Anda di halaman 1dari 8

PERAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI KEPADA MAHASISWA TERHADAP

PEMBERANTASAN KORUPSI
Oleh:
Sena Putri Safitri, Rama Cahyo Wicaksono dan Muhammad Dzulnafis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pendahuluan
Terlaknat orang yang menyuap dan disuap (HR. AHMAD)
Korupsi telah merebak hampir di seluruh lapisan masyarakat, dan
sepertinya sudah menjadi sebuah kebudayaan masyarakat Indonesia. Tidak
mengherankan apabila negara mengalami kerugian finansial yang cukup
signifikan. Corruption Perception Index (CPI) 2014 yang diterbitkan secara global
oleh Transparency International menempatkan Indonesia sebagai negara dengan
level korupsi yang cukup memprihatinkan. Dalam CPI 2014 tersebut, Indonesia
menempati posisi 117 dari 175 negara di dunia dengan skor 34 dari skala 0-100
(0 berarti sangat korup dan 100 berarti sangat bersih). Secara khusus korupsi
disebut menempati urutan teratas dari 18 (delapan belas) faktor penghambat
kemudahan berusaha di Indonesia.
Masih berangkat dari data, di Asia Indonesia menduduki prestasi sebagai
negara terkorup dengan skor 9.25 (skala 0-10, 10 berarti sangat korup dan 0
berarti sangat bersih) di atas India (8,9), Vietnam (8,67), Philipina (8,33) dan
Thailand (7,33).1 Indonesia berada jauh dibawah sesama negara Asia Pasifik
yaitu Singapura (86), Hongkong (75), Taiwan (61), Korea Selatan (55), dan China
(40). Di ASEAN, skor Indonesia jauh di bawah Brunei (60) dan Malaysia (50).
Indonesia sedikit di bawah Filipina (36) dan Thailand (35).2
Dengan adanya fakta terukur bahwa keberadaan korupsi di Indonesia telah
membudaya, baik secara sistemik dan endemik, Taufiequrachman, mantan ketua
KPK periode pertama tahun 2003-2007 dan ketua sementara KPK 2015
berasumsi bahwa kunci utama dalam pemberantasan korupsi adalah integritas
yang akan mencegah manusia dari perbuatan tercela, entah itu corruption by
needs, corruption by greed atau corruption by opportunities. Selama ini
kekeliruan yang terjadi adalah upaya pemberantasan korupsi yang terlalu fokus
1 Transparency International (TI) di Corruption Perception Index (CPI) 2014
2 I b I d.

pada upaya menindak para koruptor, namun sedikit sekali perhatian pada upaya
pencegahan korupsi. Salah satunya lewat upaya pendidikan antikorupsi, juga
pembudayaan etika dan integritas yang harus ditingkatkan.
Beberapa Negara telah melaksanakan pendidikan antikorupsi di sekolah
dan telah menunjukan hasil yang signifikan. Hongkong, adalah salah satu contoh
yang melaksanakan semenjak tahun 1974 dan menunjukan hasil yang luar
biasa. Jika tahun 1974 Hongkong adalah Negara yang sangat korup dan korupsi
dideskripsikan dengan kalimat from the womb to tomb, maka saat ini Hongkong
adalah salah satu Negara di Asia dengan IPK yang sangat tinggi yaitu 8,3 dan
menjadi negara terbersih ke 15 dari 158 negara di dunia 3. Keberhasilan ini
merupakan efek simultan dari upaya pemberantasan korupsi dari segala segi
termasuk pendidikan antikorupsi yang dilaksanakan di sekolah secara formal
sangat

efektif4,

sehingga

menjadi

relevan

apabila

Indonesia

mencoba

menerapkan sikap pencegahan daripada pengobatan terhadap wabah korupsi di


Indonesia yakni melalui pendidikan anti-korupsi pada generasi muda, khususnya
kalangan mahasiswa.
KORUPSI
Korupsi berasal dari bahasa latin Corruptio5 atau Corruptus6. Selanjutnya
dari bahasa latin itu turun ke dalam bahasa Eropa seperti Inggris: Corruption,
Corrupt kemudian dalam bahasa Belanda yaitu Corruptie dan bahasa Latin
corruptio

