Anda di halaman 1dari 7

PROTOTYPING

Disusun Oleh:
Rachmad Hafidh 07.1.02.03348
Andri Setiadi 07.1.02.03543
Yudo Nugroho 07.1.02.03544
Deddi Arifianto 07.1.02.03546

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA


SURABAYA
2010
PROTOTYPING

A. Pengertian
Menurut Raymond McLeod, prototype didefinisikan sebagai alat yang
memberikan ide bagi pembuat maupun pemakai potensial tentang cara system
berfungsi dalam bentuk lengkapnya, dan proses untuk menghasilkan sebuah
prototype sisebut prototyping.
Sedangkan menurut Achmad Rasul (http://achmad-rasul.blogspot.com),
prototyping merupakan salah satu metode pengembangan perangat lunak yang
banyak digunakan. Dengan metode prototyping ini pengembang dan pelanggan
dapat saling berinteraksi selama proses pembuatan sistem.
Dalam tulisannya, Achmad Rasul mengungkapkan bahwa dalam dunia
bisnis saat ini sering terjadi kesalahpahaman antara seorang pelanggan dan
pengembang. Biasanya, seorang pelanggan dalam memberi masukan hanya
sebatas definisi secara umum dari apa yang mereka kehendaki saja tanpa
menyebutkan secara detil output apa saja yang dibutuhkan. Sebaliknya, disisi
yang lain, pengembang kurang memperhatikan efesiensi algoritma, kemampuan
sistem operasi dan interface yang menghubungkan manusia dan komputer.
Untuk mengatasi masalah ini, baik pihak pelanggan maupun pihak
pengembang harus mampu bekerjasama. Hal ini bertujuan agar pengembang dapat
mengetahui dengan benar apa yang diinginkan pelanggan dengan tidak
mengesampingkan segi-segi teknis. Dan pelanggan akan mengetahui proses-
proses dalam menyelasaikan sistem yang diinginkan. Dengan demikian akan
menghasilkan suatu prototype yang mana akan dihilangkan sebagian atau
seluruhnya dan perangkat lunak aktual direkayasa dengan kualitas dan
implementasi yang sudah ditentukan oleh kedua belah pihak.
Metode protyping sendiri saat ini merupakan suatu paradigma baru dalam
pengembangan sistem informasi. Hal ini tidak hanya sekedar suatu evolusi dari
metode pengembangan sistem informasi yang sudah ada, tetapi sekaligus
merupakan revolusi dalam pengembangan sistem informasi manajemen.
B. Jenis Prototype
Menurut Raymond McLeod, terdapat dua jenis prototype, yaitu Prototype
Jenis I yang akan menjadi sistem operasional, dan Prototype Jenis II yang
merupakan suatu model yang dapat berfungsi sebagai cetak biru bagi sistem
operasional.
C. Tahap Pembuatan Prototyping
Fenni, salah seorang blogger, membagi metode pembuatan prototyping
menjadi 2 langkah. Langkah yang pertama yaitu dengan menggunakan metode
non-computer. langkah ini biasanya dikerjakan oleh para pengembang pada tahap
awal dalam proses pembuatan suatu prototype. Dan langkah yang kedua yaitu
dengan menggunakan metode computer-based. Langkah ini merupakan kelanjutan
dari langkah awal.
Metode non-computer mempunyai tujuan unutk menyatakan gagasan
desain dan mendapatkan dengan mudah dan cepat pendapat atas sistem. Metode
non-computer yang dapat juga disebut sebagai “langkah manual” ini terdiri dari
deskripsi desain, sketsa, storyboarding, scenario, utilitas scenario, dan yang
terakhir yaitu tutorial dan manual. Sedangkan metode computer-based ditujukan
untuk menirukan lebih banyak kemampuan system yang pada umumnya hanya
baru beberapa aspek atau fitur sajadan dapat berpusat pada lebih banyak detail.
Sedangkan menurut Achmad Rasul, tahapan untuk membuat suatu
prototyping itu ada 7, yaitu:
1. Pengumpulan kebutuhan. Pelanggan dan pengembang bersama-sama
mendefinisikan format seluruh perangkat lunak, mengidentifikasikan
semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.
2. Membangun prototyping. Membangun prototyping dengan membuat
perancangan sementara yang berfokus pada penyajian kepada pelanggan
(misalnya dengan membuat input dan format output).
3. Evaluasi protoptyping. Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah
prototyping yang sudah dibangun sudah sesuai dengan keinginann
pelanggan. Jika sudah sesuai maka langkah 4 akan diambil. Jika tidak
prototyping direvisi dengan mengulangu langkah 1, 2 , dan 3.
4. Mengkodekan system. Dalam tahap ini prototyping yang sudah di
sepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman yang sesuai.
5. Menguji system. Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak
yang siap pakai, harus dites dahulu sebelum digunakan. Pengujian ini
dilakukan dengan White Box, Black Box, Basis Path, pengujian arsitektur
dan lain-lain
6. Evaluasi Sistem. Pelanggan mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi
sudah sesuai dengan yang diharapkan . Juka ya, langkah 7 dilakukan; jika
tidak, ulangi langkah 4 dan 5.
7. Menggunakan system. Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima
pelanggan siap untuk digunakan.

