberapa faktor. Adapun faktor yang dapat mendukung hal penting tersebut
adalah sebagai berikut : adanya ikatan keluarga yang baik antar orang tua dan anak, adanya
komunikasi yang intens dan intim, perilaku orang tua yang dapat menjadi teladan serta
pengawasan efektif dari orang tua terhadap anak. Disamping faktor-faktor diatas pemahaman
nilai-nilai agama kepada anak merupakan satu hal yang sangat penting dalam pencegahan
penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Saran
1. Anak harus diberikan pejelasan mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba
2. Orangtua harus bisa menjelaskan mekanisme bekerjanya psikotoprika terhadap otak,
perilaku, emosi, beserta bahayaya terhadap organ-organ tubuh.
3. Orangtua harus bisa membimbing anaknya secara bijaksana tanpa menekan harga diri sang
anak.
4. Orang tua harus meningkatkan peranannya sebagai pengawas.

13

5. Orang tua harus mengetahui siapa saja teman anaknya, kemana mereka pergi & apa saja
kegiatan anaknya.
Ucapan Terima Kasih
Penulis bersyukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya tugas laporan kasus
ini dapat selesai sesuai waktunya. Serta shalawat dan salam dicurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa umatnya keluar dari zaman jahiliyah menuju peradaban seperti
sekarang ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Rumaha Sakit Ketergantungan Obat (RSKO)
Cibubur, yang telah memberikan kesempatan untuk berkunjung, mengumpulkan data serta
mendapatkan penjelasan ringkas dari beberapa staff dan residen mengenai rehabilitasi. Kepada
DR. Drh. Hj. Titiek Djannatun selaku Koordinator Penyusun Blok Elektif, dr. Hj. Susilowati,
M.kes sebagai Koordinator Pelaksana Blok Elektif. Kepada dr. Nasruddin Noor, Sp.Kj selaku
dosen pengampu bidang kepeminatan Ketergantungan Obat/Drug Abuse. Kepada dr. Salmy
Nazir Sp.PA selaku tutor yang telah memberikan bimbingannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini. Serta teman-teman kelompok 2 drug abuse dan rekan-rekan
calon sejawat Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi yang telah memberikan semangat dan
dukungan dalam penyelesaian laporan kasus ini.

14

REFERENSI

Anonim. 2009. Peran Orang Tua dalam Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Narkoba.
Diunduh dari http://www.kemhan.com/2009/01/peran-orangtua-dalam-upaya-pencegahan.html
pada Rabu, 13 November 2013 pukul 22.53 WIB.
Anonim.

2010.

Family

Management

In

Nutshell.

Diunduh

dari

http://raisingchildren.net.au/articles/grownups_family_management_nutshell.html pada Rabu, 13


November 2013 pukul 10.35 WIB.
Anonim. 2013. Reinforcing the role of the family to prevent drug abuse in Mexico. Diunduh dari
https://www.unodc.org/unodc/en/frontpage/2013/June/reinforcing-the-role-of-the-family-toprevent-drug-abuse-in-mexico.html pada Selasa, 12 November 2013 pukul 21.45 WIB.
Ayu. 2013. 4 tahap Bagaimana Mendidik Anak Menurut Rasullah s.a.w. Diunduh dari
http://www.excelqhalif.com/2012/10/02/4-tahap-mendidik-anak-cara-rasulullah-s-a-w/

pada

Rabu, 13 November 2013 pukul 16.05 WIB.


Asfriyati.

2003.

Pengaruh

Keluarga

terhadap

Kenakalan

Anak.

Diunduh

dari

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-asfriyati1.pdf pada Rabu, 13 November 2013 pukul


12.35 WIB.

15

Bornstein, M. H. (Ed). 2002. Handbook of Parenting: Practical Issues in Parenting. Ed. 2. Vol.
5. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Hay, I., & Ashman, A. F. 2003. The Development of Adolescents Emotional Stability and
General Self Concept: the interplay of parents, peers, and gender. International Journal of
Disability, Development, and Education. 50 : (3). 78-91.
Kamal,

M.

2012.

Ilmu

Jiwa

Umum.