dari

kata

kerja

corrumpere

yang

bermakna

busuk,

rusak,

menggoyahkan, memutar balik, menyuap. Secara harfiah, korupsi adalah


perilaku pejabat publik, baik politikus, maupun pegawai negeri, yang secara tidak
wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan
kepada mereka. Kemudian arti kata korupsi yang kemudian disimpulkan oleh
Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia; Korupsi ialah
perbuatan yang buruk seperti pengertian penggelapan uang, penerimaan uang
3 Transparency International (TI) di Corruption Perception Index (CPI) 2013
4 Tony Kwok Man-wai, 2002
5 Fockema Andreae: 1951
6 Webster Student Dictionary: 1960

sogok dan sebagainya7. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti
harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur
pun tidak ada sama sekali.
The Encyclopedia Americana mendefinisikan korupsi sebagai a general
term for the misuse of public position of trust for private gain. Its specific
definition and application vary according to time, place and culture political
corruption concerns the illegal pursuit or misuse of public office. Sedangkan The
Harper Collin Dictionary of Sociology mendefinisikan korupsi sebagai the
abandonment of expected standards of behavior by those in authority for the
sake of unsanctional personal advantage. Sedangkan menurut World Bank,
korupsi adalah the abuse of public power for private benefit.8 Dari aspek hukum,
korupsi merupakan all illegal or unethical use of governmental authority as result
of considerations of personal or political gain.
Syed Hussein Alatas, akademisi, sosiolog, pendiri organisasi pengetahuan
sosial dan politisi Malaysia mengatakan ciri ciri korupsi adalah sebagai berikut:
1. selalu meibatkan lebih dari satu orang dan ini yang membedakan antara
korupsi dengan pencurian dan penggelapan;
2. Pada umumnya bersifat rahasia, tertutup terutama mengenai motif yang
melatar belakangi perbuatan korupsi tersebut;
3. Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik. Kewajiban dan
keuntungan tersebut tidaklah selalu berbentuk uang;
4. Berusaha untuk berlindung dibalik pembenaran hukum;
5. mereka yang terlibat korupsi ialah mereka yang memiliki kekuasaan atau
wewenang serta mempengaruhi keputusan keputusan itu;
6. Pada setiap tindakan mengandung penipuan, biasanya pada badan public
atau pada masyarakar umum;
7. Setiap bentuknya melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari mereka
yang melakukan tindakan tersebut; dan
8. Dilandaskan dengan niat kesengajaan untuk menempatkan kepentingan
umum dibawah kepentingan pribadi.9
7 Poerwadarminta : 1976.
8 http://www.worldbank.org/
9 Hamzah, andi. 2007. Pemberantasan korupsi melalui hukum pidana nasional dan
internasional. Jakarta; PT. raja grafindo persada

MAHASISWA
Menurut Knopfemacher,10 Mahasiswa adalah merupakan insan-insan
calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi, dididik &
diharapkan menjadi calon calon intelektual. Sedangkan menurut KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia) mahasiswa ialah pelajar perguruan tinggi. Dasar
hukum yang menjelaskan mengenai pengertian mahasiswa ialah UU RI No. 12
Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi, yang berbunyi Mahasiswa adalah peserta
didik pada jenjang Pendidikan Tinggi. Dan juga diatur dalam Peraturan
Pemerintah RI No.30 tahun 1990, mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar
dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Dapat disimpulkan bahwasanya
mahasiswa itu sebenarnya hanya sebutan akademis untuk siswa/ murid yang
telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya11.
Fungsi dan peran mahasiswa dalam aspek sosial pembangunan dijelaskan
sebagai berikut:

Sebagai Iron Stock mahasiswa itu harus bisa menjadi pengganti orangorang yang memimpin di pemerintahan nantinya, yang berarti mahasiswa
akan menjadi generasi penerus untuk memimpin bangsa ini nantinya.