D. Prototyping Tools
Fenni membagi menjadi 3 kelompok prototyping tools, antara lain:
1. Draw/Paint Program, contoh: Photoshop, Coreldraw
2. Scripted Simulations/Slide Show, contoh: Powerpoint, Hypercard,
Macromedia Director, HTML.
3. Interface Builders, contoh: Visual Basic, Delphi, UIMX.

E. Keunggulan dan Kelemahan Prototyping


Achmad Rasul mengatakan bahwa suatu prototyping itu mempunyai
beberapa keunggulan dan kelemahan.
Adapun beberapa keunggulan prototyping, antara lain:
1. Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan.
2. Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan
pelanggan.
3. Pelanggan berperan aktif dalam pengembangan system.
4. Lebih menghemat waktu dalam pengembangan system.
5. Penerapan menjadi lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yang
diharapkannya.
Sedangkan kelemahan dari prototyping adalah sebagai berikut:
1. Pelanggan kadang tidak melihat atau menyadari bahwa perangkat lunak
yang ada belum mencantumkan kualitas perangkat lunak secara
keseluruhan dan juga belum memikirkan kemampuan pemeliharaan untuk
jangja waktu lama.
2. Pengembang biasanya ingin cepat menyelesaikan proyek. Sehingga
menggunakan algoritma dan bahasa pemrograman yang sederhana untuk
membuat prototyping lebih cepat selesai tanpa memikirkan lebih lanjut
bahwa program tersebut hanya merupakan cetak biru sistem .
3. Hubungan pelanggan dengan komputer yang disediakan mungkin tidak
mencerminkan teknik perancangan yang baik.

F. Permasalahan Yang Terkait Dalam Prototyping


Jika dilihat dari sisi  manajemen, Idham berkomentar bahwa terdapat
beberapa masalah potensial yang terkait dengan prototyping, seperti:
1. Waktu, membangun prototype membutuhkan waktu, sehingga seringkali
prototype dipakai jika waktunya cepat. Hingga muncul istilah rapid
prototyping.
2. Rencana, sebagian manajer proyek tidak memiliki pengalaman untuk
menyatukan proses prototyping dengan keseluruhan rencana perancangan.
3. Fitur Non-fungsional, seringkali fitur sistem yang paling penting
merupakan fitur non-fungsional seperti safety dan reliability, tidak
disertakan dalam prototyping.
4. Kontrak, proses desain kadang dibatasi oleh kontrak antara desainer
dengan customer yang mempengaruhi aspek teknik dan manajerial.

G. Bagaimana Jika Seandainya Terjadi Kegagalan Pada Prototype? Apa


Yang Harus Dilakukan Oleh Analis Sistem?
Menurut kelompok kami, jikalau suatu prototype itu mengalami
kegagalan, langkah yang harus ditempuh oleh seorang analis sistem adalah
melakukan revisi dan perbaikan terhadap prototype tersebut. Hal ini dapat berupa
memprogram ulang sistem, merancang ulang sistem, atau mendokumentasi ulang
dari keseluruhan sistem.
DAFTAR PUSTAKA

McLeod Jr., Raymond. 2001. Sistem Informasi Manajemen, Edisi Ketujuh.


Jakarta: PT Prenhallindo
http://fenni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11018/Prototyping.pdf
http://idam2010.wordpress.com/2010/03/30/pengertian-prototype/
http://achmad-rasul.blogspot.com/2009/05/pengertian-prototype_7273.html

Anda mungkin juga menyukai