Diunduh

dari

http://marcopangngewa.blogspot.com/2010/12/ilmu-jiwa-umum.html pada Selasa, 12 November


2013 pukul13.49 WIB.
Richard, D.B. Velleman, dkk. 2005. The role of the family in preventing and intervening with
substance use and misuse: a comprehensive review of family interventions, with a focus on
young people. Diunduh dari http://people.uncw.edu/noeln/Articles/Family-alcohol%20review.pdf
pada Selasa, 12 November 2013 pukul 20.30 WIB.
Sharp, K. 2010. Parental Influence on the Development of Children. Diunduh dari
https://people.creighton.edu/~idc24708/.../Papers/Parenting_Sharpe.doc pada Rabu 13.20 WIB.
Tanjung, C.A. 2013. BNN: Angka Kenaikan Pengguna Narkoba di Indonesia di Atas Rata-rata
Dunia. Diunduh dari http://news.detik.com/read/2013/03/05/135902/2186137/10/bnn-angkakenaikan-pengguna-narkoba-di-indonesia-di-atas-rata-rata-dunia pada Selasa, 12 November
2013 pukul 12.30 WIB.
Tuasikal, M.A. 2012. Narkoba dalam Pandangan Islam. Diunduh dari http://muslim.or.id/fiqhdan-muamalah/narkoba-dalam-pandangan-islam.html pada Rabu, 13 November 2013 pukul
15.35 WIB.

16

Anda mungkin juga menyukai

  • SNSNSM
    SNSNSM
    Dokumen2 halaman
    SNSNSM
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Hlanbnvmvmvm
    Hlanbnvmvmvm
    Dokumen26 halaman
    Hlanbnvmvmvm
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Opihn
    Opihn
    Dokumen1 halaman
    Opihn
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • NDNMFJ
    NDNMFJ
    Dokumen1 halaman
    NDNMFJ
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • DNDNDND
    DNDNDND
    Dokumen1 halaman
    DNDNDND
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Mkloip
    Mkloip
    Dokumen10 halaman
    Mkloip
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Ytru
    Ytru
    Dokumen1 halaman
    Ytru
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Kaknnc
    Kaknnc
    Dokumen6 halaman
    Kaknnc
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Gizbur
    Gizbur
    Dokumen3 halaman
    Gizbur
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Lasnssnsnsn
    Lasnssnsnsn
    Dokumen16 halaman
    Lasnssnsnsn
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Jur
    Jur
    Dokumen6 halaman
    Jur
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Absensi Perizinan Kepaniteraan Klinik
    Absensi Perizinan Kepaniteraan Klinik
    Dokumen1 halaman
    Absensi Perizinan Kepaniteraan Klinik
    Dadan Fakhrurijal
    Belum ada peringkat
  • Cojjnjnn
    Cojjnjnn
    Dokumen1 halaman
    Cojjnjnn
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen4 halaman
    Bab Iii
    Harry Fernando Simatupang
    Belum ada peringkat
  • Hhshjsjs
    Hhshjsjs
    Dokumen28 halaman
    Hhshjsjs
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Peritobahjbahjbhab
    Peritobahjbahjbhab
    Dokumen48 halaman
    Peritobahjbahjbhab
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Kalwlels
    Kalwlels
    Dokumen38 halaman
    Kalwlels
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Jooo
    Jooo
    Dokumen1 halaman
    Jooo
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Trauma Jaringan Lunak Pada Wajah
    Trauma Jaringan Lunak Pada Wajah
    Dokumen40 halaman
    Trauma Jaringan Lunak Pada Wajah
    Anis Khairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Isipeerrrrrr
    Isipeerrrrrr
    Dokumen17 halaman
    Isipeerrrrrr
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Jur Ding
    Jur Ding
    Dokumen8 halaman
    Jur Ding
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Hhshjsjs
    Hhshjsjs
    Dokumen28 halaman
    Hhshjsjs
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Jur
    Jur
    Dokumen6 halaman
    Jur
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • NJNNMNM
    NJNNMNM
    Dokumen2 halaman
    NJNNMNM
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Squad 2004
    Squad 2004
    Dokumen27 halaman
    Squad 2004
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Cojjknknjknjknk
    Cojjknknjknjknk
    Dokumen4 halaman
    Cojjknknjknjknk
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • PBHG
    PBHG
    Dokumen7 halaman
    PBHG
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Lap
    Lap
    Dokumen54 halaman
    Lap
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat
  • Ghsy
    Ghsy
    Dokumen4 halaman
    Ghsy
    ririnqothrin
    Belum ada peringkat