Agent of Change Mahasiswa sebagai orang yang disebut-sebut sebagai


insan intelek haruslah dapat menyadari betul bahwa fungsi dasar
mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan
perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki dan dituntut
untuk menjadi agen perubahan. Dimaksutkan apabila terjadi sesuatu di
lingkungan sekitar dan itu ternyata salah, mahasiswa dituntut untuk
merubahnya sesuai dengan harapan yang sesungguhnya.

10 Suwono, 1978
11 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI bagian ke empat pasal
19

Social Control harus mampu mengontrol sosial yang ada di lingkungan


sekitar (lingkungan masyarakat). Jadi selain pintar di bidang akademis,
mahasiswa harus pintar juga dalam bersosialisasi dengan lingkungan.

Moral Force Selain tanggung jawab individu, mahasiswa juga memiliki


peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak
hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa
manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Diwajibkan untuk menjaga moral-moral
yang ada. Mahasiswa dituntut untuk merubah serta meluruskan kembali
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pemimpin bangsa saat ini, notabene berasal dari barisan mahasiswa,

orang-orang intelektual, yang memiliki kemampuan untuk dapat memimpin


berdasarkan ilmu yang dimilikinya. Tanpa ilmu, yang didapatkan melalui bangku
perguruan tinggi, seseorang tidak dapat memimpin bangsa Indonesia dengan
memiliki visi pembangunan. Presiden Indonesia yang Pertama, juga merupakan
seorang Insinyur, yakni Ir. Soekarno, Presiden Ketiga, Ir. BJ. Habibie, Presiden
ke 6, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, dan presiden Indonesia saat ini, Ir. Joko
Widodo, merupakan barisan sarjana-sarjana yang dihasilkan oleh perguruan
tinggi. Menteri-menteri dan anggota parlemen yang kerap terlibat dengan kasus
korupsi juga merupakan sarjana lulusan hasil perguruan tinggi, yang tidak
memiliki Integritas, sehingga seharusnya pendidikan karakter dan integritas
harus menjadi focus pendidikan demi menyiapkan calon-calon pemimpin bangsa
masa depan.
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa Pendidikan adalah suatu tuntunan
dalam hidup tumbuhnya anak-anak, pendidikan menuntun segala kekuatan
kudrot yang ada pada peserta didik agar sebagai manusia dan anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggitingginya. Sedangkan Menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun
2003, Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, dan keterampilan
yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat.

Telah diatur pula dibawah Undang Undang dasar 1945 mengenai tujuan
pendidikan dalam pasal 31 ayat (3) menyebutkan, Pemerintah mengusahakan
dan menyelanggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Dan Pasal 31 ayat 5
yang berbunyi pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Juga dipertegas oleh UNESCO bahwasnya Dalam upaya meningkatkan


kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu
pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
melalui lembaga UNESCO (United Nation Educational Scientific and Cultural
Organization) mencanangkan 4 pilar depan, yakni: Learning to Know;
Learning to Be; Learning to Do; Learning To Live Together, dimana keempat pilar
pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ, SQ.
Menyadari urgensi yang teramat sangat bahwasanya Langkah awal yang
harus dilakukan dalam memperbaiki perilaku yang buruk adalah kesadaran
individu masyarakat indonesia adalah dengan adanya pendidikan anti korupsi.
Tersembul gagasan memasukkan materi antikorupsi dalam kurikulum pendidikan
tingkat SD hingga SMU dan perguruan tinggi, sebagai bentuk nyata pendidikan
antikorupsi. Tujuan pendidikan antikorupsi adalah menanamkan pemahaman dan
perilaku antikorupsi. Ide memasukkan materi antikorupsi dalam kurikulum
mendapat respons positif masyarakat. Sebanyak 87% menyatakan perlunya
memasukkan pendidikan antikorupsi dalam kurikulum12. Keyakinan masyarakat
juga relatif besar. Hampir 200 responden menyatakan keyakinannya bahwa
pendidikan antikorupsi bisa berjalan efektif membendung perilaku korupsi di
Indonesia. Terjaring pula pendapat masyarakat seputar pentingnya pendidikan
antikorupsi.

Masyarakat

berharap

pendidikan

antikorupsi

memberikan

pengetahuan seputar korupsi dan bahayanya, mencetak daya manusia yang


berkesadaran tinggi terhadap hukum,serta memutus mata rantai korupsi.
12 Hasil jajak pendapat harian Seputar Indonesia terhadap 400 responden (27/5)

Deputi Bidang Pencegahan KPK, Eko Soesamto Tjiptadi, menjelaskan


bahwa KPK telah memprogramkan Pendidikan Anti Korupsi mulai dari TK, SD,
SMP, SMA bahkan sampai perguruan tinggi. Target dari pelaksanaan program ini
adalah untuk terciptanya generasi yang memahami apa itu korupsi dan akibatnya
bagi bangsa dan negara, yang berani mengatakan TIDAK terhadap korupsi
sehingga akan timbul kesadaran bersama untuk bangkit melawan korupsi. Franz
Magnis Suseno berpendapat pendidikan anti korupsi harus membuat orang
merasa malu apabila tergoda untuk melakukan korupsi, dan marah bila ia
menyaksikannya. Menurut Franz Magnis Suseno, ada tiga sikap moral
fundamental yang akan membikin orang menjadi kebal terhadap godaan korupsi:
kejujuran, rasa keadilan, dan rasa tanggung jawab.
Lebih lanjut Franz menjelaskan Jujur berarti berani menyatakan keyakinan
pribadi. Menunjukkan siapa dirinya. Kejujuran adalah modal dasar dalam
kehidupan bersama. Ketidakjujuran jelas akan menghancurkan komunitas
bersama. Siswa perlu belajar bahwa berlaku tidak jujur adalah sesuatu yang
amat buruk. Adil berarti memenuhi hak orang lain dan mematuhi segala
kewajiban yang mengikat diri sendiri dan bersikap baik tetapi melanggar
keadilan, tidak pernah baik. Keadilan adalah tiket menuju kebaikan. Tanggung
jawab berarti teguh hingga terlaksananya tugas. Tekun melaksanakan kewajiban
sampai tuntas. Misalnya, mahasiswa diberi tanggung jawab mengelola dana
kegiatan. Rasa tanggung jawab akan terlihat ketika dana dipakai seoptimal
mungkin menyukseskan kegiatan. Menurut Magnis, pengembangan rasa
tanggung jawab adalah bagian terpenting dalam pendidikan anak menuju
kedewasaan. Menjadi orang yang bermutu sebagai manusia.
Dalam rangka realisasi keinginan masyarakat agar upaya pendidikan
antikorupsi berjalan paralel dengan upaya lainnya, yaitu dengan dilakukan
maksimalisasi penegakan hukum, fungsi pengawasan yang ketat, sosialiasi dan
kampanye gerakan antikorupsi secara berkala dan berkesinambungan, dan
menghilangkan praktik korupsi dalam birokrasi, yang lebih relevan apabila
mahasiswa sebagai agen perubahan calon pemimpin masa depan mendapatkan
pendidikan anti korupsi dan pendidikan karakter demi membangun integritas
serta moral para pemimpin bangsa nantinya.
Kesimpulan

Korupsi yang kerap bisa dilakukan oleh pejabat yang memiliki akses
kekuasaan, haruslah dapat diberantas demi membangun negara Indonesia yang
maju. Pemberantasan tak hanya dilakukan sebagai ultimum remedium melalui
penerapan hokum yang tegas, namun upaya preventif juga harus dilakukan.
Tindakan tersebut dapat berupa pendidikan karakter yang membangun integritas
para calon pemimpin bangsa, utamanya pada para mahasiswa yang akan
menjadi Pilar penerus jangka dekat dengan segala perannya.

Anda mungkin juga menyukai